Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS LINGUISTIK WASATHIYYAH DALAM AL QUR’AN, HADIST, DAN

AQWAL ULAMA’
Muhammad Afif

Program Magister (S2) Pascasarjana Institut Keislaman Abdullah Faqih Manyar Gresik
Mafif0033@gmail.com
Abstrak
Menyelidiki lebih lanjut di dalam segi bahasa, perihal makna wasathiyah yang ada di dalam
nash Al-qur’an, hadist dan pendapat-pendapat ulama adalah suatu pembahasan yang perlu
dikaji ulang demi mengawal dan mengkokohkan moderisasi beragama islam, sehingga islam
tidak diartikan sebagai suatu agama yang terlalu liberal atau radikalisme. Adanya
kelompok-kelompok yang mengatas namakan dirinya islam akan tetapi tidak begitu menjiwai
makna islam itu sendiri atau biasa disebut dengan islam yang ikut-ikutan itu dikarnakan
kurangnya belajar dan menjiwai sikap sikap yang diajarkan dalam agama islam, terlalu
terburu buru dalam mengambil keputusan ekstrim sehingga islam dikenal dengan suatu
ajaran yang tidak mencerminkan sifat kasih sayang terhadap sesama.
Investigating further in terms of language, regarding the meaning of wasathiyah in the
Qur'anic texts, hadiths and the opinions of scholars is a discussion that needs to be reviewed
in order to guard and strengthen the moderation of the Islamic religion, so that Islam is not
defined as a religion. too liberal or radical. The existence of groups that call themselves
Islam but do not really animate the meaning of Islam itself or commonly referred to as Islam
that joins in is due to a lack of learning and animating the attitudes taught in Islam, too hasty
in taking extreme decisions so that Islam known as a teaching that does not reflect the nature
of compassion for others.

Keyword: analisis linguistik, wasathiyah, Qur’an, As-sunnah, scholars

1
1. Pendahuluan

Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada umat muslim, bahwa agama ini
sepeninggal beliau akan ada tiga penyimpangan yang terjadi di masyarakat muslim,
ketiga hal tersebut harus selalu diwaspadai, penyimpangan tersebut adalah kelompok
yang melampui batas (tahrif al gholinn) klaim kelompok batil (intihal almubthilin) dan
ta’wil orang orang yang bodoh (ta’wil al jahilin). Beliau bersabda :

‫ « ََْي ِم ُل َه َذا الْعِْل َم ِم ْن ُك ِِّل‬:‫اَّللُ َعلَْي ِه َوسلم‬


َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ي ق‬ َّ ‫َو َع ْن إِبْ َر ِاه َيم بْ ِن َعْب ِد‬
ِِّ ‫الر ْْحَ ِن الْ ُع ْذ ِر‬
‫ َرَواهُ الْبَ ْي َه ِق ِّي‬. »‫اهلني‬
ِ ‫اْل‬
َْ ‫يل‬ ِ َ ِ‫ال الْ ُمْب ِطل‬
َ ‫ني َو ََتْو‬ َ ‫ني َوانْتِ َح‬ ِ
َ ‫يف الْغَال‬ َ ‫ف عُ ُدولُهُ يَْن ُفو َن َعْنهُ ََْت ِر‬ ٍ َ‫َخل‬
‘‘ yang membawa ilmu agama ini dari setiap generasi adalah orang orang
adilnya, yang membersihkan dari penyimpangan orang orang yang melampui batas,
klaim orang orang yang bathil, dan ta’wil orang orang bodoh.’’1
Pakar hadits dari india al imam Al-mubarakfuri menyebutkan secara rinci tiga
prilaku tersebut dalam kitabnya mir’ah al mafaatih syarah miskat al-masyabih
karangan imam at tibrizi. Pertama ; penyimpangan orang orang yang melampui batas
itu terjadi melalui; penyimpangan ahli bidah terhadap makna al qur’an dan al hadits
sehingga keluar dari maqsudnya dan juga terlalu ketat dalam beragama. Kedua klaim
orang orang yang bathil terjadi melalui klaim dalil yang tidak sesuai tempatnya,
pencampur adukan agama. Ketiga takwil orang orang yang bodoh terjadi melalui
menafsirkan al-qur’an dengan tafsiran yang salah menganggap sepele penafsiran al
qur’an dan hadits, meninggalkan perintahnya berdasarkan penafsiran yang lemah.2
Hadits ini memberikan pemahaman bahwa akan muncul kelompok ekstrim di
tengah umat, baik ekstrim ke kanan yang berparadigma liberal ataupun kelompok kiri
yang bersikap radikal. Sedangkan dalam awal hadits tadi di jelaskan bahwa disetiap
masa agama ini akan di kawal oleh ulama ahli sunnah yang adil yang bersikap moderat,
tidak ghuluw atau berlebihan.
Paham radikal atau paham keras ini muncul ketika sekte khowarij ada, mereka
keluar dari agama, dan keluar dari barisan kaum muslim, khususnya kepatuhan terhadap
sayyidina Ali radhiyallahu anhu. Mereka menebar teror terhadap umat islam, seperti
membunuh abdullah bin khabbab radhiyallahu anhu. Karena tidak menganggap
sayyidina ali telah musyrik dan meyakininya sebagai perintah tuhan. Hal ini juga
dilakukan oleh radikalisme modern ysng berangkat dari pemahaman tekstualis, tidak
menerima perbedaan, mudah menyesatkan membid’ahkan, mengkafirkan orang lain
yang berbeda penafsiran dengannya.
Paham arus keras yang kedua adalah paham liberal, yang biasa disebut dengan
muktazilah judud, kelompok yang sering mengedepankan rasionalisme atau akal ini
selalu memberikan kebebasan berfikir dalam agama, sehingga mereka menerima hal
hal baru masuk kedalam islam, termasuk pemikirannya, budayanya sehingga berani

1
At tibrizi, miskaatul mashobih vol 1 hal 72 (maktab islamiyah-bairut) cetakan ketiga 1985 m
2
Al mubarokfuri, mir’ah al mafaatih syarah miskat al-masyabih,vol 1 hal 342 ( india, idaroh al
buhust al ilmiyah, 1984)
2
memastikan bahwa ada nash nash al-qu’ran dan hadits yang sudah tidak relevan dalam
kehidupan manusia modern ini.3
Oleh karena itu pembahasan tentang moderisasi adalah termasuk suatu hal yang
menarik untuk dipelajari dengan sungguh sungguh dan dikaji secara mendalam,
karenanya kita sebagai umat islam harus mempunyai benteng atau pondasi agama yang
kuat demi terciptanya suatu tatanan negara yang jaya dan diridhoi oleh Allah SWT. Hal
ini dapat dibuktikan dengan memahami betul-betul bebarapa teks ayat ayat Al Qur’an,
Hadist dan Aqwal Ulama yang mengajarkan islam secara moderat, yaitu islam yang
tidak terlalu ifroth ( ekstrim) dan tafrith (gegabah) Harus bisa menjadi pribadi muslim
yang adil dan seimbang.

2. Pengertian Analisis, linguistik dan wasathiyah

Sebelum membahas panjang lebar tentang analisis linguistik makna wasathiyah


dalam Al-Qur’an, Hadist dan Aqwal ulama. Perlu kiranya kita mengetahui terlebih
dahulu tentang apa itu analisis, linguistik, dan makna wasathiyah itu sendiri.

Di jelaskan dalam KBBI ( kamus besar bahasa indonesia ) bahwa arti dari
analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya) sedangkan linguistik adalah ilmu tata bahasa yang
menelaah bahasa secara ilmiah.4

Linguistik sendiri itu dibagi menjadi dua, linguistik murni dan terapan,
linguistik murni dibagi menjadi empat bagian yaitu ilmu nahwu (sintaksis), ilmu shorof
(morfologi), ilmu bunyi (fonetik) dan semantik atau bisa juga disebut ‘ilmu dalalah
yaitu merupakan salah satu cabang linguistik yang membahas tentang arti dan makna.5

Moderat yang dalam bahasa arab dibahasakan dengan kata wasath, dalam segi
bahasa sebagaimana yang diungkapkan oleh ibnu faris dan ibnu mandhur berarti adil
dan pertengahan, atau menjadikan sesuatu dalam pertengahan.6

(.‫ أوسطه ووسطه‬:‫ وأعدل الشيء‬،‫) الواو والسني والطاء بناء صحيح يدل على العدل والنصف‬: ‫قال ابن فارس‬
).‫) التوسيط أن جتعل الشيء يف الوسط‬:‫وقال ابن منظور‬
Sedangkan arti dari wasathiyah atau moderasi menurut istilah syara’ itu
sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh kadhim rohif al-bahadili dalam kitabnya Al-
islam diinul wasathiyah wal i’tidal artinya tidak jauh beda dalam segi bahasa, akan
tetapi beliau memberikan batasan tentang apa yang dimaksud dari wasathiyah, beliau

3
Khazanah aswaja hal 385, aswaja NU center PWNU jawa timur .
4
Departemen pendidikan nasional, kamus besar bahasa indonesia, KBBI edisi ke III (cet IV jakarta; pusat
bahasa, 2007). Hal 675
5
J.W.M. Verharr, asas asas Linguistik umum (yogyakarta; gajah muda university press, 1996) hal 13
6
Ibnu faris, mu’jam maqoyisil lughoh vol 6 hal 108 (daarul fikr) cetakan tahun 1979 H / ibnu mandhur, lisaanul
‘arob vol 7 hal 430 (bairut-daaru shodir) cetakan 3 tahun 1313 H

3
berkata bahwa moderasi ini harus selalu berada dalam posisi pertengahan di dalam satu
batasan diantara ifroth (ekstrem) atau tafrith (gegabah).

‫ من دون ميل إىل جانب‬،‫)وأما الضابطة يف الوسطية فهي انتخاب احلد الذي يكون بني حدي اإلفراط والتفريط‬
(7.‫منها‬
3. Wasathiyah (Moderasi) dalam A-Qur’an
Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang utama dan sudah disepakati oleh ijma’
atau consensus. Al-qur’an juga menjadi pokok dari semua argumentasi dan dalil. Dalil
yang memberikan bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Dalil yang
membuktikan benar dan tidaknya suatu ajaran. Al-qur’an juga merupakaan kitab Allah
SWT yang terakhir yang menegaskan pesan kitab kitab samawi sebelumnya. Allah
SWT memerintahkan dalam Al-qur’an supaya kaum muslimin senantiasa
mengembalikan persoaalan yang diselisihkan kepada Allah SWT dan Rasul-NYA.
Allah SWT berfirman :

‫ﭽ ﯵ ﯶ ﯷ ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ ﰈ ﰉ‬

‫ﰊ ﰋ ﰌ ﰍﰎ ﰏ ﰐ ﰑ ﰒ ﰓ ﭼ‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.8(an-nisa’ ayat 59)

Sebelum membahas dan menganalisis lebih lanjut arti dari wasathiyah atau
moderasi dalam al-qur’an, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu, bahwa ada
beberapa redaksi kalimat yang digunakan oleh Al-qur’an:

3.1 Menggunakan redaksi ) ‫ ( وسطا‬yang berarti pilihan dan adil.


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al Baqoroh ayat 143 ;

‫ﭽ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵﭶ ﮛ ﭼ‬
Artinya ; Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat
pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.9 (Al Baqarah ayat 143)

7
Al-bahadili, Al-islam diinul wasathiyah wal i’tidal hal 28 (mu as sasatul rofid)
8
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/59
9
https://quran.kemenag.go.id/sura/2/143

4
1. Imam ibnu katsir dalam kitabnya tafsir Al-Qur’an Al-adzim menjelaskan bahwa
maksud dari umat wasathon adalah ‫( خيار األمة‬ummat pilihan) beliau berkata :

:‫ وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا يقول تعاىل‬:‫( وقوله تعاىل‬
‫ واخرتانها لكم لنجعلكم خيار األمم لتكونوا يوم القيامة شهداء على‬،‫إمنا حولناكم إىل قبلة إبراهيم عليه السالم‬
،‫ قريش أوسط العرب نسبا ودارا‬:‫ والوسط هاهنا اخليار واألجود كما يقال‬،‫ ألن اْلميع معرتفون لكم ابلفضل‬،‫األمم‬
.( ‫ أي أشرفهم نسبا‬،‫ وكان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وسطا يف قومه‬،‫أي خريها‬

Melalui ayat ini, Allah Ta’ala mengatakan, “Sesungguhnya Kami mengganti kiblat
kalian ke kiblat Ibrahim dan Kami pilih kiblat itu untuk kalian agar Kami dapat
menjadikan kalian sebagai umat pilihan, agar pada hari kiamat kelak kalian
menjadi saksi atas umat-umat yang lain, karena semua umat mengakui keutamaan
kalian.”

Dan yang dimaksud dengan kata ‘wasath’ di sini adalah pilihan yang terbaik.
Sebagaimana yang diungkapkan bahwa orang Quraisy adalah orang Arab pilihan,
baik dalam nasab maupun tempat tinggal. Artinya, yang terbaik. Dan sebagaimana
dikatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wasathan fi qaumihi”, yang
berarti beliau adalah orang yang terbaik dan termulia nasabnya.10

2. Imam At-thobari dalam kitabnya jaamii’ul bayan menjelaskan bahwa ta’wil atau
arti dari kata wasath dalam ayat ini adalah adil, sebagaimana yang dijelaskan dalam
beberapa riwayat, seperti yang diriwayatkan oleh Abi sa’id al khudri ;

‫ذكر من‬. ‫اخليار من الناس عُدوهلم‬َ ‫ ألن‬،‫ وذلك معىن اخليار‬.‫العدل‬ ُ "‫ فإنه جاء أبن"الوسط‬،‫(وأما التأويل‬
،‫"وكذلك َجعلناكم أمة َو َسطًا" قال‬:‫ عن النيب صلى هللا عليه وسلم يف قوله‬،‫عن أيب سعيد‬. ‫العدل‬
ُ "‫ط‬ ُ ‫"الوس‬:‫قال‬
11
).‫عُدوال‬

3.2 Menggunakan redaksi ) ‫( الوسطى‬ yang berarti pertengahan.


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al Baqoroh ayat 238 ;

‫ﭽﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭼ‬
Artinya: Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena
Allah dengan khusyuk.12 (Al Baqarah ayat 238)
1. Imam al-Qurthubi dalam kitabnya Al-Jaami’u lil Ahkaamil qur’an mengatakan
bahwa ulama berselisih pendapat dalam menentukan makna wustho ini, hingga ada

10
Ibnu katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-adzim, vol 1 hal 327, (Bairut; darul kutub ilmiyah 1419 H)
11
Thobari, jamiiul bayan, vol 3 hal 143 (makkah al mukarromah, daarul tarbiyah wat turats)
12
https://quran.kemenag.go.id/sura/2/238

5
sepuluh pendapat. Pendapat-pendapat tersebut berawal dari pemahaman-
pemahaman mereka tentang apa yang di maksud dari sholat pertengahan ini,
Berikut perincianya ;
1. Diartikan dengan sholat dhuhur, karena berada di pertengahan siang hari. Hal
ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh Zaid bin tsabit, Abdullah bin umar,
Abi sai’d al-khudri dan Aisyah Rodhiyallhu a’nhum.
2. Jumhur Ulama mengartikan sholat wustho disini berarti sholat ashar, karena
berada di tengah-tengah antara dua sholat yang berada di siang hari, dan dua
sholat yang berada di malam hari.
3. Imam qobishoh mengatakan arti sholat wustho adalah sholat maghrib, karena
berada dalam pertengahan jumlah rokaat sholat.
4. Wustho diartikan sholat isya’, karena berada di posisi pertengahan antara dua
sholat yang tidak bisa di qoshor.
5. Berarti sholat shubuh, kerena berada di tengah-tengah antara dua sholat malam
yang jahriyah (maghrib dan isya’) dan dua sholat siang sirriyah (dhuhur dan
ashar).
6. Diartikan sholat jum’at.
7. Diartikan sholat shubuh dan ashar,
8. Diartikan sholat isya’ dan shubuh,
9. Diartikan sholat lima waktu seluruhnya.
10. Diartikan sholat yang tidak ditentukan (majhul).13

‫ ألهنا وسط النهار على الصحيح‬،‫ أهنا الظهر‬-‫ األول‬:‫( واختلف الناس يف تعيني الصالة الوسطى على عشرة أقوال‬
‫ وممن‬.‫ وإمنا بدأان ابلظهر ألهنا أول صالة صليت يف اإلسالم‬،‫من القولني أن النهار أوله من طلوع الفجر كما تقدم‬
،‫ أهنا العصر‬-‫ الثاين‬.‫قال إهنا الوسطى زيد بن اثبت وأبو سعيد اخلدري وعبد هللا بن عمر وعائشة رضي هللا عنهم‬
‫ وممن قال إهنا وسطى علي بن أيب طالب وابن عباس وابن عمر وأبو‬.‫ألن قبلها صاليت هنار وبعدها صاليت ليل‬
‫ وإليه ذهب عبد امللك‬،‫ وقاله الشافعي وأكثر أهل األثر‬،‫ وهو اختيار أيب حنيفة وأصحابه‬،‫هريرة وأبو سعيد اخلدري‬
‫ وعلى هذا القول اْلمهور من الناس وبه‬:‫بن حبيب واختاره ابن العريب يف قبسه وابن عطية يف تفسريه وقال‬
) ‫اخل‬.......‫أقول‬
2. Imam ibnu Jauzi dari madzhab hambali mengatakan ada tiga pendapat ulama
tentang arti dari lafadz wustho disini; pertama,berarti pertengahan sholat dari segi
waktu mengerjakannya. Kedua, berarti pertengahan sholat dari segi bilangan.
Ketiga, berarti sholat yang paling utama.

‫ ويف املراد ابلوسطى ثالثة أقوال أحدها أهنا أوسط‬: ‫وجه ابن اْلوزي أقول العلماء يف املراد ابلصالة الوسطى قائال‬
ِّ (
)14.‫ والثالث أفضلها‬، ‫ والثاين أفضلها‬، ‫الصلوات حمال‬

13
Al-qurthubi, Al-Jaami’u lil Ahkaamil qur’an vol 3 hal 210, (kairo; darul kutub mishriyah 1964 m)
14
As sholaby, al-wasthiyah fiil-qur’anil kariim hal 21 (kairo,maktabah as-shohabah )

6
3.3 Menggunakan redaksi ) ‫ ( أوسط‬yang bermakna pertengahan, paling adil atau bijak
Kalimat ini dalam Al-qur’an terletak dalam dua ayat; yang pertama surat Al-Maidah
ayat 89 dan surat Al-Qolam ayat 28;
1) Allah swt berfirman :

‫ﭽ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﯧﰅ ﭼ‬
Artinya; maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu.
1. Imam thobari dalam kitabnya jaamii’ul bayan menjelaskan, menukil dari
perkataan sebagian ulama ausathi disini berarti jenis makanan pokok yang
biasa dimakan oleh penduduk desa.

(.15‫ أهاليهم‬،‫املكفر‬
ِّ ‫أهل بلد‬ ِ
ُ ‫ من أوسط ما يُطْعم من أجناس الطعام الذي يقتاته‬:‫ معناه‬:‫) فقال بعضهم‬
2. Imam qurthubi memberikan keterangan bahwa arti ausathi di sini itu
sebagaimana yang ada dalam surat Al-baqoroh ayat 143 yaitu berarti pilihan
atau pertengahan diantara dua hal.

‫ وهو هنا‬،‫» أن الوسط مبعىن األعلى واخليار‬٣« )‫ (من أوسط ما تطعمون أهليكم) قد تقدم يف (البقرة‬:‫) قوله تعاىل‬
،‫ حدثنا حممد بن َيىي‬،‫ وخرج ابن ماجه‬.( ‫ ومنه احلديث)خري األمور أوسطها‬.‫منزلة بني منزلتني ونصفا بني طرفني‬
‫ عن سعيد بن جبري عن ابن‬،‫ عن سليمان بن أيب املغرية‬،‫ حدثنا سفيان بن عيينة‬،‫حدثنا عبد الرْحن ابن مهدي‬
‫" من أوسط ما‬:‫ فنزلت‬،‫ كان الرجل يقوت أهله قوات فيه سعة وكان الرجل يقوت أهله قوات فيه شدة‬:‫عباس قال‬
(.16‫ وهذا يدل على أن الوسط ما ذكرانه وهو ما كان بني شيئني‬."‫تطعمون أهليكم‬

2) Allah swt berfirman :

‫ﭽﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚ ﭼ‬
Artinya: Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, “Bukankah aku telah
mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu).”17 (Al Qolam
ayat 28)

1. Imam qurthubi, ibnu katsir, dan juga Imam thobari sebagaimana yang ada dalam
kitabnya jaamii’ul bayan menjelaskan dari beberapa riwayat yang beliau temukan,

15
Thobari, jamiiul bayan, vol 10 hal 531 (makkah al mukarromah, daarul tarbiyah wat turats)
16
Al-qurthubi, Al-Jaami’u lil Ahkaamil qur’an vol 06 hal 276, (kairo; darul kutub mishriyah 1964 m)
17
https://quran.kemenag.go.id/sura/68/28

7
bahwa makna ‫سطُ ُه ْم‬
َ ‫ أ َْو‬disini adalah ‫ أعدهلم‬yakni seseorang yang paling adil diantara
mereka.18

.‫ أعدهلم‬:‫ال أ َْو َسطُ ُه ْم) يقول‬


َ َ‫ (ق‬:‫ قوله‬،‫ عن ابن عباس‬،‫علي‬
ِّ ‫ عن‬،‫ ثين معاوية‬:‫ قال‬،‫ ثنا أبو صاحل‬:‫ قال‬،‫علي‬
ِّ ‫حدثين‬
،‫ال أ َْو َسطُ ُه ْم) أي أعدهلم قوال وكان أسرع القوم فزعا‬
َ َ‫ عن قتادة (ق‬،‫ ثنا سعيد‬:‫ قال‬،‫ ثنا يزيد‬:‫ قال‬،‫حدثنا بشر‬
.(‫وأحسنهم َر ْجعة‬

3.4 Menggunakan redaksi ) ‫ ( فوسطن‬bermakna pertengahan


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Adiyat ayat 05;

‫ﭽﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﭼ‬
Artinya: lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh19.( Al Adiyat ayat 05)
Imam qurthubi menjelaskan bahwa maqsudnya adalah berada ditengah tengah musuh.20

‫ وقال ابن‬.‫ أي اْلمع الذي أغاروا عليهم‬،‫ أي فوسطن بركباهنن العدو‬،‫) فوسطن به مجعا مجعا مفعول ب فوسطن‬
،‫ وسطت القوم أسطهم وسطا وسطة‬:‫ ويقال‬.‫ ومسيت مجعا الجتماع الناس‬،‫ يعين مزدلفة‬:‫ فوسطن به مجعا‬:‫مسعود‬
( .‫أي صرت وسطهم‬
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa makna wasathiyah yang ada dalam istilah
al-qur’an itu memilik beberapa arti, diantaranya adalah paling baik, adil, dan pertengahan.

4. Wasathiyah (Moderasi) dalam konteks Hadist

As-sunnah atau hadits adalah dasar kedua dalam penetapan ajaran islam. Hadits
hadir untuk menjelaskan lebih detail arti dari apa-apa yang ada dalam al-qur’an,
Rosulullah SAW juga telah menyebutkan kata wasath dalam beberapa haditsnya bisa
diartikan keadilan, keberkahan yang ada di pertengahan dan yang terbaik.

4.1 Wasathiyah bermakna keadilan

ِ ِ َِّ ‫ول‬ ٍ ِ‫عن أَِيب سع‬


‫ول‬
ُ ‫ت؟ فَيَ ُق‬ َ ‫ َه ْل بَلَّ ْغ‬،‫اَّللُ تَ َعا َىل‬
َّ ‫ول‬ ٌ ُ‫ " ََييءُ ن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬
ُ ‫ فَيَ ُق‬،ُ‫وح َوأ َُّمتُه‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫يد‬ َ َْ
‫ ُحمَ َّم ٌد‬:‫ول‬
ُ ‫ك؟ فَيَ ُق‬ َ َ‫ َم ْن يَ ْش َه ُد ل‬:‫وح‬ ٍ ُ‫ول لِن‬
ُ ‫ فَيَ ُق‬،‫يب‬ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ُ ‫ فَي ُق‬،‫ب‬
ٍِّ َ‫ َه ْل بَلغَ ُك ْم؟ فَيَ ُقولُو َن َال َما َجاءَ َان م ْن ن‬:‫ول أل َُّمته‬ َ ِّ ‫َي َر‬
ِ ‫نَعم أ‬
ْ َْ
ِ ِ ِ
َ‫ك َج َع ْلنَا ُك ْم أ َُّم ًة َو َسطًا لتَ ُكونُوا ُش َه َداء‬ َ ‫ َوَك َذل‬:ُ‫ َوُه َو قَ ْولُهُ َج َّل ذ ْك ُره‬،‫ فَنَ ْش َه ُد أَنَّهُ قَ ْد بَلَّ َغ‬،ُ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوأ َُّمتُه‬
َ
" ‫الع ْد ُل‬ َ ‫ط‬ ُ ‫الو َس‬َ ‫َّاس َو‬ ِ ‫َعلَى الن‬

18
Thobari, jamiiul bayan, vol 23 hal 550 (makkah al mukarromah, daarul tarbiyah wat turats)
19
https://quran.kemenag.go.id/sura/100/5
20
Al-qurthubi, Al-Jaami’u lil Ahkaamil qur’an vol 20 hal 160, (kairo; darul kutub mishriyah 1964 m)

8
Dari Abu Sa'id, beliau berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "(Pada hari qiyanat) Nabi Nuh 'alaihissalam dan ummatnya datang lalu Allah
Ta'ala berfirman: "Apakah kamu telah menyampaikan (ajaran)?. Nuh 'Alaihissalam
menjawab: "Sudah, wahai Rabbku". Kemudian Allah bertanya kepada ummatnya:
"Apakah benar dia telah menyampaikan kepada kalian?". Mereka menjawab; "Tidak.
Tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada kami". Lalu Allah berfirman kepada
Nuh 'alaihissalam: "Siapa yang menjadi saksi atasmu?". Nabi Nuh Alaihissalam
berkata; "Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ummatnya". Maka kami pun
bersaksi bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam telah menyampaikan risalah yang diembannya
kepada ummatnya. Begitulah seperti yang difirmankan Allah Yang Maha Tinggi (QS
al-Baqarah ayat 143 yang artinya),("Dan demikianlah kami telah menjadikan kalian
sebagai ummat pertengahan untuk menjadi saksi atas manusia.").al-washathu artinya
al-'adl (adil).( Hadits Shohih Al-bukhori no 3339)

Hadits ini sebenarnya melengkapi dan menjelaskan panjang lebar tentang ayat
Al- qur’an surat Al baqoroh ayat 143, bahwa ketika nabi Nuh ditanya oleh tuhannya
apakah sudah menyampaikan ajaran yang datang dari Allah SWT, beliau berkata
“sudah’’ dan yang menjadi saksi adalah nabi Muhammad SAW beserta ummatnya
yang adil dan pilihan. Umat yang adil dalam artian menempatkan sesuatu pada
tempatnya, menyikapi sesuatu sesuai porsi dan keadaanya.

Imam ibnu hajar dalam kitabnya fathul bari syarah shohih al bukhori,
menjelaskan sekaligus membantah sebagian ulama yang menyangka bahwa lafadz
‫ والوسط العدل‬itu adalah tambahan yang dimasukkan oleh sebagian rowi hadits, padahal
hal itu adalah asli hadits dari Rosulullah SAW.

‫) مث قرأ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قوله والوسط العدل هو مرفوع من نفس اخلرب وليس مبدرج من قول بعض‬
.( 21‫الرواة كما وهم فيه بعضهم‬
Beliau jga menukil pendapat imam At-thobari, bahwa disamping wasath disini
bisa diartikan adil, juga bisa diartikan berada di tengah-tengah antara dua hal, tidak
terlalu berlebihan sebagaimana orang yahudi dan terlalu ceroboh atau gegabah
sebagaimana orang nasrani.

‫) قال والذي أرى أن معىن الوسط يف اآلية اْلزء الذي بني الطرفني واملعىن أهنم وسط لتوسطهم يف الدين فلم يغلوا‬
.( 22‫كغلو النصارى ومل يقصروا كتقصري اليهود ولكنهم أهل وسط واعتدال‬

21
Ibnu hajar, fathul bari syarah shohih al bukhori vol 8 hal 172 (bairut, darul ma’rifah 1379)
22
Ibid vol 8 hal 172

9
4.2 Wasathiyah bermakna posisi tengah penuh berkah

َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا ُو ِض َع الطَّ َع ُام فَ ُخ ُذوا ِم ْن َحافَتِ ِه َو َذ ُروا َو َسطَهُ فَِإ َّن الََْربَكة‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ٍ َّ‫َع ْن ابْ ِن َعب‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫اس ق‬
.‫تَْن ِزُل ِيف َو َس ِط ِه‬
Dari Ibnu Abbas, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: " bersabda ; Apabila
makanan telah di hidangkan maka ambillah dari pinggirnya dan tinggalkan tengahnya,
sesungguhnya barakah itu turun di bagian tengahnya." (Hadits Ibnu Majah no 3268)

Hadits ini menjelaskan tentang tata cara atau adab dalam makan, bahwa Rosulullah
SAW mengajarkan kepada umatnya untuk makan terlebih dahulu apa yang ada di depannya
atau dihadapanya yakni pinggir makanannya, tidak langsung mengambil makanan yang ada
di tengah, karena barokah itu letaknya berada di tengah dan makan-makanan yang ada
ditengah itu waktunya berada di akhir setelah menghabiskan apa-apa yang ada di pinggir-
pinggirnya, sehingga bisa diartikan juga barokah itu letaknya ada di akhir. Sebagaimana
yang di sabdakan Rosulullah SAW kepada Umar bin abi salamah ketika masih balita ;

‫ت غُ َال ًما ِيف َح ْج ِر‬ ُ ‫ يَ ُق‬،َ‫ أَنَّهُ َِمس َع ُع َمَر بْ َن أَِيب َسلَ َمة‬،‫ب بْ َن َكْي َسا َن‬ ِ ِ ْ ‫ أ‬:‫يد بْن َكثِ ٍري‬ ِ ‫ال‬
ُ ‫ ُكْن‬:‫ول‬ َ ‫َخ ََربين أَنَّهُ َمس َع َوْه‬ ُ ُ ‫الول‬ َ َ َ‫ق‬
‫ « ََي‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ َِّ ‫ول‬ ُ ‫ال ِِل َر ُس‬ َ ‫ فَ َق‬،‫الص ْح َف ِة‬
َّ ‫يش ِيف‬ ِ ِ َ‫ وَكان‬،‫اَّللِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم‬ ِ ‫رس‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ت يَدي تَط‬ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ ‫ول‬ َُ
.2٣‫ك ِط ْع َم ِِت بَ ْع ُد‬ ِ ِ
َ ‫ت تِْل‬ ْ َ‫يك» فَ َما َزال‬َ ‫ َوُك ْل ممَّا يَل‬،‫ك‬ َ ِ‫ َوُك ْل بِيَ ِمين‬،َ‫اَّلل‬
َّ ‫ َس ِِّم‬،‫غُ َال ُم‬

4.3 Wasathiyah bermakna harta yang terbaik adalah pertengahan

‫َخ ََربِين‬ ِ ‫ص ِي عن َب‬ ِ ِْ ‫احلا ِر ِث‬ ِ ِ ‫اَّلل ب ِن س ٍِامل ِِِبم‬ ِ ِ ِ ِ


ْ ‫ال َوأ‬َ َ‫ي ق‬ ِِّ ‫الزبَْيد‬ ْ َ ِّ ‫احل ْم‬ َْ ‫ص عْن َد آل َع ْم ِرو بْ ِن‬ َ ْ َ ْ َّ ‫ت ِيف كتَاب َعْبد‬ ُ ْ‫ال أَبُو َد ُاود َوقَ َرأ‬ َ َ‫ق‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ‫اض ِر ِي ِمن َغ‬
ٍ ‫اضَرِة قَ ْي‬ ِ َِّ ‫ََيىي بن جابِ ٍر عن جب ِري ب ِن نُ َف ٍري عن عب ِد‬
َ ‫َّيب‬‫ال النِ َب‬ َ َ‫س قَا َل ق‬ ْ ِّ َ‫اَّلل بْ ِن ُم َعا ِويَةَ الْغ‬ َْ ْ َ ْ ْ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ
ِ ِِ ِْ ‫ث َم ْن فَ َعلَ ُه َّن فَ َق ْد طَعِم طَ ْعم‬
ِ َ‫اإلمي‬
ُ‫اَّللَ َو ْح َدهُ َوأَنَّهُ َال إِلَهَ إَِّال ا ََّّللُ َوأ َْعطَى َزَكا َة َماله طَيِِّبَةً ِبَا نَ ْف ُسه‬
َّ ‫ان َم ْن َعبَ َد‬ َ َ ٌ ‫َو َسلَّ َم ثََال‬
َّ ‫يمةَ َولَ ِك ْن ِم ْن َو َس ِط أ َْم َوالِ ُك ْم فَِإ َّن‬
ْ‫اَّللَ َمل‬
ِ
َ ‫يضةَ َوَال الشََّر َط اللَّئ‬ َّ ‫َرافِ َد ًة َعلَْي ِه ُك َّل َع ٍام َوَال يُ ْع ِطي ا ْهلَِرَمةَ َوَال‬
َ ‫الد ِرنَةَ َوَال الْ َم ِر‬
.‫يَ ْسأَلْ ُك ْم َخ ْ َريهُ َوَملْ ََيْ ُم ْرُك ْم بِ َشِِّرِه‬

Telah berkata Abu Daud; dan aku telah membaca isi catatan Abdullah bin Salim di
Himsh yang berada pada keluarga Imran bin Al Harits Al Himshi dari Az Zubaidi, ia
berkata; dan telah mengabarkan kepadaku Yahya bin Jabir dari Jubair bin Nufair dari
Abdullah bin Muawiyah Al Ghadhiri dari kabilah Ghadhiratu Qais, ia berkata; Nabi
shalla Allahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tiga perkara, barang siapa yang
melaksanakannya maka ia akan merasakan nikmatnya iman yaitu barang siapa yang
beribadah kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah,

23
Al bukhori, al jaamiul musnad as-shohih, vol 7 hal 68 no.5376 (Daaru thoqun najah)

10
dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang lapang dan jiwanya terdorong untuk
menunaikan zakat setiap tahun dan tidak memberikan hewan yang sudah tua dan tanggal
giginya, lemah, serta yang sakit atau menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi
tunaikanlah dengan harta kalian yang pertengahan karena sesungguhnya Allah tidak
meminta kalian yang harta terbaik kalian dan tidak juga menyuruh kalian memberikan harta
yang terburuk. (Hadits Abi Dawud no 1349)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang yang sudah mendapatkan
kewajiban untuk membayar zakat, maka cukup mengeluarkan harta yang pertengahan saja,
tidak yang paling mahal dan tidak terlalu murah dan rendah.

5. Wasathiyah (Moderasi) dalam Aqwal atau pandangan Ulama

Setelah mengamati dan memahami makna wasathiyah yang tertuang dalam teks
Al-qur’an dan Hadits, maka kiranya dirasa perlu untuk mengunkapkan sekilas beberapa
pendapat ulama tentang makna wasathiyah (moderisasi) dalam islam. Sehingga agama
ini benar-benar bisa menjadi agama yang rahmatan lil alamin, tidak terlalu ektsrim atau
juga kaku dalam memahami teks-teks al qur’an dan Hadits. Berikut adalah konsep
pemikiran wasathiyah (moderisasi) dalam pandangan beberapa ulama :

5.1 Imam ibnu jarir At-Thobari

Beliau adalah Syaikh Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir Ibnu Yazid Ibnu Katsir Ibnu
Ghalib at-Thabari. Beliau lahir di akhir tahun 224 H awal tahun 225 H atau sekitar tahun
839/840 masehi. lahir di Thobaristan di kota Amul, salah satu propinsi di Persia dan terletak
di sebelah utara gunung Alburz. At-Thobari di ambil dari nama daerah tempat beliau lahir
yakni Thobaristan. dan Uniknya Imam Thabari dikenal dengan sebutan kuniyah Abu
Jakfar, padahal para ahli sejarah telah mencatat bahwa sampai masa akhir hidupnya Imam
Thabari tidak pernah menikah. Abu ja'far di ambil dari sebutan orang agung di zaman nya,
beliau banyak menghabiskan waktu di Baghdad irak.24

Imam At-thobari berpendapat bahwa umat islam wasathiyah adalah ; umat islam yang
moderat, karena mereka berada pada posisi tengah dalam semua agama, mereka bukanlah
kelompok yang ekstrim dan berlebihan seperti sikapnya nashrani dalam ajaran
kerahibannya yang menolak dunia dan kodratnya sebagai manusia. Umat islam juga bukan
seperti bebas dan lalainya kaum yahudi yang mengganti kitab-kitab Allah SWT,
membunuh para nabi, mendustahi tuhan dan kafir pada-NYA. Akan tetapi umat islam
adalah umat pertengahan yang seimbang dalam agama, maka karena inilah Allah SWT
menamakan mereka umat yang moderat.25

24
http://wiyonggoputih.blogspot.com/2015/10/kisah-imam-ibnu-jarir-at-thobari-rh.html
25
Arif Khairan M, Moderasi Islam (Wasathiyah Islam) Perspektif Al-Qur’an, As-Sunnah Serta Pandangan Para
Ulama dan Fuqaha, 2020

11
5.2 Imam abu hamid alghozali

Imam al-Ghazali atau yang biasa disebut dengan Hujjatul islam, memiliki nama asli
muhammad bin muhammad bin ahmad al-ghozali. Beliau dilahirkan pada tahun 450 H
didesa yang bernama ghozali kota thous provinsi khurosan di sebelah iran bagian utara.
Beliau adalah seorang ulama yang sangat produktif dalam mengarang sebuah kitab, kitab
yang paling masyhur dan banyak di gunakan oleh berbagai pondok di indonesia diantaranya
ihya’ ulumuddin. Beliau wafat pada hari senin tanggal 14 jumadil akhir tahun 505 H di
umur yang ke 55 tahun. Murid imam Haromain satu ini memiliki kepandain yang sangat
luar biasa, mahir dalam bidang Al-Qur’an, hadits, ilmu mantiq, filsafat, tasawuf dan tauhid.

Dalam ilmu tauhid misalnya, beliau mempunyai kitab yang bernama al iqtishod fiil
i’tiqod dalam kitab ini banyak mengulas soal perdebatan yang terjadi di antara teolog, baik
yang berafiliasi pada al-Asy’ari, al-Maturidi, Muktazilah, Qadariah, Jabariah, dan
sebagainya. Tetapi yang paling menarik adalah perdebatan di kalangan As’ariy itu sendiri.
Di mana al-Baqillani memilih pendapat yang berseberangan dengan konsensus para
Asy’ariy yang kala itu sudah dirasa cukup mapan. Pokok persoalan tersebut bermula dari
pandangan al-Baqillani soal sifat Baqa (kekal) Allah s.w.t., menurutnya sifat baqa tersebut
hanya komplementer atas Zat.

Dari kasus itulah, kemudian al-Ghazali berdiri di tengah, untuk mengenengahi polemik
yang terjadi di kalangan para asy’ariy. Menurut al-Ghazali, pandangan al-Baqillani yang
dianggap keluar dari rumusan teolog asy’arian sebenarnya hanya menyangkut lafal yang
tidak esensial, di mana masalah zat atau atribut tambahan merupakan persoalan sepele yang
tidak perlu diributkan.Itulah mengapa al-Ghazali kerap menjadi sosok mediator handal,
yang mampu meredam berbagai gejolak yang lahir dari perbedaan.

5.3 Imam as-syatibiy

Imam syathibi adalah salah satu imam ahlus sunnah waljama’ah bermadzhab maliki,
nama lengkap beliau adalah Abu ishaq ibrahim bin musa bin muhammad Al-lakhmi Asy-
sythibi. Tanggal lahir beliau tidak di ketahui secara sepesifik, akan tetapi ada yang
mengatakan sekitar tahun 720 H, wafat pada hari selasa tanggal 8 sya’ban tahun 790 H di
granada pada masa spanypl islam.

Dalam kitabnya Al-muwafaqot kitab tentang ilmu ushul fiqih yang menerangkan dan
menjelaskan tentang hikmah-hikmah dibalik hukum taklif. Beliau menjelaskan bahwa
moderat atau wasath itu merupakan karakter kebanyakan hukum syariat. Tengah dalam arti
tidak terlalu memudahkan (takhfif) sehingga bisa menghilangkan kodrat tuntutan syari’at
yang pada dasarnya menjadi lawan dari pada hawa nafsu. Dan juga tidak terlalu
menyulitkan (tasydid) sehingga dipahami oleh sebagian orang yang setuju dengan hal ini
dengan makna yang terbatas tanpa mendalaminya.

12
‫ وال‬،‫ وإال؛ لزم ارتفاع مطلق التكليف من حيث هو حرج وخمالف للهوى‬،‫( أن الشريعة ْحل على التوسط ال على مطلق التخفيف‬
26
) ‫على مطلق التشديد؛ فليأخذ املوفق يف هذا املوضوع حذره؛ فإنه مزلة قدم على وضوح األمر فيه‬
5.4 Syekh yusuf al qordhowi

Syekh yusuf al-qordhowi lahir pada tanggal 9 september tahun 1926 di saft turab di
tengah delta sungai nil, negara mesir. Beliau pada umur 10 tahun sudah hafal Al-qur’an.
Belajar di ma’had thantha dan ma’had tsanawi, lalu melanjutkan ke universitas al-azhar
fakultas ushuluddin sampai mendapatkan gelar doktoral pada tahun 1972 dengan
disertasinya ‘’zakat dan dampaknya dalam penanggulangan kemiskinan’’ . Beliau adalah
salah satu ulama kontemporer yang sukses mengarang lebih dari 125 buku dalam berbagai
dimensi keislaman. Salah satu karyanya yang cukup fenomenal adalah Dirasah fi Fiqh
Maqashid asy-Syariah. Dalam buku yang diterbitkan Dar asy-Syuruq pada tahun 2008 ini,
al-Qaradhawi membahas panjang lebar tentang maksud-maksud syariat. Tak kalah
menarik, dalam buku ini al-Qaradhawi juga membahas pembagian tiga madrasah:

Pertama, Dzahiriyah Baru (adz-Dzahiriyah al-Judud), Madrasah Dzahiriyah Baru


merupakan sebuah “manhaj” yang memegang teks-teks partikular dengan melupakan
maksud-maksud syariah yang global. Mereka cenderung jumud dan konservatif

Kedua, Penganulir Baru (al-Mu’athilah al-Judud), Madrasah Penganulir Baru,


merupakan “manhaj” yang melupakan teks-teks pertikular. Madrasah ini mengklaim bahwa
mereka melihat kepada maslahat umum dan maksud-maksud global. Mereka menolak teks
Al-Qur’an dan as-Sunnah atas dasar kemaslahatan manusia yang berdampak hancurnya
hukum-hukum syariat

Ketiga, Madrasah Moderat (al-Wasathiyah). merupakan “manhaj” yang berada di


tengah-tengah dua madrasah yang telah lalu. Ia adalah madrasah yang lurus (ash-shirath al-
mustaqim) yang menolak ekstrimisme keduanya. Mereka beriman kepada keseimbangan
dan keadilan. Madrasah Moderat, dalam pandangan al-Qaradhawi, menggabungkan teks-
teks partikular (an-nushush al-juz’iyah) dan maksud-maksud global (al-maqashid al-
kuliyah). Di samping itu madrasah tersebut juga memahami yang pertikular dalam bingkai
yang global. Mereka tak berlebihan mengikuti teks-teks literal seperti Madrasah Zhahiriyah
Baru, dan tak berlebihan dalam menolak teks seperti Madrasah Penganulir Baru.27

5.5 KH. M. Hasyim Asy’ari

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal pada tanggal 24 Dzulqaidah
1287 H atau bertepatan dengan tanggal 14 februari tahun 1871 M di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau adalah putra dari pasangan
kyai asy’ari dan Nyai Halimah.

26
As sythibi, al muwafaqot vol 5 hal 278 (daru ibnu affan) 1997 m
27
https://ibtimes.id/madrasah-moderat-ala-yusuf-al-qaradhawi/

13
Moderasi pemikiran KH.M. Hasyim Asy’ari dan NU dapat dibuktikan dengan selalu
mengambil jalan tengah antara rasionalis ekstrim (muktazilah,dll) dan literalis ekstrim
(khowarij, salafi wahabi,dll) karenanya dalam menyikapi persoalan, metode pemikiran
yanag berkembang dikalangan NU terdapat lima cara, yaitu ; pemikiran moderat (fikrah
wasathiyah), pemikiran toleran (fikrah tasamuhiyah), pemikiran reformatif (fikrah
islahiyah), pemikiran dinamis (fikrah tathawwuriyah), dan pemikiran metodologi (fikrah
manhajiyah).

Sebagai organisasi yang bermanhaj, NU memiliki rel dan batasan. Batasan tersebut
adalah sesuatu yang telah disepakati dalam nahdhotul ulama, bahwa dalam fiqih mengikuti
empat madzhab, dalam tauhid mengikuti madzhab al-imam Abu hasan AL-Asy’ari dan AL
imam Abu manshue Al-maturidi, dan dalam tasawuf sesuai madzhab al-ghozali dan al
junaidi.

Sejarah umat islam selalu dikawal oleh moderasinya, pemahaman ini di anut oleh
mayoritas umat muslim. Moderasi selalu meniscayakan kompromi dalam menghadapi
pendapat pro dan kontra. Tujuanya adalah untuk menyatukan hati dan mengembalikan
kekuatan barisan pihak-pihak yang sementara terlibat kontra.28

5.6 KH. Sahal Mahfud

KH. Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh lahir pada tanggal 17 desember 1937 di desa
kajen, margoyoso, pati, jawa tengah. Beliau pernah menjabat sebagai ketua majlis ulama
indonesia ke-5 masa jabatan 29 juli 2000-24 januari 2014, menjadi rois ‘Aam syuriah
Nahdhotul ulama ke 8. Beliau meninggal pada tanggal 24 januari 2014 pada umur 76. Kiai
Sahal dikenal sebagai pemikir keislaman, kemasyarakatan, dan kebangsaan yang core
value-nya ada pada kemaslahatan. Kiai Sahal mampu menggabungkan kajian Fiqh yang
dominan qoulinya (tekstual) dengan kajian Ushul fiqh yang dominan manhajinya
(metodologis). Di sinilah letak tawassuth (moderasi) pemikiran KH Sahal.

Dalam konteks Ushul fiqh beliau punya dua karya dan dalam qawaid fiqh beliau punya
satu karya. Thariqatul Hushul Ala Syarhi Ghayatil Wushul dan Al-Bayanul Mulamma’ An
Alfadzil Luma’ adalah karya Kiai Sahal dalam bidang Ushul fiqh. Sedangkan dalam bidang
qawaid fiqh adalah Anwarul Bashair ala Syarhi Al-Asybah Wa An-Nadhair. alam konteks
pemikiran fiqh dan ushul fiqh, tawassuth pemikiran Kiai Sahal ada dalam bendera fiqh
sosial, yaitu fiqh yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.

Dalam fiqh sosial ada banyak contoh tawassuth pemikiran Kiai Sahal. Salah satunya
adalah bolehnya perempuan menjadi pemimpin jika punya kemampuan yang memadai.
Secara faktual, Kiai Sahal adalah tokoh Ulama yang mendorong partisipasi perempuan di
ruang publik dengan kunci pengembangan sumber daya manusia. Tampilnya Ibu Nyai
Nafisah Sahal sebagai aktivis perempuan dalam skala lokal (Pati sebagai Ketua Muslimat
NU Dan Anggota DPRD), regional (sebagai Ketua Muslimat NU Jawa Tengah) dan Pusat
(Anggota DPD RI) adalah bukti kongkret keberpihakan Kiai Sahal kepada perempuan
untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam konteks ini, Kiai Sahal tidak mengekang perempuan sebagai makhluk domestik dan

28
Khazanah aswaja hal 401, aswaja NU center PWNU jawa timur .

14
tidak membebaskannya tanpa nilai-nilai agama yang mengharuskan perempuan menghiasi
dirinya dengan akhlakul karimah dan menjauhi hal-hal yang dilarang agama.

Contoh yang lain adalah Zakat. Zakat Tidak hanya gugur dengan diberikan kepada
Mustahiq, tapi sejauhmana Zakat dapat dikelola sehingga mampu menjadi instrument
pengentasan kemiskinan umat. Dalam konteks ini, Zakat Harus dikelola dengan
manajemen profesional oleh praktisi Dan ilmuwan yang amanah sehingga Ada dampak
menuju kemandirian Ekonomi umat.

Dalam konteks politik NU, Kiai Sahal termasuk Ulama yang getol memperjuangkan
khittah. Dalam khittah, warga NU bebas memilih partai politik sehingga Ada kematangan
berpolitik warga NU dan terhindar dari fanatisme ekstrim yang berbahaya dalam
demokrasi.Khittah adalah tawassuth politik NU supaya NU tidak terjebak dalam politik
praktis yang memperebutkan kekuasaan dan disisi lain NU bisa memaksimalkan perannya
dalam bidang sosial kemasyarakatan.

Dalam konteks tasawuf, Kiai Sahal selalu mendorong ikhtiyar (berusaha) dengan tidak
menghilangkan tawakkal (pasrah). Berikhtiyar sambil bertawakkal adalah tawassuth Kiai
Sahal. Tawakkal saja tanpa ikhtiyar adalah fatalisme yang menghilangkan etos
kemandirian umat. Ikhtiyar tanpa tawakkal menghilangkan dimensi spiritual kerja. Kerja
dengan niat mencari anugerah Allah adalah ibadah sehingga bernilai Religius, bukan
sekuler.

Dalam konteks relasi kemanusiaan, Kiai Sahal tidak hanya bergaul dengan orang
Muslim, tapi juga dengan nonmuslim sebagai bukti bahwa Islam adalah Rahmatan Lil-
Alamin. Dalam konteks ibadah, masing-masing umat beragama beribadah sesuai
keyakinannya. Namun dalam konteks mu’amalah (interaksi sosial ekonomi), kerjasama
aktif antar umat manusia lintas agama tidak terelakkan dalam rangka membangun bangsa
dalam segala aspek kehidupan.

Bahkan Kiai Sahal mendorong umat Islam sebagai mayoritas tampil sebagai pelindung
minoritas. Bukan sebaiknya, menindas minoritas. Umat Islam harus menjadi Contoh yang
baik dalam demokrasi yang membawa manfaat nyata bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam skala luas.

Demikian tawassuth Kiai Sahal yang menjadi ‘ibrah bagi santri, kiai, dan akademisi
dalam rangka menghadirkan Islam sebagai problem solving bagi kehidupan masyarakat,
bangsa, dan Negara.

15
6. Kesimpulan

Dari penjelasan yang sudah dijelaskan di atas, maka telah jelas bagi kita bahwa
makna wasathiyah atau moderisasi dalam beragama ini mempunyai landasan sumber
dalil hukum yang jelas baik dari Al-qur’an, As Sunnah, dikuatkan juga dengan sikap
dan pendapat ulama salaf atau modern, sehingga wasathiyah ataupun moderisasi
beragama ini tidaklah menjadi suatu hal yang baru. Yakni sudah ada dari zaman dulu
dan dikembangkan lebih dalam dimasa sekarang dengan mengemasnya lebih baik,
dikaji dan diaplikasikan dalam berkehidupan sehari-hari.

Adapun ayat al-qur’an yang secara sepesifik menyebutkan kata wasath ada 4;
Al baqoroh ayat 143, Al baqoroh ayat 238, Al-qolam ayat 28 dan Al ‘adiyat ayat 5.
Makna wasathiyah sendiri dalam menurut ulama’ ahli tafsir bisa diartikan dengan
pertengahan, yang paling adil atau bijak, yang terbaik.

Sedangkan hadits-hadits nabi yang menjelaskan makna wasathiyah sendiri itu


ada; pertama dalam Hadits Shohih Al-bukhori no 3091 yang sebenarnya menjadi
penjelas atas ayat 143 surat Al baqoroh, Nabi Nuh diminta mencari saksi oleh Allah
SWT atas ajaran yang disampaikan kepada ummatnya, para saksi tersebut adalah
nabiyyuna Muhammad SAW dan para umatya. Kedua Hadits Ibnu Majah no 3268
yang menjelaskan tentang adab atau tata cara makan, dimulai dengan yang ada
dipinggir atau yang berhadapan, kemudian diakhiri dengan makanan yang ada ditengah.
Ketiga Hadits Abi Dawud no 1349 yang menjelaskan bahwa harta yang terbaik untuk
dikeluarkan adalah yang pertengahan. Sehingga dengan tiga hadits ini makna
wasathiyah adalah adil dan pertengahan.

Ulama ulama yang bersikap moderat adalah ulama yang berpaham ahlus sunnah
waljama’ah seperti imam athobari, ibnu katsir, qurthubi, Imam syathiby, wahbah
zuhaili, yusuf qordhowi, KH. M. Hasyim Asy A’ri, KH. Sahal Mahfud. dll

16
Daftar pustaka
Al bukhori, al jaamiul musnad as-shohih, (Daaru thoqun najah)
Al mubarokfuri, mir’ah al mafaatih syarah miskat al-masyabih, ( india, idaroh al
buhust al ilmiyah, 1984)
Al-bahadili, Al-islam diinul wasathiyah wal i’tidal (mu as sasatul rofid)
Al-qurthubi, Al-Jaami’u lil Ahkaamil qur’an (kairo; darul kutub mishriyah 1964 m)
Arif Khairan M, Moderasi Islam (Wasathiyah Islam) Perspektif Al-Qur’an, As-
Sunnah Serta Pandangan Para Ulama dan Fuqaha, 2020
As sholaby, al-wasthiyah fiil-qur’anil kariim (kairo,maktabah as-shohabah )
As sythibi, al muwafaqot (daru ibnu affan) 1997 m
At tibrizi, miskaatul mashobih (maktab islamiyah-bairut) cetakan ketiga 1985 m
Departemen pendidikan nasional, kamus besar bahasa indonesia, KBBI edisi ke III
(cet IV jakarta; pusat bahasa, 2007).
http://wiyonggoputih.blogspot.com/2015/10/kisah-imam-ibnu-jarir-at-thobari-rh.html
https://ibtimes.id/madrasah-moderat-ala-yusuf-al-qaradhawi/
https://quran.kemenag.go.id/sura/
Ibnu faris, mu’jam maqoyisil lughoh, (daarul fikr) cetakan tahun 1979 H
ibnu mandhur, lisaanul ‘arob. )bairut-daaru shodir) cetakan 3 tahun 1313 H
Ibnu hajar, fathul bari syarah shohih al bukhori (bairut, darul ma’rifah 1379)
Ibnu katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-adzim, (Bairut; darul kutub ilmiyah 1419 H)
J.W.M. Verharr, asas asas Linguistik umum (yogyakarta; gajah muda university press,
1996)
Khazanah aswaja, aswaja NU center PWNU jawa timur .
Thobari, jamiiul bayan, (makkah al mukarromah, daarul tarbiyah wat turats)

17

Anda mungkin juga menyukai