Anda di halaman 1dari 9

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Jumlah responden dalam pengabdian ini berdasarkan jumlah siswa yang berada di
SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu yang sesuai dengan kriteria inklusi pengabdian.
Pengabdian ini kemungkinan akan menghasilkan data yang lebih baik lagi apabila
dilakukan dengan responden yang lebih besar. Namun hal tersebut belum dapat dilakukan
pada pengabdian ini karena adanya keterbatasan waktu penulis untuk melakukan
pengabdian dan jumlah siswa saat pengabdian dilakukan.
Keterbatasan lain dalam pengabdian ini berupa perlu adanya pendamping yang
dilakukan oleh terapis yang profesional yang telah mendapatkan sertifikasi pelaksanaan
MET (Motivasional Enhacement Therapy) agar hasilnya lebih valid. Hal ini disebabkan
karena terapis bertindak sebagai terapis pemula, sehingga memungkinkan data yang
dikumpulkan belum sepenuhnya menggambarkan keberhasilan pelaksanaan MET
(Motivasional Enhacement Therapy) yang sebenarnya.
a. Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok Sebelum Dilakukan MET
(Motivasional Enhacement Therapy) (Pre Test)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi sdiksi game online dan
kecanduan merokok sebelum dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy) (pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok
Sebelum Dilakukan Terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) (Pre Test)
Peserta Pengabdian
Adiksi Game Online dan Kecanduan
No
Merokok f %

1 Mengatasi Adiksi dan Kecanduan 8 44,4


2 Tidak Mengatasi Adiksi dan Kecanduan 10 55,6
Total 18 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa adiksi game online dan kecanduan
merokok sebelum dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy)(pre
test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu pada peserta pengabdian sebanyak 10
(55,6%) responden menunjukan tidak dapat mengatasi adiksi game online dan
kecanduan merokok sebelum dilakukan tindakan terapi MET (Motivasional
Enhacement Therapy)(pre test).
Tabel 5.2
Distribusi Rata – Rata Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok Sebelum Dilakukan
Terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy)
Standar
No Variabel Mean Median Max Min
Deviasi
1 Peserta Pengabdian 49,67 51,50 70 34 9,798

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa adiksi game online dan kecanduan
merokok pada peserta pengabdian sebelum dilakukan terapi MET (Motivasional
Enhacement Therapy)(pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu dengan nilai
mean 49,67, median 51,50 dengan standar deviasi 9,798
b. Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok Setelah Dilakukan MET
(Motivasional Enhacement Therapy) (Post Test)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi sdiksi game online dan
kecanduan merokok setelah dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy)(post test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok
Setelah Dilakukan Terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) (Post Test)
Peserta Pengabdian
Adiksi Game Online dan Kecanduan
No
Merokok f %

1 Mengatasi Adiksi dan Kecanduan 12 66,7


2 Tidak Mengatasi Adiksi dan Kecanduan 6 33,3
Total 18 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa adiksi game online dan kecanduan
merokok setelah dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy)(post test)
di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu pada peserta pengabdian sebanyak 6 (33,3%)
responden menunjukan tidak dapat mengatasi adiksi game online dan kecanduan
merokok sebelum dilakukan tindakan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy)(pre test).
Tabel 5.4
Distribusi Rata – Rata Adiksi Game Online dan Kecanduan Merokok Setelah Dilakukan
Terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy)
Standar
No Variabel Mean Median Max Min
Deviasi
1 Peserta Pengabdian 45,78 42,50 77 30 12,403

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa adiksi game online dan kecanduan
merokok pada peserta pengabdian setelah dilakukan terapi MET (Motivasional
Enhacement Therapy)(pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu dengan nilai
mean 45,78, median 42,50 dengan standar deviasi 12,403
c. Perilaku Merokok Sebelum Dilakukan Pengabdian (Pre Test)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi perilaku merokok
sebelum pengabdian (pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Merokok Sebelum Pengabdian (Pre Test)
Peserta Pengabdian
No Perilaku Merokok
f %
1 Tidak Merokok 13 72,2
2 Merokok 5 27,8
Total 18 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa perilaku merokok sebelum pengabdian


(pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu pada peserta pengabdian sebanyak 5
(27,8%) responden menunjukan perilaku merokok sebelum pengabdian (pre test).
Tabel 5.6
Distribusi Rata – Rata Perilaku Merokok Sebelum Pengabdian (Pre Test)
Standar
No Variabel Mean Median Max Min
Deviasi
1 Peserta Pengabdian 17,89 15,00 31 15 5,487

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa perilaku merokok sebelum


pengabdian (pre test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu dengan nilai mean 17,89,
median 15,00 dengan standar deviasi 5,487
d. Perilaku Merokok Setelah Dilakukan Pengabdian (Post Test)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi perilaku merokok
setelah pengabdian (post test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Merokok Setelah Pengabdian (Post Test)
Peserta Pengabdian
No Perilaku Merokok
f %
1 Tidak Merokok 15 83,3
2 Merokok 3 16,7
Total 18 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa perilaku merokok setelah pengabdian


(post test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu pada peserta pengabdian sebanyak 3
(16,7%) responden menunjukan perilaku merokok setelah pengabdian (post test).
Tabel 5.8
Distribusi Rata – Rata Perilaku Merokok Setelah Pengabdian (Post Test)
Standar
No Variabel Mean Median Max Min
Deviasi
1 Peserta Pengabdian 16,61 15,00 28 15 3,632

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa perilaku merokok setelah


pengabdian (post test) di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu dengan nilai mean 16,61,
median 15,00 dengan standar deviasi 3,632.
Pada pengabdian ini, peneliti menggunakan uji T dependen untuk mengatahui
pengaruh terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) adiksi game online dan
kecanduan merokok serta perilaku merokok. Syarat uji T dependen adalah hasil uji
normalitas menunjukan data tersebut berdistribusi normal.
Tabel 5.9
Uji Beda 2 Mean Terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) Adiksi Game Online dan
Kecanduan Merokok serta Perilaku Merokok
Std. Std.
Variabel Mean N Error Deviasi p-value
Mean
Adiksi game online 49,67 18 2.309 9,798 0,043
sebelum dilakukan MET
Adiksi game online 45,78 18 2,923 12,403
setelah dilakukan MET
Perilaku merokok pre test 17,89 18 1,293 5,487
0,038
Perilaku merokok post test 16,61 18 0,856 3,632

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui rata-rata (mean) adiksi game online pada SLTP
Negeri 31 Mendahara Ulu sebelum dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy)(pre test) adalah 48,67 dan setelah dilakukan intervensi rata-rata (mean)
adiksi game online adalah 45,78. Diketahui nilai mean (rata-rata) perbedaan game
online sebelum dan sesudah dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy) adalah 3,89. Hasil uji statistik diketahui nilai p-value = 0,043 (p < 0,05)
yang berarti ada pengaruh terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) terhadap
adiksi game online dan kecanduan merokok di SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu tahun
2022.
Rata-rata nilai perilaku merokok pada SLTP Negeri 31 Mendahara Ulu sebelum
pre test adalah 17,89 dan setelah dilakukan post test rata-rata nilai perilaku merokok
adalah 16,61. Diketahui nilai mean (rata-rata) perbedaan perilaku merokok pada SLTP
Negeri 31 Mendahara Ulu sebelum dan sesudah pengabdian adalah 1,23.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada peserta pengabdian sebelum
dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) dengan rata - rata adiksi game
online dan kecanduan merokok sebesar 49,67. Pada peserta pengabdian diketahui bahwa
sebagian responden kurang mampu mengatasi adiksi game online dan kecanduan
merokok. Pada peserta pengabdian setelah dilakukan terapi MET (Motivasional
Enhacement Therapy) dengan rata - rata adiksi game online dan kecanduan merokok
sebesar 45,78. Pada peserta pengabdian diketahui bahwa sebagian besar responden telah
mampu mengatasi adiksi game online dan kecanduan merokok. Pada remaja tersebut telah
mampu mengontrol mengatasi adiksi game online dan kecanduan merokok lebih baik
daripada mengatasi adiksi game online dan kecanduan merokok sebelumnya.
Game online membawa dampak yang besar terutama pada perkembangan anak
maupun jiwa seseorang. Dampak negatif game online bagi pelajar adalah siswa akan
malas belajar dan sering menggunakan waktu luang mereka untuk bermain game online,
siswa akan mencuri curi waktu dari jadwal belajar mereka untuk bermain game online,
waktu untuk belajar dan membantu orang tua sehabis jam sekolah akan hilang karena main
game, uang jajan atau uang bayar sekolah akan di selewengkan untuk bermain game
online, lupa waktu Pola makan akan terganggu, emosional siswa juga akan terganggu
karena efek game ini, jadwal beribadah kadang akan di lalaikan oleh siswa, siswa
cenderung akan membolos sekolah demi game kasayangan mereka, game online akan
mengurangi aktivitas positive yang seharusnya dijalani oleh anak pada usia perkembangan
mereka, siswa akan menunggu waktu happy hour berman game online (tengah malam
sampai pagi) karena biaya muruh dan tergiur paket gratis, sehingga waktu tidurnya
menjadi berkurang dan terganggu, (Desmita, 2008).
Selain main game online, perilaku buruk yang terjadi pada remaja adalah merokok.
Merokok menjadi masalah di masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik
dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2019). Melihat dari efek efeknya yang begitu banyak terhadap
kesehatan, tidak mengherankan jika 70% perokok ingin berhenti merokok (Ukwayi et al.,
2012). Banyak pecandu rokok yang berusaha untuk berhenti dari perilaku merokok baik
karena kesadaraan diri atau karena anjuran orang lain. Namun usaha yang dilakukan selalu
menemukan jalan buntu (kegagalan). Menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha
mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3
(Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) dari 375 responden yang dinyatakan 66,2
persen perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal (Muchtar, 2009).
Hal tersebut didukung oleh hasil survei Garey (2015) yang mengindikasikan bahwa
15-35% dari populasi remaja dan orang dewasa mengeluhkan gangguan adiksi game
online dan kecanduan merokok yang sering mereka alami, seperti gangguan memasuki
tidur atau gangguan mempertahankan tidur sehingga durasi tidur menjadi memendek.
Penelitian yang dilakukan oleh Ellyasari (2020) menyatakan bahwa persentase usia
pengunjung game online di Surakarta yang terbanyak usia 16- 20 tahun sebanyak 65,4%
dan mampu bermain game hingga 10 jam.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori bahwa game online akan menimbulkan
maladaptif pada seseorang karena ketika bermain game online, otak akan menghasilkan
dopamine yang merupakan neurotransmitter dan akan ditangkap oleh reseptor dopamine
pada sel saraf lainnya sehingga menimbulkan rasa nyaman pada tubuh. Pada saat
seseorang berhenti bermain game online makan seseorang tersebut akan mengurangi
produksi dopamine sehingga neurotransmitter lain di sirkuit otak akan bereaksi untuk
meningkatkan dopamine dengan cara bermain game online lagi (Reza, 2016).
Dampak dari adiksi game online dan kecanduan merokok yang buruk juga dirasakan
oleh banyak orang yaitu seperti penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, tanda
vital tidak stabil, kondisi neuromuskular yang buruk, proses penyembuhan luka lambat,
dan penurunan daya imunitas tubuh. Selain itu, adiksi game online dan kecanduan
merokok yang buruk juga dapat menyebabkan dampak psikologis yang negatif bagi
manusia seperti stres, depresi, cemas, tidak konsentrasi dan koping tidak efektif.
Pada saat dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy), pada peserta
pengabdian terdapat 6 (33,33%) orang responden yang mengalami perubahan adiksi game
online dan kecanduan merokok yang kurang baik menjadi mampu mengatasi adiksi game
online dan kecanduan merokok. Hal ini disebabkan karena peserta pengabdian tersebut
telah mengikuti petunjuk dari penyuluhan kesehatan dengan baik yang telah dilaksanakan
oleh penulis. Peserta pengabdian tersebut dapat menerima dengan baik pendidikan
kesehatan untuk mengatasi adiksi game online dan kecanduan merokok yang kurang baik
yang diajarkan oleh peneliti. Peserta pengabdian sudah mampu menunjukan perubahan
adiksi game online dan kecanduan merokok yang baik dimana peserta pengabdian terjadi
penurunan jumlah rokok dan mampu meluangkan lebih banyak waktu untuk tidak bermain
game online, namun masih memerlukan tindakan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy) yang diberikan oleh penulis atau dosen lainnya yang dilanjutkan di sekolah
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Gustiawati,
menunjukan hasil bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan pengaruh terapi adiksi
game online dan kecanduan merokok dengan perilaku merokok siswa kelas VII dan VIII
di MTs Binaul Ummah Bawuran Pleret Bantul Yogyakarta.
Berdasarkan hasil uji statistik t test dependent didapatkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara kedua variabel tersebut. Hal ini dilihat dari nilai p<0,043 yang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy)
terhadap adiksi game online dan kecanduan merokok remaja. Adiksi game online dan
kecanduan merokok yang buruk, berhubungan dengan kinerja akademis yang buruk.
Penggunaan nikotin berpengaruh pada otak yang kemudian menimbulkan efek psikologis
seperti penurunan kemampuan mengenali emosi dan cenderung depresi membuat para
pecandu rokok terus merokok agar tetap semangat dan lebih tenang..
Untuk itu perlu adanya suatu program terapi yang dapat menyelesaikan masalah
kualitas kurang tidur yang kurang baik sehingga masalah adiksi game online dan
kecanduan merokok peserta pengabdian dapat diatasi. Salah satu terapi yang dapat
diterapkan oleh penulis adalah terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) yang
bertujuan untuk mengurangi adiksi game online dan kecanduan merokok pada peserta
pengabdian, baik selama masa sekolah maupun setelah di rumah. Dengan tindakan ini,
diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif bagi penurunan adiksi game online dan
kecanduan merokok remaja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada peserta pengabdian sebelum
dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement Therapy) dengan rata - rata adiksi game
online dan kecanduan merokok sebesar 49,67, sedangkan pada setelah melakukan terapi
diketahui bahwa rata - rata rata - rata adiksi game online dan kecanduan merokok sebesar
45,78. Pada peserta pengabdian setelah dilakukan terapi MET (Motivasional Enhacement
Therapy) dengan rata - rata perilaku merokok sebesar 16,67.
Game online pada mulanya diciptakan untuk mengurangi kejenuhan, namun seiring
perkembangan zaman memiliki tambahan fitur yang memudahkan kehidupan namun juga
meiliki dampak negatif termasuk yang terjadi di Indonesia (Admar, Y, 2018). Efek
pancaran radiasi yakini dapat mempengatuhi kesehatan seperti penurunan fungsi
penglihatan dan pendengaran serta perubahan pola tidur yang cenderung terganggu. Game
online juga menyebabkan gangguan sosial seperti gangguan interaksi sosial dengan
lingkungan dan berkurangnya kegiatan fisik akibat kecanduan game online. Perilaku
tersebut tidak pas dari fase peralihan dari masa remaja. Kesibukan remaja diisi dengan
game online karena tidak ingin disebut sebagai orang gagap teknologi sehingga membawa
game online kemanapun pergi (Mawitjere, Onibala, & Ismanto, 2017).
Hasil penelitian dari Maulida tentang pengaruh penggunaan gadget pada anak,
menggambarkan bahwa penggunaan gadget dapat menyebabkan kesenjangan sosial dalam
bermasyarakat. Penelitian yang dilakukan Jaya, & Suteja (2018) mengungkapkan bahwa
10,15% remaja di Indonesia terindikasi mengalami kecanduan game online. Artinya, 1
dari 10 remaja di Indonesia terindikasi mengalami kecanduan game online. Fenomena
kecanduan game online ini semakin meluas dan sema-kin memprihatinkan, terutama
karena banyaknya remaja yang menjadi pecandu game online.
Untuk itu perlu adanya suatu program terapi yang dapat menyelesaikan masalah
kecanduan game online yang kurang baik sehingga masalah kecanduan game online
responden dapat diatasi. Salah satu terapi yang dapat diterapkan oleh penulis adalah terapi
MET (Motivasional Enhacement Therapy)yang bertujuan untuk mengurani kecanduan
game online dan kecanduan merokokpada responden, baik selama masa sekolah maupun
setelah di rumah. Dengan tindakan ini, diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif bagi
penurunan kecanduan game online remaja.
Selain itu, diharapkan peran para orang tua harus lebih mengawasi anak-anaknya
dalam bermain game online karena bisa berpotensi membuat anak-anak menjadi
kecanduan bermain game online. Bagi anak-anak yang kecanduan game online, mereka
seolah-olah menganggap masa depannya ada di dunia game sehingga menurunkan minat
terhadap aktivitas lain. Pemantauan orang tua dapat dilakukan dengan menjalin
komunikasi yang baik dengan anak, menempatkan berbagai produk teknologi di tempat
yang mudah diamati, mengetahui keberadaan anak, menunjukkan perhatian terhadap
kegiatan sekolah anak, dll. Hal tersebut dapat mengurangi waktu anak dalam bermain
game online dan mencegah tingkat kecanduan game online yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai