Anda di halaman 1dari 3

Mengapa perlu Manajemen Resiko ?

– Tiap tempat kerja memiliki sumber bahaya (bahan, proses, alat dan lingkungan) yang sulit
dihilangkan
– Sebagai alat bantu dalam menentukan tindakan pengendalian resiko sesuai dengan sumber
bahaya yang ada
– Menilai apakah tindakan pengendalian resiko sudah sesuai
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menimbulkan cidera/kerugian (manusia, properti, proses,
lingkungan)
Beberapa Definisi terkait manajemen resiko
Resiko adalah sesuatu yang berpotensi menimbulkan cidera/kerugian atau merupakan kombinasi
da kemungkinan / peluang dan akibat.
Analisa Resiko adalah kegiatan analisa suatu resiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan / probability dan tingkat keparahan dari akibat / consequences suatu resiko
Penilaian Resiko / Risk Assesment adalah penilaian suatu resiko dengan membandingkan
terhadap tingkat / kreiteria resiko yang telah ditetapkan.
Manajemen Resiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan
aktifitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan
serta review resiko.
Manajemen resiko sebaiknya dilakukan dalam suatu tim atau beberapa unsur dari karyawan yang
terlihbat pada pekerjaan tersbut dengan tujuan :
– Lebih banya informasi yang terkumpul
– Diperoleh kesepakatan dari beberapa sudut pandang yang berbeda
– Solusi yang diputuskan diterima oleh semua pihak yang terlibat
Kapan Manajemen Resiko dilakukan?
– Pada tahap awal / perancangan / design
– Pengembangan prosedur / instruksi kerja baru
– Modifikasi proses
– Ditemukan bahaya baru
Tahapan Manajemen Resiko
1. Komitment
2. Persiapan
3. Identifikasi Bahaya
4. Akibat – Peluang
5. Penilaian Resiko
6. Penanganan Resiko
7. Monitor & Review
Komitmen
Harus mendapat dukungan dari lini manajemen karena:
– Manajemen paling banyak terlibat dalam pengambilan keputusan
– Terkait pada kebijakan organisasi secara keseluruhan
– Terkait pada alokasi SDM dan finansial
Persiapan
Agar kegiatan Manajemen Resiko berjalan dengan lancar diperlukan
– Ruang lingkup kegiatan
– Personil
– Standar / acuan penetapan resiko
– Prosedur
– Dokumentasi
Identifikasi Bahaya
Dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu aktifitas / kegiatan / proses kerja, dll.
Teknik sederhana untuk melakukan identifikasi bahaya adalah dengan membuat pertanyaan sbb:
a. Apakah sumber bahaya penyebab cidera ?
b. Siapa yang terpapar ?
c. Bagaimana cidera bisa timbul ?
Sumber bahaya :
– Keadaan bahan / peralatan
– Sifat Pekerjaan
– Lingkungan Kerja
– Cara Kerja
– Proses Produksi
Siapa terpapar ?
– Karyawan
– Kontraktor
– Tamu
– Pihak Ketiga
Bagaimana cidera bisa timbul ?
– Jatuh dari ketinggian
– Tertimpa
– Terbentur / tertabrak
– Terjebak / Terjepit
– Kontak dengan suhu ekstrim
– Tersengat listrik
– Kontak dengan Bahan kimia berbahaya
Teknik Identifikasi Bahaya :
– Inspeksi
– Work Through Survey
– Audit
– Kuisoner
– Data Statistik
– HAZOP / Fault Tree Analysis
Analisa dan Penilaian Resiko
Setelah Bahaya diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisa dan penilaian resiko.
Dalam melakukan analisa dan penilaian resiko parameter yang digunakan adalah AKIBAT
(Consequences) dan PELUANG (frequency)
Akibat adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi dari suatu insiden yang melibatkan
manusia, properti, lingkungan ataupun reputasi perusahaan.
Contoh:
Yang berakibat pada manusia seperti Fatal, cacat, perawatan medis, P3K.
Yang berakibat pada properti seperti kerusakan fasilitas pabrik
Peluang adalah Frekuensi terjadinya insiden yang bisanya dinyatakan dalam satuan waktu
Contoh :
– Pernah terjadi pada perusahaan sejenis
– pernah terjadi di perusahaan ini
– Pernah terjadi diperusahaan ini beberapa kali dalam satu tahun
Beberapa acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian resiko adalah sebagai berikut :
– Informasi tentang aktifitas pekerjaan
– Yindakan pengendalian yang telah dilakukan
– Peralatan yang digunakan
– Data statistik kecelakaan
– dll
Analisa resiko dibagi menjadi
– Kualitatif
– Semikualitatif
– Kuantitatif
Kualitatif
Menganalisa dan menilai resiko dengan membandingkan parameter akibat dan peluang dengan
membandingkan matriks yang telah ditetapkan
Semikuantitatif
Metode yang dipakai hampir sama dengan metode kuantitatif perbedaannya terletak pada nilai /
skor tertentu yang telah ditetapkan sesuai resikonya.
Kuantitatif
Dilakukan dengan menentukan nilai dari masing-masing parameter yang didapat dari hasil
analisa yang representatif seperti analisa statistik, simulasi, fault tree analisis, dll.
Penanganan Resiko
Setelah dilakukan selanjutnya ditentukan apakah resiko tersebut dapat diterima (acceptable risk)
atau tidak. Apabila resiko tidak dapat diterima (non acceptable risk), perusahaan harus
menetapkan tindak lanjut perbaikan sampai resiko terendah dengan prinsip hirarki pengendalian
sbb:
–Eliminasi
–Subtitusi
–Rekayasa
–Administrasi
– ALat Pelindung Diri
Monitor dan Review
Manajemen resiko yang ditelah ditetapkan harus selalu di monitor, apakah sudah sesuai dengan
penerapan di aktifitas pekerjaan, jika tidak harus dilakukan kaji ulang atau review dan dipastikan
selalu update.

Anda mungkin juga menyukai