BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan lahan berdampak pada penurunan produktivitas lahan
baik sifatnya tetap maupun sementara. Kerusakan lahan di mulai dari
tidak terkontrolnya konversi hutan dan usaha pertambangan dan limbah
pabrik yang kemudian di ikuti dengan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan potensi dan pengelolaan lahan yang kurang tepat.
Kerusakan lahan/lahan tidak produktif dapat menjadi sumber bencana,
mulai dari kekeringan, banjir, tanah longsor sampai kebakaran yang
bisa berdampak terhadap terjadinya percepatan pemanasan global.
Pada dasarnya kerusakan lahan di sebabkan karena adanya
penggunaan lahan dan/atau pengelolaan lahan yang kurang tepat.
Borrow (1991) kerusakan lahan di sebabkan oleh faktor jumlah
populasi manusia, marjinalisasi tanah, kondisi sosial ekonomi, ketidak
stabilan politik, bencana alam, dan aktivitas industri dan pertambangan.
Pengembangan sektor industri menjadi penyebab kerusakan lahan
karena adanya limbah cair, gas, dan padatan yang berbahaya bagi
lingkungan, disamping itu, limbah cair industri dapat mengandung
beberapa logam berat beracun yang dapat menyebabkan pencemaran air
dan berdampak bagi kesehatan manusia itu sendiri. Salah satu ancaman
dari kerusahan lahan/tanah pada suatu daerah adalah pencemaran air
bagi kehidupan adalah kualitas air yang semakin buruk di sekitar
wilayah tercemar industri.
Pencemaran air terjadi karena ada sebagian pabrik yang tidak
memperdulikan bahan sisa produksi yang berupa limbah untuk di olah
secara sempurna pada Unit Pengelolaan Limbah(UPL) sehingga bahan
buangan masih mengandung senyawa yang bersifat toksik (senyawa
beracun). Pada Kecamatan Marpoyan Damai tepatnya pada Kelurahan
Wonorejo terdapat daerah yang mengalami kerusakan lahan yang di
akibatkan oleh aktivitas industrialisasi pabrik karet PT.P&P
Bangkinang, kerusakan lahan tersebut berupa pencemaran air yang
1
2018 [MANAJEMEN LAHAN]
2
2018 [MANAJEMEN LAHAN]