Anda di halaman 1dari 13

Machine Translated by Google

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS • AKSES TERBUKA Anda mungkin juga menyukai

-
Studi Tentang Hubungan
Karakteristik hidromorfologi DAS Bonan Dolok 'Dalihan Na Tolu' Dengan Tradisional Batak
Arsitektur; Studi Kasus Huta Raja
sebagai basis ikan batak (spp. dan Desa Samosir
BE Hutagaol, N Simamora dan S Silitonga

Tor Neolissochilus spp.) konservasi -


Upaya Konservasi Ikan Batak (Tor spp. dan
Neolissochilus spp.) dan prospeknya untuk
mendukung ekowisata di Kabupaten Samosir,
Mengutip artikel ini: I Ridwansyah dan S Larashati 2020 IOP Conf. Ser.: Lingkungan Bumi. Sci. 535 012061 Sumatera Utara Indonesia S Larashati, Sulastri,
I Ridwansyah dkk.

-
Penerapan ornamen Batak Toba dalam arsitektur
Gereja Katolik sebagai upaya merancang tradisi
yang berkelanjutan
Lihat artikel secara online untuk pembaruan dan penyempurnaan.
Christianto Roesli, Rachmayanti dan Polin
M Simanjuntak

Konten ini diunduh dari alamat IP 114.10.9.68 pada 23/09/2022 pukul 14:07
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Karakteristik hidromorfologi DAS Bonan Dolok sebagai


dasar konservasi ikan batak (Tor spp. dan Neolissochilus
spp.)

I Ridwansyah* dan S Larashati


Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Science
Center-Botanical Garden, Cibinong 16911, Indonesia

*Penulis korespondensi
Email: iwanr@limnologi.lipi.go.id

Abstrak. Kaldera Danau Toba adalah salah satu fitur vulkanik paling luar biasa yang
terbentuk selama waktu geologi Kuarter. Saat ini Danau Toba merupakan danau
multifungsi, yang tidak hanya digunakan sebagai sumber air untuk pembangkit listrik
Sigura-gura tetapi juga menjadi tujuan wisata dengan tingkat kunjungan yang tinggi.
DAS Danau Toba merupakan bagian dari bentang alam Pegunungan Bukit Barisan
memanjang barat laut-tenggara dengan punggungan dan lembah yang tidak beraturan,
yang memiliki puncak dengan ketinggian antara 2000–3000 m di atas permukaan laut,
didominasi oleh kelas kemiringan (3–8%). Danau Toba juga merupakan tempat ikan-ikan
asli Indonesia yang bernilai tinggi seperti ikan batak (Tor spp. dan Neolissochilus spp.).
Namun saat ini ikan-ikan tersebut sulit ditemukan. Umumnya ikan batak lebih suka
hidup di habitat dengan dasar berbatu, substrat pasir, air jernih, aliran air lambat hingga
deras, dan lingkungan sungai sebagian besar berupa hutan primer. Deskripsi
karakteristik fisik badan air diperlukan untuk mempertahankan sistem ekologi dan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan zona perlindungan perikanan. Sungai
Bonan Dolok merupakan salah satu sungai di Kabupaten Samosir-Sumatera Utara
dimana ikan batak relatif banyak ditemukan. Aliran sungai sepanjang tahun dan
morfologinya yang terdiri dari kolam, riffle, dan run serta pola aliran seperti laminar dan
turbulen disukai oleh ikan batak. Selain itu, kawasan hulu yang masih tertutup hutan alam menjadikan kawas

Kata kunci: ikan batak, DAS, hidromorfologi, konservasi

1. Perkenalan
Kaldera Danau Toba di Indonesia adalah salah satu fitur vulkanik paling luar biasa yang
terbentuk selama waktu geologi Kuarter. Selama 1,3 juta tahun terakhir, wilayah Toba meletus dan

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

komposisi lava menengah, diikuti oleh piroklastik menengah, tiga tufa silikat bantalan
kuarsa, dan yang terbaru, media untuk lava silikat. Pola ini merupakan perakitan tambahan
dan erupsi periodik tubuh kerak magma dari proporsi batholitik [1, 2]. Saat ini Danau Toba
merupakan danau multifungsi, yang tidak hanya digunakan sebagai sumber air untuk
pembangkit listrik Sigura-gura tetapi juga menjadi tujuan wisata dengan tingkat kunjungan
yang tinggi. Namun, rencana pemanfaatan Danau Toba yang tidak terorganisir dengan baik dapat menimbulkan
Pariwisata di Danau Toba memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena dapat menghasilkan
pendapatan yang tinggi dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Pemerintah Republik
Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata kelas dun
Oleh karena itu, sektor pariwisata perlu dikaji dengan melibatkan berbagai aspek, sehingga outputnya
diharapkan dapat menjadi pedoman dalam memperkirakan potensi kawasan terganggu dan jenis pariwisata
yang sesuai. Salah satu yang menjadi perhatian adalah keberadaan ikan yang menjadi ikon masyarakat Toba,
yaitu ikan batak atau biasa disebut ihan (Tor spp. dan Neolissochilus spp.). Ekowisata merupakan salah satu
alternatif pengembangan pariwisata di Danau Toba, karena dapat menjembatani pelestarian alam dan pariwisata
masyarakat.
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan yang tinggi dan beberapa di antaranya merupakan ikan asli
dan endemik, namun hanya beberapa jenis yang diketahui nilainya. Salah satu jenis ikan yang memiliki nilai
sosial budaya dan ekonomi adalah ikan batak. Di Indonesia, ikan-ikan ini memiliki nama lokal yang berbeda-
beda dan populer sebagai Mahseer di dunia. Dalam masyarakat suku Batak, ihan memiliki nilai gengsi karena
hanya kalangan tertentu saja yang bisa menikmati kelezatan dagingnya atau bisa menggunakannya dalam
acara-acara adat. Namun, populasinya jarang ditemukan di ekosistem Danau Toba. Hal ini disebabkan adanya
tekanan antropogenik seperti perubahan penggunaan lahan di daerah aliran sungai habitat ikan batak.
DAS Danau Toba merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang barat laut tenggara
dengan punggungan dan lembah yang tidak beraturan, yang memiliki puncak dengan ketinggian antara 2000–
3000 m di atas permukaan laut. Wilayah DAS Toba didominasi oleh kelas kemiringan (3–8%). Tata guna lahan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas air danau. Selain itu, banyak petani
yang menggunakan pupuk dan pestisida di lahan pertaniannya yang akan mengalir ke danau [5, 6]. Karakteristik
hidromorfologi akan berhubungan dengan habitat perikanan. Danau Toba yang terbentuk akibat letusan
gunung berapi memiliki morfologi yang curam di sungai-sungai yang masuk, sehingga memiliki aliran deras
yang disukai oleh ikan batak [7].
Secara umum, habitat ikan batak dapat digambarkan sebagai berikut: dasar sungai umumnya dibentuk
oleh bongkahan batu, kerikil, dan substrat pasir; Air jernih; aliran air lambat hingga kuat; dan lingkungan
sungai sebagian besar berupa hutan primer. Kondisi ini merupakan ciri khas daerah hulu. Dalam beberapa
tahun terakhir, beberapa penelitian skala besar telah mengidentifikasi modifikasi dan hilangnya habitat
perairan sebagai faktor utama yang mengancam konservasi populasi ikan air tawar [8]. Sungai Bonan Dolok
merupakan salah satu sungai yang mengalir dari dataran utama Pulau Sumatera hingga Danau Toba dengan
ciri morfologi habitat yang disukai oleh spesies ikan batak. Selain itu pola aliran laminar dan turbulensi
diselingi oleh pool, riffle dan running area [9]. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik
hidromorfologi di Sungai Bonan Dolok sebagai dasar utama konservasi habitat ikan batak. Penelitian ini
menggunakan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG), penginderaan jauh, dan observasi lapangan untuk
menganalisis tipe habitat yang ada di Sungai Bonan Dolok. Istilah hidromorfologi diperkenalkan untuk
menggambarkan karakteristik dan proses fisik sungai ketika menentukan kondisi ekosistem sungai. Rezim
hidrologi, kontinuitas sungai, dan kondisi morfologi ditunjukkan dalam arahan kerangka air sebagai tiga
elemen kunci kualitas hidromorfologi sungai [10]

2
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Tingginya nilai budaya ikan batak dan degradasi habitatnya memerlukan tindakan konservasi, salah satunya
dengan penetapan kawasan konservasi. Zonasi kawasan konservasi perairan merupakan bentuk rekayasa
rekayasa tata ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan
potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologi yang berlangsung sebagai suatu kesatuan ekosistem.
Integritas hidromorfologi merupakan pusat konservasi karena menyediakan template di mana semua struktur
dan fungsi ekologi lainnya berkembang [12].

2. Bahan dan Metode 2.1.


Daerah Studi Daerah Aliran
Sungai Bonan Dolok merupakan bagian dari Sungai Danau Toba. Terletak di pulau Sumatera, secara administratif
terletak di Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Secara geografis terkoordinasi pada 98o 33 '44,5" – 98o 36'
54.2" BT dan 2o 36 '47.7" – 2 o 40' 3.3" LU. Desa Bonan Dolok berjarak sekitar 20 km dari kota Pangururan, yang
ditempuh selama 0,5 jam perjalanan dengan perahu melalui Danau Toba. Gambar 1 menunjukkan wilayah studi
DAS Bonan Dolok.

Danau Toba

Gambar 1. Wilayah Studi DAS Bonan Dolok.

2.2. Pengumpulan data


Penelitian ini tidak hanya menggunakan data primer dan sekunder tetapi juga didukung dengan observasi lapangan.
Data primer diperoleh dari observasi lapangan pada tahun 2019 (Maret dan Agustus). Tabel 1 menunjukkan data
yang digunakan dalam analisis hidromorfologi Sungai Bonan Dolok.

3
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Tabel 1. Rangkuman kebutuhan data.

Tanpa Margin 1 Format data Sumber


Model ketinggian digital Grid (ukuran sel 8 x 8 m) DEMNAS, Geospasial Indonesia
Agen
2 Jenis tanah skala 1:250.000 Vektor (shapefile) Penelitian Tanah dan Agroklimat
Pusat, Kementerian Pertanian
3 Data meteorologi (harian dan Tabel (.dbf dan teks) RC untuk Limnologi
15 menit), CHIRPs USGS
Citra satelit 4 SPOT Citra satelit 2017 USGS, cek tanah
5 Sifat tanah untuk database numerik Pengambilan sampel lapangan dan
SWAT analisis laboratorium (RC untuk Limnologi)
6 Vegetasi tepi sungai Gambar Drone dan survei lapangan
-
7 Pola aliran sungai Drone dan survei lapangan

2.3.Analisis Hidromorfologi untuk Konservasi Ikan


Hidromorfologi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik fisik badan air di permukaan bumi, meliputi daerah
aliran sungai, kanal, sungai, dan danau. Kualitas air, tingkat polusi, dan komponen biologis yang diperlukan
untuk pemeliharaan sistem ekologi adalah beberapa parameter yang dinilai saat mengklasifikasikan sistem air.
Kajian ini mengkaji aspek hidromorfologi Sungai Bonan Dolok seperti biofisik DAS meliputi luas, bentuk,
kemiringan lereng, dan tata guna lahan, karakteristik sungai diperoleh dengan mengukur pada; debit, rezim
aliran, kemiringan sungai, dan pengamatan dasar sungai. Metode yang digunakan untuk menganalisis tipe
habitat di Sungai Bonan Dolok adalah analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh yang
didukung dengan observasi lapangan.
Gambar 2 menunjukkan flowchart penelitian.

DEM TEMPAT 7 UAV Bidang Model hidrologi


Gambar

Batas air Karakteristik sungai Memulangkan


Batas dan Lereng Penggunaan lahan
-Rezim aliran - Setiap
-Vegetasi tepi sungai hari - sesaat
Sungai -Konektivitas
Jaringan

Habitat Ikan
Zona konversi

Gambar 2. Diagram alir konservasi habitat berdasarkan kajian karakteristik hidromorfologi.

Pengamatan dilakukan di empat lokasi yang menggambarkan kondisi biofisik Sungai Bonan Dolok. Site 1
terletak di air terjun Sitapigagan yang merupakan stasiun paling hulu karena diasumsikan ikan batak tidak dapat
lagi naik ke hulu akibat

4
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

air terjun yang curam. Site 2 terletak ± 300 m ke hilir dari site 1 yang merupakan peralihan
dari dimulainya kegiatan pertanian. Site 3 terletak di sebelah gereja dan mewakili aktivitas
domestik warga seperti mencuci pakaian dan mandi di sungai. Lokasi terakhir, situs 4,
berada di muara dari Sungai Bonan Dolok hingga perairan Danau Toba. Gambar 3
menunjukkan lokasi pengambilan sampel di Sungai Bonan Dolok.

Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel di Sungai Bonan Dolok.

Karakteristik DAS dan Sungai Bonan Dolok diidentifikasi terlebih dahulu dengan membuat
batas-batas menggunakan metode Automatic Watershed Delineation (AWD) dari data hidrologi
Soil and Water Assessment Tools (SWAT) dan Digital Elevation Model (DEM). Citra diperoleh
dari satelit SPOT 7 dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Data DEM dengan resolusi 8 x 8 meter
diunduh dari http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Dengan menggunakan prosedur AWD dari
ArcSWAT Tools pada aplikasi ArcGIS untuk membuat batas DAS Bonan Dolok, data ini juga
digunakan untuk membuat kemiringan DAS dan jaringan sungai. Tata guna lahan DAS Bonan
Dolok diperoleh dari interpretasi citra satelit SPOT 7 tahun 2017 yang telah dikoreksi secara
radiometrik dan atmosfer. Penggunaan lahan diklasifikasikan menggunakan metode visual
(digit di layar) dengan aplikasi ArcGIS 10.3. Model hidrologi SWAT telah banyak digunakan di
Indonesia karena hasil validasinya berkisar dari memuaskan [13].

Pengamatan hidromorfologi meliputi pengamatan debit sesaat yang diukur dengan metode
mean area, dimana penampang sungai dibagi menjadi sepuluh segmen, dan kecepatan diukur
pada setiap segmen. Pengukuran kecepatan aliran yang digunakan adalah Tamaya current
meter (UC-20). Data debit harian diperoleh baik dengan mengukur debit sesaat sungai maupun
dari hasil simulasi model hidrologi SWAT. Masukan model diperoleh dari data Climate Hazard
Group InfraRed Precipitation with Station (CHIRPS) yang dapat diunduh di https://
iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.UCSB/.CHIRPS/.v2p0/.daily improvement/. global/.0p05/.
Kondisi hidrologis yang diamati pada penelitian ini adalah debit dan kecepatan aliran pada
ruas sungai yang dipilih di kawasan konservasi. Volume debit mempengaruhi stabilitas termal
dan hidrologi karakteristik habitat [14].

5
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Habitat perikanan merupakan komposisi ketersediaan makanan dan kenyamanan setiap ikan. Selain kondisi
fisik ketersediaan pangan, juga menjadi penunjang dalam pemilihan kawasan konservasi. Perkembangan terbaru
dalam kemampuan dan ketersediaan UAV, kombinasi UAV dan fotogrametri telah digembar-gemborkan sebagai
rute menuju demokratisasi akuisisi data dalam geosains dan kapasitas ini memungkinkan kuantifikasi parameter
fisik habitat sungai dalam skala meso [15]. Teknologi penginderaan jauh kini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi vegetasi riparian yang mendukung konservasi perikanan, seperti yang dilakukan oleh Kosut et
al [16] di Normandia, dan Dofour et al.
[17] yang mengidentifikasi planet vegetasi di dua sistem sungai kecil yang terletak di barat laut Prancis
menggunakan gambar UAV dan Lidar. Pengamatan topografi sungai dan vegetasi sangat efektif menggunakan
UAV, tidak hanya cepat, tetapi akurasinya juga tinggi [18].

3. Hasil dan Pembahasan 3.1.


Karakteristik DAS Bonan Dolok Dengan input DEM, batas
DAS Bonan Dolok adalah 2.890 ha. Gambar 4 menunjukkan kemiringan DAS Bonan Dolok dan hilir sampai muara
sungai kembali datar.
Sementara itu, gambar 5 menunjukkan profil memanjang dari sungai utama Bonan Dolok.

Danau Toba

Gambar 4. Kemiringan lahan (%) dan tampilan 3 Dimensi DAS Bonan Dolok.

6
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Gambar 5. Profil memanjang sungai induk Bonan Dolok.

3.2. Penggunaan lahan dan aktivitas manusia

Tata guna lahan merupakan salah satu parameter dinamis dalam karakteristik suatu DAS. Perubahan tata guna lahan
akibat aktivitas manusia menjadi salah satu pertimbangan dalam pengelolaan kawasan konservasi habitat sungai. Tata
guna lahan di DAS Bonan Dolok diperoleh dari hasil klasifikasi citra satelit SPOT 7 tahun 2017. Hasil klasifikasi
ditunjukkan pada gambar 5.
Secara umum DAS ini masih didominasi oleh tutupan hutan yang mencapai 83% terutama di bagian hulu, namun di
tengah semak belukar dan padang penggembalaan menutupi lahan dengan kemiringan >45% dengan persentase 15,8%,
meskipun berbatasan dengan DAS. sungai masih ditumbuhi tumbuhan tingkat tinggi. Lahan budidaya di hilir terutama
digunakan untuk persawahan dan pemukiman dengan persentase hingga 1%. Tabel 1 menunjukkan luasan masing-
masing kelas penggunaan lahan di DAS Bonan Dolok, sedangkan gambar 6 menunjukkan sebaran penggunaan lahan.

Tabel 2. Komposisi penggunaan lahan DAS Bonan Dolok.


Luas Penggunaan Lahan (ha) % 4,0 0,14
Semak-semak

Pertanian Kering 0,5 0,02


Hutan 2405.4 83.21

Padi diajukan 26.4 0,91


Padang rumput 452.2 15.64
Perkebunan 0,5 0,02
Hunian 1.9 0,07
Total 2890.9 100.0

7
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Gambar 6. Distribusi penggunaan lahan di DAS Bonan Dolok.

3.3. Debit dan morfologi sungai


Salah satu tantangan utama dalam ekologi dan pengelolaan sungai adalah mengidentifikasi
jangkauan sungai di mana karakteristik hidrologi dan geomorfologi serupa dan dipertahankan
oleh proses sungai yang sebanding, sehingga pengujian hipotesis dan unit pengelolaan yang tepat dapat ditetapka
Hidrologi menjadi bagian penting dalam mempelajari habitat perairan, pengukuran debit, dan
pola aliran dalam suatu sistem sungai menjadi indikator keterhubungan antara hulu dan hilir
sungai. Sungai yang mengalir sepanjang tahun menjadi ikan dapat bergerak mencari makan di
sepanjang koridor sungai kecuali ada kondisi geomorfologi.
Debit aliran sungai dipengaruhi oleh curah hujan, evapotranspirasi, penyimpanan air tanah,
bentuk dan ukuran DAS, pengambilan air, vegetasi, dan penggunaan lahan di DAS. Debit air
secara langsung mempengaruhi komunitas perairan melalui kualitas air, sumber makanan,
interaksi biotik, dan ciptaan serta ketersediaan habitat fisik. Debit sungai yang dibutuhkan untuk
konservasi ikan harus mengalir sepanjang tahun agar habitat ikan tidak terganggu terutama
pada kondisi kekeringan. Sedangkan debit aliran memiliki kondisi yang bervariasi, ada bagian
yang mengalir deras dan ada bagian yang tenang. Kondisi hidrologi diamati dengan pengamatan
sesaat dan penelitian sebelumnya. Hasil simulasi model hidrologi ditunjukkan pada Gambar 7.
Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa sungai Bonan Dolok masih mengalir sepanjang tahun
dengan debit minimum mencapai 0,28 m3 /det yang terjadi pada Agustus 2018, sedangkan debit
maksimum mencapai 1,7 m3 /dt terjadi pada tanggal 20 Januari 2018. Hasil simulasi belum tervalidasi karena

8
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

belum adanya stasiun pengamatan sungai, namun nilai aliran hasil simulasi masih dalam nilai
yang wajar.

2 0
1,8
10
1,6
1,4 20
1,2 PRECIPmm
detik)
Debit
(m3/ 1 FLOW_OUTcms 30
0,8
curah
hujan
(mm)

40
0,6
0,4 50
0,2
0 60

Gambar 7. Hasil simulasi debit Sungai Bonan Dolok.

Ekosistem sungai menyediakan habitat atau lingkungan alami untuk berbagai organisme air
dan tumbuhan. Analisis yang lebih mendalam menunjukkan bahwa setiap aliran memiliki anatomi
yang berbeda karena masing-masing terdiri dari rangkaian kolam, riffle, dan run (gambar 8). Hasil
pemotretan menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) menunjukkan bahwa terdapat banyak
rangkaian riffle pool dan run di Sungai Bonan Dolok. Kondisi ini paling disukai oleh ikan batak.
Namun ikan ini hanya bisa menjelajah sungai hingga satu kilometer dari danau karena dibatasi
oleh Air Terjun Sitapigagan yang begitu curam sehingga ikan jenis ini tidak bisa lagi berenang ke hulu.

Lari Kolam
senapan

Gambar 8. Analisis koridor sungai dari citra UAV.

9
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

Pengamatan di empat stasiun di sepanjang ruas sungai Bonan Bolok dimulai setelah Air Terjun Sitapigagan.
Hal ini disebabkan anggapan bahwa ikan batak tidak bisa lagi naik ke hulu karena air terjunnya terlalu curam. Hasil
pengukuran debit sesaat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara stasiun 1 dan stasiun 3, debit aliran
berkisar antara 0,6 – 0,7 m3 /detik. Sedangkan kecepatan arus berbeda karena setiap lokasi memiliki kemiringan
sungai yang berbeda, nilai kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 2 (0,12 m/dtk) dengan gradien kemiringan
sungai mencapai 18,5%. Debit Sungai Bonan Dolok, kecepatan arus, lebar, dan kedalaman rata-rata setiap stasiun
ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 3. Kondisi hidromorfologi masing-masing lokasi di Sungai Bonan Bolok.

Tidak Ada Parameter Situs 1 Situs 2 Situs 3 Situs 4

1 Lebar sungai (m) 10 9 8.5 10

2 Rata-rata Kedalaman (m) 3 0,5 0.4 0,3 0,3

Gradien sungai (%) 11.9 18,5 15,3 14,1

0.6 0,7 0.6 -


4 Debit (m3 /detik)
5 Kecepatan aliran (m/det) 0.17 0.12 0.9 0,3

6 Dasar sungai Batu besar Batu besar Batu besar dan Kerikil dan
dan kerikil dan kerikil Pasir pasir
7 Morfologi yang mendominasi Air terjun, Senapan, lari, Senapan, kolam
kolam renang, riffle kolam renang lari, dan biliar
8 Jenis aliran air Bergolak Bergolak Bergolak laminar

10 Jarak ke pemukiman (Km) 0,4 0.14 0 0.1

11 Vegetasi tepi sungai Hutan, Padi Semak, Pemukiman Semak dan Padi Pemukiman dan
0.36 sawah 0
12 Jarak dari Danau Toba (Km) 0.95 0,66

Bentuk dan ukuran dasar sungai ditentukan oleh keseimbangan empat faktor dasar yaitu energi aliran air
(kemiringan dan kecepatan air) dan ketahanan substrat (ukuran partikel sedimen dan limpasan). Setiap penurunan
energi air akan menghasilkan partikel sedimen yang lebih kecil dan pelebaran dasar sungai [22, 14]. Dasar sungai
Bonan Dolok dari site 1 sampai site 3 memiliki tipe yang hampir sama, dengan dasar batuan berukuran kerikil-
batuan bahkan pada site 1 berbasis batuan beku andesit. Komposisi butiran yang besar juga diselingi dengan
pasir yang terdapat di lokasi 3. Pola butiran besar yang mendasari sungai menunjukkan debit yang tinggi dan
kemiringan sungai dan begitu aliran mencapai muara, kecepatan arus menurun sehingga pasir disimpan.
Rekapitulasi pola aliran dan komposisi butiran batuan besar pada masing-masing stasiun ditunjukkan pada tabel 2.

3.4. Konservasi ikan batak di Sungai Bonan Dolok Model


penentuan kawasan konservasi ini didasarkan pada kondisi fisik. Pada saat yang sama, faktor lain seperti kearifan
lokal juga digunakan karena berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang pentingnya melestarikan ikan yang
berharga. Analisis hidromorfologi menunjukkan bahwa lokasi 1 dianggap cocok untuk dijadikan kawasan
konservasi ikan batak. Kondisi hidromorfologi dan lokasi site 1 cocok sebagai habitat perlindungan ikan. Situs 1
adalah

10
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

lokasi paling hulu, tepatnya di bawah air terjun Sitapigagan. Lokasi ini belum tercemar
limbah pertanian karena kawasan hulu hutan dan semak belukar dan rerumputan. Jarak
dari pemukiman terdekat adalah 0,4 km, sehingga tidak selalu berinteraksi langsung
dengan manusia tetapi masih dapat dijangkau untuk pemantauan. Morfologi sungai
lengkap; di bawah air terjun ada kolam yang dalam (maksimal 2 m), dan setelah itu ada riffle and run tempat
Dalam penataan kawasan konservasi, harus disediakan ruang untuk penyangga dan zona pemanfaatan,
berdasarkan analisis spasial yang dilakukan di 4 lokasi. Site 2 akan menjadi buffer zone karena zona ini harus
ditempatkan pada zona proteksi utama (zone 1). Secara hidromorfologi, zona ini juga sesuai dengan habitat yang
disukai oleh ikan batak; di mana rezim aliran, perairan dasar berbatu, dan pasir ditemukan. Site 3 tidak jauh dari
pemukiman yang letaknya persis di sebelah gereja. Beberapa aktivitas seperti mandi dan mencuci terlihat di
lokasi 3. Lokasi ini memiliki air yang mengalir dari persawahan dan persawahan sehingga meskipun aliran sungai
deras, masih ada gangguan dari aktivitas manusia. Site 4 merupakan titik temu antara perairan Sungai Bonan
Dolok dengan perairan Danau Toba dimana di lokasi ini juga menjadi tempat berlabuhnya beberapa perahu motor
masyarakat sehingga tingkat pencemarannya lebih tinggi dari yang lain. Berdasarkan kondisi diatas site 3 dan 4
tidak sesuai untuk dijadikan lokasi perlindungan ikan tetapi perlu menjaga konektivitas antara aliran Sungai
Bonan Dolok dengan perairan Danau Toba.

Pengelolaan kawasan perlindungan ikan di Sungai Bonan Dolok perlu diterapkan bersama-sama dengan
semua pemangku kepentingan terkait tidak hanya melibatkan pemerintah daerah Kabupaten Samosir tetapi
masyarakat sekitar dan peneliti. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penerapannya terutama dalam
menentukan detail batas-batas zona inti dan zona penyangga. Masyarakat juga ditempatkan dalam penjagaan,
saat ini melalui perairan lokal kawasan Sungai Bonan Dolok masih terjaga, tidak sembarang orang bisa
menangkap ikan di sungai ini terutama di sekitar air terjun Sitapigagan.
Selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian yang lebih terintegrasi antara
ekologi, hidrologi, dan geomorfologi atau yang dikenal dengan eko-hidromorfologi; yang dapat ditentukan
sebagai interaksi entitas biologis dan proses ekologi sungai dengan bentuk dan dinamika hidrologi dan
geomorfologi [12].

4. Kesimpulan

Karakteristik hidromorfologi Sungai Bonan Dolok sangat sesuai untuk kawasan konservasi ikan batak yang
ditunjukkan dengan debit air yang deras dengan komposisi rezim aliran yang lengkap dan dasar sungai berbatu
yang diselingi pasir. Perlu ditetapkan secara formal kawasan di sekitar Air Terjun Sitapigagan (situs 1) sebagai
zona inti konservasi ikan batak dan situs 2 sebagai zona penyangga di wilayah hilir. Tutupan hutan di wilayah
hulu Sungai Bonan Dolok perlu dilestarikan untuk menjaga kualitas dan kuantitas air. Selain itu, penetapan
kawasan konservasi memerlukan persetujuan dari berbagai pemangku kepentingan yang meliputi Pemerintah
Daerah melalui dinas pariwisata dan Dinas Perikanan serta masyarakat sekitar Sungai Bonan Dolok.

5. Referensi [1]
Craig A dan Chesner 2011 Quaternary International hlm 1-14
[2] Craig A, Chesner, WI Rose, A Deino, R Drake dan JA Westgate Geology Vol 5 pp 200 –
203
[3] Kottelat M 2013 Raffles Bulletin of Zoology Supplement (27) 1–663 Diperoleh dari makalah://838fcd4f-424d-4cac-
ae85-bc4755cc911f/Paper/p914
[4] Roberts TR dan Khaironizam MZ 2008 Nat. Hist. Banteng. Siam Soc. 56 (1) 25–53

11
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional Limnologi Tropis 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 535 (2020) 012061 doi:10.1088/1755-1315/535/1/012061

[5] Lukman, Iwan R, Sulung N, Badjoeri, Syahroma HN, Rahmi D 2012 Prosiding Seminar
Nasional Limnologi VI Puslit Limnologi-LIPI hal 66-78 [6] Lehmusluoto P 2000
Danau Toba, Inisiatif Ilmu Pengetahuan Pertama untuk Meredam Perubahan Lingkungan
Danau. (online) http://www/kolombus.fi/pasi. lehmusluoto/247_toba_initiative.Pdf.

[7] Haryono dan Tjakrawidjaja AH 2006 Biodiversitas 7 (1) 59–62 http://doi.org/10.13057/biodiv/d070115 [8]
Olden JD dan DA Jackson 2001 Trans. Saya. Ikan. Soc. 130 (5) 878-897 [9] Sekar L dan Iwan R
2016 Prosiding Konferensi Danau Dunia ke-16 hlm 248-257 [10] Hanna H, Bartÿomiej W, Joanna Z, Antoni A,
Paweÿ O, Artur RP 2017 Acta Geophys 65

423-440, DOI 10.1007/s11600-017-0044-7


[11] KKP 2010 Peraturan Menteri No. PER.30/MEN/2010, Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan. Kementerian Kelautan dan Perikanan 14 hal.
[12] Vaughan IP, Diamond M, Gurnell AM, Hall KA, Jenkins A, Milner NJ, Naylor LA, Sear DA, Woodward G
dan Ormerod SJ 2009 Aquatic Conserv: Mar. Freshw. ekosistem. 19
113–125
[13] Ridwansyah I, Pawitan H, Sinukaban N, dan Hidayat Y 2014 International Journal of Science and
Engineering 6 (2) 12-21 Doi: 10.12777/ijse.6.2.12-21 [14] Gordon ND, TA McMahon and BL Finlayson
1992 Hidrologi aliran: pengantar untuk ahli ekologi. Wiley, New York.

[15] Amy SW, Robbie A, Ian PM dan Evelyn H 2017 WIREs Water 2017 e1222 doi:
10.1002/wat2.1222
[16] Kosuth P, Tormos T, Cernesson F, Lalande N dan Villeneuve B 2010 SER : Prosiding Konferensi Eropa
ke-7 tentang Restorasi Ekologis Agustus 2010, Avignon, Prancis 4 p 0688625.

[17] Dufour S, Bernez I, Betbeder J, Corgne S, Hubert-Moy L, Nabucet J, Rapinel S, Sawtschuk J dan Trollé
C 2012 Pengetahuan dan Pengelolaan Ekosistem Perairan 410 10 DOI: 10.1051/kmae/2013068.

[18] Yutaka W, Yoshihisa K 2016 Konferensi Internasional ke-12 tentang Hidroinformatika, HIC.
Rekayasa Procedia 154 317 – 325
[19] Thorp JH, Thoms MC dan Delong MD 2006 Penelitian dan Aplikasi Sungai 22 123–147.
[20] Poff NL, Richer BD, Arthington AH, Bunn SE, Naiman RJ, Kendy E, Acreman M, Apse C, Bledsoe BP,
Freeman MC, Henriksen J, Jacobson RB, Kennen JG, Merrit DM, O'keeffe JH, Olden JD, Rogers K,
Tharme RE dan Warner A 2010 Freshwater Biology
55 147–170
[21] Hidrologi DAS Black PE 1995, Edisi Kedua. (Syracuse, New York.: Negara Bagian
Universitas New York. Sekolah Tinggi Ilmu Lingkungan dan Kehutanan)
[22] Ekologi Sungai Stoyan M dan Ivan H 2011; Konservasi, Keanekaragaman Hayati dan Kelestarian.
WWF 35 halaman

UCAPAN TERIMA
KASIH Penelitian ini didukung oleh Program Penelitian Prioritas Bidang Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan judul “Teknopark Pengelolaan Perairan dan Sumber Daya
Perikanan di Kabupaten Samosir” yang didanai oleh LIPI selama tahun anggaran 2018-2019.

12

Anda mungkin juga menyukai