DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan HIV/AIDS”.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan kesadaran dari para
pembaca untuk lebih mengetahui banyak hal tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan HIV/AIDS”.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan, tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus
untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B juga
terpengaruh, dengan peningkatan produksi imunoglobulin total sehubungan
dengan penurunan produksi antibodi spesifik. Dengan memburuknya sistem
imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi
oportunis dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat replikasi
HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi-sistem yang dapat
bersifat dorman selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi
secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari
penyakit ini bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan hanya melalui
kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui
obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi,
dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat
melalui kontak biasa.
Empat populasi utama pada kelopok usia pediatrik yang terkena HIV :
3
A. Patigenesis
HIV-1
Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual
Transplasental Perinatal
Enzim RT-ase
Limfadenopati Viremia Lim B
me
Inf. Oportunistik
Keganasan sekunder
AIDS
- Kematoksis
- Fagositosis
4
2. AIDS
Toxoplasma Retinitis
Hidung Sinusitis
Stomatitis herpes
Parotitis
Cytomegalovirus
Jantung Kardiomiopati DC
Limpa Splenomegali
Malabsorbsi Kandida
Herpes simplex
Kel. limfe Limfodenopati
Focal glomerulosclerosis
Ginjal Proteinuria
Mesangial hyperplasia
Kulit Dermatitis (Ekzema s/d pyoderma gangrenosum & scabies
5
Etiologi hiv aids pada anak
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik disebabkan oleh virus
immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus tipe 1 yang melekat
dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah yang
lebih rendah pada monosit dan makrofag. HIV-I merupakan retrovirus yang
termasuk pada subfamili Lentivirus. Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang
menyebabkan penyakit yang sama.
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam
bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel host
•HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong terjadinya
immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran.
•Selubung lipid HIV-I berasal dari membran sel pejamu yang terinfeksi saat
budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan gp41. gp120
penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai infeksi virus.
HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau
sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau
melalui laktasi. Transmisi HIV pada anak terjadi karena penularan dari ibu,
terutama melakui transmisi vertical. Prematuritas dan berat badan lahir rendah
pada neonatus juga meningkatkan risiko infeksi
Cara Penularan hiv aids pada anak
Penyebab penyakit HIV adalah infeksi human immunodeficiency virus.
Virus ini menghancurkan sel CD4 , jenis sel darah putih dalam bagian sistem
imun yang khusus bertugas melawan infeksi. Namun di saat yang bersamaan,
virus HIV juga terus menggandakan diri untuk menginfeksi sel T yang sehat.
Virus HIV itu sendiri rentan menular lewat aktivitas tertentu yang
memungkinkan pertukaran atau perpindahan cairan tubuh dari satu orang ke
lainnya. Namun, cairan tubuh yang menjadi perantara penyebaran virus tidak
sembarangan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, penyakit ini juga berisiko
menyerang anak-anak. Meski jumlah dari anak-anak yang mengidap gangguan ini
terus menurun, tetapi tetap saja angkanya masih besar. Bahkan, masih banyak
anak yang tidak mendapatkan pengobatan saat didiagnosis gangguan ini. Maka
dari itu, HIV dapat menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak dan
remaja.
Maka dari itu, ibu harus tahu beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
penularan HIV pada anak :
1. Penularan dari ibu ke anak
Jalur penularan HIV yang paling banyak terjadi pada anak kecil dan bayi
adalah lewat ibunya . Seorang perempuan yang terinfeksi HIV sebelum
6
maupun saat hamil dapat menularkan virusnya pada calon anak mereka
sejak dalam kandungan. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga dapat
terjadi apabila bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan
vagina, atau cairan tubuh ibu lainnya yang mengandung virus HIV selama
proses melahirkan.
2. Tertular dari jarum yang terkontminasi
Selain penularan pada masa kehamilan, penggunaan jarum suntik bekas
bergantian juga merupakan cara penularan HIV yang mungkin terjadi pada
anak. Virus HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik selama
kurang lebih 42 hari setelah kontak pertama kali dengan pemakai
pertamanya . Darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat
berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas
suntikan.
3. Aktivitas seksual
HIV rentan menular lewat hubungan seks tidak aman. Melansir Liputan 6
yang merujuk hasil survei dari Reckitt Benckiser Indonesia, setidaknya
33% anak muda Indonesia pernah berhubungan seks tanpa pakai kondom.
Penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air
mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi
HIV dengan luka terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat,
misalnya dinding dalam vagina, bibir vagina, bagian penis mana pun ,
ataupun jaringan dubur dan cincin otot anus.
4. Transfusi darah
Praktik donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat
meningkatkan risiko HIV pada anak, terutama di negara-negara yang
tingkat kemiskinannya masih tinggi. Anak yang menerima donor dari
orang yang positif HIV juga berisiko terinfeksi. Tenaga medis yang
bertanggung jawab dalam pendonoran aka menyaring calon pendonor
dengan ketat untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi.
7
Pneumonitis, yaitu pembengkakan dan peradangan jaringan paru-paru.
Diare.
Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu bulan.
Hepatitis atau peradangan organ hati.
Cacar air dengan komplikasi.
Gangguan atau penyakit ginjal.
Menderita dua infeksi bakteri yang serius dalam dua tahun belakangan ini,
seperti meningitis atau sepsis.
Infeksi jamur pada saluran pencernaan dan paru-paru.
Peradangan otak atau ensefalitis.
Tumor atau lesi ganas.
Pneumocytis jiroveci, jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada
penderita HIV.
Beberapa anak mungkin saja terkena infeksi herpes simpleks dan herpes zoster
(cacar ular) sebagai komplikasi gejala HIV. Ini karena infeksi HIV seiring waktu
melemahkan sistem imun anak, yang notabene memang belum sekuat orang
dewasa.
3.Mudah sakit.
Bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan imunologis normal
saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi
beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia
untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4
absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal masa bayi,
diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama.
Selain itu, pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen
HIV tanpa infeksi dapat membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena
8
itu, hal ini peting untuk merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung
CD4, dan bila mungkin menggunakan parameter yang ditegakkan dari observasi
bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi
jarang diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For
Diseasen Control sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan
berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata
(didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak
bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang
terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini,
kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European
Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan
bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang
tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi
yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi paling baik
antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis kronik, parotitis,
limfadenopati persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang
tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang
terinfeksi daripada bayi yang tidak terinfeksi.
Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat hamil,
saat melahirkan dan setelah lahir yaitu:
juga memiliki risiko penularan HIVdari ibu kebayi sampai 80%. Bila bedah
caesar
9
faktor lain. Namun jika melahirkan dengan pervaginam maka beberapa tindakan
harus dihindari untukmeminimalisir risiko, seperti terlalu sering melakukan
pemeriksaan dalam ataumemecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap (Nurs
dan Kurniawan,2013:165)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buatuntuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman kita tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
HIV/AIDS. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca agar kedepannya makalah yang kami buat dapat lebih baik,
Terimakasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
11