CUCI TANGAN
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN MENCUCI TANGAN
Pelaksanaan
Evaluasi : 2 menit
Terminasi :
L. Evaluasi
a. Warga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan mahasiswa
b. Warga mampu mempraktekkan kembali apa yang telah diajarkan mahasiswa
MATERI PENYULUHAN
CUCI TANGAN
ADA 2 CARA :
Tri Muthia Parhani
1. Menggunakan P2.06.20.1.17.037
sabun dan air Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
mengalir dengan
waktu 40 -60 detik
2. Menggunakan
handrub dengan
waktu 20 – 30
detik
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“KENALI VIRUS CORONA”
Memenuhi Praktik Klinik Internship
Disusun Oleh:
P2.06.20.1.17.037
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. LATAR BELAKANG
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus
jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember
tahun 2019. Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 29 negara yang telah terjangkit virus satu
ini. (Data WHO, 15 Februari 2020). Penyebaran COVID-19 terjadi cepat dan meluas karena
dapat menular melalui kontak dari manusia ke manusia. Hingga saat ini, berita seputar COVID-
19 masih menjadi perhatian utama semua negara untuk waspada dan tetap siaga menghadapi
COVID-19 yang belum ditemukan obat dan vaksinnya.
Penyakit COVID-19 ini mendorong pihak berwenang di banyak negara untuk mengambil
tindakan pencegahan.. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dunia harus siap
menghadapi adanya kemungkinan wabah baru COVID-19. Maka dari itu, diperlukan
penambahan wawasan kepada masyarakat seputar penyakit ini dan cara pencegahannya.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dapat mengetahui dan memahami
bagaimana pentingnya mengenal lebih jauh tentang COVID-19.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan warga dapat mengetahui tentang:
1) Defenisi Covid-19
2) Penyebab Covid-19
3) Tanda dan Gejala Covid-19
4) Cara pencegahan Covid-19
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet, brosur
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : rumah warga
b. Hari/Tanggal : Senin, 8 Juni 2020
4. Materi dan Pemateri : Tri Muthia Parhani
5. Peserta : warga
6. Waktu : 8 menit
4. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Kegiatan Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 1. Diskusi
( 2 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan 2. Tanya jawab
3. Menjelaskan maksud dan keterangan penyaji
tujuan penyuluhan 3. Menyampaikan
4. Menggali pengetahuan pengetahuan tentang
peserta tentang materi yang materi yang
akan disampaikan disampaikan
5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia penyelenggara
selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam penyiapan
leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan klien di sekitar
Puskesmas Sindangkasih.
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar melalui
pertanyaan lisan meliputi pengertian covid-19 , cara mencegahnya, dan perawatan covid-19
(75%).
Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona
adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan
pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan
cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome
(MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Sindrom
gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai syok septik
(berat).
B. Penyebab
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus
yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti MERS, SARS, dan pneumonia.Ada dugaan bahwa
virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa
virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita COVID-19.
Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang
terkena cipratan air liur penderita COVID-19.
Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus
Corona, yaitu:
Demam
Batuk
Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
terpapar virus Corona.
D. Diagnosis Covid-19
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang
dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien bepergian ke wilayah endemik virus
Corona sebelum gejala muncul. Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan berikut:
E. Pengobatan Covid-19
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya, yaitu:
Memberikan obat pereda demam dan nyeri. Namun, dokter tidak akan memberikan aspirin kepada
penderita COVID-19 yang masih kanak-kanak.
Menganjurkan penderita COVID-19 untuk mandi air hangat dan menggunakan humidifier (pelembab
udara), untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan.
Menganjurkan penderita COVID-19 untuk istirahat yang cukup dan tidak keluar rumah untuk
mencegah penyebaran virus.
Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih guna menjaga kadar cairan tubuh.
F. Komplikasi Covid-19
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius
berikut ini:
Pneumonia
Infeksi sekunder pada organ lain
Gagal ginjal
Acute cardiac injury
Acute respiratory distress syndrome
Kematian
G. Pencegahan Covid-19
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh
sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa
menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
Hindari bepergian ke Cina atau ke negara lain yang telah ditemukan adanya penularan virus
Corona.
Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama di tempat umum atau keramaian.
Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol
setelah beraktivitas di luar ruangan.
Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan hewan, cuci
tangan setelahnya.
Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat
sampah.
Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
Hindari berdekatan dengan seseorang yang sedang sakit.
Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Rajin olahraga dan istirahat yang cukup
Untuk seseorang yang diduga terkena COVID-19, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak
memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan
orang lain.
Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-
benar sembuh.
Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur
dengan orang lain.
Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama
orang lain.
Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu buang tisu ke
tempat sampah.
·
Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/
Ditinjau oleh: dr. Merry Dame Cristy Pane
Referensi
Huang, et al. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The Lancet, 6736(20), pp. 1-10.
Wang, et al. (2020). A Novel Coronavirus Outbreak of Global Health Concern. The Lancet,
6736(20), pp. 1-4.
Centers for Disease Control and Prevention (2020). 2019 Novel Coronavirus, Wuhan, China.
World Health Organization (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV).
Citroner, G. Healthline (2020). China Coronavirus Outbreak: CDC Issues Warning, Multiple
Cases in U.S.
Evans, M. Patient (2020). Wuhan Coronavirus: What You Need to Know.
WebMD (2020). Coronavirus.
https://www.kemkes.go.id
Susanto, AD., dkk. (2020). Pneumonia covid-19 Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta : PDPI.
KENALI ASMA
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : individu
Waktu : 8 menit
IV. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
V. Media
- Leaflet
4. Menanyakan kepada
audiens mengenai
pemahaman mereka 4. Menjawab pertanyaan.
seputar asma
5. Memberikan
5. Menerima
reinforcement positif
reinforcement positif
dari jawaban peserta
penyuluhan. yang diberikan.
6. Membagikan leflet
6. Menerima
2. Tahap 4 menit 1. Menyebutkan 1. Memperhatikan dan
pelaksanaan pengertian asma mendengarkan.
2. Menyebutkan faktor 2. Idem
asma
5. Menjelaskan
perjalanan penyakit 5. Idem
asma
6. Menjelaskan
penanganan asma
7. Menjelaskan cara 6. Idem
pencegahan penyakit
asma. 7. Idem
8. Peserta kesempatan
untuk bertanya.
9. Memberikan 8. Peserta aktif untuk
bertanya
reinforcement positif
9. Menerima
atas pertanyaan yang
diajukan dan reinforcement positif
peserta.
4. Menjawab salam.
VII. Evaluasi
1 Evaluasi Struktur..
- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan dirumah individu
2 Evaluasi Proses.
- individu antusias terhadap materi penyuluhan.
- Individu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3 Evaluasi Hasil.
- Individu memahami tentang materi yang telah diberikan dan
mengetahui tentang penyakit asma
- Individu mampu menyebutkan kembali pengertian asma dengan
benar.
Individu mampu menyebutkan trias gejala dari asma dengan benar
- Bp.A dan keluarga mampu menyebutkan 2 faktor utama dan 5 dari
6 penyebab utama dari asma dengan benar
- individu mampu menjelaskan penatalaksanaan atau penanganan
asma dengan benar
VIII. Daftar Pustaka
A. Pengertian
1. Pengertian
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan
sel eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai
dengan wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan
dapat pulih kembali dengan atau tanpa pengobatan. (Cris Sinclair, 1990 :
94)
Asma Bronchial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial
dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang diakibatkan oleh faktor
biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi. (Irman Somantri,
2008 : 43)
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas yaitu Asma Bronchial
adalah gangguan atau kerusakan pada saluran bronkus yang merupakan
inflamasi kronis saluran nafas dengan ciri bronkospasme periodik yang
reversible (dapat kembali), adanya wheezing, sesak nafas dan batuk
dengan atau tanpa adanya sekret.
2. Penyebab (Etiologi)
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu
hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka
serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis,
metabolik, kimia, alergen, infeksi.
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
- Reaksi antigen-antibodi
- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
- Iritan : kimia
- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
- Emosional : takut, cemas dan tegang
- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu
diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut
adalah:
a. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari
rerumputan. Karena tubuh sangat responsive terhadap allergen ini
sehingga terjadi pembengkakkan pada membran yang melapisi
bronkus yang menyebabkan sesak nafas. Sama halnya dengan
iritan seperti asap, bau-bauan, polutan yang mengiritasi membran
bronkus sehingga terjadi produksi sekret yang berlebih oleh reaksi
imunitas yang memfagosit bakteri-bakteri atau virus yang masuk
kedalam saluran pernafasan (Cris Sinclair, 1990 : 94)
b. Perubahan cuaca yang ekstrim seperti udara yang dingin, emosi
dan olahraga yang berlebihan memicu terlepasnya histamine dan
leukotrien sehingga terjadi kontraksi otot polos yang
menyebabkan penyempitan saluran udara.
c. Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas karena bulu
binatang, serat kain, serbuk dan debu jalanan merupakan faktor
pencetus serangan asma
3. Manifestasi Klinik
TRIAS gejala asma terdiri atas :
a. Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan
leukotrien yang menyebabkan kontraksi otot polos sehingga saluran
nafas menjadi sempit.
b. Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi
atau benda asing yang masuk ke saluran nafas.
c. Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat
penyempitan bronkus.
Gambaran klinis pasien yang menderita asma :
Gambaran objektif.
a. Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.
b. Dapat disertai dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
c. Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
d. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus.
e. Fase ekspirasi memanjang dengan disertai wheezing (di afek dan
hilus)
Gambaran subjektif adalah pasien mengeluhkan sukar bernafas, sesak
dan anoreksia.
Gambaran psikososial adalah cemas, takut, mudah tersinggung dan
kurang pengetahuan pasien terhadap situasi penyakitnya.
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan
terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal
mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta
meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan
pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam
sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi
darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien
dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula
adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi
dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang
tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi
(stress) dapat memacu serangan asma.
5. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan
klien tentang penyakit asma sehinggan klien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
asma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage
postural, perkusi dan fibrasi dada.
Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan
10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol
( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin,
obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan
hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 4 x 125-
200 mg sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid
dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan
dosis 4 x 800 mg semprot tiap hari. Karena pemberian steroid
yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 4 x 1-2 kapsul sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1
mg perhari. Keuntungannya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator. (Evelin dan joyce L. kee,
1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 ).
6. Pencegahan
a. Menghindari faktor pencetus atau allergen.
b. Tidak beraktivitas terlalu berat
c. Minum air hangat untuk melancarkan dahak atau mucus
d. Latihan napsa dalam
e. Kurangi konsumsi makanan berminyak yang dapat merangsang
dahak
f. Hindari stress berlebihan
g. Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan
(bersifat individual).
h. Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
i. Berhenti merokok dan penggunaan narkoba atau napza.
j. Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker, udara dingin
dan lembab).
k. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apabila disertai dengan
batuk dan pilek.
l. Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus atau dahak.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah
pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Spirometri
b) Uji provokasi bronkus
c) Pemeriksaan sputum
d) Pemeriksaan cosinofit total
e) Uji kulit
f) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g) Foto dada
h) Analisis gas darah
Dokumentasi Kegiatan
1. Infeksi : parainfluenza virus,
Penyebab
pneumonia, mycoplasmal
Pencegahan
ASMA 2. Fisik : cuaca dingin, perubahan m.
temperatur
3. Iritan : kimia
4. Polusi udara : CO, asap rokok, parfum Menghindari faktor pencetus atau alergen.
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas 5. Emosional : takut, cemas dan tegang n. Tidak beraktivitas terlalu berat
yang melibatkan sel eosinofil, sel mast, sel netrofil,
6. Aktivitas yang berlebihan juga dapat
limfosit dan makrofag yang ditandai dengan o. Minum air hangat untuk melancarkan
menjadi faktor pencetus.
wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada dahak atau mucus
terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau
tanpa pengobatan. Tanda dan Gejala p. Latihan napas dalam
q. Hindari stress berlebihan
TRIAS gejala asma terdiri atas : r. Berhenti merokok dan penggunaan
d. Dispnea (sesak nafas). narkoba atau napza.
e. Batuk, adalah reaksi tubuh untuk s. Berusaha menghindari polusi udara
mengeluarkan hasil dari inflamasi (memakai masker, udara dingin dan
atau benda asing yang masuk ke lembab).
saluran nafas. t. Segera berobat bila sakit panas
f. Mengi (bengek), suara nafas (infeksi), apabila disertai dengan batuk
tambahan yang terjadi akibat dan pilek.
A. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma penyempitan bronkus. u. Fisioterapi dapat digunakan untuk
alergi)
mempermudah pengeluaran mukus
Reaksi antigen-antibodi
1. Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, atau dahak.
bulu-bulu binatang)
B. Faktor Intrinsik (asma non imunologi /
asma non alergi)
Penanganan
Latihan Inhalasi Tutup rapat dengan handuk dari mulai
kepala sampai ke leher supaya uap dari
waskom tidak keluar.
Oleh :
Posisi Duduk
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DEMAM BERDARAH
I. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti . Penyakit Demam Berdarah Dengue
( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan
masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus
Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang
jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah
darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap
hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi
menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini
(http;//www.litbang.depkes.go.id, 2005).
Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk mengatasi
masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan, berbagai upaya
pemberantasan vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk
memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi
penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya
membebankan perlindungan terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan
dilakukan hanya apabila terjadi letusan wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit
serta mempunyai dampak negative terhadap lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang
tidak menggunakan bahan kimia diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk
pengendalian vector dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2003).
Keberhasilan pemberantas nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran petugas kesehatan atau
perawat yaitu memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang demam berdarah dengue secara
intensif.
II. TUJUAN
A. Tujuan instruksional umum ( TIU )
Setelah diberikan penyuluhan mengenai Pencegahan Demam Berdarah Selama 35
menit diharapkan sasaran dapat mengetahui, memahami, serta dapat
mengimplementasikan cara pencegahan penularan demam berdarah.
Tujuan -Sasaran
- Apersepsi
2 Penyajian 20 menit 1. Pemberian Materi -Sasaran mau
: mendengarkan
Menjelaskan dan mencatat
pengertian dengan seksama
penyakit dan aktif
demam memberikan
berdarah
pertanyaan
Penyebab
Demam
Berdarah
Ciri nyamuk
Aedes
Aegypti
Cara
Penularan
Demam
Berdarah
Siklus
penyakit
demam
berdarah
Tanda dan
Gejala
Penyakit
Demam
Berdarah
Cara
Pencegahan
Penularan
Penyakit
demam
berdarah
Pertolongan
pertama gejala
demam
berdarah
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan peserta
Evaluasi :
V. METODA
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
VI. MEDIA
1. Leaflet
2. Lembar balik
VII. SASARAN
Keluarga pasien ruang F
VIII. WAKTU
Hari : Kamis
IX. TEMPAT :
Setting Tempat :
1 2
Keterangan Gambar:
1. Penyaji
2. Peserta
X. RENCANA EVALUASI
A. Struktur :
1. Persiapan media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet lembar balik. Kurun waktu
dalam persiapan media 3 hari.
2. Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dan akan
disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi gambar dan tulisan. Kurun
waktu dalam persiapan materi 3 hari.
B. Proses penyuluhan :
1. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan
sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan. Sasaran diharapkan
bertanya sebanyak 50% dari jumlah audience dan 50% bisa menjawab.
2. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
sasaran yang akan diharapkan penyuluhan.
3. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
4. Sasaran diharapkan kehadirannya 80 % dari jumlah
C. Hasil penyuluhan :
1. Sasaran paham seluruh materi yang diberikan.
2. Sasaran paham dan bisa mempraktekkannya di rumah cara pencegahan
penularan penyakit demam berdarah.
Lampiran I
Derajat Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
III nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
IV tidak terukur.
Bila orang tersebut tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik maka orang tersebut
3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada gejala kuning,ada mual dan muntah.
4. Terjadi syok atau pingsan pada hari ke 3-7 kali secara berulang-ulang. Dengan tanda
syok yaitu lemah, kulit dingin , basah dan tidak sadar.
Jika mengalami tanda dan gejala tersebut segara periksakan diri ke RS atau sarana
pelayanan kesehatan terdekat.
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi(abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik
e. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
l. Menggunakan kelambu.
3. Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan nyamuk .
H. Pertolongan Pertama Gejala Demam Berdarah
Suwarsono H. 1997. Berbagai cara pemberantasan jentik Ae. Aegypti. Jakarta : Cermin Dunia
Kedokteran
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,volume 2, Jakarta; EGC2.Buku Ajar
Penyakit Dalam. (1995). Jilid I. Edisi ke 3. Jakarta : FK UIEffendi, 1995, Perawatan
Pasien DHF. Jakarta : EGC
BERDARAH
Derajat II disertai nadi cepat, lemah,
hipotensi, kulit dingin, gelisah.
Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak
PENGERTIAN
dapat diraba dan tekanan darah tidak
Demam Berdarah adalah suatu penyakit yang
terukur.
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
Demam tinggi mendadak, terus-
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
menerus selama 2-7 hari
aegypti.
Muntah darah
Bintik-bintik merah dikulit
PROSES TERJADINYA Keluar darah dari hidung
Nyeri perut
Kaki dan tangan dingin
Gelisah
DERAJAT DEMAM BERDARAH
Derajat I
Ditandai demam, trombositopeni
Derajat II WASPADA
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia
menyebabkan : terjadinya penurunan trombosit
Bila ada tanda – tanda nadi lemah dan cepat, PENCEGAHAN
tekanan darah rendah, kulit dingin dan lembab
...MENGENAL...
Menjaga kebersihan lingkungan
serta gelisah ditakutkan dapat terjadi SYOK. Menguras bak mandi
Mengubur kaleng-kaleng bekas
Menutup bak air DEMAM
BERDARAH
Pertolongan Pertama Gejala Demam
Berdarah
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
D III KEPERAWATAN
C. Sasaran
Individu
D. Materi Terlampir
1. Definisi batuk efektif
2. Tujuan batuk efektif
3. Cara batuk efektif
4. Alat yang digunakan
5. Etika batuk
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
3. 2 menit Evaluasi
1. Memberikan kesempatan untuk 1. Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
2. Meminta audience menjelaskan tentang2. Menjelaskan materi
materi batuk efektif
4. 1 menit Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih atas 1. Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
H. Pengorganisasian
Pemateri : Tri Muthia Parhani
I. Evaluasi
1. Menjelaskan definisi batuk efektif
2. Menjelaskan tujuan batuk efektif
3. Menjelaskan cara batuk efektif
4. Menyebutkan alat yang digunakan
5. Mengetahui etika batuk
J. Daftar Pustaka
Materi Penyuluhan
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal
B. Tujuan Batuk Efektif
- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
- Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
- Mengurangi sesak nafas akibat penumpukkan dahak
- Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
- Meningkatkan volume paru
- Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
C. Teknik Batuk Efektif
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
- Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “hhuf..huf..huf”
- Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan
E. Etika Batuk
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut dengan
menggunakan tissue atau sapu tangan atau dengan lengan atas dalam baju anda setiap kali
merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.
Langkah 4
Setelah itu gunakan masker
Dokumentasi Kegiatan
APAKAH BATUK EFEKTIF? 1. Melatih otot-otot pernafasan 2. Untuk memperingan keluhan
agar dapat melakukan fungsi saat terjadi sesak nafas pada
dengan baik penderita jantung
Merupakan suatu metode batuk 2. Mengeluarkan dahak atau
dengan benar, dimana klien dapat sputum yang ada disaluran
pernafasan
menghemat energi sehingga tidak
3. Melatih klien agar terbiasa
mudah lelah dan dapat melakukan cara pernafasan
mengeluarkan dahak secara dengan baik
maksimal.
BATUK
“hhuf..huf..huf”
5. Lakukan berulang kal sesuai
Langkah 4
EFEKTIF
kebutuhan
Setelah itu gunakan masker
ETIKA BATUK
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang
ada disekitar kita, tutup hidung dan
mulut dengan menggunakan tissue
atau sapu tangan atau dengan lengan
atas dalam baju anda setiap kali
merasakan dorongan untuk batuk
atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah
Disusun oleh:
digunakan ketempat sampah
Tri Muthia Parhani
Langkah 3 P2.06.20.1.17.037
Oleh :
TRI MUTHIA PARHANI
NIM. P2.06.20.1.17.037
MATERI
1. Definisi Penyakit Sinusitis
2. Etiologi Penyakit Sinusitis
3. Tanda dan Gejala Sinusitis
4. Cara Pencegahan Sinusitis
5. Penatalaksanaan Penyakit Sinusitis
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
MEDIA/ ALAT
3. Leaflet
EVALUASI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit sinusitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus atau
bakteri. Mahasiswa perlu dibekali tentang penyakit ini dan bagaimana cara
pencegahannya.
B. Saran
Setelah mendapatkan pengetahuan mengenai penyakit sinusitis dan cara
pencegahannya, diharapkan peserta pelatihan dapat mejaga kebersihan untuk
mencegah terjadinya penyakit sinusitis.
Daftar Pustaka
http://health.detik.com/read/2011/11/10/114934/1764422/1245/apakah-
sinusitis-bisa-disembuhkan-dengan-obat (17 September 2013)
http://www.sehatpangkalkaya.com/tips-sehat/15-cara-mencegah-dan-
mengatasi-sinusitis (17 September 2013)
http://www.tipssehatku.com/2013/08/gejala-dan-pencegahan-penyakit-
sinusitis.html (17 September 2013)
http://health.okezone.com/read/2012/05/07/486/624820/kenali-sinusitis-cara-
pencegahannya (17 September 2013)
http://health.okezone.com/read/2012/05/07/486/624820/kenali-sinusitis-cara-
pencegahannya (17 September 2013)
http://cakmoki86.wordpress.com/2010/07/26/sinusitis/ (17 September 2013)
MATERI PENYULUHAN
Pengertian Sinusitis
Sinusitis adalah radang selaput permukaan kantong sinus yang letaknya di sekitar
hidung yang disebabkan oleh kuman atau virus. Bagiannya bisa di pangkal
hidung atau di pipi atau di atas mata tergantung rongga mana yang terkena. Yang
paling sering adalah di daerah pipi yang disebut sinusitis maksilaris dan di
pangkal hidung yang disebut sinusitis etmoidalis. Bila mengenai semua
kantung/sinus paranasal disebut pansinusitis.
Untuk sinusitis yang disebabkan oleh karena virus tidak diperlukan pemberian
antibiotika. Obat yang biasa diberikan untuk sinusitis virus adalah penghilang
rasa nyeri seperti parasetamol dan dekongestan.
Curiga telah terjadi sinusitis infeksi oleh bakteri apabila terdapat gejala nyeri
pada wajah, ingus yang bernanah, dan gejala yang timbul lebih dari seminggu.
Sinusitis infeksi bakteri umumnya diobati dengan menggunakan antibiotika.
Pemilihan antibiotika berdasarkan jenis bakteri yang paling sering menyerang
sinus karena untuk mendapatkan antibiotika yang benar benar pas harus
menunggu hasil dari biakan kuman yang memakan waktu lama.
Lima jenis bakteri yang paling sering menginfeksi sinus adalah ''Streptococcus
pneumoniae'', ''Haemophilus influenzae'', ''Moraxella catarrhalis'',
''Staphylococcus aureus'', dan ''Streptococcus pyogenes''.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis kuman ini.
Beberapa pilihan antiobiotika antara lain : amoxicillin, cefaclor, azithromycin,
dan cotrimoxazole.
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu dipertimbangkan untuk
memberikan amoxicillin plus asam klavulanat. Pemberian antibiotika dianjurkan
minimal 10 sampai 14 hari.
PENNYAKIT TYPOID
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Latar Belakang
Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang
sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus
abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih
merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat
kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh
dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid
merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak
merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak
lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun.
Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas (kematian)
demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Risiko terjadinya
komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang
menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau
lebih dan mempunyai gejala klinis ringan.
Pokok bahasan : Penyakit Typhoid
Sub pokok bahasan : Gambaran Febris Typhoid
Hari / tanggal : selasa, 2 Juni 2020
Waktu : 8 menit
Tempat : Rumah individu
Sasaran : Individu
Penyuluh : Tri Muthia Parhani
C. Materi
Terlampir
: Penyuluh
G. Strategi Penyuluhan :
No Kegiatan
Tahap Waktu
. Penyuluh Pasien
1. Mendengarkan
1. Pembukaan 1. Penyuluh membuka 2 menit
pembicaraan,
2. Menjawab salam
2. Menyampaikan salam,
3. Kooperatif
3. Menyapa pasien
danberkenalan
4. Mendengarkan
4. Menyampaikan tujuan.
No Kegiatan
Tahap Waktu
. Penyuluh Pasien
1. Menjelaskan secara
2. Inti 1. Menanyakan pengetahuan 4 menit
singkat pengetahuan
pasien tentang demam typhoid
audiens tentang
caries dentis.
2. Mendengarkan
4. Penatalaksanaan Pengobatan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : Perawatan, Diet dan
Obat-obatan.
a. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
b. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena
ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.
c. Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
3) Kotrimoksazol
4) Ampisillin dan Amoksisilin
5) Sefalosporin generasi ketiga
6) Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari
penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir)
dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama
sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali
sehari.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci
dengan menggunakan air dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi
IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Brunner & Suddath, Buku ajar keperawatan medical bedah, Buku 3, Edisi 4 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Tahun 2002.
Doenges, Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun
2000.
Mansjoer Arif, Kapita selekta kedokteran, Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000,
Jakarta.
Smeltzer, Zusanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
ed.8 Vol. 2. EGC. Jakarta
Sylvia, Patofisiologi, Buku 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I, Tahun
1995.
Waspadji dkk, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK-UI Jakarta,
Tahun 1999.
Wilkinson Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC ed.9. EGC. Jakarta
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENANGANAN
PENCEGAHAN
D-III Keperawatan
PENGERTIAN
PENYEBAB
TANDA DAN GEJALA
1. Bakteri Salmonella Thypi. - Demam (demam pada
malam hari)
- Gangguan saluran
pencernaan (diare, mual
hingga muntah)
- Lidah ditutupi
selaput putih kotor, ujung
dan tepinya kemerahan,
- Punggung terdapat
Typhoid adalah penya- kit infeksi yang 2. Makanan dan minuman yang sudah roseola (bintik
disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. terkontaminasi oleh berak dan kencing
dari orang yang terinfeksi ku- man kemerahan .
Salmonella. ditemukan pada
minggu pertama
demam).
-Epitaksis (Mimisan)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : individua
Waktu : 8 menit
XIII. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
XIV. Media
- Leaflet
12. Menerima
2. Tahap 4 menit 10. Menyebutkan 10. Memperhatikan dan
pengertian rheumatoid
pelaksanaa mendengarkan.
atritis
n 11. Menyebutkan faktor 11. Idem
penyebab dari
rheumatoid atritis
12. Idem
12. Menyebutkan tanda
dan gejala rheumatoid
atritis 13. Idem
XVI. Evaluasi
4 Evaluasi Struktur.
- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan dirumah
individu
5 Evaluasi Proses.
- individu antusias terhadap materi penyuluhan.
- Individu mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan secara benar.
6 Evaluasi Hasil.
- Masyarakat memahami tentang materi yang telah
diberikan dan mengetahui tentang penyakit rheumatoid
atritis
- Masyarakat mampu menyebutkan kembali pengertian
reumathoid arthritis dengan benar..
- Masyarakat mampu menjelaskan penatalaksanaan atau
penanganan rheumatoid atritis dengan benar
- masyarakat mampu menyebutkan cara pencegahan dari
rheumatoid atritis dengan benar.
Lampiram materi
A. Pengertian Rematik
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
Dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik
cukup
banyak namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri.
Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap
sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan
utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan
kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi.,
kelemahan otot, dangangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan
Wardoyo,
lebih dari 150 jenis rematik diantaranya adalah Artritis reumatoid dan
Osteoartritis.
1. Artritis Reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang pada
sendi sendi tangan dan kaki,yang semakin lama semakin bertambah berat
sakitnya.
B. Penyebab
Daapat berasal dari faktor genetik atau faktor resiko lingkungan tertentu yang
dapat menybabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan autoimun.
C. Faktor resiko
Faktor resiko itu antara lain pertambahan usia. Pada mereka yang
sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan
tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat
digerakkan.
Mutu tulang rawan dan kelebihan berat badan Tulang rawan yang bagus akan
lebih tahan terhadap kondisi aus. Ibarat ban mobil kalau kualitasnya bagus
maka persendian tidak mudah aus walau dipakai lama.
Pada faktor kedua, berat badan yang berlebih akan memberi beban pada
jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering
dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang
mengangkut beban.
D. Manifestasi klinik
Artritus rematoid
2. penatalaksanaan
Tetap melakukan olah raga. Olah raga merupakan satu hal yang
penting untuk menjaga anda tetap mobil (bergerak). Saat anda
menggerakkan sendi, anda sudah menjaga sendi anda kuat dan
fleksibel
Gunakan alat bantu bila perlu. Untuk usia lanjut disarankan untuk
menggunakan tongkat pada sendi yang sakit. Selain itu gunakan
sepatu yang cocok untuk kaki anda. Dengan menggunakan sepatu
yang cocok untuk menopang anda akan mengurangi nyeri dan jatuh.
Istirahat yang cukup. Peneliti menganjurkan jika kita tidur yang cukup
dapat mecegah kelelahan dan nyeri.
-
APA ITU REUMATIK ??
3. Keturunan.
4. Kelainan bawaan pada tulang.
5. Kegemukan.
CARA PENANGANAN
1. Konsultasikan ke dokter
2. Hindari makan jeroan.
Rheumatoid Arthritis
PENCEGAHAN
Oleh :
NIM. P2.06.20.1.17.037
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : Individu
Waktu : 8 menit
NIM : P2.06.20.1.17.037
A. Latar belakang
Penyebab dari hernia adalah tekanan pada daerah intra abdomen yang
terlalu kuat sehingga terbukanya sekat inguinal, bisa saja factor kogenital dan
usia lanjut. Tekanan yang kuat misalnya, mengangkat beban berat, mengedan
yang kuat dan batuk kronik. Tekanan yang terlalu kuat yang terjadi di dalam
abdomen yang terus menerus mengakibatkan defek melemah dan
mengakibatkan isi di dalam abdomen keluar melalui celah tersebut.
Tanda dan gejalah adalah terdapat benjolan yang hilang timbul, timbul
bila terjadi peningkatan tekanan abdomen seperti mengangkat beban berat,
mengedan dan batuk kronik, hilang waktu istirahat baring atau tidur. Adapun
gejalah nyeri yang hebat apabila benjolan itu menetap, karena terjepit cincin
hernia dan sumbatan pada pada saluran pencernaan, telah mempengaruhi
gangguan vaskularisasi.
D. Sasaran
Individu/ masyarakat
E. Pembahasan Materi
F. Metode
1. Ceramah
G. Media
1. Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH METODE
PESERTA
1 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam Ceramah
mengucapkan salam 2. Menyetujui
2. Kontrak waktu 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 4. Menjawab sesuai
penyuluhan pengetahuan
4. Appersepsi (menggali audien tentang
sejauh mana hernia.
pasien/keluarga mengetahui
penyakit hernia)
2 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi tentang Memperhatikan/ Ceramah
hernia Mendengarkan dengan
a. Pengertian menggunakan
b. Jenis-jenis hernia lembar balik
c. Penyebab hernia
d. Tanda dan gejala hernia
e. Pencegahan dini untuk
menghindari hernia
2. Memeberikan kessempatan Menanyakan materi
untuk bertanya yang belum jelas
3. Melakukan evaluasi : Menjawab Tanya jawab
dengan menanyakan kepada pertanyaan dan diskusi
peserta tentang materi yang
telah di berikan
4. Reinforcement kepada para Mendengarkan
peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
5. Menyimpulkan materi Mendengarkan
hernia
3 5 menit Penutup
1. Rencana tindak lanjut untuk Mendengarkan Ceramah dan
pertemuan selanjutnya - membagikan
2. Mengucapkan salam Menjawab salam leaflet
penutup
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Semua pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang bedah
Menyelenggaraan penyuluan dilaksanakan di ruang bedah
2. Evaluasi proses
Jawab
c. Jawabannya:
d. Jawabannya:
A. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
B. Penyebab
keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita
2. Hernia umbilikalis
kelainan yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan
seperti kehamilan, obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini
terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak
adekuat.
3. Hernia skrotalis
Sebaiknya makan yang teratur, perbanyak makan buah dan sayur yang
segar, Dianjurkan untuk minum jus buah manggis yaitu di jus kulit dan isi
kecil/hari, hindari merokok dan kerja yang terlalu berat dan berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
dengan demam
.
kekurangan darah. secara teratur ± 7-8 gelas kecil/hari, hindari
Biasanya dilakukan pembedahan
merokok dan kerja yang terlalu berat dan
untuk mengembalikan usus ke tempat
berlebihan.
asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia tidak berulang.
Obat-obatan biasanya diberikan untuk
mengatasi nyeri setelah penderita
menjalani pembedahan.
Kadang setelah menjalani
pembedahan penderita dianjurkan untuk
memakai korset untuk menyokong otot
yang lemah selama masa pemulihan.
Pengobatan
Hernia inguinalis seringkali dapat Pencegahan
didorong kembali ke dalam rongga perut.
Sebaiknya makan yang teratur,
Tetapi jika tidak dapat didorong kembali
melalui dinding perut, maka usus bisa perbanyak makan buah dan sayur yang
MENGENAL
terperangkap di dalam kanalis inguinalis segar, Dianjurkan untuk minum jus buah PENYAKIT
HERNIA
(inkarserasi) dan aliran darahnya terputus
manggis yaitu di jus kulit dan isi
(strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus
yang mengalami strangulasi bisa mati karena keseluruhan, Perbanyak minum air putih
TRI MUTHIA PARHANI
P2.06.20.1.17.037
Disusun oleh :
KANKER SERVIKS
Sasaran : individu
2. Klien dapat mengerti faktor resiko terjadinya kanker serviks, gejala kanker
serviks
3. Klien memahami proses terjadinya kanker serviks, deteksi dini kanker serviks,
cara pencegahannya
3. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
4. Media
- Leaflet
b. Menjelaskan tujuan
b. Mendengarkn
c. Kontrak waktu
c. Memberi respon
kanker serviks
f. Cara pencegahanya,
pemeriksaanya, hasil
pemeriksaan, keunggulan
tes IVA,
6. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
direncanakan.
MATERI PENYULUHAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh dalam leher rahim/ serviks
(bagian yang terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina), kanker serviks
adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus ( leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kea rah rahim yang terletak antara rahim
a. Umur nampaknya memainkan peran tertentu, insiden akan meningkat sekitar usia
35 tahun ke atas dan menurun pada usia menopause dan sangat jarang terjadi pada
b. Merokok. Wanita yang merokok memiliki resiko tiga kali lebih besar terhadap
melalui aliran darah. Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lendir
tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan berkontribusi terhadap
c. Pil KB. Penggunaan pil KB dapat meningkatkan risiko kejadian kanker serviks,
terutama yang sudah positif terkena HPV. Fakta menunjukkan bahwa penggunaan
kontrasepsi oral (pil KB) sedikitnya 5 tahun ada hubungannya dengan
peningkatan risiko kanker serviks. Analisis data oleh International Agency for
Research on Cancer (IARC) pada tahun 2003 menemukan bahwa ada peningkatan
resiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral, dan resiko berkurang
ketika obat kontrasepsi oral dihentikan. Laporan dari IARC menyatakan bahwa
dari 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif
terhadap HPV, ditemukan peningkatan resiko 4 kali lebih besar pada mereka yang
menggunkan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun. Resiko kanker serviks juga
meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral pada usia sebelum 20
tahun.
e. Berhubungan seks dengan laki-laki yang tidak disunat. Smegma, adalah substansi
berlemak. Biasanya terdapat pada lekukan dekat kepala kemaluan atau penis dan
didapati pada laki-laki yang tidak disunat. Smegma sebenarnya adalah sekret
alami yang dihasilkan kelenjar subaceous pada kulit penis. Namun ternyata hal ini
dalam tubuh. Namun sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker terjadi perubahan bentuk
yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan itu tidak hanya satu atau dua tahun saja.
Sebenarnya selama jeda tersebut jika Anda telah mengetahui bahwa Anda terkena kanker
leher rahim maka hal tersebut dapat dicegah. Anda dapat menghentikan sel-sel yang tidak
normal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut
dapat dideteksi dengan kehadiran tes yang disebut dengan pap smear tes. sehingga
semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang
menderita kanker leher rahim.Serviks atau leher rahim/mulut rahim terletak di bagian
ujung bawah rahim yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker leher rahim
terjadi dikarenakan adanya pertumbuhan yang tidak normal dalam tubuh. Namun
perkembangan kanker serviks secara bertahap, tetapi progresif. Proses terjadinya kanker
ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik
sehingga terjadi kerainan epitel yang disebut disprasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ (KIS),
Deteksi Dini Kanker Serviks adalah Pemeriksaan untuk menemukan kanker di leher
rahim, dari sejak perubahan awal sel sampai dengan pra kanker.
penyakit
Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis
terapi kanker.
6. Cara pencegahannya
a. IVA
b. Pap Smear
c. Biopsi
7. Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang sederhana, murah, cepat dan cukup
akurat untuk menemukan kelainan pada tahap kelainan sel (displasia) atau sebelum pra
kanker bila dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya. IVA salah satu cara melakukan
tes kanker serviks yang mempunyai kelebihan yaitu kesederhanaan teknik dan
kemampuan memeberikan hasil yang segera kepada ibu. Selain itu juga bisa dilakukan
8. Cara pemeriksaan
Pemeriksaan Iva dilakukan dengan melihat langsung leher rahim yang telah di olesi
dengan larutan asam asetat 3- 5 %. Setelah ditunggu 1- 2 menit akan terlihat bercak putih
9. Hasil pemeriksaan
a) Hasil Tes-positif : bila diketemukan plak putih yang tebal berbatas tegas atau
dan ektoserviks.
b) Positif 1 (+) : samar, transparan, tidak jelas,terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular),
c) Positif 2 (++) : lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
berbatas tegas, tebal, dan padat. Pertumbuhan pada serviks menjadi acetowhite.
d) Hasil Tes-negatif: permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu. Bila area
bercak putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area bercak putih halus
atau pucat tanpa batas jelas. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih. Bercak
putih berbentukgaris yang terlihat pada batas endocerviks. Tak ada lesi bercak
putih. Bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi. Garis putih mirip
epitel kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat. Licin,merah
g) Kanker : massa mirip kembang kol atau ulkus dan mudah berdarah.
a. Bidan desa
b. Puskesmas
c. Rumah sakit
Daftar Pustaka
Pemeriksaan IVA
merupakan pemeriksaan
yang sederhana,murah,
cepat dan cukup akurat
untuk menemukan
Keunggulan Tes IVA
kelainan pada tahap
1. Mudah dan praktis dilakukan
Bagaimana Pemeriksaan 2. Biaya murah Oleh :
IVA? Tri Muthia Parhani
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat
sederhana P2.06.20.1.17.037
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan 4. Dapat segera diterapi
PRODI DIII KEPERAWATAN
melihat langsung leher rahim yang 5. Hasil bisa langsung diketahui
telah diolesi dengan larutan asam POLTEKES KEMENKES
6. Dapat dilakukan oleh dokter/bidan TASIKMALAYA
asetat 3-5 %. Setelah ditungu 1-2
menit akan terlihat bercak putih bila 2020
terdapat perubahan pada mulut
rahim .
LINK YOUTUBE UNTUK PENKES
PENKES MASYARAKAT KE 1 CUCI TANGAN
https://youtu.be/tce4tP0HWJo
https://youtu.be/gfEkolvPoK0
https://youtu.be/UEAzV6HOltw
https://youtu.be/CZSbYniHWNQ
https://youtu.be/cpHeS_UZyLQ
https://youtu.be/yHIrWI0VjnU
https://youtu.be/h7yC5e8Ph2E
https://youtu.be/KNqfs3LaD74
https://youtu.be/QJTmDARck_0
https://youtu.be/lOlhVIAF9gw
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PENGLIHATAN
FASE 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subyektif :
hitam
b. Bisikan dan bayangan itu muncul pada saat pagi hari, akan tidur di malam hari, dan
e. Klien merasa takut dan khawatir bila bayangan itu muncul lagi, hal yang dilakukan
apabila bayangan tersebut muncul adalah klien selalu menutup mata dan telinganya dan
mengalihkan perhatiannya dengan membaca alkitab, tetapi terkadang bayangan dan suara
Data Obyektif :
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
3. Tujuan Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
b. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang, Perkenalkan saya Tri Muthia. Saya perawat dari Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang
sedang berdinas di Pusskesmas dan sedang bertugas untuk mengunjungi rumah warga. Kalo boleh tahu
“Bagaimana perasaan ibu siang hari ini? Bagaimana tadi makan siangnya? Ada keluhan tidak? ”
c. Kontrak
1) Topik
“Menurut pihak dari puskesmas, pakah benar ibu sering melihat dan suara tanpa ada wujudunya? Saya
lihat ibu seperti sedang mendengar sesuatu dan berbicara sendiri, bagaimana kalo ibu berbicara saja
dengan saya saja. Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol lagi dengan saya? Bagaimana kalau kita
ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ? Bagaimana kalau disini saja ???”
2. Kerja
“Apakah ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Kapan paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak muncul?”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini: Saat suara-suara itu muncul, langsung ibu bilang dalam hati, “Pergi saya tidak mau
dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu…… bagus! Coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa. Saat
melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau lihat… Saya tidak mau lihat.
Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”
“Ibu masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian ibu, Jika ibu
melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan
oleh perawat atau teman maka ibu buat ibu , Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti?”
1) Topik
“Ibu , bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang lain saat
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.00 WIB, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Bagaimana kalua di ruang tv saja,
PENGLIHATAN
FASE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif:
b. Klien mengatakan gelisah saat mendengar bisikan dan bayangan tapi klien bisa
Data Objektif :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat secara teratur (jenis,
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, ibu ? Ibu masih ingat saya ???
b. Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah
siap kita berbincang bincang ? ibu masoh ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa
itu ? apakah ibu ibu masih mendengar suara- suara dan melihat bayangan yang kita
bicarakan kemarin.
c. Kontrak
1) Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang obat-obatan yang ibu
minum.”
2) Tempat :
3) Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana ibu setuju?”
2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh ibu setiap hari. Obat yang warnanya putih ini namanya risperidone
dosisnya 2 mg dan yang warna putih namanya trihexyphenidyl warnanya kuning dosisinya 2 mg
diminum pagi dan malam. Ini namanya clozapine dosisnya 25mg warnanya kuning, diminum pada
malem. Obat yang warnanya kuning ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering ibu dengar
sedangkan yang warnanya putih agar ibu tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping
diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas ibu ?
Tolong nanti ibu sampaikan ke dokter apa yang ibu rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian ibu jangan berhenti minum
obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang ibu alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima
hal yang harus diperhatikan oleh ibu pada saat minum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara,
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif: ”
Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali ibu mau berbincang-bincang
b. Evaluasi obyektif :
”coba ibu jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian berapa dosisnya?
”tolong nanti ibu minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”
1) Topik:
”bagaimana ibu kalau hari jum’at kita akan melakukan cara mengontrol halusinasi selanjutnya
2) Waktu :
”jam berapa ibu bisa? Bagaimana kalau jam 9.00? ibu setuju?”
3) Tempat :
”Hari besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih ibu sudah mau
PENGLIHATAN
FASE 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi, ibu ? Bagaimana kabarnya hari ini? ibu ibu ih ingat dong dengan saya? Apakah ibu
sudah makan?
b. Evaluasi validasi
”bagaimana perasaan ibu hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi tentang halusinasi, apakah ibu bisa
menjelaskan kepada saya tntang isi suara-suara yang ibu dengar dan apakah ibu bisa menyebutkan
c. Kontrak :
1) Topik :
”sesuai dengan kontrak kita hari kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg tamu mengenai cara-
cara mengontrol suara yang sering ibu dengar dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang
2) Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja, bagaimana ibu setuju?”
3) Tempat :
2. Fase kerja
”kalau ibu mendengar suara yang kata ibu kemarin mengganggu dan membuat ibu jengkel. Apa yang
ibu lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
”cara yang ketiga adalah ibu langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat bahwa ibu mendengar
suara. Nanti perawat akan mengajak ibu mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senang sekali
ibu mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan ibu setelah kita
berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang ibu katakan tadi, cara yang ibu pilih untuk
c. Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, ibu terus praktekkan cara yang telah
saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran ibu . nanti ibu bisa masukkan
kegiatan tadi ke jadwal kegiatannya dan tulis M jika melakukan mandiri dan tulis T jika ibu
1) Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi dengan cara
2) Waktu :
”jam berapa ibu bisa? Bagaimana kalau besok jam 09.00? ibu setuju?”
3) Tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Baiklah disini saja ya Sampai ketemu besok
pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PENGLIHATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan sekarang bisikan dan bayangan hilang ketika ia banyak bercakap-cakap
Data Objektif
2. Diagnosa Keperawatan
1. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas / kegiatan
harian.
2. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
” Selamat pagi? Ibu masih ingat saya ?
b. Evaluasi validasi
”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? ibu
masih ingat dengan kesepakatan kita kemarin, apa itu ? apakah ibu masih mendengar suara- suara yang
c. Kontrak
1) Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang suara- suara yang sering
bapak dengar agar bisa dikendalikan engan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
2) Tempat :
3) Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana kak T setuju?”
2. Fase Kerja
”Cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang cara cara-caranya, cara
lain dalam mengontrol halusinasi yaitu cara keempat adalah ibu menyibukkan diri dengan berbagi
kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
”Jika ibu mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan seperti menyapa,
3. Fase Terminasi
”Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali ibu mau berbincang-bincang
b. Tindak lanjut
”Tolong nanti bapak praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi? Ibu bisa
memasukkannya ke jadwal kegiatan. Jika ibu melakukan secara mandiri tulis M, jika dibantu tulis B dan
1) Topik:
”Bagaimana bu kalau kita berbincang-bincang lagi dengan topik berbeda tentang cara mengontrol
marah.”
2) Waktu :
3) Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Disini saja ya. Sampai ketemu besok.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
FASE 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
a. klien mengatakan selalu ingin sendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain.
Data Obyektif :
b. Klien tampak tidak bisa memulai pembicaraan dengan siapapun, klien sering menyendiri.
3. Tujuan
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain.
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
b. Evaluasi / Validasi.
“Bagaimana perasaan ibu … hari ini? O.. jadi ibu merasa bosan dan tidak suka bergaul dengan orang
c. Kontrak.
2) Topik:
“Baiklah kak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Kak dan kemampuan yang
ibu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu
dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain.”
3) Waktu:
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya? “
4) Tempat:
“Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu ? “
“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain? Apa yang
“Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa kak ? ya apa lagi? (sampai menyebutkan
“Kalau begitu apakah ibu mau belajar berteman dengan orang lain?”
“Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu. Begini kak ,
untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita dan nama
“Contohnya: nama saya Tri Muthia, senang dipanggil Muti. Selanjutnya ibu menanyakan nama orang
yang diajak berkenalan. Contohnya nama ibu siapa ? senangnya dipanggil apa?”
“Ayo ka coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu . coba ibu berkenalan dengan
saya.”
“Ya bagus sekali ibu !! coba sekali lagi ibu ..!!! bagus sekali ibu !!
Setelah berkenalan dengan ibu , orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang menyenangkan.
Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya.Nah bagaimana kalau sekarang kita
3. Terminasi.
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali ya cara berkenalan dengan orang lain!
Baiklah ibu , dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan teman? Ini ada jadwal
kegiatan,. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh perawat atau teman ibu , Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T.
1) Topik :
“Baik lah ibu bagaimana kalau hari jum’at kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu bercakap-
cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu
bersedia?”
2) Waktu :
3) Tempat :
“Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu?? Baiklah kak hari
jum’at saya akan kesini jam 09:00 sampai jumpa nanti ibu . saya permisi.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
FASE 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subyektif:
Data Obyektif :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
4. Tindakan Keperawatan
Mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
B. Strategi Komunikasi Terapeutik
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah hari ini ibu sedang kesal, saya lihat hari ini ibu
C. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bagaimana jika kita berbincang-bincang tentang perasaan marah yang ibu rasakan,”
2) Waktu
3) Tempat
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu marah? Apakah sebelumnya ibupernah marah? Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang? Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu
rasakan? Apakah ketika kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat,
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara dulu,
“ begini ibu , kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi
kak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali ibu sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
3. Fase Terminasi :
“ Coba Bapak A sebutkan penyebab marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu lakukan serta
akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tadi ibu bisa masukkan ke jadual harian ya. berapa kali sehari kak T mau latihan
nafas dalam ?Bagus..Nanti tolong ibu tulis M, bila kak T melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu
“baik bu, bagaimana kalau hari rabu kita latihan cara lain untuk mencegah dan mengendalikan marah .
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya kak?”
FASE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
b. Klien mengatakan jika marah klien selalu melakukan apa yang diajarkan.
Data Objektif
1. Diagnosa Keperawatan
2. Tujuan
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
3. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan mengontrol perilaku kekrasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan
1. fase orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi. Masih ingat dengan saya BU? Iya benar saya muti yang hari ini berniat berbincang-
bincang lagi sesuai dengan kontrak yang telah kita sepakati kemarin”
b. Topik umum
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini ? apakah ibu sudah makan? Tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Sesuai konrak kemarin ya bu hari ini kita berbincang-bincang kembali tentang cara mengontrol marah.”
2) Waktu
3) Tempat
2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan
melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan
orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya:1.Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara
yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya
karena teman-teman mengganggu ibu. sekarang ibumeminta teman ibu agar tidak mengganggu , ibu
bisa berkata “Tolong kembalikan buku saya dan saya tidak mau diganggu”. Coba ibu praktekan.bagus
kak. 2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Abdilah tidak ingin melakukannya, katakan:
‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba ibu praktekkan. Bagus .
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal ibu dapat
mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
1. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
b. Evaluasi Objektif
“ibu tadi kan bisa melakukan kegiatan yang telah kita latih sekarang saya masukan pada jadwal kegiatan
harian ya ibu.”
d. Kontrak
“Untuk besok bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi untuk melatih kegiatan yang ketiga tentang
mengontrol marah ya . ibu mau jam berapa? Untuk tempatnya mau disini lagi ibu atau mau dimana?
Sama seperti hari ini tidak akan lama hanya sekitar 10-15 menit lagi kak. Ibu maunya jam berapa?
Baiklah jam 9.00 ya. Karena waktunya sudah hampir habis kita akhiri saja bincang-bincang hari ini ya
FASE 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan jika marah klien selalu melakukan apa yang diajarkan.
Data Objektif
b. Klien tampak berbicara secara baik-baik pada temannya jika temannya melakukan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
a. Mengevaluasi kegiatan mengontrol perilaku kekrasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan mengontrol perilaku kekrasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi perasaan
“Bagaimana perasaan kak hari ini ? apakah ibu sudah makan? Tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontrak
“Sesuai konrak kemarin ya ibu hari ini kita berbincang-bincang kembali sekitar 10-15 menit ditempat ini
2. Fase kerja
“Ada cara ketiga untuk mengontrol marah yaitu dengan cara spiritual. Ibu sedang marah coba langsung
duduk dan langsung tarik nafas dalam kemudian bisa menenangkan diri dengan cara membaca istigfar
lalu bewudhu. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Ibu bisa melakukan ini secara
1. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang amarah yang kak T alami?
b. Evaluasi Objektif
“u tadi kan bisa melakukan kegiatan yang telah kita latih sekarang saya masukan pada jadwal kegiatan
harian ya kak”
2. Kontrak
“Seperti sampai hari ini saya menemani ibu di Rumah Sakit ini. Saya ibu selalu mengerjakan apa yang
FASE 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Data Objektif :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih.
4. Tindakan Keperawatan
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
3. Orientasi
a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu siangi ini? Saya liat ibu diam terus, apakah ada kegiatan yang ingin ibu
lakukan?
c. Kontrak
“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah ibu akukan?
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang dapat ibu dilakukan di rumah . Setelah kita nilai ,kita akan
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu ,Berapa lama? Bagaimana
1. Kerja
“ Ibu ,apa saja kemampuan yang ibu miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Baik iu suka mengaji? Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ibu
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ibu miliki”.
“ Ibu dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang ibu ih dapat dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya ada 3 yang ibu bisa
dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang ibu bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Ibu pilih satu kegiatan yang ibu bisa dikerjakan di rumah ini”. “O yang nomor
“ Coba Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu lakukan tanpa disuruh ,
2. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan mengaji ?, Ibu ternyata banyak memiliki
Salah satunya , mengaji, yang sudah Ibu praktekkan dengan baik sekali
b. Evaluasi obyektif
“Sekarang ,mari kita ibu masukkan pada jadual harian . Ibu ,Mau berapa kali sehari merapikan tempat
“ Coba Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu lakukan tanpa disuruh ,
d. Kontrak
1) Topik
2) Waktu
“Untuk waktunya mau kapan? Baiklah menyesuaikan waktu santainya ibu ya”
3) Tempat
Sampai jumpa.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
FASE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
b. Data objekrif :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
a. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum selamat pagi. Masih ingat dengan saya bu? Iya benar bu saya Tri perawat dari
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang hari ini berniat berbincang-bincang lagi sesuai dengan kontrak
b. Topik Umum
c. Evaluasi
“Sesuai konrak kemarin ya pak hari ini kita berbincang-bincang kembali sekitar 10-15 menit ditempat
ini lagi ya Dilah untuk membahas aspek positif yang Dilah miliki yang ke dua”
2. Fase Kerja
“ Baiklah kita langsung saja mulai pembicaraan kita dari sekarang ya . Sekarang kita lakukan kegiatan
yang kedua yaitu membereskan rumah. Ibu tahu tidak alat-alat yang dibutuhkan apa saja?dan cara
melakukannya bagaimana? Alat yang dibutuhkan yaitu sapu lap pel. Nah ibu bisa mulai untuk menyapu
Wah Ibu Tia pintar sekali bisa melakukannya dengan baik dan benar kalau begitu kita masukkan ke
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
harian ya bu”
d. Kontrak
“Untuk besok bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi untuk melatih kegiatan yang lain ya
bu ? Untuk tempatnya mau disini lagi bu atau mau dimana?Sama seperti hari ini tidak akan lama hanya
sekitar 10-15 menit lagi bu. Karena waktunya sudah hampir habis kita akhiri saja bincang-bincang hari
SP 1 HALUSINASI
https://youtu.be/CNygqJK1_qw
SP 2 HALUSINASI
https://youtu.be/-YCUeCQO9So
SP 3 HALUSIINASI
https://youtu.be/9sZGaChf-OY
SP 4 HALUSINASI
https://youtu.be/6KWlQDu2os8
SP 1 RPK
https://youtu.be/xkMKvxnl6wE
SP 2 RPK
https://youtu.be/OQR2-PV0irA
SP 3 RPK
https://youtu.be/lalvYXXcYF8
SP 1 HDR
https://youtu.be/ir6Ggq53yVU
SP 2 HDR
https://youtu.be/_jer4dPcMUo
SP 1 ISOLASI SOSIAL
https://youtu.be/OWmppS9CYMo
MENGALANISIS VIDEO
NEBULIZER / HOW TO PROPERLY USE NEBULIZER
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=pEKFKZiLNaA
Nebulizer sering direkomendasikan untuk pasien yang kesulitan menggunakan inhaler karena masalah
kesehatan,atau pasien yang tidak mampu Tarik napas cukup dalam untuk perangkat lain.
Gelas obat, bagian atas atau topi untuk melampirkan masker atau corong ke cangkir obat..
tabung plastik tipis menghubungkancorong ke mesindan mesin udara yang disebut kompresor,
atau dioperasikan dengan baterai untuk penggunaan portabel saat tidak di rumah.
Pelaksanaan :
1. tangan bersih,
3. Pasang bagian atas ke cangkir obat,dan kemudian corong mulut atau topeng.
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=qPPXRhBmouI
Injeksi intramuscular adalah tindakan untuk memasukkan obat melalui jarum ke jaringan otot pasien.
Persiapan alat
1. Spuit sesuai kebutuhan
2. Obat sesuai order dokter
3. Alcohol swab
4. Perlak
5. Handscoon
6. Nierbeken
Langkah-langkah
1. Pastikan order dokter (obat, dosis, waktu), pastikan 6 benar
2. Salam terapeutik
3. Cuci tangan
4. Siapkan obat
5. Cuci tangan
6. Posisikan tangan
7. Lihat bagian deltoid
8. Pasang handscoon
9. Desinfeksi area injeksi
10. Cubit area injeksi
11. Tusukkan jarum dengan sudut 90o
12. Aspirasi
13. Suntikkan obat perlahan
14. Cabut spuit perlahan dengan menahan area injeksi dengan alcohol swab
15. Buang spuit ke safety box
16. Lepaskan handscoon
17. Bereskan alat
18. Cuci tangan
19. Dokumentasi tindakan
PERAWATAN LUKA DIABETES
Pengkajian
1. Memberian informasi tentang tindakan perawatan luka ganggren menggunakan prinsip steril
2. Menciptakan likgkungan yang aman dan nyaman
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
Pelaksanaan Luka diabetes yg kering
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan steril
3. Buka balutan
4. Identifikasi luka
5. Berikan cairan nacl 0,9
6. Keringkan dengan kassa
7. Berikan salep obat dan ratakan dengan kassa steril
8. Tutup luka dengan balutan
9. Evaluasi
10. Memberi tahu pasien, tindakan selesai
11. Evaluasi tindakan
Sumber : https://m.youtube.com/watch?v=e0LecJqzAzE&feature=youtu.be
Pengkajian
Persiapan alat
Pelaksanaan
1. Cuci tanagan
2. Memakau sarung tangan steril
3. Buka balutan
4. Identifikasi luka
5. Berikan cairan nacl (spuit 50cc, jarum 20G)
6. Keringkan dengan kasa
7. Siapkan dressing steril (primary dan secondary)
8. Ada jaringan mati di gunting
13. Terminasi