Anda di halaman 1dari 13

1

DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Institut Pemerintahan Dalam Negeri adalah Lembaga Pendidikan Kedinasan


yang berada di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri dan otonomi Daerah
yang bertugas mencetak atau menghasilkan aparat atau Pamong Praja yang
berkualitas unggul, memiliki kompetensi dan jati diri kepamongprajaan, dapat
mengembangkan kreativitas, inovasi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan dapat mendayagunakan modal intelektual untuk meningkatkan kinerja sehingga
dapat menghadapi peluang, tantangan dan perkembangan global yang semakin
pesat sehingga mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur pemerintahan
yang profesional dan dapat mewujudkan pelaksanaan Good Governance. Hal tersebut
merupakan keinginan dan harapan masyarakat di semua lapisan untuk menghadirkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta aparatur pemerintahan yang mampu
mempelopori, mendinamisasikan dan mengoptimalkan segala peran dan fungsinya sebagai
penyelenggara pemerintahan, pengkoordinasi pembangunan dan pembina masyarakat,
bukan sosok aparatur pemerintahan yang paternalistik, “ewuh pakewuh”, sarat dengan
istilah kolusi, korupsi dan nepotisme yang selama ini menjadi fenomena yang berkembang
di pemerintahan.

Menurut Hamdi (2011), belum ada penanda khusus dari keberadaan


kedua perguruan tinggi tersebut berkaitan dengan istilah pamong praja, kecuali
sebutan sebagai tempat penggemblengan (kawah candradimuka) kader
pemerintahan dalam negeri. Salah satu unsur penting dalam pendidikan kedinasan IPDN
adalah bidang pengasuhan. Dalam pelaksanaannya kegiatan pengasuhan merupakan proses

3
yang berjalan secara simultan dan terintegrasi dengan upaya-upaya pendidikan lainnya.
Kegiatan pengasuhan sebagai bagian dari upaya pendidikan kedinasan dilaksanakan dalam
rangka menumbuhkan, mengembangkan dan memantapkan kepribadian peserta didik agar
memiliki nilai-nilai moral, etika dan sebagai kader pemerintahan yang mempunyai karakter
kepamongprajaan, cerdas dan terampil. Namun pada kenyataannya output yang dihasilkan
justru menimbulkan suatu hal yang kontradiksi dimana praja /prilaku praja dalam
melaksanakan atau mengikuti pendidikan tidak sedikit yang melakukan penyimpangan-
penyimpangan atau prilakunya tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dari
hal tersebut kami mencoba untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut dengan
penelitian yang berjudul “Pelanggaran Petadupra di Institut Pemerintahan Dalam Negeri”.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi masalah pokok dalam karya tulis ini yang berhubungan
dengan pelanggaran petadupra, dapat dirumuskan secara spesifik kedalam
pertanyaan penelitian “BAGAIMANA KONTROL TERHADAP PELANGGARAN
PETADUPRA DI IPDN ?”

1.3. Tujuan

Adapun maksud dalam penelitian ini adalah mengkaji Implementasi sistem


pengasuhan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri dalam upaya menghasilkan
pamong praja yang berkompeten dan mempunyai keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kajian Pustaka


Pengertian pelanggaran

Sudarsono
Pelanggaran adalah perbuatan pidana yang tergolong tidak seberat kejahatan.

Wirjono Prodjodikoro
Pelanggaran atau“overtredingen” berarti suatu perbutan yang melanggar sesuatu
dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan
hukum.

Bambang Poernomo
Pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah crimineel-on recht. Politis-on recht itu
merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh
penguasa negara.

Moeljanto
Pelanggaran adalah perbuatan melawan hukum yang hanya dapat ditentukan setelah ada hukum
atau undang-undang yang mengaturnya.

Bawengan
Pelanggaran adalah peristiwa yang dinyatakan melanggar undang-undang.

Pengertian Petadupra

5
Petadupra merupakan singkatan dari Pedoman Tata Kehidupan Praja, yang merupakan suatu
bentuk kumpulan peraturan yang mengatur segala sesuatu mengenai tata kehidupan Praja IPDN,
mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Petadupra tertuang pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 63 Tahun 2015.

Sehingga pelanggaran petadupra adalah peristiwa atau bentuk kegiatan yang tidak sesuai atau
menyimpang dari Pedoman Tata Kehidupan Praja IPDN.

2.2. Jenis-Jenis

JENIS PELANGGARAN DISIPLIN

Pasal 19
Jenis pelanggaran disiplin terdiri atas:
a. pelanggaran disiplin ringan;
b. pelanggaran disiplin sedang;dan
c. pelanggaran disiplin berat.

Pasal 20

Jenis pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf a, meliputi pelanggaran karena:
a. keluar kampus tidak melewati gerbang utama;
b. membeli, membawa, dan menyimpan makanan dan minuman selain air
mineral di kelas dan wisma;
c. tidak memperlengkapi diri dengan sapu tangan, buku saku, dan alat
tulis pada setiap pergerakan;
d. tidak memperlengkapi diri dengan tas kuliah, buku catatan, buku
referensi sesuai mata kuliah masing-masing, dan alat tulis pada saat
perkuliahan berlangsung;
e. tidak hadir tepat waktu pada saat dinas;
f. tidak mengenakan pakaian dinas dan/atau atribut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. tidak menghormati lambang Negara pada saat masuk dan atau keluar
Menza;
h. membawa makanan dan minuman dari luar ke dalam Menza;
i. makan terlambat atau mendahului tanpa izin Piket Pengasuh dan Piket
Petugas Menza;
j. makan-makanan yang bukan jatahnya atau mengambil jatah Praja yang

6
lain sebelum Upacara Makan;
k. ukuran dan model rambut tidak sesuai ketentuan;
l. tidak merapikan lemari pakaian, meja belajar, dan tempat tidur;
m. berbuat gaduh di dalam kampus;
n. membiarkan jenggot, kumis, dan cambang tumbuh;
o. memanjangkan dan atau mewarnai kuku;
p. terlambat mengikuti apel atau upacara;
q. melakukan gerakan yang tidak perlu pada saat upacara atau apel;
r. memakai perhiasan;
s. tidur diatas tempat tidur Praja lain;
t. tidak tertib di kelas;
u. bermain musik, televisi, play station, dan DVD dalam ruang tidur atau
ruang belajar;
v. menggunakan payung di dalam kampus;
w. membiarkan asrama tidak rapi dan kotor;
x. menggunakan jam tangan yang tidak sesuai ketentuan baik ukuran,
warna, dan cara pemakaian;
y. Praja memiliki dan menggunakan alat kosmetik yang berlebihan;
z. berpindah tempat tidak dalam keadaan berbaris;
aa. tidak berbaris rapi dan melaksanakan lari saat jumlah Praja kurang dari
10 orang ketika melewati garis putih yang sudah ditentukan (sekitar
lapangan parade dan di depan Kantor Pengasuhan);
bb. Praja duduk di tempat yang tidak layak atau tidak pantas pada saat
menggunakan pakaian dinas;
cc. Praja makan dan minum sambil berdiri dan berbicara secara tidak
pantas;
dd. menggunakan kacamata selain dalam kegiatan Perkuliahan dan
Pelatihan di Kelas dan belajar di Wisma;
ee. tidak mengisi buku administrasi Wisma sesuai dengan ketentuan;
ff. melewati jalan yang tidak diperuntukkan bagi Praja;
gg. tidak membawa peralatan makan (sendok dan garpu) pada saat upacara
makan di Gedung Nusantara;
hh. bertemu dengan sesama Praja melakukan jabat tangan dan atau
disertai mencium tangan;dan
ii. meludah dan membuang sampah bukan pada tempatnya.

Pasal 21

Jenis pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 19


huruf b, meliputi pelanggaran karena:
a. berjualan/berbisnis di dalam kampus;
b. tidak belajar pada waktu jam wajib belajar;
c. berduaan berlainan jenis di jalan maupun di ruangan;
d. keluar dari barisan sebelum barisan dibubarkan;
e. menyimpan, menggunakan barang inventaris tanpa izin dinas;
f. membeli, menjual, menyimpan, memiliki rokok, dan merokok;

7
g. membeli, menyimpan, dan melihat majalah, tabloid, gambar, film yang
bergambar porno dan internet dengan situs porno dan lain yang
bercorak pornografi dan pornoaksi;
h. Praja putra masuk ke komplek wisma Wanita Praja tanpa izin Piket
Pengasuh dan sebaliknya;
i. membawa tamu/pihak luar ke dalam Wisma tanpa ijin Pengasuh;
j. satu kali tidak mengikuti kegiatan Perkuliahan, Pelatihan, dan
Pengasuhan tanpa ijin dinas dalam satu semester;
k. memelihara hewan di lingkungan Wisma;
l. tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang telah ditentukan;
m. keluar dan kembali pesiar tidak tepat waktu;
n. tidak mengikuti apel dan atau upacara tanpa keterangan;
o. pesiar tanpa menggunakan Pakaian Dinas Pesiar yang berlaku;
p. tidak mengikuti upacara makan di gedung Nusantara;
q. mengumpat dan memaki serta menghardik;
r. memiliki, menyimpan, dan atau menggunakan gadget (laptop, telepon
genggam, android, ipad, tablet, ipod, kamera dan sejenisnya) tidak
sesuai ketentuan;
s. tidak tertib ketika berada di perpustakaan, Bank, Koperasi, Kantin,
dan tempat-tempat umum lainnya;
t. menyimpan, menempatkan, menempelkan gambar, photo, tulisan,
hiasan ataupun grafik secara tidak pantas, dan melanggar etika di
dalam Kampus;
u. naik ke atas plafon wisma atau plafon gedung, bersembunyi dalam
lemari, kamar mandi, dan kolong tempat tidur;
v. menggunakan sarana dan prasarana Pengajaran, Pelatihan, dan
Pengasuhan tidak semestinya;
w. mengotori dan atau merusak prasarana dan sarana kampus;
x. tidak mengikuti kegiatan olah raga pagi;
y. tidak melaksanakan Dinas Jaga yang ditentukan;
z. mengecat, menyambung, menanam, meluruskan rambut,
mencabut/menyulam alis, mengeriting/menanam bulu mata,
menyulam bibir, menyulam alis, dan menambah aksesoris di tubuh
serta merias wajah secara berlebihan;
aa. menyewa dan mengemudikan kendaraan bermotor tanpa izin dinas;
bb. mengizinkan atau menyuruh adik Praja ke wisma kakak Praja dan
sebaliknya;
cc. keluar kampus tanpa izin dinas;
dd. ketua Kelas membiarkan kelas tanpa Dosen atau Pelatih, serta tidak
memberitahukan kepada Operasional Pengajaran atau Operasional
Pelatihan;
ee. bermalam di luar asrama kecuali ijin dinas atau cuti;
ff. berangkat mendahului dan atau kembali cuti tidak tepat waktu tanpa
ijin dinas;
gg. melaksanakan kegiatan kumpul utusan daerah tanpa izin dan
pendampingan Pengasuh dan atau Piket Posko Pusat Pelayanan

8
Nusantara;
hh. melakukan transaksi dalam bentuk apapun dengan pihak luar di
dalam kampus kecuali mendapatkan ijin dari lembaga;
ii. menggantikan teman pada saat pengecekan dan atau tugas dinas jaga
tanpa sepengetahuan dan ijin dari Pengasuh;
jj. menggunakan kelengkapan ibadah diluar kegiatan keagamaan;
kk. tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh Pengajar, Pelatih,
dan Pengasuh;
ll. menggunakan surat ijin yang sudah melampaui batas waktunya;
mm. bergandengan tangan dengan sesama Praja yang berlainan jenis
kelamin;
nn. bertatto dan atau bertindik (kecuali di telinga bagi Wanita Praja);
oo. memiliki, menggunakan, dan atau menyewa rumah atau kamar kos;
pp. menggunakan kawat gigi/behel;
qq. tidak menggunakan pakaian dinas yang telah ditentukan pada saat
cuti/praktek lapangan/magang;
rr. menyuruh junior atau pihak lain untuk mengambil uang di atm,
mengambil cucian dan atau kepentingan pribadi lainnya;dan
ss. memasang dan atau menyimpan foto yang tidak pantas.

Pasal 22

Jenis pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf c, meliputi pelanggaran karena:
a. mencontek pada saat ujian;
b. melanggar sumpah/janji, kewajiban, dan larangan sebagaimana yang
diatur dalam peraturan perundangan tentang Aparatur Sipil Negara
atau Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
c. melakukan tindakan dan atau perbuatan yang menjurus atau mengarah
pada terjadinya pelanggaran pidana dan atau tindakan pidana
sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku;
d. berperilaku penjudi;
e. penyalahgunaan obat-obatan, barang, bahan, dan zat adiktif serta
psikotropika;
f. terbukti dari hasil pemeriksaan laboratorium urine/rambut
mengandung narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
g. melakukan pemukulan pertama yang dapat menyebabkan terjadinya
perkelahian dan atau menimbulkan tindakan kekerasan baik sesama
Praja, civitas akademika maupun dengan masyarakat;
h. melecehkan dan melawan perintah atasan baik dalam bentuk perkataan
maupun perbuatan;
i. melakukan ancaman, pemalakan, pemerasan, dan intimidasi kepada
orang lain;
j. berbohong dan atau memberikan keterangan palsu baik dengan lisan
atau tulisan;
k. tidak mengikuti perkuliahan dan pelatihan dan atau kehadiran kurang

9
dari 80% dari jumlah tatap muka yang dipersyaratkan pada 2 (dua) atau
lebih mata kuliah dan atau mata pelatihan yang ditetapkan;
l. meninggalkan kampus tanpa ijin selama 7 (tujuh) hari berturut-turut
atau 14 (empat belas) hari akumulatif dalam 1 (satu) bulan;
m. melakukan plagiat dalam menulis makalah dan atau laporan
akhir/skripsi;
n. menyuruh orang lain dalam menggantikannya sebagai peserta ujian
dan atau menggantikan orang lain dalam mengikuti
ujian/apel/pengecekan/upacara;
o. memalsukan atau memindai (scanning) tanda tangan atasan dan atau
membuat surat palsu atau memalsukan surat dinas dengan maksud
menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain;
p. mengambil dan atau mempergunakan barang milik orang lain atau
milik dinas tanpa hak;
q. melakukan perbuatan amoral, pelecehan seksual, dan atau asusila serta
mengedepankan perilaku seks bebas;
r. tanpa ijin dinas, dengan sengaja mendatangi dan berada ditempat yang
dapat menurunkan harkat dan kehormatan sebagai Praja;
s. berduaan atau berpasangan yang bukan muhrimnya berada
dirumah/hotel/kost atau kamar atau ruangan tertutup;
t. terbukti secara medis mengidap penyakit kelamin dan atau hamil
selama mengikuti pendidikan;
u. melakukan perkawinan dan atau menikah selama mengikuti
pendidikan;
v. menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk membuat foto dan atau
video serta menjadi pemeran pada foto dan atau video yang bersifat
pornografi;
w. menggunakan media sosial atau Teknologi Informasi (TI) untuk
melecehkan dan atau menyerang kehormatan dan nama baik lembaga,
civitas akademika dan orang lain;
x. menyimpan, memiliki, mengedarkan, dan atau mengkonsumsi
minuman berakohol;
y. membuat, membawa, menyimpan, memperjual belikan, dan
menggunakan senjata tajam dan atau senjata api yang tidak ada
hubungannya dengan kepentingan dinas;
z. ditetapkan tersangka sebagai pelaku pelanggaran pidana atau tindak
pidana oleh pihak yang berwenang;
aa. melakukan pelanggaran disiplin sedang pada saat menjalani sanksi
disiplin sedang dan atau melakukan pelanggaran disiplin sedang yang
sama lebih dari 3 (tiga) kali dalam 2 (dua) bulan yang telah tercatat
dalam keputusan penjatuhan sanksi disiplin.

2.3. Sanksi

10
Bagian Kesatu
Jenis Sanksi

Pasal 23

1) Sanksi terhadap pelanggar peraturan disiplin, disesuaikan dengan jenis


pelanggaran.
2) Jenis pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas:
a. sanksi disiplin ringan;
b. sanksi disiplin sedang;dan
c. sanksi disiplin berat.

Pasal 24

(1) Jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. pemberian tugas dan pembinaan secara proporsional, edukatif, dan
humanistik.
(2) Jenis sanksi pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf b, terdiri dari:
a. teguran tertulis;
b. pengurangan nilai kepribadian;
c. pemberian tugas khusus yang mendidik dan akademis.
(3) Jenis sanksi pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) huruf c, terdiri dari:
a. Turun tingkat;atau
b. Diberhentikan sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sanksi pelanggaran disiplin ringan,


sedang dan berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24
diatur dengan Peraturan Rektor.

Pasal 26

(1) Praja melakukan pelanggaran disiplin ringan dan sedang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan dalam Pasal 24 ayat (2),
dikenakan sanksi secara kumulatif.
(2) Madya Praja, Nindya Praja, dan Wasana Praja yang melakukan
pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(3), dikenakan sanksi secara alternatif.
(3) Muda Praja yang melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana

11
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dikenakan sanksi pemberhentian
sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Pasal 27

(1) Setiap sanksi pelanggaran disiplin yang dijatuhkan disesuaikan dengan


tingkatan pelanggaran.
(2) Setiap penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dicatat di buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh.

Bagian Kedua
Pejabat Yang Berwenang Menerapkan Sanksi Pelanggaran Disiplin

Pasal 28

(1) Rektor berwenang menerapkan sanksi pelanggaran disiplin berat bagi


Praja IPDN.
(2) Penjatuhan sanksi pelanggaran disiplin ringan dan sedang dicatat di
buku saku Praja oleh Pejabat/Pengasuh sesuai dengan kewenangan di
masing-masing aspek Pengajaran, Pelatihan, dan Pengasuhan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Segala kegiatan, etika, maupun kehidupan seorang Praja IPDN sudah diatur sedemikian
rupa, yang tercantum dalam Pedoman Tata Kehidupan Praja IPDN (Petadupra) berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 2015. Hal ini dimaksudkan supaya seorang
Praja memiliki kehidupan yang terstruktur, teratur, dan disiplin setiap saat. Memang awalnya
mungkin sulit bagi seorang Praja karena dipaksa untuk hidup teratur dan disiplin. Mengapa Praja
IPDN dibiasakan untuk hidup disiplin sejak dini? Karena harapannya, nantinya saat sudah
menjadi seorang Purna Praja akan tetap hidup disiplin setiap saat, disiplin waktu, jauh dari
pelanggaran, jauh dari tindakan kejahatan, dan jauh dari tindakan kriminal. Di dunia kerja juga
dan berdampak menjadi orang yang tepat waktu, tidak berleha-leha, tidak kendor, tidak molor
sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Seperti kata
pepatah yang ada di kalangan Praja IPDN, “Dipaksa, terpaksa, terbiasa”

3.2. Saran
Alangkah lebih baik jika standar kedisiplinan di IPDN semakin ditingkatkan lagi supaya
lulusan-lulusan IPDN memiliki kualitas yang tinggi.

13

Anda mungkin juga menyukai