Anda di halaman 1dari 5

Transformasi Pelayanan Kefarmasian Secara Bertahap dan Terintegrasi

Mulai Dari PANAH ASMARA Sampai SETIA UNTUK SI DIA

Sesuai amanat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016,


apoteker sebagai penanggung jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas harus
mampu mengendalikan persediaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP)
yang aman dan bermutu, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinis. Apoteker
berperan penting dalam penatalaksanan terapi khususnya dalam mencegah
masalah terapi obat dengan cara memberikan konseling dan edukasi,
meningkatkan kepatuhan pasien serta melaksanakan pemantauan terapi obat.
Pelayanan informasi obat ke pasien, dokter dan tenaga kesehatan lain juga
merupakan bagian dari pelayanan farmasi klinis. Namun kondisi keterbatasan
SDM kefarmasian di Puskesmas Sungai Pua menuntut saya sebagai apoteker
untuk mampu merancang strategi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan secara bertahap dan terintegrasi, dengan mengoptimalkan fungsi sarana
dan prasarana yang ada, dan meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas
profesi dan lintas program.
Puskesmas Sungai Pua merupakan salah satu dari 23 Puskesmas yang ada
di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Agam yang berlokasi di Kecamatan
Sungai Pua. Puskesmas Sungai Puar memiliki luas wilayah kerja 3683 km 2 yang
tersebar di 5 Nagari dan 28 Jorong dengan jumlah penduduk sebesar 22.307 jiwa.
Dari hasil evaluasi tahun 2019 diketahui nilai persediaan obat dan bahan medis
habis pakai yang rusak dan kadaluarsa mencapai nilai 6,26% dari total nilai
persediaan. Hal ini terjadi karena minimnya pengendalian obat dan BMHP di unit
pelayanan sehingga terjadi penumpukan Obat dan BMHP di unit pelayanan.
Disamping itu pelayanan farmasi klinis juga belum terlaksana dengan baik karena
keterbatasan jenis, jumlah dan kompetensi tenaga kefarmasian saat itu. Kondisi ini
memanggil saya sebagai apoteker yang baru ditugaskan pada pertengahan tahun
2019 di Puskesmas Sungai Pua untuk segera melakukan pembenahan sistem yang
belum sesuai standar. Dari sinilah muncul “Program Apoteker berbeNAH ;
mulai dari Asuhan farmasi, Manajemen, dan peningkatan RAsionalitas
penggunaan obat (PANAH ASMARA)”.
Pembenahan dimulai dari pengendalian persediaan obat dan BMHP di UGD
dengan mengkombinasikan sistem floor stock harian, resep perorangan dan floor
stock bulanan, perbaikan teknik perencanaan obat dengan menggunakan data
pemakaian real dari Unit Pelayanan dan memperhitungkan umur simpan
persediaan, serta membuat aplikasi pelaporan persediaan unit yang terintegrasi
dengan persediaan Gudang Farmasi sehingga pengendalian obat dan BMHP lebih
optimal. Apoteker juga berkoordinasi dengan Dokter dan Penanggung Jawab
Program untuk menyusun Formularium Puskesmas yang memuat jenis obat yang
digunakan di Puskesmas Sungai Pua, dengan restriksi sesuai kewenangan
pemberian obat dan rasionalitas penggunaan obat. Hasil dari pembenahan secara
bertahap dan terintegrasi terlihat dari berkurangnya nilai persediaan obat dan
BMHP yang rusak / kadaluarsa di tahun 2021 menjadi 2,70%.
PANAH ASMARA tetap dilaksanakan secara berkelanjutan sampai saat ini
sesuai dengan ruang lingkup dan pengembangan pelayanan di Puskesmas Sungai
Pua, serta Perkembangan Standar Pelayanan Kefarmasian yang berlaku. Di tahun
2020 dilakukan upaya peningkatan asuhan farmasi khususnya untuk penanganan
pasien covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Penyesuaian standar
operasional prosedur dimasa pandemi menginspirasi saya sebagai apoteker untuk
berinovasi dalam pelayanan informasi obat kepada pasien melalui gerakan
SETIA (Setiap Etiket Tertulis Informasi Akurat). Gerakan ini diharapkan
dapat membantu pasien memahami cara penggunaan obat yang tepat dosis dan
tepat waktu minum obat. Ketentuan untuk menerapkan protokol kesehatan dengan
menjaga jarak dan mengurangi kontak langsung tidak menghalangi apoteker
untuk selalu memberikan edukasi dan pelayanan informasi obat kepada pasien.
Dalam gerakan SETIA ini saya juga mencantumkan nomor HP pada etiket
sehingga pasien dapat melakukan konsultasi terkait penggunaan obat. Untuk
pasien isoman apoteker secara khusus menghubungi pasien melalui telepon untuk
memastikan penggunaan obat yang benar dan memberi dukungan pada pasien
untuk patuh minum obat. Untuk menunjang pelaksanaan gerakan SETIA, tenaga
kefarmasian di Puskesmas Sungai Pua membuat komitmen untuk selalu
menuliskan dan memberikan informasi penggunaan obat yang akurat kepada
pasien. Selain itu Apoteker juga aktif memberikan informasi obat kepada Tenaga
Teknis Kefarmasian untuk meningkatkan kemampuan tenaga teknis kefarmasian
dalam memberikan informasi obat yang benar.
Selanjutnya dari hasil evaluasi penggunaan obat dan data dari program PTM
di Puskesmas Sungai Pua Tahun 2020 ditemukan fakta bahwa penyakit Hipertensi
dan Diabetes Mellitus selalu menduduki posisi 10 penyakit terbanyak dengan
angka kepatuhan berobat sangat rendah. Dari ±666 orang pasien hipertensi hanya
±165 orang yang berobat ke puskesmas (persentase kepatuhan 25%), dan dari
±144 orang pasien diabetes mellitus hanya ±44 orang yang berobat ke puskesmas
(persentase kepatuhan 30%). Ini merupakan permasalahan yang perlu
ditanggulangi karena penyakit hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak
terkontrol akan menambah beban kesehatan bagi negara. Salah satu faktor utama
dalam tidak terkontrolnya hipertensi dan diabetes mellitus adalah kurangnya
kepatuhan terhadap pengobatan. Perilaku kepatuhan merupakan hal yang
kompleks, mulai dari berhenti menggunakan obat yang diresepkan, hanya
meminum sebagian obat, meminum obat tidak sesuai dengan cara pakai dan
dosisnya, atau menggunakan obat bersamaan dengan obat tradisonal (herbal)
tanpa mempertimbangkan resiko terjadinya interaksi obat. Untuk mencapai target
terapi yang terkontrol dibutuhkan optimalisasi terapi obat dan pencegahan
masalah terkait obat yang tentunya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
menurunkan beban pengeluaran biaya kesehatan. Setelah berkoordinasi dengan
Kepala Puskesmas, penanggung jawab UKP, penanggung jawab UKM, dan
pemegang program Penyakit Tidak Menular, saya mengembangkan gerakan
SETIA menjadi SETIA untuk SI DIA. Konsep gerakan ini adalah berinovasi
dalam pemberian edukasi melalui komitmen Setiap Etiket Tertulis Informasi
Akurat khususnya untuk pasien hipertenSI dan DIAbetes mellitus.
Langkah pertama yang dilakukan dalam gerakan SETIA untuk SI DIA
adalah membuat instrumen edukasi berupa kartu dan leaflet tentang cara
penggunaan dan penyimpanan obat yang benar, pentingnya minum obat secara
teratur, saran perubahan prilaku hidup sehat, dan pola konsumsi makanan yang
benar untuk pasien hipertensi dan diabetes. Rancangan leaflet dan kartu edukasi
ini saya koordinasikan dengan Dokter dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG).
Pemberian edukasi lebih diintensifkan pada saat pelaksanaan Posbindu PTM dan
kegiatan senam Prolanis. Teknik pemberian edukasi dilakukan dengan
penyuluhan, dan pendekatan langsung pada pasien. Saya sebagai apoteker
melakukan pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling pada pasien hipertensi
dan diabetes mellitus yang telah diskrining oleh Dokter, dan saat penyerahan obat.
Bersama dengan Dokter saat skrining kesehatan, kita menggali informasi tentang
gaya hidup dan pola makan dan permasalahan yang menyebabkan ketidakpatuhan
pasien dalam minum obat. Kemudian untuk pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah saya lakukan konseling tentang pentingnya terapi hipertensi dan diabetes
mellitus secara teratur.
Hal yang sama juga kita lakukan pada pasien hipertensi dan diabetes
mellitus yang datang berobat ke Puskesmas. Intensifikasi pelayanan informasi
obat ini dilakukan dengan target pasien hipertensi dan diabetes mellitus berobat
secara teratur ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Sesuai dengan target pencapaian SPM sebagaimana diatur pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019, target pelayanan kesehatan untuk
penderita hipertensi dan diabetes mellitus harus 100%. Dalam upaya pencapaian
target tersebut, untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien, saya membuat
pencatatan khusus pemberian obat hipertensi dan diabetes mellitus menggunakan
aplikasi Ms.Excel. Dengan pencatatan ini bisa didapat informasi kepatuhan pasien
untuk berobat ke Puskesmas. Untuk pasien yang kepatuhannya rendah, saya
berkoordinasi dengan penanggung jawab PTM dan bidan pembina wilayah untuk
mengedukasi pasien tentang pentingnya pengobatan yang terkontrol.
Dalam pertemuan lintas sektor saya mensosialisasikan gerakan SETIA
untuk SI DIA dengan harapan gerakan ini didukung oleh wali nagari, wali jorong
dan lintas sektor lainnya di wilayah kerja Puskesmas Sungai Pua. Bersama dengan
pemegang program PTM dan bidan pembina wilayah, kita meminta kader Posbidu
PTM untuk aktif mengajak masyarakat datang ke Posbindu PTM. Dengan
demikian diharapkan penderita hipertensi dan diabetes mellitus bisa mendapatkan
edukasi dan motivasi untuk berobat secara teratur ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pelaksanaan gerakan SETIA untuk SI DIA mulai bulan Oktober 2021
sampai sekarang telah menunjukan adanya perubahan tingkat kepatuhan pasien
hipertensi dan diabetes mellitus untuk berobat secara teratur. Indikator
keberhasilan ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase kepatuhan berobat ke
puskesmas. Pada tahun 2021, persentase kepatuhan pasien hipertensi meningkat
dari 25% menjadi 43% (jumlah penderita hipertensi 662 orang, jumlah yang
berobat 283 orang), dan persentase kepatuhan pasien diabetes mellitus meningkat
dari 30% menjadi 31% (jumlah penderita diabetes mellitus 150 orang, jumlah
yang berobat 46 orang). Dari hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) semester I
tahun 2022, diketahui persentase kepatuhan pasien hipertensi meningkat menjadi
60% (jumlah penderita hipertensi 661 orang, jumlah yang berobat 395 orang).
Persentase kepatuhan pasien diabetes mellitus juga meningkat menjadi 34%
(jumlah penderita diabetes mellitus 164 orang, jumlah yang berobat 56 orang).
Adanya peningkatan nilai kepatuhan ini menunjukkan bahwa inovasi
SETIA untuk SI DIA terbukti efektif sebagai upaya peningkatan capaian SPM
untuk penderita hipertensi dan diabetes mellitus. Dengan pemberian edukasi
melalui Posbindu PTM yang umumnya dilakukan setelah jam pelayanan
puskesmas, terbukti mampu mengatasi permasalahan ketidakpatuhan pasien
untuk berobat secara teratur karena gaya hidup masyarakat Sungai Pua yang lebih
memilih berdagang, menjahit, atau bertani di pagi hari daripada datang berobat ke
puskesmas yang jauh dari tempat tinggalnya.
Pada lokakarya mini Puskesmas bulan Juli 2022, disepakati rencana tindak
lanjut untuk peningkatan capaian SPM terkait gerakan SETIA untuk SI DIA
adalah percepatan update data PIS PK dengan kunjungan langsung ke rumah
masyarakat. Dari data update PIS PK apoteker akan mengembangkan gerakan
SETIA untuk SI DIA melalui kunjungan rumah (home pharmacy care).
Sesuai dengan motto Puskesmas Sungai Pua “Bekerja Ikhlas Bertindak
Cerdas”, semua staf puskesmas mendukung gerakan SETIA untuk SI DIA dengan
membuat komitmen bersama “SALASAI (Satukan Langkah Sehat Untuk
Indonesia).

Anda mungkin juga menyukai