Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP & LANDASAN

PENDIDIKAN
INKLUSIF
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 1. Perkembangan kebijakan kerangka
hukum dan susuan kelembagaan

Salah satu kunci utama dalam undang-undang dan


bentuk kebijakan yaitu penyelenggaraan sumber daya
dan pengesahan pendidikan bagi anak-anak
penyandang kebutuhan pendidikan khusus, dengan
strategi mewajibkan pendidikan integrasi dan
pendidikan segregasi sebagai alternatif lainnya.
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 2. Komitmen terhadap Filsafat
Pendidikan yang Berpusat pada Anak
 Perubahan pendekatan dari pola tradisional menjadi
pendekatan berpusat pada anak.
 Perlu ada fleksibilitas dan normalisasi sehingga ada kemitraan
antara siswa, guru, lingkungan, sekolah, dan koordinasi antara
pendidikan formal dan informal
 IEP (Individualized Educational Program) yaitu program
belajar yang didasarkan pada gaya belajar, kekuatan dan
kebutuhan khusus siswa
 IEP bagi anak berkebutuhan khusus perlu mendapatkan
metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gangguan atau
ketidakmampuan yang dialami siswa
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 3. Penekanan pada keberhasilam dan
Peningkatan Kualitas
 Sekolah harus responsif terhadap kebutuhan siswa serta
kebutuhan guru dalam strategi mengajar, termasuk
peningkatan kurikulum untuk semua anak.
 Perlu ada konsep universal educability, dimana semua anak
dapat belajar.
 Perlu diterapkannya pradigma yang fleksibel dan akomodatif
dalam peningkatan mutu guru mulai dari bangku kuliah,
menajdi guru, dan setelah menjadi guru
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 4. Memperkuat Hubungan antara
Sistem Regular dan Sistem Khusus
Sistem terpisah yang tradisional Sistem integrasi untuk
meningkatkan inklusi
Penempatan dalam pendidikan dipisahkan menjadi Desain penempatan pendidikan yang fleksibel
regular dan khusus bagi dua tipe anak; sekali anak dan responsive
dipisahkan mereka jarang diintegrasikan lagi
Para guru regular dan khsusus diberi pendidikan yang Pendidikan bersama untuk calon sekolah guru
terpisah saat masih kuliah regular dan sekolah khusus dalam sistem
pendidikan
Pengembangan kebijakan untuk evaluasi sekolah dan Sistem evaluasi pendidikan termasuk penilaian
penilaian guru secara mandiri guru didasarkan pada indikator performa
Jaringan antara sekolah dengan perguruan tinggi dan Penyebaran guru dan penggunaan kelas
dnegan masyarakat dikaitkan dan ditingkatkan
Penyebarluasan kesempatan dalam profesi mengajar Wanita, orang-orang dalam komunitas minoritas
baik dari segi jenis kelamin maupun kecacatan dan orang-orang cacat direkrut untuk menjadi
guru
Pendidikan guru yang inklusif menyiapkan guru untuk Lebih banyak lagi guru yang direkrut, dilatih,
sekolah yang inklusif juga dan dipekerjakan di daerah asalnya
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 4. Memperkuat Hubungan antara
Sistem Regular dan Sistem Khusus
Sistem terpisah yang tradisional Sistem integrasi untuk
meningkatkan inklusi
Pendidikan guru yang holistik,: awal, induksi, Guru regular yang ada dalam pendidika
dan inservice semua dikaitkan dengan pre-service dan in-service ditingkatkan
kurikulum dan pengemabangan material sensitifitasnya dan dibekali alat-alat
untuk dapat merespon kebutuhan khusus
siswa
Pendidkan guru yang kuat dan keterkaitan Pendidikan guru menawarkan kompetensi
dengan sekolah untuk bermacam kelas dan bermacam
disiplin
Guru khusus berkomunikasi dengan keluarga Mahasiswa calon guru menghabiskan
siswa khusus; guru reguler dengan keluarga banyak waktu dalam mengaitkan teori
siswa anak regular khusus
Keluarga diberi informasi tentang layanan Keluarga diberi informasi tenatng layanan
dalam pendidikan khusus dalam setting khusus yang berkelanjutan dan filosofi
pendidikan inklusif
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 5. Komitmen untuk berbagi tanggung
Jawab dalam masyarakat

 Guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat semuanya


terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
sehingga tanggung jawab kemajuan anak menjadi tanggung
jawab bersama
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 6. Pengakuan oleh Para Profesional
tentang Keragaman yang lebih besar
Kebijakan Praktik
Penerimaan tentang kecacatan secara sosial Pemerintah dan masyarakat bekerja sama
dikombonasikan dengan kampanye untuk untuk mengembangkan rencana tindakan
mempengaruhi opini public unit inklusif
Pengakuan akan pengesahan kultur dan bahasa Model medis tenatng kecacatan
rumah digantikan dengan model tindakan sosial
yang menrima adanya hak untuk berbeda

Pengakuan akan konsep lingkungan yang sangat Kampanye kesadaran public untuk
kurang membatasi dan kebijakan untuk mengubah sikap terhadap keberagaman
penyebaran dan implementasi yang dilakukan untuk public , admin
pendidikan dan guru
Sekolah dasar yang inklusif diakui sebagai Tersedai berbagai macam pendekatan
norma dalam sistem yang ada terintegrasi mulai dari kelas yang self-
contained dan campuran sampai dengan
yang sepenuhnya inklusif
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 6. Pengakuan oleh Para Profesional
tentang Keragaman yang lebih besar
Kebijakan Praktik

Integrasi sosial bagi individu dengan Pengajaran menanamkan penerimaan


kebutuhan khusus ternyatakan dalam nilai-nilai perbedaan
kebijakan yang dikeluarkan oleh masyarakat

Pengenalan asesmen yang tidak diskriminasi Asesmen Individual ditekankan


yang mengakui adanya bermacam berdasarkan kriteria dari kemampuan
kontribusi, kualitas, bakat, dan cara-cara dan kebutuhan anak itu sendiri
mencapai kemampuan
Ekspektasi yang tinggi bagi semua anggota Sekolah mengharapkan hasil akademik
sekolah yang maksimum dari semua siswa
Kurikulum dan sistem ujian yang fleksibel Anak-Anak dengan kebutuhan khusus
dinilai denagn prosedur yang
multidimensi bersama dengan orang
tua
Prinsip Pendidikan Inklusif
(Universal Primary Education/UPE)
Prinsip 7. Komitmen terhadap Pendekatan
Holistik
 Tanggung jawab bersama merujuk hubungan sekolah dan
masyarakat perlu bekerja sama untuk mendidik anak.
 Gur bertanggung jawab terhadap semua anak dan
perkembangannya bikan hanya kognitif saja.
 Menerapakn pendekatan holistic memperhatikan sejumlah
faktor pencapaian pendidikan seperti: kesehatan, keadaan
fisik, keadaan nutrisi, tuntutan kerja, dll.
 Perlu ada integrasi intervensi sejak dini, dukungan kesahatan,
dan nutrisi dengan layan pendidikan
Landasan Pendidikan Inklusif
1. Landasan Filosofis
 Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas
fondasi yang lebih mendasar lagi dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”
yang memiliki lambang Negara Burung Garuda, artinya bangsa Indonesia
mengakui keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi,
dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 Pandangan agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa: a.
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci b. Kemuliaan seseorang di hadapan
Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi taqwanya c. Allah tidak akan
merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri d. Manusia diciptakan
berbeda-beda untuk saling silaturahmi (Inklusif) 3. Pandangan universal Hak
Asasi manusia, menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk
hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, hak pekerjaan 4. Pendidikan
inlusif adalah pendidikan yang didasari semangat terbuka untuk merangkul
semua kalangan dalam pendidikan 5. Pendidikan inklusif merupakan
implementasi pendidikan yang berwawasan multicultural yang dapat
membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain
yang berbeda suku, budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik
maupun psikologis.
Landasan Pendidikan Inklusif
2. Landasan Yuridis
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
 UUD 1945 (amandemen) Pasal 31
 ayat 1 berbunyi “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan”.
 Ayat 2 berbunyi “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya
 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
 Pasal 48 bahwa Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar
minimal 9 (Sembilan) tahun untuk semua anak.
 Pasal 49 bahwa Negara, Pemerintah, Keluarga dan orang tua wajib
memberikan kesempatan yang seluas -luasnya kepada anak untuk
memperoleh pendidikan
 8. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat
Landasan Pendidikan Inklusif
2. Landasan Yuridis
 bahwa Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, ayat
 bahwa warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosioanl,
mental, intelektual, dna/atau social berhak memperoleh
pendidikan khusus, ayat
 bahwa warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus, ayat
 bahwa warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, ayat
 bahwa warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus
 Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.C6/MN/2003
20 Januari 2003: “Setiap kabupaten/kota diwajibkan
menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan inklusif di
sekurang -kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari: SD, SMP,
SMA, SMK.”
Landasan Pendidikan Inklusif
2. Landasan Yuridis
 Deklarasi Bandung: “Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif”
tanggal 8 —14 Agustus 2004
 Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs
Education (1994) dalam Article 2 dan Article 3
 Deklarasi Bukuttinggi Tahun 2005
 Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948 (Declaration of Human Rights )
 Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, 1990 (World
Conference on Education for All)
 Resolusi PBB No. 48/96 tahun 1993 tentang Persamaan
Kesempatan bagi Orang Berkelainan (The Standart Rules on The
Equilzation of Opportunities for Person with Disabilities )
 Konvensi Hak Anak, 1989 (Convention on The Rights of The Child )
 Komitmen Dakar mengenai Pendidikan untuk Semua, 2000 (The
Dakar Commitment on Education for All)
Landasan Pendidikan Inklusif
3. Landasan Empiris
 Penelitian tentang inklusi oleh beberapa Negara barat sejak tahun
19080 -an, dengan peneliti terbesar dipelopori oleh The National
Academy of Sciences (Amerika Serikat) dengan hasil bahwa
“klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas
atau temapt khusus tidak efektif dan diskriminatif, maka layanan
yang direkomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif
hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat
(Heller, Holtzman & Messick, 1982)
 Hasil survey yang dilakukan oleh Prisoner (2003) kepada kepala
sekolah tentang sikap mereka terhadap pendidikan inklusif, yang
memperoleh hasil bahwa “Hanya satu dari lima kepala sekolah
tersebut (20%) memiliki sikap yang positif tentang penerapan
pendidikan inklusif sementara yang lainnya tidak jelas, dalam
kelas yang dipimpin oleh kepada yang memiliki sikap positif
tersebut, siswa lebih mungkin dididik dengan cara yang sedikit
tidak dibenarkan dalam proses pembelajaran.
Landasan Pendidikan Inklusif
3. Landasan Empiris
 Penelitian yang dilakukan oleh Mcleskey Waldron, So,
Swanson, dan Loveland (2001) tentang sikap guru,
menemukan bahwa guru -guru dalam sekolah inklusif lebih
memiliki sikap positif terhadap peran guru inklusi dan
dampaknya daripada guru pada sekolah regular.
 Penelitian oleh Mayer (2001) mengatakan bahwa siswa yang
memiliki kecacatan yang cukup ditemukan untuk memeliki
keberhasilan yang lebih besar manakala mereka
memperoleh pendidikan dalam lingkungan yang menerima
mereka khususnya yang berkaitan dengan hubungan social
dan persahatan mereka dengan masyarakatnya.
Landasan Pendidikan Inklusif
4. Landasan Pedagogis
 Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga nefara yang demokratis dan
bertanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai