Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HIV AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIV/AIDS

DOSEN PENGAMPU :

Disusun Oleh :

1. Ira Ayu Ananda J210210009


2. Danisa Bella Syaharani J210210010
3. Ninis Wahyu Arifah J210210021
4. Febrian Nur Rahmawati J210210022
5. Fardani Nur Annisa J210210039
6. Putri Nurlia Anggraini J210210040
7. Danuartha Vandika J210210053
8. Arvinda Dwi Nugraheni J210210056
9. Uswatun Hasanah J210210071
10. Mona Isabella J210210072

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan HIV/AIDS”.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan kesadaran dari para
pembaca untuk lebih mengetahui banyak hal tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan HIV/AIDS”.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan, tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Surakarta, 27 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIV/AIDS Pada Anak


1. Pengertian
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi
tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang
sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
 AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
 AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).
Jadi, HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada
manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri
adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu
relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi HIV.

2. Patofisiologi HIV/AIDS Pada Anak

Pada neonatal HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui penularan


transplasental atau perinatal. Setelah virus HIV masuk ke dalam target
( terutama sel limfosit T ) yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang
disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase
yang dibawanya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat
bergabung menyatukan diri dengan DNA sel target (sel limfosit T helper CD4
dan sel-sel imunologik lain ) . Dari DNA sel target ini berlangsung seumur
hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai mempunyai fungsi yang
penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi sistem imun (daya
tahan tubuh) berkurang atau rusak, maka fungsi imonologik lain juga mulai
terganggu.

2
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus
untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B juga
terpengaruh, dengan peningkatan produksi imunoglobulin total sehubungan
dengan penurunan produksi antibodi spesifik. Dengan memburuknya sistem
imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi
oportunis dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat replikasi
HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi-sistem yang dapat
bersifat dorman selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi
secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari
penyakit ini bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan hanya melalui
kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui
obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi,
dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat
melalui kontak biasa.

Empat populasi utama pada kelopok usia pediatrik yang terkena HIV :

1) Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang


terinfeksi (disebut juga trasmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih
dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13
tahun.
2) Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan
hemofili).
3) Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi.
4) Bayi yang mendapat ASI ( terutama di negara-negara berkembang ).
( Cecily L. Betz , 2002 : 210)

3
A. Patigenesis

HIV-1

Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual

Transplasental Perinatal

Sel Host Limfosit T Aliran darah / mukosa

CD4+ Kel. Limfe

Internalisasi Hiperplasi Replikasi Kel. Getah


folikel virus masit bening perifer

Enzim RT-ase
Limfadenopati Viremia Lim B

Transkripsi terbalik Inf. Akut


Destruksi sel Kel. Sel. B
CD4
Mengubah RNA Laten
menjadi DNA Pe Ab Pe Ig
spesifik
total
Integritas DNA Krisis
provirus ke Host Hiper gamma
globulinemia
Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM

me

Inf. Oportunistik

Keganasan sekunder

AIDS

Monosit Tahan sitopatik HIV Penyebaran patogenesis


makrorag

Gangguan fungsi monosit & makrofag SSP

- Kematoksis 
- Fagositosis 
4
2. AIDS

SSP Cryptococcus Meningitis


Ensepalopati
Toxoplasma Encepalitis
Candida
Demensia
Mycobacterium
Gangguan psikomotor
TB
Mata CM V Perivaskulitis

Toxoplasma Retinitis
Hidung Sinusitis

Mulut Jamur  oral thrush

Stomatitis herpes

Parotitis

Paru Pnemonia pneumocystis carinii (PPC)

Cytomegalovirus

Mycobacterium avium intracellare / M. TB

Jantung Kardiomiopati  DC

Limpa Splenomegali

pankrea Pankreatitis (trauma akibat pemberian pentamidin)


s
Hepar hepatitis Salmonella

GI track Diare CMV

Malabsorbsi Kandida

Herpes simplex
Kel. limfe Limfodenopati

Focal glomerulosclerosis
Ginjal Proteinuria
Mesangial hyperplasia
Kulit Dermatitis (Ekzema s/d pyoderma gangrenosum & scabies

Darah Trombocytopenia, Neutropeni, Anemi

5
Etiologi hiv aids pada anak
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik disebabkan oleh virus
immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus tipe 1 yang melekat
dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah yang
lebih rendah pada monosit dan makrofag. HIV-I merupakan retrovirus yang
termasuk pada subfamili Lentivirus. Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang
menyebabkan penyakit yang sama.
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam
bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel host
•HIV merupakan retrovirus sitopatik tidak bertransformasi mendorong terjadinya
immunodefisiensi dengan merusak sel T sasaran.
•Selubung lipid HIV-I berasal dari membran sel pejamu yang terinfeksi saat
budding, yang mengandung dua glikoprotein virus, gp120 dan gp41. gp120
penting pada pengikatan pada molekul CD4 pejamu untuk memulai infeksi virus.
HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau
sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau
melalui laktasi. Transmisi HIV pada anak terjadi karena penularan dari ibu,
terutama melakui transmisi vertical. Prematuritas dan berat badan lahir rendah
pada neonatus juga meningkatkan risiko infeksi
Cara Penularan hiv aids pada anak
Penyebab penyakit HIV adalah infeksi human immunodeficiency virus.
Virus ini menghancurkan sel CD4 , jenis sel darah putih dalam bagian sistem
imun yang khusus bertugas melawan infeksi. Namun di saat yang bersamaan,
virus HIV juga terus menggandakan diri untuk menginfeksi sel T yang sehat.
Virus HIV itu sendiri rentan menular lewat aktivitas tertentu yang
memungkinkan pertukaran atau perpindahan cairan tubuh dari satu orang ke
lainnya. Namun, cairan tubuh yang menjadi perantara penyebaran virus tidak
sembarangan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, penyakit ini juga berisiko
menyerang anak-anak. Meski jumlah dari anak-anak yang mengidap gangguan ini
terus menurun, tetapi tetap saja angkanya masih besar. Bahkan, masih banyak
anak yang tidak mendapatkan pengobatan saat didiagnosis gangguan ini. Maka
dari itu, HIV dapat menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak dan
remaja.
Maka dari itu, ibu harus tahu beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
penularan HIV pada anak :
1. Penularan dari ibu ke anak
Jalur penularan HIV yang paling banyak terjadi pada anak kecil dan bayi
adalah lewat ibunya . Seorang perempuan yang terinfeksi HIV sebelum

6
maupun saat hamil dapat menularkan virusnya pada calon anak mereka
sejak dalam kandungan. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga dapat
terjadi apabila bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan
vagina, atau cairan tubuh ibu lainnya yang mengandung virus HIV selama
proses melahirkan.
2. Tertular dari jarum yang terkontminasi
Selain penularan pada masa kehamilan, penggunaan jarum suntik bekas
bergantian juga merupakan cara penularan HIV yang mungkin terjadi pada
anak. Virus HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik selama
kurang lebih 42 hari setelah kontak pertama kali dengan pemakai
pertamanya . Darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum dapat
berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas
suntikan.
3. Aktivitas seksual
HIV rentan menular lewat hubungan seks tidak aman. Melansir Liputan 6
yang merujuk hasil survei dari Reckitt Benckiser Indonesia, setidaknya
33% anak muda Indonesia pernah berhubungan seks tanpa pakai kondom.
Penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air
mani, cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi
HIV dengan luka terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat,
misalnya dinding dalam vagina, bibir vagina, bagian penis mana pun ,
ataupun jaringan dubur dan cincin otot anus.
4. Transfusi darah
Praktik donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat
meningkatkan risiko HIV pada anak, terutama di negara-negara yang
tingkat kemiskinannya masih tinggi. Anak yang menerima donor dari
orang yang positif HIV juga berisiko terinfeksi. Tenaga medis yang
bertanggung jawab dalam pendonoran aka menyaring calon pendonor
dengan ketat untuk mencegah hal-hal seperti ini terjadi.

Gejala HIV AIDS Pada Anak

Gejala HIV ringan pada anak usia sekolah:

 Pembengkakan kelenjar getah bening.


 Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga)
membengkak.
 Sering mengalami infeksi sinus dan telinga.
 Mengalami gatal dan terdapat ruam pada kulit.
 Pembengkakan perut akibat membengkaknya hati dan limpa anak.

Gejala HIV taraf sedang pada anak usia sekolah

 Sariawan yang berlangsung lebih dari dua bulan.

7
 Pneumonitis, yaitu pembengkakan dan peradangan jaringan paru-paru.
 Diare.
 Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu bulan.
 Hepatitis atau peradangan organ hati.
 Cacar air dengan komplikasi.
 Gangguan atau penyakit ginjal.

Gejala HIV parah pada anak usia sekolah

 Menderita dua infeksi bakteri yang serius dalam dua tahun belakangan ini,
seperti meningitis atau sepsis.
 Infeksi jamur pada saluran pencernaan dan paru-paru.
 Peradangan otak atau ensefalitis.
 Tumor atau lesi ganas.
 Pneumocytis jiroveci, jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada
penderita HIV.

Beberapa anak mungkin saja terkena infeksi herpes simpleks dan herpes zoster
(cacar ular) sebagai komplikasi gejala HIV. Ini karena infeksi HIV seiring waktu
melemahkan sistem imun anak, yang notabene memang belum sekuat orang
dewasa.

Tanda dan Gejala Hiv aids anak

1.Berat badan sulit bertambah.

2.Gangguan tumbuh kembang.

3.Mudah sakit.

4.Mudah terkena infeksi.

5.Masalah pada kulit

Tanda Dan Gejala

Bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan imunologis normal
saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi
beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia
untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4
absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal  masa bayi,
diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama.

Selain itu, pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen
HIV tanpa infeksi dapat membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena

8
itu, hal ini peting untuk merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung
CD4, dan bila mungkin menggunakan parameter yang ditegakkan dari observasi
bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi
jarang diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For
Diseasen Control sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan
berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata
(didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak
bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang
terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini,
kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European
Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan
bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang
tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi
yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi paling baik
antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis kronik, parotitis,
limfadenopati persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang
tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang
terinfeksi daripada bayi yang tidak terinfeksi.

Pencegahan HIV/AIDS pada Anak

Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat hamil,
saat melahirkan dan setelah lahir yaitu:

1. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan


2. Penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan
3. Penggunaan obstetrik selama selama persalinan, penatalaksanaan selama
menyusui
4. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah
virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.

Persalinan sebaiknya dipilih dengan metode sectio caecaria karena terbukti


mengurangi resiko risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
sampai80%.walaupuncaesaria. demikian bedah caesar

juga memiliki risiko penularan HIVdari ibu kebayi sampai 80%. Bila bedah
caesar

selektif disertai penggunaan terapiantiretroviral, maka risiko dapat ditirinkan


sampai 87%. Walaupun demikian bedah caesar juga mempunyai risiko karena
imunitas ibuyang rendah sehinggabisa terjadi keterlambatan penyembuhan luka,
bahkan bisa terjadi kematian saatoperasi oleh karena itu persalinan pervaginam
dan sectio caecaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan

9
faktor lain. Namun jika melahirkan dengan pervaginam maka beberapa tindakan
harus dihindari untukmeminimalisir risiko, seperti terlalu sering melakukan
pemeriksaan dalam ataumemecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap (Nurs
dan Kurniawan,2013:165)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buatuntuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman kita tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
HIV/AIDS. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca agar kedepannya makalah yang kami buat dapat lebih baik,
Terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai