Anda di halaman 1dari 2

Lokalisasi Rasa Tekan

Jarak (mm)
Area Rata-Rata
1 2 3
Ujug Jari 0 0 3 1
Pipi 13 8 12 11
Telapak Tangan 3 14 10 9
Lengan Bawah 11 32 5 16
Lengan Atas 35 12 3 16,6
Kuduk 15 5 9 9,6

Keterangan:
Pada ujung jari diberikan titik rangsang dengan tiga kali pemberian titik rangsang,
dipercobaan ini kita menentukan jarak antara titik rangsang dan titik tunjuk. Hasilnya pada
pemberian titik rangsang pertama tidak ada jarak antara titik rangsang dan titik tunjuk karena
pemberian titik rangsang yang diberikan begitu besar, oleh karena itu Manusia Percobaan
(MP) tidak salah dalam menentukan lokalisasi rasa tekan, lalu diberikan kembali titik
rangsang yang kedua, hasilnya juga menunjukkan bahwa tidak ada jarak antara titik rangsang
dan titik tunjuk, hal ini juga sama seperti dengan percobaan pemberian titik rangsang yang
pertama yakni dikarenakan pemberian titik rangsang yang begitu besar sehingga (MP)
Manusia Percobaan tidak salah dalam menentukan lokalisasi rasa tekan. Percobaan ketiga
pada ujung jari dengan memberikan titik rangsang dan hasilnya terdapat jarak antara titik
rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 3 mm, dikarenakan titik rangsang yang diberikan
tidak sebesar di percobaan pertama dan kedua, dan memperoleh hasil rata-rata yaitu 1 mm.
Pada pipi juga diberikan titik rangsang dengan tiga kali pemberian titik rangsang,
dan dipercobaan ini memperoleh hasil dengan pemberian titik rangsang pertama terdapat
jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk yaitu 13 mm, lalu percobaan kedua juga
terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 8 mm, dan dipercobaan
ketiga juga terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak yaitu 12 mm,
dan memperoleh hasil rata-rata yaitu 11 mm.
Pada percobaan telapak tangan juga diberikan titik rangsang dengan tiga kali
pemberian titik rangsang, hasilnya pada pemberian titik rangsang pertama terdapat jarak
antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 3 mm, lalu pada pemberian titik
rangsang kedua juga terdapat jarak antara titik rangsang denagn titik tunjuk dengan jarak 14
mm, pada pemberian titik rangsang ketiga juga terdapat jarak antara titik rangsang dengan
titik tunjuk dengan jarak 10 mm, dan diperoleh rata-rata yaitu 9 mm.
Pada percobaan di lengan bawah diberikan titik rangsang dengan tiga kali pemberian
titik rangsang. Hasilnya, pada pemberian titik rangsang pertama terdapat jarak antara titik
rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 11 mm, lalu pada pemberian titik rangsang kedua
juga terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 32 mm, dan
dipemberian titik rangsang ketiga juga terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk
dengan jarak 5 mm, dan memperoleh hasil rata-rata yaitu 16 mm.
Pada percobaan di lengan atas juga diberikan titik rangsang dengan tiga kali
pemberian titik rangsang. Hasilnya, pada pemberian titik rangsang pertama terdapat jarak
antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 35 mm, lalu pada pemberian titik
rangsang kedua juga terdapat jarak antara titik ranggsang dengan titik tunjuk dengan jarak 12
mm, dan di pemberian titik rangsang ketiga juga terdapat jarak antara titik rangsang dengan
titik tunjuk dengan jarak 3 mm, dan memperoleh rata-rata yaitu 16,6 mm.
Pada percobaan di kuduk diberikan tiga kali titik rangsang. Hasilnya, pada
pemberian titik rangsang pertama terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk
dengan jarak 15 mm, lalu pada pemberian titik rangsang keduan terdapat jarak antara titik
rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 5 mm, dan pada pemberian titik rangsang ketiga
terdapat jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dengan jarak 9 mm, dan memperoleh
rata-rata yaitu 9,6 mm.

Pembahasan
Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan jarak beberapa mm
antara titik rangsang dengan titik tunjuk. Juga, tidak adanya jarak antara titik rangsang
dengan titik tunjuk pada percobaan di area ujung jari saat pemberian titik rangsang pertama
dan kedua. Dengan adanya jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk menunjukkan
adanya kesalahan lokalisasi rasa tekan pada permukaan kulit, hal ini dikarenakan pada
permukaan kulit terdapat ujung syaraf bebas (free nerve endings) yang akan aktif pada saat
terdapat rangsangan nyeri dan akan menghantarkan stimulus nyeri. Reseptor ini disebut
sebagai nosiseptor dan tersebar luas hampir diseluruh jaringan dalam tubuh. Secara
struktural, nosiseptor adalah suatu neuron, maka nosiseptor terdiri dari akson, badan sel, dan
sentral terminal yang berhubungan kepada organ. Nosiseptor ada dua macam yaitu serabut A
yang bermielin tipis dan serabut C yang tidak bermielin. Nantinya serabut C dan serabut A
akan memasuki ganglion dorsalis akson dengan posisi akhirnya di medulla spinalis. Pada
nosiseptor, kecepatan konduksi serabut C lebih lambat karena memiliki diameter yang lebih
kecil dibandingkan dengan serabut A, serabut A dideskripsikan sebagai sensasi tajam atau
menusuk dan menyakitkan, sedangkan serabut C dideskripsikan sebagai sensasi tumpul atau
sensasi nyeri terbakar. Nyeri yang dihantarkan oleh serabut A biasanya memiliki lokalisasi
yang jelas dikarenakan diameternya lebih besar dari serabut C hal ini menyebabkan konduksi
serabut A lebih cepat dibanding serabut C, sedangkan nyeri yang dihantarkan oleh serabut C
memiliki lokalisasi kurang jelas dikarenakan diameter serabut C lebih kecil dibanding dengan
serabut A, hal ini menyebabkan konduksi serabut C lebih lambat dibanding dengan serabut
A.

Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan diatas adalah, ada atau tidak adanya jarak antara titik
rangsang dengan titik tumpul bergantung pada pemberian titik rangsang itu sendiri, semakin
besar titik rangsang yang diberikan maka tidak adanya jarak antara titik rangsang dengan titik
tunjuk atau tidak salah dalam menentukan lokalisasi rasa tekan. Begitu pula ketika titik
rangsang yang diberikan semakin kecil, maka akan adanya jarak antara titik rangsang dengan
titik tunjuk atau salah dalam menentukan lokalisasi rasa tekan.

Anda mungkin juga menyukai