Anda di halaman 1dari 8

Tes FIRO-B

Bagian A. Latar Belakang Singkat


FIRO-B merupakan singkatan dari The Fundamental Interpersonal Relations Orientation-Behavior.
Instrumen ini pada mulanya dikembangkan dengan latar belakang untuk mengetahui dan
memprediksi bagaimana tim militer yang dengan basis kinerja tinggi dapat bekerja bersama-sama
dengan baik pada Perang Dunia ke-2. Pada akhir 1950an, William Schutz mengembangkannya
kepada publik. Premis awal yang digunakan sangat sederhana, yakni bahwa “Orang membutuhkan
orang” (People need people); di mana kebutuhan interpersonal orang akan memotivasi
perilakunya. Bersama-sama dengan tokoh psikolog ternama pada waktunya seperti Freud, Adorno,
Adler, dan Jung, studi dan penelitian dari Schutz menyimpulkan bahwa kebutuhan interpersonal
masing-masing individu dapat dikelompokkan ke dalam tiga area utama yang menjadi komponen
utama dalam tes FIRO-B, yaitu Inclusion, Control, dan Affection.

Bagian B. Komponen dalam Tes FIRO-B


Tes FIRO-B merupakan instrumen yang unik karena tidak bertujuan secara langsung untuk
“mengukur” sesuatu. Alih-alih, hasil dari tes FIRO-B ini dapat memberikan estimasi mengenai
seberapa nyaman seorang individu terhadap suatu perilaku tertentu.

Terdapat tiga komponen utama dalam tes FIRO-B yaitu Inclusion, Control, dan Affection. Supaya
memiliki keseragaman pandangan, berikut disampaikan definisi untuk masing-masing komponen
tersebut sesuai dengan sudut pandang dari penciptanya.

Inclusion didefinisikan oleh hubungan yang dijalin oleh seorang individu dengan orang lain.
Komponen ini menjelaskan seberapa jauh seorang individu menyukai atau membenci untuk ikut
terlibat dalam suatu hubungan atau untuk diundang orang lain dalam suatu kegiatan. Komponen
ini juga berhubungan dengan seberapa banyak perhatian yang seorang individu harapkan dari
orang lain. Dalam dunia kerja, misalnya bisa berupa keingingan untuk mendapatkan penghargaan
atau pengakuan atas kerja keras yang sudah dilakukan. Contoh lainnya adalah kegemaran untuk
ikut diajak atau diundang dalam pertemuan-pertemuan informal di luar jam kerja.

Control seringkali memiliki konotasi yang negatif. Namun sebagai komponen dalam tes FIRO-B ini,
Control merujuk kepada preferensi seorang individu untuk memiliki pengaruh terhadap orang-
orang lain. Komponen ini juga terkait dengan preferensi seseorang untuk menjadi seorang
pengambil keputusan dan berapa banyak atau besar tanggung jawab yang dapat diembannya.
Orang-orang dengan nilai Control yang tinggi pada umumnya memiliki kekuatan persuasif yang
tinggi dan seorang pemimpin yang profesional.

Affection, seperti didefinisikan oleh Schultz, merujuk kepada definisi di mana seorang individu
memiliki kebutuhan interpersonal untuk terlibat di dalam suatu hubungan satu-ke-satu (one-on-
one) yang sederhana. Komponen ini terkait dengan keinginan untuk mengenal orang lain dalam
tingkat personal, dan sebaliknya, seberapa besar seorang individu ingin membagikan kehidupan
personalnya kepada orang lain. Selain itu, komponen ini juga terkait dengan kehangatan perilaku
serta seberapa besar bentuk dukungan suporitf dan empatik yang ingin diterima atau diberikan
oleh seorang individu. Orang-orang dengan nilai Affection yang tinggi merupakan orang yang
terbuka terhadap orang lain serta selalu siap mendukung dan membantu kebutuhan orang lain.

Untuk setiap dari ketiga komponen Inclusion, Control, dan Affection, masing-masing dapat
dinyatakan di dalam dua faktor lainnya, yaitu dalam bentuk Expressed Behavior atau Wanted
Behavior. Secara sederhana, Expressed Behavior menunjukkan seberapa besar keinginan atau rasa
nyaman seorang individu untuk mempertunjukkan, melakukan, atau memberikan suatu perilaku
kepada orang lain. Dan kebalikannya, Wanted Behavior menunjukkan seberapa besar keinginan
atau rasa nyaman seorang individu untuk mendapatkan atau menerima suatu perilaku dari orang
lain.
Bagian C. Petunjuk Pengerjaan Pre-Work
Di dalam rangka pengerjaan Pre-Work modul ini, maka berikut ini adalah beberapa poin yang perlu
dilakukan oleh Bapak-Ibu Senior Leaders sekalian:

1. Silakan dapat membaca dan mempelajari keseluruhan dokumen ini dengan seksama
terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang lebih menyeluruh
mengenai tes FIRO-B.
2. Selanjutnya, silakan melakukan tes FIRO-B secara mandiri dengan subjek uji diri Bapak/Ibu
sendiri. Dengan kata lain, melakukan tes FIRO-B kepada diri sendiri. Lembaran kuesioner
yang perlu diisi – berikut dengan petunjuk pengisiannya – terdapat pada bagian Lampiran
dokumen ini.
3. Setelah kuesioner tes FIRO-B selesai diisi, maka silakan melakukan perhitungan dengan
memerhatikan bagian D pada dokumen ini yang berisi petunjuk penilaian.
4. Dari hasil atau nilai yang diperoleh, Bapak dan Ibu dapat melakukan analisis sederhana
sesuai dengan petunjuk pada bagian E pada dokumen ini yang berisi petunjuk analisis.
Bapak-Ibu Senior Leaders dapat mengenali kecenderungan diri dalam ketiga komponen
Inclusion, Control, dan Affection baik dalam bentuk Expressed Behavior maupun Wanted
Behavior. Analisis yang dilakukan terhadap hasil atau nilai yang diperoleh dapat dikaitkan
dengan konteks pekerjaan Bapak-Ibu sehari-hari, karena setiap divisi, bidang, profesi, atau
unit kerja bisa saja memberikan pengaruh dan konteks yang berbeda-beda terhadap hasil
Bapak-Ibu tersebut.
5. Selanjutnya, Bapak-Ibu Senior Leaders diminta untuk mengulangi tahapan dua hingga
empat, namun kali ini dengan subjek uji diri orang lain. Bapak-Ibu Senior Leaders dapat
meminta satu orang rekanan (peer) atau staf/bawahan (subordinate) di lingkungan kerja
Bapak-Ibu untuk mengisi kuesioner tes FIRO-B. Kuesioner ini sudah disediakan juga sebagai
lampiran dokumen ini dalam bentuk dokumen terpisah untuk dapat langsung dikirimkan
atau dibagikan. Selanjutnya, Bapak-Ibu kembali melakukan penilaian dan analisis terhadap
hasil yang diperoleh dari rekanan atau staf/bawahan Bapak-Ibu tersebut.
6. Kedua hasil analisis yang sudah diperoleh (satu dari diri sendiri dan satu dari orang lain)
silakan diceritakan dalam bentuk tulisan dan disimpan dalam bentuk dokumen untuk
selanjutnya diunggah melalui Google Classroom PLN Executive Education. Dokumen
tersebut berisi dua bagian. Satu bagian digunakan untuk menceritakan hasil analisis
terhadap uji diri sendiri, dan satu bagian selanjutnya digunakan untuk menceritakan hasil
analisis terhadap uji diri orang lain. Silakan memerhatikan batas waktu (due date) di dalam
pengerjaan Pre-Work ini.
Bagian D. Petunjuk Penilaian
Untuk dapat memperoleh nilai atau hasil FIRO-B, silakan mengacu kepada tabel kunci (Tabel
Nomor 1) di bawah ini. Perhatikan bahwa terdapat enam kolom, masing-masing dengan nomor
soal (item) dan kunci jawaban (key). Masing-masing kolom berelasi dengan kebutuhan
interpersonal yang terdapat pada tabel besar (Tabel Nomor 2) di bagian selanjutnya. Nomor soal
merujuk kepada nomor soal pada kuesioner, dan kunci jawaban mengacu kepada jawaban untuk
setiap pernyataan tersebut. Jika jawaban Bapak/Ibu sama dengan salah satu pilihan jawaban yang
tertera pada kunci jawaban tersebut, maka silakan melingkari nomor soal pada kolom tersebut.

Jika Bapak/Ibu sudah memeriksa semua 54 pernyataan yang ada, maka silakan hitung jumlah
nomor soal yang sudah Bapak/Ibu lingkari dan tuliskan pada bagian yang tertera. Angka ini
menunjukkan kekuatan dari kebutuhan interpersonal diri Bapak/Ibu untuk masing-masing keenam
area yang ada. Nilai maksimal untuk masing-masing kolom adalah 9 dan terendah adalah 0.

Tabel 1
Pindahkan nilai dari masing-masing kolom sesuai dengan komponen interpersonal FIRO-B di Tabel
Nomor 1 ke dalam Tabel Nomor 2 di bawah ini. Jumlahkan untuk masing-masing baris dan kolom
untuk mendapatkan nilai total, dan pada akhirnya, total nilai keseluruhan yaitu Social Interaction
Index.

Tabel 2
Bagian E. Petunjuk Analisis
Sesuai dengan hasil atau nilai yang sudah diperoleh, dapat disimak bersama bahwa terdapat enam
komponen gabungan di dalam FIRO-B ini:

1. Expressed Inclusion: nilai ini menggambarkan seberapa besar upaya dan usaha Bapak/Ibu
untuk mengajak orang lain ikut terlibat di dalam aktivitas Bapak/Ibu. Semakin tinggi nilainya,
semakin besar kemungkinan Bapak/Ibu untuk memiliki keinginan untuk ikut terlibat secara
sosial dan bergabung dalam kelompok sosial di mana Bapak/Ibu menunjukkan secara
ekspresif upaya, usaha, dan kemauan untuk bergabung.
2. Wanted Inclusion: nilai ini menggambarkan seberapa besar Bapak/Ibu ingin orang lain
untuk mengikutsertakan diri Bapak/Ibu di dalam kegiatan atau aktivitas yang sedang
mereka lakukan. Semakin tinggi nilainya, semakin besar kemungkinan Bapak/Ibu untuk ikut
terlibat secara aktif dalam kegiatan sosial, hanya saja, Bapak/Ibu tidak melakukan tindakan
atau upaya aktif untuk terang-terangan menunjukkan keinginan bergabung.
3. Expressed Control: nilai ini menggambarkan seberapa besar kenyamanan Bapak/Ibu di
dalam memengaruhi orang lain dan tingkatan Bapak/Ibu untuk berupaya mengambil
kendali dalam suatu situasi. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan kenyamanan Bapak/Ibu
di dalam mengorganisir sesuatu dan mengambil tanggungjawab atas diri orang lain.
4. Wanted Control: nilai ini menggambarkan seberapa besar kenyamanan Bapak/Ibu untuk
berada di dalam suatu situasi di mana Bapak/Ibu mendapatkan arahan, instruksi, dan
tujuan yang jelas. Semakin tinggi nilainya, menunjukkan bahwa Bapak/Ibu merasa nyaman
di mana terdapat orang lain yang memegang kendali dan memengaruhi arah dari tindakan
yang akan dilakukan.
5. Expressed Affection: nilai ini menggambarkan seberapa jauh Bapak/Ibu berupaya dan
berusaha untuk mejalin hubungan dengan orang lain hingga tingkatan personal. Semakin
tinggi nilainya, maka menunjukkan bahwa Bapak/Ibu semakin nyaman untuk mendukung
orang lain dan bersikap terbuka terhadap diri mereka.
6. Wanted Affection: nilai ini menggambarkan seberapa jauh Bapak/Ibu merasa nyaman
ketika orang lain memiliki ketertarikan kepada diri Bapak/Ibu serta bersikap hangat dan
dekat secara umum kepada Bapak/Ibu. Semakin tinggi nilainya, maka semakin nyaman
Bapak/Ibu merasa ketika orang lain memberikan semangat serta membagikan hal-hal yang
bersifat personal kepada diri Bapak/Ibu.

Untuk masing-masing nilai yang diperoleh per komponen tersebut, maka rentang nilai 0-2 berarti
rendah, 3-6 berarti sedang, dan 7-9 berarti tinggi.

Berdasarkan definisi tersebut, maka Bapak/Ibu dapat melakukan penilaian dan interpretasi
terhadap hasil kuesioner FIRO-B yang sudah dilakukan. Bapak/Ibu dapat melakukan introspeksi
dan mencoba mengaitkan hasil yang diperoleh dengan apa yang selama ini terjadi di dalam divisi,
bidang, atau unit kerja Bapak/Ibu masing-masing.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan panduan yang dapat Bapak/Ibu gunakan di dalam
melakukan analisis dan untuk membuat dokumen Pre-Work. Tidak semuanya harus digunakan
atau dijawab, dan Bapak/Ibu terbuka untuk dapat menambahkan elemen analisis lainnya selain
daripada yang tertera pada poin-poin pertanyaan panduan di bawah ini.

1. Apakah hasil yang Bapak/Ibu peroleh dirasa sudah cukup relevan dengan apa yang terjadi
sehari-hari di divisi, bidang, atau unit kerja Bapak/Ibu masing-masing?
2. Dalam komponen mana saja Bapak/Ibu memiliki nilai yang cukup tinggi? Apakah hal
tersebut relevan/sesuai?
3. Dalam komponen mana saja Bapak/Ibu memiliki nilai yang cukup rendah? Apakah hal
tersebut relevan/sesuai?
4. Mengapa Bapak/Ibu mendapatkan hasil seperti demikian? Berikan satu contoh perilaku
konkret/nyata yang sudah pernah Bapak/Ibu lakukan dalam suatu kejadian atau peristiwa
yang menggambarkan kebutuhan interpersonal Bapak/Ibu sesuai dengan salah satu dari
keenam komponen dalam FIRO-B.
5. Apakah hasil yang Bapak/Ibu peroleh dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu?
Apakah jika Bapak/Ibu bekerja di bidang/unit lain, maka nilai ini juga dapat berubah?
6. dst…

Anda mungkin juga menyukai