pd
Disusun Oleh :
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB IV PENUTUP................................................................................................12
4.1 Kesimpulan...................................................................................................12
4.2 Saran.............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Teori
Ada lebih dari 100.000 pulau yang tersebar di seluruh dunia, yang berisi
lebih dari 400 juta penduduk (Lilley, 2006). Pulau merupakan bagian integral dari
keanekaragaman hayati bumi, dengan kondisi lingkungannya yang berbeda yang
menawarkan tempat berlindung bagi berbagai spesies tanaman dan satwa liar
terancam
Bentuk interaksi wisatawan dan masyarakat lokal bervariasi sesuai dengan
motivasi dan pelaku terjadinya interaksi. Menurut de Kadt (1979), terdapat tiga
bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal. Bentuk inter- aksi yang
paling umum terjadi adalah di saat kedua pihak melakukan transaksi wisata.
Pelaku interaksi adaah wisatawan yang me- makai produk wisata serta masyarakat
lokal yang menyediakannya. Interaksi kedua terjadi apabila wisatawan dan
masyarakat lokal saling bertemu di atraksi wisata yang sama.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial
budaya interaksi Masyarakat lokal dengan wisatawan dan juga mengeksplorasi
interaksi budaya antara masyarakat dan pengunjung ke pulau-pulau yang
menggunakan teori pertukaran sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang
pengalaman pulau.
Sebagai interaksi budaya sering menjadi pusat pengalaman pengunjung di
pulau-pulau, kebencian terhadap pariwisata oleh penduduk setempat dapat
mencairkan pengalaman wisata dan menjadi penghalang untuk memanfaatkan
interaksi inang-tamu sebagai titik diferensiasi pasar. Akibatnya, pengelolaan
pariwisata pulau secara lestari sangat kompleks dengan kebutuhan untuk responsif
terhadap pendapat masyarakat setempat yang beragam dan sering bertentangan
(Lilka, 2001).
1
1.2 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi pada masyarakat
lokal dan wisatawan
2. Agar dapat mengetahui tangapan masyarakat local terhadap wisatawan
3. Agar dapat mengetahui dampak dari sosial budaya akibat interaksi dengan
wisatawan
1.3 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Untuk menambah kemahiran dalam meriview jurnal
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana sosial
budaya dan dampaknya akibat interaksi dengan wisatawan
2
BAB II
ANALISIS JURNAL
2.1 Identitas Jurnal
Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Dampak Sosial Budaya Interaksi
Wisatawan dengan Masyarakat Lokal di Kawasan
Sosrowijayan
4. ISSN : 1411-9862
5. Halaman : 201 - 208
6. Tanggal : Desember 2013
7. Penulis : Sri Safitri Oktaviyanti
Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal : Tourism interaction on islands: the community
and visitor social exchange
3
2.2 Ringkasan Jurnal
1. Abstrak
Sosrowijayan merupakan kawasan pariwisata di Yogyakarta,
dimana interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal memberi
dampak pada pertumbuhan kehidupan pariwisata. Bentuk interaksi
bervariasi berdasarkan motivasi dan pelaku interaksi. Pertama
dilakukan untuk transaksi bisnis, wisatawan sebagai konsumen dan
pelaku usaha sebagai penyedia. Kedua terjadi saat wisatawan dan
masyarakat bertemu di atraksi wisata yang sama, yaitu café resto
dengan motivasi pertemanan, keuangan, dan romantisme. Interaksi
berikutnya terjadi saat kedua belah pihak menggali informasi, baik
mengenai pariwisata, budaya maupun data pribadi. Interaksi untuk
bertransaksi wisata lebih sering terjadi diikuti dengan interaksi pada
saat wisatawan dan masyarakat lokal bertemu di cafe atau restoran di
Sosrowijayan. Interaksi kemudian dapat dibedakan antara wisatawan
dengan masyarakat pekerja, dan dengan masyarakat non pekerja.
Dampak sosial budaya akibat interaksi tersebut meliputi efek
demonstratif, perubahan nilai sosial, contoh: norma perubahan
pandangan akan hubungan pria dan wanita, sifat materialistis dan
nilai budaya pada pertunjukan seni, pembelajaran budaya serta
budaya pariwisata.
4
2. Latar belakang teori
Bentuk interaksi wisatawan dan masyarakat lokal bervariasi sesuai
dengan motivasi dan pelaku terjadinya interaksi. Menurut de Kadt (1979),
terdapat tiga bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal.
Bentuk inter- aksi yang paling umum terjadi adalah di saat kedua pihak
melakukan transaksi wisata. Pelaku interaksi adaah wisatawan yang me-
makai produk wisata serta masyarakat lokal yang menyediakannya.
Interaksi kedua terjadi apabila wisatawan dan masyarakat lokal saling
bertemu di atraksi wisata yang sama. Dalam hal ini, di resto atau cafe yang
ada di Sosrowijayan. Bentuk interaksi berikutnya adalah interaksi yang
terjadi saat kedua pihak saling bertukar informasi, baik mengenai
pariwisata, budaya ataupun antar pribadi, di kawasan wisata.
5
3. Tujuan penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
sosial budaya interaksi Masyarakat lokal dengan wisatawan dan juga
mengeksplorasi interaksi budaya antara masyarakat dan pengunjung ke
pulau-pulau yang menggunakan teori pertukaran sosial untuk
meningkatkan pemahaman tentang pengalaman pulau.
4. Metode penelitian
Metode kualitatif digunakan dalam pene- litian ini dengan
pendekatan etnografi dan studi kasus cross sectional. Pendekatan ini
memungkinkan- peneliti untuk menggali data mengenai interaksi
wisatawan dan masyarakat beserta dampaknya. Peneliti berperan sebagai
seorang pengamat dengan terjun langsung ke area penelitian dalam jangka
waktu tertentu (Rahardjo, 2010; Prastowo, 2011).
Metode ini terdiri dari tiga puluh wawancara mendalam dengan
pemangku kepentingan masyarakat dan pariwisata, dan merupakan bagian
dari studi multi-fase yang menggunakan teori pertukaran sosial sebagai
lensa untuk menerangi berbagai perspektif pulau di
teraksi Makalah ini menyajikan studi kasus komparatif Pulau Bruny di
Tasmania, dan Pulau Magnetik di Queensland, Australia.
5. Subjek penelitian
Narasumber dipilih dengan sistem purposive sampling yaitu orang
yang dianggap tahu diharapkan dapat memberikan informasi yang
diperlukan sebanyak-banyaknya (Prastowo, 2011).
6
masuk atraksi wisata, pembelian suvenir, makanan minuman serta akomodasi.
Interaksi ini berlangsung singkat apabila tujuannya hanya pada tercapainya
transaksi. Namun, kontak dapat berlangsung lebih lama apabila keduanya
bertemu lagi untuk keperluan selain transaksi wisata.
8
keuangan sangat jelas di kedua pulau tersebut, penduduk lokal yang tidak
bergantung secara ekonomi pada pariwisata sering mengungkapkan keinginan
tulus untuk berinteraksi guna memberikan pengalaman yang berkualitas dan
bermakna. Penduduk setempat ini menggambarkan memberi pengunjung
pengalaman yang berarti sebagai hadiah, dan berusaha memenuhi keinginan
atau kebutuhan untuk membantu orang lain.
Imitasi budaya asing termasuk pada peru- bahan gaya hidup seperti
mengobrol sampai larut malam, minum alkohol, bermesraan di tempat umum
dan kesukaan akan musik asing seperti reggae dan blues. Dari sudut pandang
masyarakat lokal, efek demonstratif dianggap sebagai dampak negatif dari
inter- aksi wisatawan dan masyarakat.
2. Perubahan Nilai-nilai
Interaksi yang menimbulkan usaha peniruan akan gaya hidup wisatawan
mancanegara sebagai akibat efek demonstratif juga meng- arah pada
perubahan nilai sosial budaya masyarakat lokal. Perubahan yang terjadi di
antaranya adalah:
1). Adanya budaya konsumtif dan materialistik sebagai akibat usaha imitasi
budaya wisatawan. Ini ter- jadi saat masyarakat melihat kebiasaan wisatawan
dan ingin menirunya, seperti keinginan memiliki kamera atau handphone
terbaru, makan dan minum menu asing, bepergian dan belanja layaknya
wisatawan serta mengutamakan materi.
2). Perubahan persepsi hubungan pria dan wanita ter- utama sebagai akibat
dari interaksi antara wisatawan asing Kaukasia yang disebut bule dengan para
pemburu bule yang disebut sebagai bule hunter. Interaksi wisatawan asing
(bule) dengan masyarakat lokal yang ingin menjalin hubungan dengan
wisatawan asing (bule hunter) ini bervariasi dari yang sekedar ingin berteman
sampai tinggal bersama selama kunjungan wisatawan, bahkan ada yang
9
berlanjut ke tahap pernikahan. Ini mengubah cara pandang masyarakat lokal
yang mengarah pada diterimanya bentuk hubungan khas masyarakat asing
yang tidak harus mutlak diresmikan dalam pernikahan.
3). Berkurangnya sikap tenggang rasa dan menghargai di antara masyarakat
pekerja yang saling berlomba dalam mengeruk keuntungan dari penjualan
produk wisata. Ini ditandai dengan kompetisi antara para guide lokal yang
ingin menjual sebanyak mungkin produk wisata kepada wisatawan
3. Pembelajaran Budaya
Baik wisatawan maupun masyarakat lokal sama-sama diuntungkan dengan
adanya pembelajaran budaya. Meskipun keduanya mungkin tidak langsung
menerapkan budaya baru dalam kegiatan mereka selama interaksi
berlangsung, setidaknya mereka tahu bagaimana untuk menghindari konflik di
antara keduanya.
d. Budaya Pariwisata
Howe (2005) menyebutkan bahwa budaya pariwisata adalah budaya yang
berdasarkan kebutuhan wisatawan. Interaksi wisatawan dengan masyarakat
lokal memunculkan daftar kebutuhan dasar dan penunjang wisatawan dalam
melakukan kegiatan pariwisata. Ini mengarah pada terciptanya pengadaan
fasilitas tambahan yang harus disediakan oleh masyarakat lokal selaku tuan
rumah destinasi wisata.
1
BAB III
PEMBAHASAN
Kekurangan :
1. Dalam jurnal ini peneliti hanya melibatkan satu daerah saja yaitu
sosrowijayan.
2. Dalam jurnal ini tidak dikatakan pendapat-pendapat orang yang sudah
diwawancarai tetnang wisatawan.
1
3.3 Perbandingan Jurnal Utama Dengan Jurnal Pembanding
Pada jurnal pertama membahas tentang interaksi masyarakat lokal dan
wisatawan di daerah Sosrowijayan, Indonesia. Dan juga membahas tentang
dampak positif dan negatif dari interaksi antara masyarakat lokal dan wisatawan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian pendekatan
kualitatif dan dengan melalui kegiatan observasi non partisipatif dan partisipatif,
wawancara, studi dokumentasi, rekaman foto atau video.
Pada jurnal ini juga peniliti hanya meneliti satu daerah saja , dan dengan
waktu yang singkat. Jadi hasil yang didapatkan oleh peneliti belum tentu
mewakilkan perilaku umum dari daerah tersebut. Dan peneliti juga tidak
mencantukkan apa respon dan tanggapan dari masyarakat lokal terhadap
wisatawan yang berkunjung dke daerah mereka.
1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melalui penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa interaksi yang terjadi
untuk keperluan wisata yaitu transaksi produk wisata menempati urutan tertinggi
dalam hal intensitas, diikuti dengan interaksi pada saat wisatawan bertemu
masyarakat lokal di suatu atraksi wisata, seperti cafe atau resto di Sosrowijayan.
Sedangkan inter- aksi untuk bertukar informasi, baik mengenai pariwisata maupun
pengalaman pribadi, jarang berlangsung lama apabila tidak didahului atau diikuti
dengan bentuk interaksi lainnya.
1
4.2 Saran