Anda di halaman 1dari 17

Dosen Pengampu : Dr. Samsidar Tanjung, M.

pd

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Disusun Oleh :

NAMA : NADA BAITI


NIM 41633111044
KELAS : EKSTENSI B 2016

PENDIDIKAN MATEMATIKA EKSTENSI B 2016


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical
Journal Review mata kuliah ilmu Soisal dan Budaya Dasar. Penulis berterima
kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan
bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.2 Latar Belakang Teori......................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................1

1.3 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II ANALISIS JURNAL..................................................................................3

2.1 Identitas Jurnal................................................................................................3

2.2 Ringkasan Jurnal.............................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................10

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama....................................................10

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Pembanding...........................................10

3.3 Perbandingan Jurnal Utama Dengan Jurnal Pembanding.............................11

BAB IV PENUTUP................................................................................................12

4.1 Kesimpulan...................................................................................................12

4.2 Saran.............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Teori
Ada lebih dari 100.000 pulau yang tersebar di seluruh dunia, yang berisi
lebih dari 400 juta penduduk (Lilley, 2006). Pulau merupakan bagian integral dari
keanekaragaman hayati bumi, dengan kondisi lingkungannya yang berbeda yang
menawarkan tempat berlindung bagi berbagai spesies tanaman dan satwa liar
terancam
Bentuk interaksi wisatawan dan masyarakat lokal bervariasi sesuai dengan
motivasi dan pelaku terjadinya interaksi. Menurut de Kadt (1979), terdapat tiga
bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal. Bentuk inter- aksi yang
paling umum terjadi adalah di saat kedua pihak melakukan transaksi wisata.
Pelaku interaksi adaah wisatawan yang me- makai produk wisata serta masyarakat
lokal yang menyediakannya. Interaksi kedua terjadi apabila wisatawan dan
masyarakat lokal saling bertemu di atraksi wisata yang sama.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial
budaya interaksi Masyarakat lokal dengan wisatawan dan juga mengeksplorasi
interaksi budaya antara masyarakat dan pengunjung ke pulau-pulau yang
menggunakan teori pertukaran sosial untuk meningkatkan pemahaman tentang
pengalaman pulau.
Sebagai interaksi budaya sering menjadi pusat pengalaman pengunjung di
pulau-pulau, kebencian terhadap pariwisata oleh penduduk setempat dapat
mencairkan pengalaman wisata dan menjadi penghalang untuk memanfaatkan
interaksi inang-tamu sebagai titik diferensiasi pasar. Akibatnya, pengelolaan
pariwisata pulau secara lestari sangat kompleks dengan kebutuhan untuk responsif
terhadap pendapat masyarakat setempat yang beragam dan sering bertentangan
(Lilka, 2001).

1
1.2 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi pada masyarakat
lokal dan wisatawan
2. Agar dapat mengetahui tangapan masyarakat local terhadap wisatawan
3. Agar dapat mengetahui dampak dari sosial budaya akibat interaksi dengan
wisatawan

1.3 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
2. Untuk menambah kemahiran dalam meriview jurnal
3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana sosial
budaya dan dampaknya akibat interaksi dengan wisatawan

2
BAB II
ANALISIS JURNAL
2.1 Identitas Jurnal
 Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Dampak Sosial Budaya Interaksi
Wisatawan dengan Masyarakat Lokal di Kawasan
Sosrowijayan

2. Nama Jurnal : Jurnal Nasional Pariwisata

3. Volume : Volume 5, Nomor 3,

4. ISSN : 1411-9862
5. Halaman : 201 - 208
6. Tanggal : Desember 2013
7. Penulis : Sri Safitri Oktaviyanti

8. Reviewer : Nada Baiti

 Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal : Tourism interaction on islands: the community
and visitor social exchange

2. Nama Jurnal : International Journal of Culture, Tourism and


Hospitality Research
3. Volume : vol. 4, no. 2, pp..
4. Halaman : 96-107
5. Tanggal : march, 2009
6. Penulis : Brent Moyle , Dr Glen Croy, Professor Betty
Weiler

7. Reviewer : Annisa Arnun

3
2.2 Ringkasan Jurnal
1. Abstrak
Sosrowijayan merupakan kawasan pariwisata di Yogyakarta,
dimana interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal memberi
dampak pada pertumbuhan kehidupan pariwisata. Bentuk interaksi
bervariasi berdasarkan motivasi dan pelaku interaksi. Pertama
dilakukan untuk transaksi bisnis, wisatawan sebagai konsumen dan
pelaku usaha sebagai penyedia. Kedua terjadi saat wisatawan dan
masyarakat bertemu di atraksi wisata yang sama, yaitu café resto
dengan motivasi pertemanan, keuangan, dan romantisme. Interaksi
berikutnya terjadi saat kedua belah pihak menggali informasi, baik
mengenai pariwisata, budaya maupun data pribadi. Interaksi untuk
bertransaksi wisata lebih sering terjadi diikuti dengan interaksi pada
saat wisatawan dan masyarakat lokal bertemu di cafe atau restoran di
Sosrowijayan. Interaksi kemudian dapat dibedakan antara wisatawan
dengan masyarakat pekerja, dan dengan masyarakat non pekerja.
Dampak sosial budaya akibat interaksi tersebut meliputi efek
demonstratif, perubahan nilai sosial, contoh: norma perubahan
pandangan akan hubungan pria dan wanita, sifat materialistis dan
nilai budaya pada pertunjukan seni, pembelajaran budaya serta
budaya pariwisata.

Interaksi Wisata di Kepulauan: Tujuan Komunitas dan


Pengunjung Sosial. Tujuan makalah ini adalah untuk mengeksplorasi
interaksi budaya antara masyarakat dan pengunjung ke pulau-pulau yang
menggunakan teori pertukaran sosial untuk meningkatkan pemahaman
tentang pengalaman pulau. Metode ini terdiri dari tiga puluh wawancara
mendalam dengan pemangku kepentingan masyarakat dan pariwisata, dan
merupakan bagian dari studi multi-fase yang menggunakan teori
pertukaran sosial sebagai lensa untuk menerangi berbagai perspektif pulau
di teraksi Makalah ini menyajikan studi kasus komparatif Pulau Bruny di
Tasmania, dan Pulau Magnetik di
Queensland, Australia. Temuan menunjukkan
bahwa anggota masyarakat setempat memiliki berbagai motivasi untuk
masuk ke dalam pertukaran sosial dengan pengunjung, mulai dari semata-
mata ekonomi, hingga keinginan tulus untuk memberikan pengalaman
berkualitas. Selain itu, temuan menunjukkan sifat interaksi budaya pulau
dapat sangat bervariasi, mulai dari pertukaran yang ramah dan penuh
makna hingga kontak yang superfisial dan bahkan bermusuhan.

4
2. Latar belakang teori
Bentuk interaksi wisatawan dan masyarakat lokal bervariasi sesuai
dengan motivasi dan pelaku terjadinya interaksi. Menurut de Kadt (1979),
terdapat tiga bentuk interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal.
Bentuk inter- aksi yang paling umum terjadi adalah di saat kedua pihak
melakukan transaksi wisata. Pelaku interaksi adaah wisatawan yang me-
makai produk wisata serta masyarakat lokal yang menyediakannya.
Interaksi kedua terjadi apabila wisatawan dan masyarakat lokal saling
bertemu di atraksi wisata yang sama. Dalam hal ini, di resto atau cafe yang
ada di Sosrowijayan. Bentuk interaksi berikutnya adalah interaksi yang
terjadi saat kedua pihak saling bertukar informasi, baik mengenai
pariwisata, budaya ataupun antar pribadi, di kawasan wisata.

beberapa perubahan muncul sebagai dampak yang mempengaruhi-


kehidupan wisatawan dan masyarakat, baik secara sosial ataupun budaya.
Ini bisa berupa perubahan nilai nilai sosial dan budaya, serta perubahan
kebiasaan dan gaya hidup yang mempengaruhi keduanya. Dampak ini
menjadi berkembang dikarenakan variasi intensitas interaksi dan pelaku
yang melakoni interaksi. Contohnya adalah dengan adanya efek
demonstratif di mana masyarakat lokal yang sering terlibat dengan
wisatawan mencoba meniru kebiasaan wisatawan. Sedangkan pada
interaksi singkat, akan tercipta budaya pariwisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan atau- pun persaingan antara masyarakat lokal dalam
mencari keuntungan dari wisatawan.

Proses interaksi aktual antara pengunjung dan penduduk asli di


pulau-pulau tetap tidak dieksplorasi. Kesenjangan konseptual ini akan
dialamatkan untuk membantu memahami lebih jauh bagaimana penduduk
setempat dan pengunjung dapat mengalami interaksi yang berarti dan
saling menguntungkan di lingkungan pulau.

Interaksi antara berbagai kelompok atau aktor diteliti secara


ekstensif dalam disiplin sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan
ekonomi (Goodwin, 1981; Goffman, 1961; Manski, 2000; McGrath &
Kelly, 1986). Teichman dan Foa (1975) mengemukakan bahwa konsep
interaksi didasarkan pada sistem yang saling terkait dimana dua atau lebih
aktor terhubung, sehingga menghasilkan pertukaran sumber daya dua arah
yang mengarah pada serangkaian hasil. Beberapa kerangka teoretis
berbasis interaksi manusia atau pribadi telah dikembangkan dan diterapkan
secara sosiologi khususnya.

5
3. Tujuan penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
sosial budaya interaksi Masyarakat lokal dengan wisatawan dan juga
mengeksplorasi interaksi budaya antara masyarakat dan pengunjung ke
pulau-pulau yang menggunakan teori pertukaran sosial untuk
meningkatkan pemahaman tentang pengalaman pulau.

4. Metode penelitian
Metode kualitatif digunakan dalam pene- litian ini dengan
pendekatan etnografi dan studi kasus cross sectional. Pendekatan ini
memungkinkan- peneliti untuk menggali data mengenai interaksi
wisatawan dan masyarakat beserta dampaknya. Peneliti berperan sebagai
seorang pengamat dengan terjun langsung ke area penelitian dalam jangka
waktu tertentu (Rahardjo, 2010; Prastowo, 2011).
Metode ini terdiri dari tiga puluh wawancara mendalam dengan
pemangku kepentingan masyarakat dan pariwisata, dan merupakan bagian
dari studi multi-fase yang menggunakan teori pertukaran sosial sebagai
lensa untuk menerangi berbagai perspektif pulau di
teraksi Makalah ini menyajikan studi kasus komparatif Pulau Bruny di
Tasmania, dan Pulau Magnetik di Queensland, Australia.

5. Subjek penelitian
Narasumber dipilih dengan sistem purposive sampling yaitu orang
yang dianggap tahu diharapkan dapat memberikan informasi yang
diperlukan sebanyak-banyaknya (Prastowo, 2011).

6. Hasil dan pembahasan


Interaksi Wisatawan dan Mayarakat lokal
Pada bentuk interaksi ini, wisatawan dan masyarakat lokal berinteraksi
untuk mencapai kesepakatan transaksi wisata. Pelaku interaksi yaitu
wisatawan yang ingin membeli produk wisata sementara masya- rakat lokal
terdiri dari para pekerja di usaha bidang wisata yang menyediakan berbagai
unsur penunjang kegiatan pariwisata-. Meliputi pengadaan tiket
perjalanan, tiket

6
masuk atraksi wisata, pembelian suvenir, makanan minuman serta akomodasi.
Interaksi ini berlangsung singkat apabila tujuannya hanya pada tercapainya
transaksi. Namun, kontak dapat berlangsung lebih lama apabila keduanya
bertemu lagi untuk keperluan selain transaksi wisata.

Interaksi di atraksi wisata yang sama


Pada interaksi ini, kontak terjadi saat wisatawan bertemu masyarakat lokal
di resto atau cafe atau di area umum lain di mana terdapat pertunjukan seni
budaya. Kegiatan ini dapat berupa acara musik rutin yang diadakan resto cafe
atau acara khusus seperti pertunjukan wayang atau musik yang digelar oleh
masyarakat atau komunitas seni setempat. Pelaku interaksi ini adalah
wisatawan dan masyarakat non pekerja yang sama-sama datang ke lokasi
tertentu dengan berbagai tujuan. Keduanya bertemu entah sengaja ataupun
tidak dan mulai melakukan interaksi. Ada beberapa motivasi yang
melatarbelakangi- interaksi ini, bergantian dari segi wisatawan ataupun
masyarakat.

Interaksi untuk bertukar informasi.


Pada bentuk interaksi ini, wisatawan dan masyarakat lokal melakukan
kontak demi mendapatkan informasi, baik tentang pariwisata ataupun diri
pribadi. Dilakukan oleh wisatawan dan masyarakat lokal, baik pekerja maupun
non pekerja, interaksi ini dapat terjadi di manapun di Sosrowijayan. Kontak
dapat berlangsung di jalan, restoran, toko suvenir ataupun kantor biro wisata.
Wisatawan dapat menanyakan arah kepada tukang becak di tepi jalan,
mengenai makanan khas setempat kepada orang yang ditemui juga jadwal
pertunjukan tari tradisi di Kraton kepada pemilik hotel.

Wawancara mengungkapkan bahwa, pada saat inisiasi tahap pertukaran,


penduduk setempat memiliki beragam alasan untuk berinteraksi dengan
pengunjung, yang bervariasi di seluruh masyarakat. Di kedua pulau tersebut,
motivasi masyarakat lokal yang paling banyak berinteraksi dengan
pengunjung adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan finansial atau
ekonomi, dengan pemilik bisnis di Pulau Bruny berkomentar: "Orang-orang
yang menyediakan layanan berinteraksi dengan wisatawan karena mereka
memerlukan penghasilan, namun tetap saja membenci orang-orang yang
berada di sini dan mengatakan 'syukurlah musim liburan sudah
berakhir'. "

Bukti tersebut menunjukkan bahwa beberapa penduduk setempat hanya


melihat wisatawan hanya dalam hal sumber keuangan yang mereka bawa ke
bursa. Sementara keinginan untuk berinteraksi dengan pengunjung karena
7
alasan

8
keuangan sangat jelas di kedua pulau tersebut, penduduk lokal yang tidak
bergantung secara ekonomi pada pariwisata sering mengungkapkan keinginan
tulus untuk berinteraksi guna memberikan pengalaman yang berkualitas dan
bermakna. Penduduk setempat ini menggambarkan memberi pengunjung
pengalaman yang berarti sebagai hadiah, dan berusaha memenuhi keinginan
atau kebutuhan untuk membantu orang lain.

Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan dan Masyarakat Lokal


1. Efek Demonstratif
Seperti diungkapkan de Kadt dalam Tashadi (1994), efek demonstratif
adalah perubahan nilai, sikap dan perilaku suatu masyarakat sebagai akibat
dari kunjungan wisatawan ke daerah itu, terutama karena adanya interaksi
dengan wisatawan dan usaha meniru budaya wisatawan. Dampak interaksi
wisatawan dengan masyarakat lokal antara lain dapat dilihat dari peru- bahan
gaya busana masyarakat- yang meniru wisatawan, gaya bahasa, sikap dan
perilaku yang ditunjukkan masyarakat lokal.

Imitasi budaya asing termasuk pada peru- bahan gaya hidup seperti
mengobrol sampai larut malam, minum alkohol, bermesraan di tempat umum
dan kesukaan akan musik asing seperti reggae dan blues. Dari sudut pandang
masyarakat lokal, efek demonstratif dianggap sebagai dampak negatif dari
inter- aksi wisatawan dan masyarakat.

2. Perubahan Nilai-nilai
Interaksi yang menimbulkan usaha peniruan akan gaya hidup wisatawan
mancanegara sebagai akibat efek demonstratif juga meng- arah pada
perubahan nilai sosial budaya masyarakat lokal. Perubahan yang terjadi di
antaranya adalah:
1). Adanya budaya konsumtif dan materialistik sebagai akibat usaha imitasi
budaya wisatawan. Ini ter- jadi saat masyarakat melihat kebiasaan wisatawan
dan ingin menirunya, seperti keinginan memiliki kamera atau handphone
terbaru, makan dan minum menu asing, bepergian dan belanja layaknya
wisatawan serta mengutamakan materi.
2). Perubahan persepsi hubungan pria dan wanita ter- utama sebagai akibat
dari interaksi antara wisatawan asing Kaukasia yang disebut bule dengan para
pemburu bule yang disebut sebagai bule hunter. Interaksi wisatawan asing
(bule) dengan masyarakat lokal yang ingin menjalin hubungan dengan
wisatawan asing (bule hunter) ini bervariasi dari yang sekedar ingin berteman
sampai tinggal bersama selama kunjungan wisatawan, bahkan ada yang

9
berlanjut ke tahap pernikahan. Ini mengubah cara pandang masyarakat lokal
yang mengarah pada diterimanya bentuk hubungan khas masyarakat asing
yang tidak harus mutlak diresmikan dalam pernikahan.
3). Berkurangnya sikap tenggang rasa dan menghargai di antara masyarakat
pekerja yang saling berlomba dalam mengeruk keuntungan dari penjualan
produk wisata. Ini ditandai dengan kompetisi antara para guide lokal yang
ingin menjual sebanyak mungkin produk wisata kepada wisatawan

3. Pembelajaran Budaya
Baik wisatawan maupun masyarakat lokal sama-sama diuntungkan dengan
adanya pembelajaran budaya. Meskipun keduanya mungkin tidak langsung
menerapkan budaya baru dalam kegiatan mereka selama interaksi
berlangsung, setidaknya mereka tahu bagaimana untuk menghindari konflik di
antara keduanya.
d. Budaya Pariwisata
Howe (2005) menyebutkan bahwa budaya pariwisata adalah budaya yang
berdasarkan kebutuhan wisatawan. Interaksi wisatawan dengan masyarakat
lokal memunculkan daftar kebutuhan dasar dan penunjang wisatawan dalam
melakukan kegiatan pariwisata. Ini mengarah pada terciptanya pengadaan
fasilitas tambahan yang harus disediakan oleh masyarakat lokal selaku tuan
rumah destinasi wisata.

1
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Utama Kelebihan :
1. Metode yang digunakan adalah Metode kualitatif digunakan dalam pene-
litian ini dengan pendekatan etnografi dan studi kasus cross sectional.
2. Jurnal ini membahas secara jelas atau terperinci tentang bagaimana
interaksi dan dampak dari interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan.
3. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara, studi
dokumentasi, rekaman foto atau video dengan cara ini dapat
mempermudah mengetahui langsung bagaimana interaksi terjadi.
4. Dalam jurnal ini peneliti menggunakan data detail dan mudah untuk
dimengerti bagi pembaca.

Kekurangan :
1. Dalam jurnal ini peneliti hanya melibatkan satu daerah saja yaitu
sosrowijayan.
2. Dalam jurnal ini tidak dikatakan pendapat-pendapat orang yang sudah
diwawancarai tetnang wisatawan.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Pembanding Kelebihan :
1. Dalam jurnal ini peniliti tidak hanya melibatkan satu daerah tetapi
melibatkan dua pulau di Australia.
2. Peneliti mencanatumkan pendapat orang-orang yang telah di wawancarai.
3. Dalam jurnal dijelaskan secara rinci tentang tentang interaksi yang terjadi.
Kekurangan :
1. Dalam jurnal ini penulisan kurang rapi dan sulit untuk dimengerti.
2. Dalam jurnal tidak ada data-data yang ditampilkan.
3. Dalam jurnal peneliti tidak menuliskan dampak dari interaksi antara
masyarakat lokal dan wisatawan.

1
3.3 Perbandingan Jurnal Utama Dengan Jurnal Pembanding
Pada jurnal pertama membahas tentang interaksi masyarakat lokal dan
wisatawan di daerah Sosrowijayan, Indonesia. Dan juga membahas tentang
dampak positif dan negatif dari interaksi antara masyarakat lokal dan wisatawan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian pendekatan
kualitatif dan dengan melalui kegiatan observasi non partisipatif dan partisipatif,
wawancara, studi dokumentasi, rekaman foto atau video.
Pada jurnal ini juga peniliti hanya meneliti satu daerah saja , dan dengan
waktu yang singkat. Jadi hasil yang didapatkan oleh peneliti belum tentu
mewakilkan perilaku umum dari daerah tersebut. Dan peneliti juga tidak
mencantukkan apa respon dan tanggapan dari masyarakat lokal terhadap
wisatawan yang berkunjung dke daerah mereka.

Sedangkan pada jurnal pembanding membahas tentang interaksi antara


masyarakat lokal dan wisatawan di dua daerah yaitu pulau brunny dan magnetik
islands , Australia.
Dalam jurnal ini peniliti mengumpulkan pendapat dan tanggapan orang
yaitu sebagai masyarakat lokal terhadap wisatawan yang berkunjung ke daerah
mereka. Tetapi mereka juga hanya meneliti dengan waktu yang sangat singkat,
sehingga belum tentu juga orang yang mereka wawancarai mewakilkan bentuk
umum dari orang-orang didaerah tersebut.
Dalam jurnal ini juga tidak dibahas tentang dampak positif atau negatif
dari interaksi yang terjadi antara masyarakat lokal dan wisatawan yang
berkunjung.

1
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Melalui penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa interaksi yang terjadi
untuk keperluan wisata yaitu transaksi produk wisata menempati urutan tertinggi
dalam hal intensitas, diikuti dengan interaksi pada saat wisatawan bertemu
masyarakat lokal di suatu atraksi wisata, seperti cafe atau resto di Sosrowijayan.
Sedangkan inter- aksi untuk bertukar informasi, baik mengenai pariwisata maupun
pengalaman pribadi, jarang berlangsung lama apabila tidak didahului atau diikuti
dengan bentuk interaksi lainnya.

Dampak sosial budaya sebagai akibat dari terjadinya interaksi meliputi


terjadinya efek demonstratif, munculnya perubahan nilai sosial seperti pada
perubahan norma, pandangan mengenai hubungan pria dan wanita, sifat
materialism dan perubahan unsur budaya dalam pertunjukan seni, adanya
pembelajaran budaya serta terciptanya budaya pariwisata. Dampak ini lebih
berpengaruh pada masyarakat lokal dibandingkan pada wisatawan dikarenakan
singkatnya masa kunjungan wisatawan.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa interaksi pariwisata antara penduduk


lokal dan pengunjung ke pulau-pulau bersifat dinamis dan kompleks. Penduduk
setempat memiliki motivasi yang sangat besar untuk berinteraksi, mulai dari
pemberian penghargaan ekonomi hingga keinginan tulus untuk memberikan
pengalaman yang berarti. Acara, pasar, klub dan kelompok masyarakat
memfasilitasi interaksi antar pulau. Semua hal yang sama, sejumlah hambatan
untuk interaksi ada termasuk perlawanan oleh banyak anggota masyarakat lokal,
dan kurangnya infrastruktur dan sumber daya untuk mendukung interaksi. Sifat
interaksi di pulau-pulau juga sangat bervariasi dari pertukaran yang ramah dan
penuh makna hingga kontak yang dangkal dan bahkan bermusuhan.

1
4.2 Saran

Sebagai mayarakat lokal seharusnya kita memberikan pengalaman dan


kesan-kesan yang bagus dengan para wisatawan yang berkunjungke daerah kita.
Dan kita juga mengenalkan budaya-budaya serta sejarah ataupun yang lainnya
kepada mereka, sehingga mereka pun akan senang dengan budaya kita. Dan juga
kita dapat berinteraksi dengan para wisatawan dengan tulus tanpa mengharapkan
apa-apa. Kita juga jangan sampai terpengaruh dengan budaya-budaya dari luar ,
dan terikut dengan gaya-gaya mereka agar terlihat modernisasi.

Anda mungkin juga menyukai