Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP-PRINSIP DASAR ILMU KOMUNIKASI

ISLAM
2

Diajukan Dalam Rangka Tugas Mata Kuliah Komunikasi Islam


Program Ekonomi Syariah

Penyusun :
Muhammad Ilham Majid 20120029
Faisal Mufid 20120013
Malik Abdul Aziz 20120028
Hendri Sopandi 20120017

SEKOLAH TINGGI EKONOMI MANAJEMEN


BISNIS ISLAM
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga kita dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP DASAR ILMU KOMUNIKASI
ISLAM 2” sebagai tugas pada mata kuliah Komunikasi Islam dalam program studi
Ekonomi Syariah S1.
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyadari sepenuhnya bahawa masih
banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Namun dengan segala kekurangan
yang ada, penyusun berharap bahwa apa yang penyusun hasilkan bisa memberi
manfaat bagi semua pihak. Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, atas bantuan dan partisipasinya penulis berharap tugas ini
bermanfaat bagi penulis maupun yang membaca dan semua pihak yang
berkepentingan.

Bandung, 26 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................1
BAB 2 Pembahasan................................................................................................2
2.1 Prinsip Berkata Positif............................................................................2
2.2 Prinsip Paket (Hati, Lisan, dan Perbuatan).............................................4
2.3 Prinsip Dua Telinga Satu Mulut.............................................................5
2.4 Prinsip Pengawasan................................................................................5
BAB 3 Penutup.......................................................................................................6
3.1 Kesimpulan............................................................................................6
Daftar Isi.................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi Islam mempunyai prinsip-prinsipnya tersendiri untuk
mengirim pesan kepada pihak lain maupun diri sendiri sehingga tidak melanggar
nilai-nilai dari batas-batas syariat. Prinsip-prinsip yang digunakan pada
komunikasi Islam haruslah berpegang pada nilai-nilai Islam.Karena nilai-nilai
Islam merupakan panduan bagi manusia dan khususnya bagi umat Islam. Selain
itu, nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya bisa membawa komunikasi
kepada hal-hal yang diridhai oleh Allah.
Para peneliti muslim telah meneliti mengenai ilmu komunikasi Islam,
tetapi masih banyak yang belum mengetahui mengenai hal ini. Karena ilmu
komunikasi Islam kebanyakan diamalkan oleh para da’i dan ulama Islam setelah
mempelajari hal tersebut untuk berdakwah kepada masyarakat. Oleh karena itu
penulis ingin memaparkan sebagian prinsip-prinsip komunikasi Islam yang
penting untuk umat Islam. Karena umat Islam setidaknya wajib bagi yang
mempunyai ilmu untuk menyampaikan risalah yang diturunkan Allah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan permasalahan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip berkata positif dalam komunikasi Islam ?
2. Bagaimana prinsip paket hati, lisan dan perbuatan dalam komunikasi Islam ?
3. Bagaimana prinsip dua telinga satu mulut dalam komunikasi Islam ?
4. Bagaimana prinsip pengawasan dalam komunikasi Islam ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, tujuan penelitian dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prinsip berkata positif dalam komunikasi Islam.
2. Untuk mengetahui prinsip paket hati, lisan dan perbuatan dalam komunikasi
Islam.
3. Untuk mengetahui prinsip dua telinga satu mulut dalam komunikasi Islam.
4. Untuk mengetahui prinsip pengawasan dalam komunikasi Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Berkata Positif


Pesan Positif yang diberikan seseorang akan membuat penerima pesan menjadi
positif dan membawa modal yang positif juga untuk berbuat positif sebagaimana
salah satu hadis berikut :
“Dari anas bin Malik, sesungguhnya Nabi SAW senang kalau beliau keluar untuk

suatu urusan mendengarkan orang yang mengucapkan:semoga selalu dalam

tuntunan, semoga selalu sukses”

Dari hadis di atas bahwa kata-kata positif bisa membangkitkan semangat dan
berpandangan baik untuk melakukan perubahan.1
Lisan merupakan nikmat dari Allah kepada hamba-Nya. Selayaknya seorang
hamba harus selalu menjaganya sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya
perintahkan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

ِ ‫ن ب ِالله ِ و َاليَو ْ ِم الآ‬


‫خر ِ فَل ْيَق ُلْ خَي ْرا ً َأ ْو‬ ُ ِ ‫م َنْ ك َانَ يُْؤم‬

‫ُت‬
ْ ‫“ لِي َصْ م‬Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
baik atau diam.” (HR. Bukhari: 6135 dan Muslim: 47)
Lisan seseorang diibaratkan pisau bermata dua: 1. Dengannya seorang hamba
dimasukkan kedalam surga 2. Dengannya seorang hamba dijerumuskan kedalam
neraka Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam, bersabda:

ْ ‫ن الله ِ عز وجل م َا يَظ ُُّن َأ ْن تَب ْل ُ َغ م َا بلََغ‬


‫َت يَكْت ُبُ الله ُ عز وجل له بِهَا‬ ِ ‫ل لَيَتَكَلَّم ُ ب ِالْكَل ِمَة ِ م ِنْ رِضْ وَا‬
َ ُ ‫ن الرَّج‬
َّ ‫ِإ‬

ْ ‫ل لَيَتَكَلَّم ُ ب ِالْكَل ِمَة ِ م ِنْ سخطِ الله ِ عز وجل م َا يَظ ُُّن َأ ْن تَب ْل ُ َغ م َا بلََغ‬
ُ‫َت يَكْت ُب‬ َ ُ ‫ن الرَّج‬
َّ َ‫رِضْ وَانَه ُ ِإ لَى يَو ْ ِم الْق ِيَامَة ِ وِإ‬

ِ ‫“ الله ُ عز وجل عَلَيْه ِ بِهَا سخطَه ُ ِإ لَى يَو ْ ِم الْق ِيَامَة‬


“Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang diridhai Allah, suatu
kalimat yang dia tidak menyangkanya (memperhatikannya), namun dengannya
Allah menuliskan keridhaan-Nya sampai hari kiamat. Dan sungguh, seorang
hamba mengucapkan sebuah kalimat yang dimurkai oleh Allah, suatu kalimat

1 Nurhasanah, Tesis: “Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam Syair Senandung Pada


Kebudayaan Melayu Batubara”. (Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017),
Hal 49.

2
3
yang dia tidak menyangkanya (memperhatikannya), namun dengannya Allah
menuliskan kemurkaan-Nya sampai hari kiamat.” (HR. Ahmad: 15852)
Jika Allah telah menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk berkata. Maka,
berazamlah untuk tidak berkata, melainkan suatu kebaikan, seperti; mengajarkan
sesuatu yang bermanfaat, membaca al-qur’an, berdzikir, dan mengatakan segala
perkataan yang baik. Berazam untuk berkata yang baik merupakan tanda syukur kita
kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan, yang mana nikmat tersebut akan
dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Karna setiap perkataan yang telah
kita ucapakan, tercatat dalam buku catatan amal kita. Allah ta’ala berfirman,

ٌ‫ِيب ع َت ِيد‬
ٌ ‫ل ِإ لَّا لَدَيْه ِ ر َق‬
ٍ ْ ‫م َا يلَْف ُِظ م ِنْ قَو‬
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat
pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaaf [50]: 18) Perintah untuk diam ada
2 perkara[1]:  
1. Diam dari perkataan yang diharamkan, seperti; gibah, mengadu domba, mencela,
berkata kotor/keji. Diam dari perkataan seperti ini diwajibkan.
2. Diam yang dianjurkan, seperti tidak banyak berbicara dalam hal yang tidak
memberikan manfaat untuk agama ataupun kehidupan dunia. Dalam hal ini, diam
lebih diutamakan agar tidak lalai dari hal-hal yang seharusnya lebih diutamakan, dan
menghidari diri dari perkataan yang bisa menjerumuskan kepada perkara-perkara
haram. Terkadang untuk berkata yang baik terasa sulit. Maka, diam lebih baik
daripada berkata sehingga terjerumus kedalam dosa. Oleh karna itu, disebutkan dalam
hadist:

‫ُت‬
ْ ‫فَل ْيَق ُلْ خَي ْرا ً َأ ْو لِي َصْ م‬
“Hendaklah ia berkata baik atau diam”. (HR. Bukhari: 6135 dan Muslim: 47)
Begitu pula yang disampaikan oleh Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu:

ِ ‫َت ذ ُنُوبُه ُكان َِت النَّار ُ َأ وْلَى بِه‬


ْ ‫ وَم َنْ كَثُر‬،ُ ‫َت ذ ُنُوبُه‬
ْ ‫سقَط ُه ُكَثُر‬
َ َ ‫ وَم َنْ كَثُر‬،ُ ‫سقَط ُه‬
َ َ ‫م َنْ كَثُر َ ك َلاَم ُه ُكَثُر‬
 “Barangsiapa yang banyak bicaranya niscaya akan banyak salahnya, dan barangsiapa
yang banyak salahnya maka akan banyak dosanya, dan barangsiapa yang banyak
dosanya maka lebih pantas masuk neraka”[2] Diriwayatkan juga dalam sebuah hadist:

‫م َنْ صَم َتَ نَجَا‬


“Barangsiapa yang diam, maka ia akan selamat.” (HR. At-Tirmidzi no: 2501)

Keutamaan menjaga lisan: Sangat banyak keutamaan dari menjaga lisan. Diantara
keutamaan yang paling penting: Memiliki kedudukan tinggi sebagai muslim.
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah! Bagaimana sifat muslim
yang paling baik?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

ِ ‫ و َيَدِه‬،ِ ‫سل ِم َ المُسْل ِم ُونَ م ِنْ لِسَانِه‬


َ ْ‫م َن‬
“Seorang muslim yang tidak mengganggu orang lain dengan lisan atau
tangannya.” (HR. Bukhari: 11 dan Muslim: 42) Dijanjikan surga. Diriwayatkan dari
Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫م َنْ يَضْ م َنْ ل ِي م َا بَيْنَ لَحْيَيْه ِ وَم َا بَيْنَ رِجْلَيْه ِ َأ ضْ م َنْ لَه ُ الجنََّة‬
4
“Barangsiapa yang menjaga mulutnya dan kemaluannya, aku menjamin baginya
surga.” (HR. Bukhari: 6474) Menghindari sifat keras hati. Dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  ِ ‫ن اللَّه‬
َ ِ‫س م‬
ِ ‫وإن أب ْعَد َ النَّا‬
َّ ، ‫ْب‬
ِ ‫كثْر َة الك َلا ِم بِغَيْر ِ ذِكْر ِ اللَّه تَعالَى قَسْوة ٌ لِلْق َل‬ َّ َ ‫ ف‬، ِ ‫لا تُكْثِر ُوا الك َلام َ بغَيْر ِ ذِكْر ِ اللَّه‬
َ ‫إن‬

‫الق َلبُ الق َاسي‬ 


“Janganlah banyak berbicara selain untuk berzikir kepada Allah Ta’ala. Karna banyak
bicara dapat mengeraskan hati, dan orang yang keras hatinya jauh dari Allah.” (HR.
At-Tirmidzi: 2411) Menyelamatkan diri dari dosa. Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia
berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau
menjawab,

‫ك‬
َ ِ ‫خط ِيَئت‬
َ ‫ و َاب ْكِ عَلَى‬، ‫ك‬
َ ُ ‫ك بَي ْت‬
َ ْ‫ و َلْيَسَع‬، ‫ك‬
َ َ ‫ك لِسَان‬
َ ْ ‫َأ مْلِكْ عَلَي‬
“Jagalah lisanmu, luaskan rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu”. (HR. At-Tirmidzi:
2406) Dijauhkan dari neraka jahannam. Diriwayatkan dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ق‬
ِ ِ ‫ يَز ُِّل بِهَا فِي النَّارِ َأ ب ْعَد َ مِمَّا بَيْنَ المَشْر‬،‫ م َا يَتَبَيَّنُ ف ِيهَا‬،ِ ‫ن العَبْد َ لَيَتَكَلَّم ُ ب ِالكَل ِمَة‬
َّ ‫ِإ‬
“Seorang hamba apabila mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, maka
dia akan terjatuh ke neraka sejauh antara jarak ke timur.” (HR. Bukhari: 6477) Baca
juga: Kisah Abu Thayyib At-Thabari Cara agar bisa menjaga lisan dari keburukan:
Diantara cara agar lisan terjaga, ialah memohon perlindungan dari Allah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan do’a agar Allah menjaga lisan kita,
salah satu doa’anya: Dari Syakal bin Humaid radhiyallahu ‘anhu, ia pernah berkata
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah ajarkan kepadaku
suatu doa.” Maka beliau mengatakan, “Bacalah:

 ْ‫ وَم ِنْ شَر ِّ م َنِيِّي‬، ‫ وَم ِنْ شَر ِّ قَلْبِي‬، ‫ وَم ِنْ شَر ِّ لِسَانِي‬، ‫ وَم ِنْ شَر ِّ بَصَر ِي‬، ‫ك م ِنْ شَر ِّ سَمْع ِي‬
َ ِ ‫اللَّه َُّم إنِّي َأ ع ُوذ ُ ب‬
“Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari kejelekan pada pendengaranku,
dari kejelekan pada penglihatanku, dari kejelekan pada lisanku, dari kejelekan pada
hatiku, serta dari kejelekan pada mani atau kemaluanku).” (HR. Abu Daud: 1551)
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjaga lisan, serta
menggunakannya sebagaimana yang Ia cintai dan ridhai.2
2.2 Prinsip Paket (Hati, Lisan, dan Perbuatan
Prinsip hati, lisan dan perbuatan dalam sangat berpengaruh satu sama lain karena hati
sebagai jiwa manusia mempengaruhi raga manusia baik lisan maupun perbuatan. Jika
lisannya itu baik maka hatinya pula baik, begitu juga perbuatannya. Sifat konsisten
antara dalam hati, lisan, dan perbuatan merupakan ciri kesuksesan seseorang karena

2 Fairuz Hidayat, Berkata Baiklah atau Diam, Agar Selamat, diakses dari
https://penamuslim.com/berkata-baik-atau-diam-agar-selamat/, pada tanggal 26
Februari 2022, 05:52.
5
Allah dan manusia secara umum menyukai sifat konsistensi seseorang dan tidak
menyukai inkonsistensi karena akan mengurangi nilai orang tersebut.3
2.3 Prinsip Dua Telinga Satu Mulut
Oleh Haryadi dalam blognya menyatakan bahwa prinsip bahwa dua telinga satu mulut
memiliki isyarat bahwa untuk berhati-hati dalam berbicara dan banyak mendengar.
Sehingga setelah informasi yang ditangkap oleh telinga kita , kemudian dicerna dan
disaring sebelum keluar dari mulut. Maka memilih informasi dengan baik dan dapat
diterima bisa dikatakan sebagai orang yang cerdas.4
2.4 Prinsip Pengawasan
Seorang mukmin percaya bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah dan setiap amal
perbuatan nanti di hari kiamat ia akan dipertanggung jawabkan. Dari hal tersebut
seorang mukmin pasti tidak akan sembarangan baik dalam perkataan maupun
perbuatan dengan berkata tidak benar. Oleh karena itu apapun yang dilakukannya ia
merasa terawasi oleh Allah dan Allah pasti akan membalas setiap perbuatan yang
dilakukannya sebagaimana QS Qaf ayat 16-18:
tertuang jelas dalam QS Qaf [50]:16-18 yang artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengatahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,(yaitu)
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanannya dan yang lain duduk di sebalah kiri.Tiada”(Qaf/50: 16-18)

Sedangkan pada setiap perkataan dan perbuatan manusia akan mendapat balasannya dari
Allah sebagaimana QS Al-zalzalah ayat 7-8 yang artinya :
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah/ 99: 7-8)
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa Allah itu maha adil dan ia akan membalas semua
perbuatan manusia baik itu kejahatan sebesar dzarrah maupun kebaikan sebesar dzarrah
dengan seadil-adilnya. Oleh karena itu seorang komunikator harus bisa memilah setiap
kebenaran pesan yang disampaikan ke publik karena segala aktivitasnya diawasi oleh
Allah serta akan dimintai pertanggung jawabnya. 5

3 Nurhasanah, Loc. Cit.


4 Hariyadi, Bab IV Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Komunikasi Islam, diakses dari
haryadikpi3b.blogspot.com/2015/08/prinsip-prinsip-dasar-ilmu-komunikasi.html, pada tanggal 25
Februari 2022, pukul 11:24.
5 Hanifah Muyasarah, “Komunikasi Islam: Konsep Dasar Dan Prinsip-Prinsipnya” Hujjah: Jurnal
Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 4 no. 1 (2020), hal 58-59.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi ada empat prinsip-prinsip Islam yang harus diperhatikan bagi seorang
komunikator muslim yaitu prinsip berkata positif, prinsip paket (hati, lisan, dan
perbuatan), prinsip dua telinga satu mulut, dan prinsip pengawasan.
Pada prinsip berkata positif yaitu memberikan pesan positif kepada orang
lain membuat yang lain memiliki modal positif untuk berbuat hal-hal positif.
Selain itu juga perkataan positif dapat menimbulkan semangat dan optimisme bagi
orang lain.
Pada prinsip paket yaitu hati, lisan, dan perbuatan yaitu hubungan antara
hati, lisan, perbuatan itu saling terpengaruhi. Hati sebagai jiwa akan sangat
mempengaruhi perkataan dan perbuatan sebagai raga manusia. Jika hatinya baik
maka lisannya pun akan baik pula begitu pula dengan perbuatannya. Manusia
yang konsisten antara jiwa dan raganya maka ia adalah orang yang sukses.
Bahkan Allah menyukai orang-orang yang konsisten, begitu pula manusia secara
umumnya memandang inkonsiten merupakan kecacatan karena akan dinilai
kurang.
Pada prinsip dua telinga satu mulut yaitu seorang mukmin harus bisa
berbicara dengan cerdas dengan memilah apa-apa yang ia dengar. Sehingga
setelah apa yang ia tangkap dari pembicaraan tersebut bisa dicerna dan disaring di
pikiran sebelum keluar dari mulutnya.
Pada prinsip pengawasan yaitu seorang mukmin percaya bahwa apa yang
ia lakukan dari hal sekecil dzarrah sampai yang terbesar pasti ia diawasi oleh
Allah dan ia juga beriman kepada hari kiamat yang dimana semua yang ia lakukan
di dunia akan dimintai pertanggung jawabannya dan dibalas secara Adil oleh
Allah.

6
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah. (2017). Pesan-Pesan Komunikasi Islam Dalam Syair
Senandun Pada Kebudayaan Melayu Batubara. Medan: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Hariyadi. (2015). Bab IV Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Komunikasi Islam.
haryadikpi3b.blogspot.com/2015/08/prinsip-prinsip-dasar-ilmu-
komunikasi.html. Diakses Pada 25 Februari 2022 pukul 11:24 WIB.
Muyasarah, Hanifah. (2020). Komunikasi Islam: Konsep Dasar Dan
Prinsip-Prinsipnya. Hujjah: Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam,
4(1), 47-64.
Fairuz Hidayat. (2020). Berkata Baiklah atau Diam, Agar Selamat.
https://penamuslim.com/berkata-baik-atau-diam-agar-selamat/.Diakses
Pada tanggal 26 Februari 2022 pukul 05:52 WIB.

Anda mungkin juga menyukai