Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI KAJIAN BANGSA INDONESIA


ERA KEMERDEKAAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:KELOMPOK II
NO NAMA NIM
1. Adit Apriansyah 0204223068
2. Ayu Febrianti Adha 0204223093
3. Fitri khalizah Siregar 0204223091
4. Hilda Hidayah 0204223044
5. Nur Fadilla 0204223056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya kita sanjungkan kehadiran Allah SWT. Yang Maha Agung lagi
Maha Kuasa,Yang masih kita memberikan nikmat yang terbesar kepada kita berupa iman dan
islam.Shalawat dan salam semoga yang tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,yang
mana syafa’atnya yang sangat kita harapkan di yaumil akhir kelak. Aamiin
Makalah Pancasila ini merupakan tugas yang harus di selasaikan pada program
studi S1 ilmu Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. Penyusunan
Makalah ini dilakukan dengan bantuan beberapa pihak,oleh karenanya penyusun mengucapkan
sngat berterima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik
yang konstuktif sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini,demikian juga tulisan tulisan
lain setelahnya.
Akhir kata,semoga makalah ini ada guna dan manfaat dalam memperkaya
khazanah keilmuan bagi kita semua. Aamiin ya rabbal ‘alamin

Tebing-Tinggi,24 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
BAB II PENJELASAN...................................................................................
A. Pancasila Era kemerdekaan ..................................................................
B. Nilai-Nilai Pancasila Pasca Indonesia Merdeka...................................
C. Pendidikan Masa Kemerdekaan............................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila ialah dasar falsafah negara Indonesia sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD
1945.

Sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang sudah ada sejak pada bangsa Indonesia. Percaya pada
suatu yang berkuasa di luar diri manusia yang disebut berketuhanan. Berkemanusiaan yang diwujudkan
dengan mencintai sesama manusia. Saling bersatu perbedaan suku, agama, gotong royong, yang disebut
sebagai kesatuan. Berkerakyatan dalam kelompok kecil kemudian meluas disebut kerakyatan.
Berkeadilan yaitu ingin diperlakukan adil baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.

Selanjutnya apabila seseorang telah mengetahui sesuatu yang benar dan memanfaatkannya, maka
timbullah kecenderungan pada dirinya untuk berusaha menjaga agar sesuatu itu tetap baik keadaannya
sehingga ia dapat memanfaatkannya inilah yang dimaksud dengan mengamankan Pancasila.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pancasila pada masa kemerdekaan?

2. Bagaimana nilai-nilai pancasila masa kemerdekaan?

3. Apa Saja Pendidikan Pada Masa Kemerdekaan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan

2. Menjelaskan Nilai-Nilai Pancasila Era Kemerdekaan

3. Menjelaskan Macam-Macam pendidikan pada Era Kemerdekaan


BAB II

A.Sejarah pancasila pascakemerdekaan

Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom dijatuhkan dikota Hirosima oleh Amerika Serikat yang mulai
menurunkan moral semangat tentara jepang. Sehari kemudian, BPUPKI telah berganti nama menjadi
PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhka di
Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad
tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan golongan muda dan golongan tua
dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02:00-04:00 dini hari. Teks
proklamasi sendiri disusun oleh Ir.Soekarno, Drs.Moh.Hatta dan Mr.Ahmad Soebardjo diruang makan
Laksamana Tadashi Maeda tepatnya dijalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir
Soekarno. Soekarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu
adalah Ir Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi indonesia tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Isi Proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945. Piagam ini berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme serta
memuat dasar pembentukan negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam
Perjanjian Sanfransisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu ialah sumber berdaulat
yang mremancarkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia (Yamin 1954:16). Piagam Jakarta ini kemudian
disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, setelah
terlebih dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, dan kemudian menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan interpretasi ulang
terhadap Pancasila. Saat itu muncul perbedaan perspektif yang dikelompokkan dalam dua kubu.
Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau
kontrak sosial. Mereka memandang Pancasila tidak hanya kompromi politik melainkan sebagai filsafat
sosial atau weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan pancasila sebagai serbuah
kompromi politik. Dasar argumentasi adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.
Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan sebuah kompromi polik diantara golongan nasionalis
nertral agama (Sidik Djojosukarto dan sutan takdir Alisyabana dkk) dan nasionalis Islam(Hamka,
syahpuddin Zuhri Sampai Muhammad Natsir dk) mengenai dasar negara.
Nilai-Nilai Pancasila Pasca Indonesia Merdeka
Pasca kemerdekaan,aktualisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan berbangsa seolah mengalimi
kemorosotan. Kemerosotan dimaksud bahwa diskusi untuk merefleksi dasar negara Indonesia dalam
kehiudupan berbangsa dan bernegara tidak mendapatkan ruang yang cukup. Kondisi tersebut di sebabkan
fokus kehidupan berbangsa di arahkan pada mempertahankan kemerdekan untuk menghadapi agresi
kolonial. Meski demikian terdapat kondisi yang menarik ketika terjadi pergolokan polik di
indonesia.Pancasila tidak mengalami pergeseran dalam setiap konstitusi yang di hasilkan sebagai respon
dalam penolakan politik. Artinya tidak ada usaha untuk menggati Pancasila dasar negara yang diletakkan
pada saat persiapan (tanggal)kemerdekaan Indonesia. 1
Sesaat setelah kemerdekaan indonesian pada 1945,Pancasila melewati masa-masa percobaan demokrasi .
pada waktu itu ,Indonesia masuk keraah percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet
parlimenter. Partai-partai politik pada masa itu sangat subur ,dan proses politik yang ada cendreung
berhasil dalam mengusung kelima sila yang terdapat dalam Pancasilas sebagai dasar Negara. Pada masa
ini ,panacasila mengalami masa kerjanya. Baru pada awal dekade 1950-an muncul insiatif intersiatip dari
sejumlah toko yang hendak interpretasi ulang terhadap Pancasila. Saat itu, muncul perbedaan perspektif
yang di kelompokkan dalam dua regu.
Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan pancasila lebih dari sekedar kompromi politik
atau kontrak sosial. Mereka memandang pancasila tidak hanya kompromi plitik melainkan sebuah filsafat
sosial atau weltanschauung bangsa.
Kedua,mereka yang menempatkan pancasila sebagai sebuah kompromi politik. Dasar
argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam sidang sidang BPUPKI dan PPKI. Pancasila pada saat
itu benar benar merupakan kompromi politik di antara golongan nasionalisme netral agama (sidik
djojosukarto [1908-1955] dan sultan takdir Alisyabana [1908-1994],ddk) dan nasionalis islam (hamka
[1908-1981], KH.Saifuddin Zuhri [1919-1986], Muhammad Natsir [1908-1993], ddk) mengenai dasar
agama.
Ketika partai-partai islam, terutama masyumi memainkan peran penting dalam pemerintahan
selama periode 1950-1955, suara-suara kekecewaan atas pencoretan “tujuh kata” dalam piagam jakarta
kemudian meredah dan di gantikan dengan pandangan yang lebih positif terhadap pancasila. Muhammad
Natsir adalah yang melakukan pembelaan terhadap pancasila dalam pidao di depan pakistan Insitute of
World Affair pada 1952. Menurutnya, pancasila selaras dengan prinsip-prinsip islam dengan menjadikan
ketuhanan yang maha esa sebagai sila pertama pancasila, menurutnya, lima sila itu akan menjadi dasar
etika, moral dan spiritual bangsa Indonesia yang selaras dengan tauhid. Pernyataan yang serupa itu di
ulangi lagi dalam pidatonya peringatan Nuzulul Quran 1954. Kemerdekaan pada 1945. Saya percaya
bahwa dalam momen yang menentukan semacam itu, para pemimpin nasional yang sebagian besar
beragama islam tidak akan menyetujui perumusan yang dalam pandangan mereka bertentangan dengan
prinsip dan doktrin islam.2

1
Edi Rohani,Pendidikan dan Pancasila Kewarganegaraan.,hal.63.
2
dikutip dalam Yudi Lathif, Negara Paripurna.,hal.8
Pendidikan Masa Kemerdekaan
Mohammad Yamin sebagai menteri pendidikan, pengajaran, kebudayaan, pada masa itu
memberikan penjelasan diposisi pendidikan sebagai landasan pembangunan masyarakat
Indonesia nasionalisme, yang artinya pendidikan harus mengangkat tata nilai sosial yang
dijadikan identitas bangsa dengan mencorak tradisi agama, budaya, ras, bahasa, dan sukunya
yang beragam untuk menggantikan pada warisan kolonial.
Pada zaman kemerdekaan kondisi sosial politik tidak stabil. Maka dari itu hal tersebut sangat
mempengaruhi pola dan dinamika nasional saat itu. Dan terjadi beberapa kali perubahan arah
dan orientasi pendidikan nasional. Pada tanggal 1 Maret 1946, tujuan pendidikan beorientasi
untuk usaha dalam menenangkan jiwa patriotisme dan lebih jauh yang dimaksudkan untuk
mengasilkan patriot-patriot bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. 139
undang-undang No.4 tahun 1950 pasal 3, tujuan pendidikan nasional berubah yaitu dengan
adanya perumusan pendidikan dan pengajaran. (Syaharuddin & Susanto, 2019).
Di tanggal 25 November 1945, persatuan guru Repubik Indonesia PGRI mempunyai asas-asas
perjuangan sebagai berikut:
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan
3. Membela hak serta nasib para buruh pada umumnya dan juga buruh pada khususnya.

Langkah yang dibuat pemerintah sebagai berikut:


1. Mendirikan gedung-gedung untuk sekolah baru tetapi hal itu tidak mencukupi
kebutuhan.
2. Menggunakan perumahan-perumahan rakyat/swasta yang memadai untuk dijadikan
bangunan sekolah
3. Menyelenggarakan proses mengajar sebanyak dua kali sehari

Pendidikan di Indonesia tahun 1945-1950 merupakan pendidikan masa perjuangan. Ciri-ciri


utama pada masa periode ini ialah terdapat semacam dualisme dalam pendidikan. Ketika salah
satu pihak pendidikan dan pengajaran berlangsung dibeberapa daerah negara federal yang
dikuasai atau dalam pengaruh Belanda, sedangkan yang dipihak lain langsung dikuasai oleh
pemerintah Republik Indonesia.
Sistem Persekolahan dan Kurikulum Pendidikan diEra Awal Kemerdekaan (1945-1950)
1. Pendidikan Rendah
Dimulai pada awal kemerdekaan disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) masa
pendidikannya awalnya 3 tahun menjadi 6 tahun. Yang dimana kurikulum SR diatur
sesuai dengan keputusan Menteri PPK pada tanggal 19 November 1946 No. 1153/Bhg A
yang menetapkan daftar pelajaran sekolah rakyat dimana penekanannya di pelajaran
bahasa dan berhitung
2. Pendidikan Guru
Pada periode diantara tshun 1945-1950 dikenal tiga jenis pendidikan guru yaitu:
Sekolah Guru B (SGB), masa pendidikan 4 tahun serta tujuan pendidikan guru adalah
untuk sekolah rakyat. Dan murid yang diterima adalah tamatan sekolah rakyat yang
lulus dalam ujian akan masuk sekolah lanjutan. Pelajaran yang diberikan pada murid
bersifat umum dimulai dari kelas I, II, III sedangkan pendidikan keguruan diberikan
dikelas IV.
Sekolah Guru C (SGC), dikarenakan kebutuhan guru disekolah rakyat sangat mendesak
maka perlu melakukan pembukaan sekolah guru yang dalam waktu singkat.
Sekolah guru A (SGA), karena ada yang beranggapan bahwa pendidikan guru 4 selama
tahun belum menjamin pengetahuan yang cukup untuk tingkat pendidikan guru, maka
dari itu dibukalah SGA yang memberi pendidikan tiga tahun sesudah SMP.
3. Pendidikan Umum
Terdapat dua jenis pendidikan Umum yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
sekolah Menengah Tinggi (SMT).
Sekolah Menengah Pertama (SMP) , sama seperti di zaman Jepang, juga SMP
menggunakan sistem pelajaran yang sama, tpi setelah dikeluarkannya surat keputusan
oleh meteri PPK, maka dibuatlah pembagian A dan B dimulai dari kelas IIA, IIB, IIIA, dan
IIIB.
Sekolah Menengah Tinggi (SMT), SMT merupakan pendidikan dengan masa tiga tahun
setelah SMP dan sesudah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.Berikut
merupakan rencana pembelajaran yang berlaku yaitu: (1) Isinya memenuhi kebutuhan
nasional, (2) Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar, (3) Mutu yang tingkatnya sama
denga SMT menjelang kemerdekaan.
4. Pendidikan Teknik
Seperti: Kursus Kerajinan Negeri (KKN), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik menengah
(STM), Pendidikan guru untuk sekolah-sekolah teknik, Ijazah A Teknik (KGSTP), Ijazah B I
Teknik (KGST), Ijazah B II Teknik
5. Pendidikan Tinggi
Merupakan sekolah program lanjutan. Setelah bersekolah di pendidikan kejuruan atau
teknik bisa memperdalam ilmu pada bidang masing-masing, dan bisa menyalurkan ilmu
tersebut.
6. Pendidikan Tinggi Republik
Ketika awal kemerdekaan di Jakarta pada waktu itu merupakan daerah pendudukan
Belanda, berdiri sekolah Tinggi kedokteran sebagai kelanjutan Ika Daigaku zaman
Jepang. Pada bulan November 1946 dibuka pula Sekolah Tinggi Hukum serta filsafat dan
sastra.
7. Pendidikan Berbasis Agama
Penyelenggaraan pendidikan agama di Indonesia awalnya ialah madrasah dan
pesantren.
Lalu untuk mengembangkan pendidikan agama Islam di sekolah rakyat mulai diatur
secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946. Sebelum itu pendidikan
agama sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang,
berjalan sendirisendiri di masing-masing daerah. Pada bulan Desember 1946
dikeluarkan peraturan bersama dua menteri yaitu Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan mulai kelas IV SR
(Sekolah Rakyat = Sekolah Dasar) sampai kelas VI.
kesimpulan
 yaitu bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta
sebagai pertahanan bangsa dan negara.sistem pendidikan di era awal kemerdekaan yang
dilandaskan Pancasila dan juga falsafah negara. Pada sejarah pendidikan Indonesia di era awal
kemerdekaan , yaitu Periode 1945-1950. Sistem pendidikan periode 1945-1950 tetap
diteruskan seperti di zaman Jepang , sedangkan sistem pembelajaran umum tetap sama serta
bahasa pengantar yang ditetapkan ialah bahasa indonesia untuk sekolah. Tapi pemerintahan
Indonesia memberlakukannya berbeda. Dimana di era ini ditetapkan bahwa setiap warga
negara Indonesia berhak belajar dan bersekolah. Berbeda pada zaman Kolonial yang bisa
belajar dan bersekolah hanya orang-orang tertentu.

Kritik dan Saran


Demikianlah Makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih
jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pewmbaca sangat kami harapkan demi perbaikan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rohani, E. (2019). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Wonosobo: Gema Media.

Anda mungkin juga menyukai