Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

NON HEMOROGIK

NAMA : Aisah
NIM : 2041111053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI TAHUN AKADEMIK
2021/2022
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark
serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015). Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak (GDPO) dengan awitan akut, disertai
manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat tumor,
trauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, 2009). Stroke
merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani
secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak
dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
B. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke
area tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti
lokasi dan besarnya pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai
faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi Trombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa 31 jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh
karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat . menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh
darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah
atau ruptur. Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan batang
otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus, dan pons . Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral: Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
C. Pathway
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1.Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2.Kulit kemerahan
3.Hangat pada sentuhan
4.Peningkatan frekuensi pernapasan
5.Menggigil
6.Dehidrasi
7.Kehilangan nafsu makan
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Berikut adalah beberapa pemeriksaan lab yang dilakukan untuk diagnosis
penyakit demam:
a. Tes Urine
Salah satu pemeriksaan lab yang umum dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit demam yang terjadi adalah dengan melakukan tes urine. Cara
ini dilakukan dengan melihat warna, konsentrasi, dan kandungan dari
urin yang dihasilkan. Pemeriksaan ini untuk memastikan gangguan
yang membuat seseorang mengalami demam dan juga memantau
kondisi kesehatan seseorang.
b. Tes Darah
Pemeriksaan lab lainnya untuk mendiagnosis gangguan yang
menimbulkan demam adalah dengan tes darah. Tes ini mempunyai
fungsi untuk mengetahui jumlah komponen dari darah pada seseorang.
Jika penilaian dari tes ini di luar angka normal, berarti terdapat
masalah yang lebih besar sehingga tubuh mengalami demam.
c. Tes Panel Metabolisme
Tes panel metabolisme juga merupakan salah satu pemeriksaan lab
yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit demam yang terjadi. Hal
ini memiliki fungsi untuk mengetahui kondisi tubuh terkait dengan
metabolisme, seperti ginjal dan hati. Beberapa pemeriksaan yang
terkait dengan hal ini adalah kadar gula, protein, kalsium, elektrolit,
ginjal, dan hati.
2. Foto rontgent
3. USG, endoskopi atau scanning

F. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan :
Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak
tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula apakah mata
anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lamaakan berbahaya
bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampumencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknyasel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diaremenyesuaikan), air
buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuhyang menguap
akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kopres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu
tubuhdipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan
untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es
karena justruakan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar.Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan)
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suamkuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar
terasahangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar
cukup panas.Dendemikitubakamenurunkakontropengatsuhdi otak
supatidameningkatkpengatusutubuh lagi. Di samping itulingkungan luar
yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulitmelebar atau
mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulitterbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu dihipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandindengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamusdirendahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panasdiatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atauteh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan
sendok takaranobat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
G. Pengkajian Keperawatan
Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota
dandaerah, jumlah keluarga).

 Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)


 Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayimenderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi ,asfiksia
ikterus
 Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita: Tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnyadan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
 Pernah dirawat dirumah sakit
 Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
 Alergi
 Daya tahan yang menurun.
 Imunisasi/Vaksinasi : BCG
 Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilladan sub
mandibula)
 Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksilainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
 Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
o Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah
anggotakeluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
o Kondisi rumah
o Merasa dikucilkan
o Aspek psikososial (tida dapat berkounikadengan bebas, menarik diri)
o Biasanya pada keluarga kurang mampu
o Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lama dan biaya yang banyak
o Tidak bersemangat dan putus harapan
 Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan
anggotakeluarga,Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara
umum,Pelaksanaan spiritual)
 Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
o Kaji BBL,BB saat kunjungan
o BB normal
o BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
o kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64x
77R = usia dalam tahun
o LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b. Perkembangan
o lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala,
mengikutiobjek dengan mata, mengoceh,
o Usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih
benda, tertawa, dan mengais meringis
o Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap,
berbaliksendiri, merangkak, meraih benda, memindahkan benda
daritangan satu ke tangan yang lain dan mengeluarkan kata-
katatanpa arti
c. Usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbaliksendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda daritangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-katatanpa arti.c.usia 9-12 bulan
= dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatumengeluarkan kat-kata,
mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam permainan
d. Usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusu 2-
3 kata dapat mengatakan 3-10 kata, rasa cemburu, bersaing
e. Usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk
katadan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis,
memperlihatkanminat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
f. Usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan
3kotak, menyusun kalimat dan lain-lain
g. Usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar
berbicaradengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.h.usia
4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, danmenghitung.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang akan muncul adalah:
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
I. Perencanaan

Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
hasil
1 Hypertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu klien (derajat
b/d proses keperawatan selama….x dan pola) perhatikan
infeksi 24 jam menujukan menggigil/diaforsis
temperatur dalan batas 2. Pantau suhu lingkungan,
normal dengan kriteria: batasi/tambahkan linen
1. Bebas dari kedinginan tempat tidur sesuai
2. Suhu tubuh stabil 36- indikasi
37 C 3. Berikan kompres hangat
hindri penggunaan akohol
4. Berikan miman sesuai
kebutuhan
5. Kolaborasi untuk
pemberian antipiretik
2 Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda
b/d infeksi keperawatan selama ...... komplikasi lanjut
mikroorganis 24 jam anak bebas dari 2. Kaji status
me cidera dengan kriteria: kardiopulmonar
1. menunjukan 3. Kolaborasi untuk
homeostatis pemantauan
2. tidak ada perdarahan laboratorium: monitor
mukosa dan bebas dari
komplikasi lain darah rutin
4. Kolaborasi untuk
pembereian antibiotik
3 Resiko kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur/catat haluaran
volume cairan perawatan selama ….x 24 urine dan berat jenis.
b/d intake jam volume cairn adekuat Catat ketidak
yang kurang dengan kriteria: seimbangan masukan
dan deperosis 1. tanda vital dalam batas dan haluran kumulatif
normal 2. Pantau tekanan darah
2. nadi perifer teraba kuat dan denyut jantung ukur
3. saluran urine adekuat CVP
4. tidak ada tanda-tanda 3. Palpasi denyut perifer
dehidrasi 4. Kaji membran mukosa
kering, tugor kulit yang
kurang baik dan rasa
halus
5. Kolaborasi untuk
pemberian cairan IV
sesuai indikasi
6. Pantau nilai
laboratorium, Ht/jumlah
sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED,
GDS
4 Cemas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan identifikasi
berhubungan perawatan selama 2 x 24 serta luruskan informasi
dengan jam cemas hilang dengan yang dimiliki klien
hipertermi, kriteria: mengenai hipertermi
efek proses 1. klien dapat 2. Berikan informasi yang
penyakit mengidentifikasi hal- akurat tentang penyebab
hal yang dapat
meningkatkan dan hipertermi
menurunkan suhu 3. Validasi perasaan klien
tubuh dan yakinkan klien
2. klien mau bahwa kecemasam
berpartisipasi dalam merupakan respon yang
setiap tidakan yang normal
dilakukan 4. Diskusikan rencana
3. klien mengungkapkan tindakan yang dilakukan
penurunan cemas yang berhubungan dengan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan
hipertermi, proses penyakit
penyakit

J. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
K. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektifdan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudahdicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
dariidentifikasi dan analisa masalah selanjutnya

Daftar Pustaka
Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta, EGC.
Engel, Joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik. Ed. 2. Jakarta, EGC
Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia danmekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC
Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta, EGC.Julia Klaartje Kadang,
SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
Sinarty hartanto. (2003). Anak Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php
Sophia Theophilus. (2003). Apa Yang Perlu Diperhatikan Bila Anak Demam. www.
Kompas.Com.

Anda mungkin juga menyukai