Kelompok 2:
Alamanda Rifqi Syambudi 21102005
Khoirina Azizah 21102025
Nur Khasanah 21102045
FAKULTAS TARBIYYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN AN-NUR YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Strategi Pembelajaran ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad saw semoga kita
mendapatkan syafaatnya besok di yaumul qiyamah, amin.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dari para
pembaca demi perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Semoga hasil kerja kami ini juga diberi nilai amal ibadah yang diterima di
sisi Allah Swt, amin.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
C. Jam’iyatul Washliyah................................................................................9
D. Muhammadiyah.......................................................................................11
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nusantara adalah sebuah wilayah yang sangat besar, dengan
kekayaan yang melimpah ruah, wilayah agraris serta maritim yang sangat
kaya akan sumber daya alam. Penduduk yang sangat ramah serta
keterbukaan dalam menerima pendatang, sehingga wilayah nusantara
menjadi daerah rebutan negara-negara adi kuasa, baik barat, maupun timur
yang memiliki peradaban yang jauh lebih maju dari pada nusantara.
Maraknya kolonialisme serta imperialisme menjadi faktor utama
perjalanan misi glory, gold, dan gospel.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui serta
memahami peranan organisasi Islam di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jam’iyatul Khoir Wal-Irsyad
Jam’iyatul khair adalah salah satu perkumpulan kaum muslim yang
terdiri dari pribumi dan orang Arab didirikan di Jakarta pada tanggal 17
Juli 1905. Organisasi Jamiatul Khair ini terbuka untuk semua golongan
masyarakat muslim tanpa diskriminasi asal keturunan, namun mayoritas
anggota-anggotanya adalah orang-orang Arab. Pemimpin-pemimpin
mereka pada umumnya adalah orang-orang yang berkecukupan, demikian
juga para anggotanya sehingga memungkinkan mereka dalam
menggunakan waktunya untuk mngembangkan organisasi Jamiatul Khair
secara lebih luas.1
1
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), hlm.134.
2
Muhammad. Syamsu, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta: Lentera
Basritama, 1999), hlm. 281.
3
menyadarkan beberapa orang keturunan Arab akan perlunya suatu badan
untuk menampung semua masyarakatnya. Maka secara diam-diam pada
tahun 1901 di Pekojan, Jakarta dibentuk suatu perkumpulan yang
dinamakan perkumpulan Jamiat Khair.
3
Muhammad. Syamsu, Ulama…, hlm. 282.
4
Nia Kurnia dan Amelia Fauzia, Gerakan Modernisme, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010),
hlm. 359.
4
Organisasi Jamiatul Khair menonjolkan dua bidang garapan, pertama
yaitu pendirian dan membina sekolah atau madrasah dari tingkat dasar dan
menegah. kedua, yaitu pengiriman anak-anak ke Turki untuk melanjutkan
studi. Pada waktu itu, pendidikan agama islam diberikan sebagai
pengetahuan. Dan untuk meninggkatkan pendidikan agama islam
disamping mengirim anak-anak untuk belajar ke Timur Tengah ini juga
mendatangkan guru agama islam dari Timur Tengah ke Indonesia untuk
mengajarkan agama islam. Guru yang didatangkan oleh organisasi ini
berasal dari Timur Tengah bernama Syekh Ahmad Surkati Al Anshari As-
Sudany.
Kedatangan Ahmad Surkati pada tahun 1911 diikuti oleh dua orang
Ulama, yaitu Syekh Muhammad Thaib dari Maroko dan Syekh
Muhammad Abdul Hamid dari Mekkah. Pada tahun 1913 juga datang
sahabat-sahabat Surkati dari Timur Tengah. Salah seorang diantara mereka
adalah Saudara Kandung Surkati yang bernama Muhammad Abdul Fadl
Al-Anshari, Hasan Hamid Al-Anshari, dan Ahmad Al-Awif.5
5
5. K.H Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah, anggota nomor 7706
Jamiat Khair mendatangkan guru dari luar daerah maupun luar negeri,
antara lain H Muhammad Mansur dari Padang, serta Al-Hasimi dari Tunis
yang memperkenalkan kepanduan dan Olaharaga.
6
haji Zamzam (1894-1952). Ketika menuntut ilmu di Mekah, Kiai Haji
Zamzam sudah berkenalan dengan pemikiran Wahabi, Muhammad Abduh,
serta Rasyid Rida.9
Tokoh utama Persatuan Islam (PERSIS) adalah Ahmad Hassan
(1887 – 1958). Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja
sudah mengenal gagasan pembaruan yang disebarkan majalah al-imam.
Satu lagi organisasi yang menyatakan secara tegas sebagai penerus
gerakan pembaharuan Muhammad Abduh dan Rasyid Rida adalah
Persatuan Islam, yang disingkat Persis. Persisi didirikan di Bandung pada
tanggal 17 September 1923 oleh seorang ulama asal Palembang, K.H
Zamzam (1894-1952). Ketika menuntut ilmu di Mekkah, K.H Zamzam
sudah berkenalan dengan pemikiran Wahabi, Muhammad Abduh dan
Rasyid Rida.
Tokoh utama persatuan Islam adalah Ahmad Hassan (1887-1958).
Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja sudah
mengenal gagasan pembaruan yang disebarkan majalah Al-Imam. Sebagai
anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu, Ahmad Hassan menulis
banyak artikel mengenai pentingnya umat islam kembali kepada ajaran Al-
Qur’an dan Hadits. 10
Ahmad Hassan menulis banyak artikel mengenai pentingnya umat
islam kembali kepada ajar Al-Qur’an dan Hadits. Ahmad Hassan yang di
kenal sebagai seorang yang keras dan konsisten. Maka tak heran jika
persis beridiri dan berkembang dengan prinsip keras, konsisten dan tidak
ada kompromi.
Persis memilki cita-cita yang sama dengan Muhammadiyah, tetapi
metode keduanya berbeda. Muhammadiyah lebih condong pada
pendekatan sosialis, seperti sekolah fasilitas umum dsb. Sedangkan persis
lebih kepada dakwah dan penyebaran agama langsung, seperti media
massa, media sosial dsb.
9
Harun Nasution, Ensiklopedia…, hlm. 368.
10
Nia Kurnia dan Amelia Fauzia, Gerakan…, hlm. 368.
7
Selain itu, persis mempunyai prinsip idealis dalam
mengembangkan organisasinya. Bidang akademik menjadi titik utama
faktor perkrutan keanggotaan persis. Sehingga tak heran jikalau persis
memiliki basi akademisi yang kuat. Mereka lebih suka bertukar fikiran
dengan akademisi lainnya. Diantara perdebatan yang penting ialah
perdebatan dengan Ahmadiah Qadiani pada tahun 1930 selama tiga kali,
yaitu tentang pendapat yang dikeluarkan golongan Ahmadiah bahwa
pendiriannya diakui oleh para pengikutnya sebagai seorang Nabi dan Nabi
Isa meninggal di Kashmir, selain itu Persis juga pernah mengadakan
perdebatan-perdebatan dengan golongan lain, seperti Ijtihadul Islamiyah
Sukabumi, Majelis Ahlu Sunnah di Bandung, dan Nahdhatul Ulama di
Cirebon tahun 1936. Organisasi ini memiliki bebrapa alat publikasi yang
diantaranya berupa majalah Pembela Islam terbitan Bandung, Al-Fatwa
yang ditulis denga huruf Jawa berbahasa Indonesia, At-Taqwa dengan
menggunakan bahasa Sunda dan berbagai Pamflet, Brosur, dan Buku-
buku.11
Meskipun sering di gadang-gadang mirip dengan Muhammadiyah,
dalam ranah perluasan wilayah, persis lebih memiliki prinsip idealis dalam
merekrut dan membangun keanggotaanya. Dibanding dengan
Muhammadiyah, Persis tidaklah terlalu giat dalam membentuk. Banyak
cabang. Pembentukan suatu cabang tergantung kepada inisiatif dan tidak
ditentukan oleh program pimpinan pusat. Jika Muhammadiyah berusaha
menggiring orang masuk, lalu kemudian membina orang tersebut didalam
organisasi, maka Persis mengutamakan dahulu diluar lalu yang dianggap
sudah layak baru direkrut menjadi anggota. Tidaklah mengherankan jika
organisasi Persis jauh lebih kecil dibanding Muhammadiyah dalam jumlah
anggota dan aktivitasnya. Persatuan Islam hanya memiliki 200 cabang
diseluruh Indonesia, yang menangani ratusan sekolah dan pesantren.12
11
Ahmad Syaukani, Perkembangan…, hlm. 134.
12
Nia Kurnia dan Amelia Fauzia, Gerakan…, hlm. 368.
8
C. Jam’iyatul Washliyah
9
Sementara Udin Syamsudin adalah administrator dan ahli
manajemennya.13
Setelah resmi didirikan maka ditetapkanlah pengurus al-Washliyah
yang berkedudukan di Medan, dengan susunan sebagai berikut : Ismail
Banda (Ketua I), A.Rahman Sjihab (Ketua II), M.Arsjad Tholib Lubis
(Penulis I), Adnan Nur (Penulis II), H.M Ya’kub (Bendahara), dan H.
Syamsudin, H.Jusuf Ahmad Lubis, H.A Malik, A.Azizi Effendy
(Pembantu-pembantu), serta Sjech H. Muhammad Junus (Penasihat).
Prinsip islam yang rahmatan lil ‘alamiin, al – washliyah memiliki
peranan penting bagi Indonesia dalam bidang politik maupun sosial.
13
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenda Media Group, 2011), hlm. 334-337.
10
1. Sekolah Rakyat (S.R) Al-Washliyah dengan lama belajar 6 tahun. materi
pelajarannya 70% ilmu umum dan 30% ilmu agama. Pelajaran umumnya
setingkat dengan S.R Negeri.
D. Muhammadiyah
11
K.H Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang berpengaruh dan
terkenal dilingkungan kesultanan Yogyakarta, yang secara genealogis
ditelusur akan sampai pada Maulana Malik Ibrahim atau Maulana
Maghribi.16
Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan
hasil pengalamannya aktif di organisasi Bud Utomo, Jamiat Khair, dan
Sarekat Islam. beliau mengamati bahwa belum ada organisasi masyarakat
pribumi yang berorientasi pada gerakan modernisme islam.
K.H Ahmad Dahlan merumuskan tujuan pendirian Muhammadiyah
yakni “Menyebarkan Pengajaran Nabi Muhammad Saw kepada Penduduk
Bumiputra dan memajukan Agama islam kepada anggotanya”. Sejak
Kelahirannya Muhammadiyahmenetapkan Khittah (garis perjuangan)
untuk bergerak dibidang dakwah,sosial,dan pendidikan. Karena itu Ahmad
Dahlan berusaha mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan Tabligh,
mendirikan masjid, serta menerbitkan buku, brosur, surat kabar, dan
majalah. Inti dari cita-cita Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah adalah
memurnikan ajaran islam dari praktek menyimpang yang tidak terdapat
dalam Al-qur’an dan Sunah Nabi SAW.17
Organisasi Muhammadiyah dalam tahun-tahun awal tidak
mengadakan pembagian tugas yang jelas diantara anggota pengurus .
sekurang-kurangnya sampai tahun 1917, ruang gerak kegiatan organisasi
ini masih sangat terbatas pada daerah kauman Yogyakarta dan sekitarnya.
Dan barulah setelah tahun 1917, organisasi ini mempunyai daerah operasi
yang lebih luas.
Di Jawa, Muhammadiyah begitu cepat tersebar disebabkan juga
oleh kegiatan misionaris Kristen. Di bidang sosial, Muhammadiyah juga
mencontoh kegiatan misionaris Kristen seperti mendirikan rumah yatim
Piatu, merawat fakir miskin, dan membangun klinik kesehatan yang
bermanfaat langsung bagi masyarakat. Dan meluasnya keanggotaan
16
Arifin, Gagasan Pembeharuan Muhammadiyah, (Jakrta: Dunia Pustaka Jaya, 1987), hlm. 75.
17
Nia Kurnia dan Amelia Fauzia, Gerakan…, hlm. 366.
12
Muhammadiyah didukung faktor lain seperti cara dakwah Muhammadiyah
yang cenderung toleran. Cara tersebut sungguh cara yang cerdik yang
dilakukan oleh Ahmad Dalan dalam menyerbarkan paham darinya melalui
cara seperti misionaris Kristen ini. Karena pada tahun-tahun berikutnya
Muhammadiyah diketahui membangun cabang-cabang di luar pulau jawa
khususnya di Minangkabau.
Faktor lain yang mendukung tersebarnya Muhammadiyah adalah
tablig_tablig/dakwahnya mengarah langsung ke amal perbuatan ditengah-
tengah masyarakat yang lebih luas sehingga dapat menarik para patriot dan
memberikan dasar-dasar yang kuat bagi setiap jiwa pada saat itu. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika pada saat itu sedang hebatnya reaksi
pemerintah Hindia belanda, Muhammadiyah dapat menarik kelompok
intelektual, yang biasanya hanya tertarik oleh gemerlapnya teori belaka.18
Suatu bagian yang sangat penting dalam suatu organisasi
Muhammadiyah adalah majelis Tarjih yang terbentuk pada tahun 1927
melalui utusan kongres organisasi tersebut di pekalongan. Fungsi dari
majelis ini adalah memberikan fatwa atau menjelaskan hukum masalah-
masalah yang sering menjadi pertikaian. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan
majelis Tarjih tidak langsung disampaikan kepada masyarakat dan tidak
pula masyarakat Muhammadiyah sendiri, namun lebih dahulu disampaikan
kepada pimpinan pusat dari organisasi untuk melaksankannya.
Perkembangan organisasi, Muhammadiyah sampai pada tahun
1935 telah mempunyai 110 cabang dengan anggota kurang lebih 250 ribu
orang anggota. Dan hingga sekarang organisasi Muhammadiyah
merupakan salah satu organisasi yang mempunyai andil besar dalam dunia
pendidikan di negeri Indonesia dengan berhasilnya membangun prasarana
pendidikan dari tingkat Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, SLTP, SMU,
dan Perguruan Tinggi atau Akademi. Disamping itu, juga mempunyai
18
Nia Kurnia dan Amelia Fauzia, Gerakan…, hlm. 367.
13
berbagai macam sarana sosial seperti Rumah Sakit, Yayasan Yatim Piatu,
dan sebagainya.19
6. K. H. Nakhrowi Malang
19
Ahmad Syaukani, Perkembangan…, hlm. 122-123.
20
Ahmad Syaukani, Perkembangan…, hlm. 123-124.
14
keagamaan yang mempertemukan kelompok pesantren dan modernis.
Pada tahun yang sama Abdul Wahab Hasbullah bersama K.H Hasyim
Asy’ari mendirikan sebuahkoperasi dagang yang bernama Nahdhatul
Tujjar. Hanya saja memasuki tahun 1920-an, kebersamaan dan upaya
saling pengertian antara kelompok islam pesantren dan modernis berubah
menjadi persaingan yang mengelompok.
Menjelang kelahiran NU, ditingkat internal umat islam Indonesia
telah terbentuk forum formal kongres Al-Islam, yang berfungsi untuk
mempertemukan para tokoh Islam di Indonesia. Pada 1921 para Ulama
menyelenggarakan kongres Al-Islam di Cirebon untuk mengurai persoalan
khilafiah sehingga diharapkan tercipta iklim yang lebih sejuk. Kemudian
pada bulan Desember 1922 kongres Al-Islam kedua digelar di Garut
menyusul kemudian kongres luar biasa Al-Islam di Surabaya pada 1924.
Diantara tokoh-tokoh Islam yang intens mengikuti pertemuan-pertemuan
tersebut adalah HOS. Tjokroaminoto,
K.H Abdul Wahab Hasbullah, K.H Mas Mansur, H. Agus Salim,
K.H Abdul Halim Majalengka, K. Sangadji, R. Wondoamiseno, dan
lainnya. Sebelum kongres luar biasa berlangsung, K.H Abdul Wahab
Hasbullah menyatakan Mundur dari kepanitiaan.21
Kelahiran NU tidak terlepas dari adanya reaksi terhadap situasi
umat islam ketika itu. pada permulaan abad ke-20 umat islam mengalami
kegoncangan akibat kekalahan Turki Utsmani pada perang Dunia 1 yang
dipandang sebagai kejatuhan dunia islam. Hal ini terjadi karena kekuasaan
sultan Turki sebagai Khalifah umat islam itu telah diakui keberadaannya
oleh semua wilayah islam termasuk Indonesia.Kegoncangan umat islam
ini diperburuk lago oleh keputusan Majelis Nasional Agung Turki yang
menghapuskan Kekuasaan Sultan pada tahun 1922 dibawah pimpinan
penguasa Turki yang baru, Mustafa Kemal Ataturk. Dalam pada itu
pengikut gerakan Wahabi dibawah pimpinan Ibnu Sa’ud berhasil
menguasai wilayah Hejaz. Gerakan ini, dengan tujuan memurnikan paham
21
Sulthan Fatoni, NU Identitas Islam Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1987), hlm. 118.
15
tauhid umat islam, telah memusnahkan semua yang dipandangnya
menimbulkan bid’ah dan khurafat. Disamping menentang taklid kepada
pendapatimam-imam madzhab dan menyeru untuk kembali kepada Al-
Qur’an dan Sunnah. Hal ini menimbulkan pengaruh yang sangat besar
terhadap umat islam, termasuk umat islam Indonesia, terutama terhadap
para ulama yang kuat berpegang pada tradisi dan melestarikan ajaran
bermadzhab.
Ketika itu di Indonesia muncul pula gerakan-gerakan keagamaan
yang dikenal dengan gerakan pembaru, sebagai akibat dari pengaruh
pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab dari Saudi Arabia dan
Muhammad Abduh di Mesir. Berkembangnya gerakan yang bersemboyan
kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah ini dirasakan oleh para Ulama
tradisional sebagai “ancaman” terhadap kelestarian tradisi Ahlusunah
Waljamaah.22
Pada tanggal 31 Januari 1926 bertepatan tanggal 16 Rajab 1344 H,
Komite Hejaz mengadakan rapat dirumah K.H Abdul Wahab Hasbullah
yang dihadiri oleh Ulama-Ulama terkemuka. Pertemuan tersebut
membicarakan perkembangan dunia islam mutakhir hingga memikirkan
langkah bersama untuk mempertahankan kepentingan masayarakat islam
pesantren. Mereka kemudian memutuskan K.H Asnawi sebagai utusan
para ulama untuk menghadiri Muktamar dunia islam di Mekkah. Rapat
juga memutuskan untuk sepakat mendirikan organisasi yang diberi nama
Nahdhatul Ulama.23
Tujuan Nahdhatul Ulama (NU) seperti tersebut dalam Anggaran
Dasar Tahun 1926 (sebelum menjadi partai politik) adalah perkumpulan
sosial keagamaan yang mementingkan pendidikan dan pengajaran agama
islam.
Dalam ikut serta mempertinggi kecerdasan masyarakat Indonesia
dan menggembleng budi pekertinya, NU mendirikan beberapa Madrasah
22
Harun Nasution, Ensiklopedia…, hlm. 353.
23
Sulthan Fatoni, NU Identitas…, hlm. 119.
16
ditiap-tiap cabang dan ranting. Pada masa pemerintahan Belanda dan
penjajahan Jepang, NU tetap memajukan pesantren-pesantren,
mengadakan dakwah dan pengajian-pengajian dan lain-lainya. NU juga
bergerak dalam bidang lainnya seperti di bidang pendidikan, bidang sosial
dan di bidang ekonomi.
Sejak berdirinya sampai tahun 1989, NU sudah 28 kali
melaksanakan muktamar. Muktamar pertama dilaksanakan pada tanggal
21-23 September 1926 di Surabaya. Keputusan utama di antaranya adalah
memantapkan diri sebagai pembela paham Ahlussunah Waljamaah. Untuk
memperkuat perjuangan umat islam, NU bersama-sama organisasi Islam
lainnya, seperti Muhammadiyah, mengambil keputusan untuk membentuk
partai politik Indonesia dalam wadah Masyumi Dari situlah awal dari
berubahnya NU dari hanya organisasi keagamaan menjadi organisasi
politik juga.24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Islam di Indonesia sangatlah pesat, terbukti dengan
lahirnya organisasi islam, perjuangan kaum muslim dalam kemerdekaan
24
Ahmad Syaukani, Perkembangan…, hlm. 134.
17
Indonesia, menjadi agama mayoritas sehingga Indonesia menjadi negara
islam terbesar. Perjuangan islam di Indonesia tidak terlepas dari para
pewaris ulama yang menyebarkan islam di Indonesia. Organisasi yang
didirikan memberikan dampak positif terhadap budaya serta karakter
negara Indonesia. Sehingga tak heran apabila Indonesia memiliki islam
yang sangat kuat dengan adanya organisasi islam baik di bidang politik,
maupun sosial.
18
DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, Sulthan. 1987. NU Identitas Islam Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Kurnia, Nia dan Amelia Fauzia. 2010. Gerakan Modernisme. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2010.
Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenda Media Group.
19