Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN


PADA PESERTA DIDIK

SEBAGAI PERSYARATAN KENAIKAN PANGKAT JABATAN


FUNGSIONAL GURU DARI GOL. III/ D KE GOL. IV /A

OLEH :

LESI REFDITA, S.Pd

NIP. 198104192005012003

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MODEL SUNGAI PENUH

TAPEL 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH swt, Atas berkat rahmat dan

karuniaNya yang diberikan serta kita masih diberi kesehatan , kekuatan, lahir dan batin
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ PERAN LAYANAN

KONSELING PERORANGAN PADA PESERTA DIDIK” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh angka kredit.

Kemudian sholawat serta salam selalu kita curahkan buat junjungan nabi kita

Muhammad sawyang telah membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah ( zaman

kebodohan ) menuju zaman yang penuh dengan ilmu pendidikan sekarang ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada

kepala sekolah, majelis guru dan semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, ide

atau pun masukan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berat ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah semperna, oleh karena itu saran dan

kritikan dari rekan rekan guru, demi kesempurnaan karya ilmiah ini dikemudian hari.

Sungai penuh, maret 2018


Penulis,

LESI REFDITA, S.Pd


NIP. 198104192005012003
KARYA TULIS ILMIAH

PERAN LAYANAN KONSELING


PERORANGAN PADA PESERTA DIDIK

SEBAGAI PERSYARATAN KENAIKAN PANGKAT JABATAN


FUNGSIONAL GURU DARI GOL. III/ D KE GOL. IV /A

OLEH :

LESI REFDITA, S.Pd

NIP. 198104192005012003

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MODEL SUNGAI


PENUH

TAPEL 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH swt, Atas berkat rahmat

dan karuniaNya yang diberikan serta kita masih diberi kesehatan , kekuatan, lahir

dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “

PERAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN PADA PESERTA DIDIK”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh angka kredit.

Kemudian sholawat serta salam selalu kita curahkan buat junjungan nabi

kita Muhammad sawyang telah membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah (

zaman kebodohan ) menuju zaman yang penuh dengan ilmu pendidikan sekarang

ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada kepada kepala sekolah, majelis guru dan semua pihak yang telah

memberikan masukan, saran, ide atau pun masukan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas yang berat ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belumlah semperna, oleh karena

itu saran dan kritikan dari rekan rekan guru, demi kesempurnaan karya ilmiah ini

dikemudian hari.

Sungai penuh, maret 2018


Penulis,

LESI REFDITA, S.Pd

NIP. 198104192005012003
Daftar isi

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ...................................................................................


2. Rumusan Masalah .............................................................................
3. Tujuan ................................................................................................
4. Manfaat .............................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

1. Layanan Konseling Perorangan ...........................................................


2. Peserta Didik .....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

1. Cara Memberikan Layanan Konseling Perorangan pada Peserta didik

Dengan baik..........................................................................................

2. Tujuan Layanan Konseling Perorangan pada peserta Didik.................

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan ...........................................................................................
2. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka


peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih
baik.dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus
berfikir dan meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu pendidikan yang
bermutu merupakan pendidikan yang seimbang , tidak hanya mampu
menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan akademis,
tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif.
Pencapaian standar kemampuan akademis dan tugas – tugas perkembangan
peserta didik memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau
manajemen pendidikan, pengajaran dan bimbingan, sebab ketiganya merupakan
bidang – bidng utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Khususnya pelayanan bimbingan dan konseling ( BK ) bisa dilakukan


dalam setting lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, organisasi, industri, dan
lain sebagainya. Dalam kategori ini , guru mempunyai fungsi sebagai motivator
dalam keseluruhan proses pembelajaran.Untuk itu guru harus mampu : (1)
Mengenal dan memahami setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok,
(2) Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran,
(3) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai
karakteristik pribadinya,(4) Membantu ( membimbing) siswa dalam mengatasi
masalah – maslah yang dihadapinya dan (5) Menilai keberhasilan siswa
(Surya,1988)

Untuk mewujudkan fungsi dan peran tersebut , merupakan suatu


keharusan bagi setiap calon guru untuk menguasai bimbingan dan konsenseling,
bimbingan adalah pemberian bantuan oleh konselor kepada klien, untuk
mengembangkan potensinya sesuai dengan norma yang berlaku,sedangkan
konseling adalah interaksi antara dua orang atau lebih, yaitu konselor dan konseli(
klien ) dengan tujuan membantu konselimemahami masalahnya sehingga
mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan nya dengan tujuan
mencapai kebahagian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah


pemberian bantuan kepada klien ( peserta didik ) baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, khusus nya dalam
bimbingan pribadi, sosial, belajar, maupun karier melalui berbagai jenis layanan
bimbingan dan konseling serta kegiatan pendukung berdasarkan norma – norma
yang berlaku dengan tujuan mencapai kebahagian.

Secara umum masalah- masalah yang dihadapi oleh individu khususnya


peserta didik adlah : (1) Masalah pribadi, (2) masalah belajar, (3) Masalah
pendidkan , (4). Masalah Karier, (5) Pengunaan waktu senggang, (6) Masalah
sosial dan lain sebagainya, sehinggan pada karya ilmiah ini akan membahas
tentang peran layanan konseling perorangan pada peserta didik ( Fathurrohman,
2014 : 8-14)

2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi per masalahan pada karya ilmiah ini adalah

1. Bagaimana cara memberikan layanan konseling perorangan kepada peserta


didk dengan baik
2. Apa tujuan layanan konseling perorangan pada peserta didik
3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memaparkan tentang cara apa saja yang perlu diperhatikan dalam
memberikan layanan konseling perorangan kepada peserta didik yang baik
2. Agar kita bisa mengetahui bahwa layanan konseling perorangan pada
pesert didik sangat penting.

4. Manfaat Penulisan

Dari hasil penulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang


jelas dan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.baik bagi konselor
maupun bagi klien. Adapun manfaat nya adalah sebagai berikut

1. Manfaat untuk konselor


1. Dengan layanan konseling perorangan ini , seorang konselor bisa
memahami karakteristik masing – masing individu
2. Bisa menambah keakraban antara guru dengan peserta didik.

2. Manfaat untuk Klien


1. Klien bisa lebih terbuka dalam menceritakan masalah pribadiny,
karena bisa bertemu dengan konselor secara perorangan .
2. Klien bisa lebih terbuka dalam menceritakan masalah pribadinya.
BAB III

KAJIAN TEORI

1. Layanan konseling perorangan

Pengertian layanan konseling perorangan

Prayitno ( dalam Tohirin, 2007 : 163 ), mengemukakan bahwa “ layanan


konseling perorangan bermakna layanan konseling yang diselenggarakan oleh
seorang pembimbing ( konselor ) terhadap klien dalam rangka pengentasan
masalah pribadi klien “. Konseling perorangan merupakan pelayanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien ) mendapatkan pelayanan
langsung tatap muka ( secara perorangan ) dengan konselor dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang diderita atau
ditanggungnya.

2. Cara yang digunakan dalam pelaksanaan konseling perorangan

Tohirin ( 2007 : 169-170 ) berpendapat bahwa seperti halnya layanan –


layanan konseling yang lain, cra – cara pelaksanaan layanan konseling perorangan
juga menempuh beberapa tahapan, Yaitu :

Pertama, perencanaan yang meliputi kegiatan : (a) mengidentifikasi klien, (b)


mengatur waktu pertemuan, (c) mempersiapkan tempat dan perangkat teknis
penyelenggaraan layanan, (d) menetapkan fasilitas layanan, (e) menyiapkan
kelengkapan administrasi.
Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan ; (a) menerima klien, (b)
menyelenggarakan penstukturan, (c) memmbahas masalah klien dengan
mengunakan teknik – teknik, (d) mendorong pengentasan klien ( bisa digunakan
teknik – teknik khusus), (e) memantapkan komitmen klien dalam pengentasan
masalahnya, (f) melakukan penilaian segera

Ketiga, melakukan evaluasi jangka pendek.

Keempat, menganalisa hasil evaluasi ( menafsirkan hasil konseling perorangan


yang telah dilaksanakan ).
Kelima, tindak lanjut yang meliputi : (a) menetapkan jenis arah tindak lanjut, (b)
mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak – pihak terkait, (c)
melaksanakan rencana tindak lanjut.

Keenam, laporan yang meliputi kegiatan : (a) menyusun laporan


konselingperorangan, (b) menyampaikan laporan kepada kepala sekolah, (c)
mendokumentasikan laporan.

3. Langkah – langkah konseling perorangan

Nurihsan (2005 : 12 – 15 ) berpendapat bahwa secra umum, langkah


konseling perorangan terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Tahap awal ( tahap mendefinisikan masalah )
2. Tahap inti ( tahap kerja )
3. Tahap akhir ( tahap perubahan tindakan )

 Peserta didik
Pengertian peserta didik
Peserta didik atau siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang
pendidikan dasar dan juga menengah. Siswa merupakan satu –satu nya subjek
yang menerima apa saja yang diberikan oleh guru saat kegiatan belajar
berlangsung.Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota
masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan
dirinya.Menurut pasal 1 ayat 4UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional : “ Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu”.

Abu Ahmadi, salah satu pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa


peserta didik atau siswa merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa.
Ia memerlukan usaha, bantuan, serta bimbingan dari seseorang untuk mencapai
tingkat kedewasaannya.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Cara memberikan layanan konseling perorangan pada peserta didik


dengan baik
“ Konseling perorangan adalah kunci dari semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Dengan menguasai teknik – teknik konseling individual berati
akan mudah menjalankan proses bimbingan dan konseling yang lain. Karena
itu disarankan kepada konselor agar menguaasai teknik konseling individual’
( Willis, 2013 : 159).

Proses layanan konseling perorangan ini merupakan suatu hubungan


antara konselor dengan klien ( peserta didik )yang memungkinkan seorang
konselor bisa bertatap muka dengan klien ( peserta didik ) secara perorangan yang
bertujuan untuk mencapai tujaun sesuai dengan apa yang diharapkan klien (
peserta didik ). Selain itu, hal ini juga memudahkan seorang konselor dalam
memahami karakteristik individu.

Seorang konselor harus bisa menciptakan suasana yang efektif dalam


menjalankan proses layanan konseling perorangan, dalam artian bahwa antara
konselor dan klien ( peserta didik )bisa menciptakan keakraban dan tumbuhnya
rasa saling kepercayaan. Hal ini berdampak positif, karena akan muncul rasa
keterbukaan pada diri klien ( peserta didik ), sehingga klien akan mudah
menceritakan segala sesuatu permasalahan yang dialaminya. Oleh karena itu,
seorang konselor perlu memahami berbagai hal dalam pemberian layanan
konseling perorangan kepada peserta didik dengan baik, yaitu seorang konselor
harus menguasai teknik – teknik layanan konseling perorangan serta metode
metode layanan konseling perorangan.
2. Ragam teknik –teknik konseling

Implementasi teknik layanan konseling perorangan bisa merujuk kepada


teknik teknik konseling secara umum. Konseling yang efektif bisa diwujudkan
melalui penerapan berbagai teknik secara tepat ( high touch) terlebih apabila
didukung oleh teknik – teknik yang bernuansa high tech, melalui perpaduan
teknik tersebut, konselor ( pembimbing ) dapat mewujudkan konseling yang
efektif sehingga dapat pula mengembangkan dan membina klien ( siswa ) agar
memiliki kompetensi yang berguna bagi masalah – masalah yang dialaminya (
Tohirin, 2007 : 166 )

Willis ( 2003 : 160 – 173 ) berpendapat bahwa selain untuk dapat


mengembangkan proses layanan konseling perorangan secara efektif untuk
mencapai tujaun layanan, juga perlu diterapkan teknik – teknik sebagai berikut :

Pertama , kontak mata. Kedua, kontak psikologi. Ketiga ajakan untuk


berbicara. Keempat, penerapan 3 M ( mendengar dengan cermat, memahami
secara tepat, dan merespon secara tepat dan positif). Kelima, beruntun. ,
pertanyaan terbuka .ketujuh, dorongan minimal. kedelapan, refreksi isi
Kesembilan, penyimpulan. Kesepuluh, penafsiran. Kesebelas, konfrontasi.
Kedua belas, ajakan untuk ikut memikirkan sesuatu yang lain. Ketiga belas,
peneguhan hasrat. Keempat belas, penfrustasian klien. Kelima belas, srtategi
untuk tidak memaafkan klien. Keenam belas, suasana diam. Ketujuh belas,
transferensi dan kontra transferensi., teknik eksperiensial. Kesembilan belas,
interprestasi pengalaman masa lampau. Kedua puluh, asosiasi bebas. Kedua
puluh satu, sentuhan jasmaniah. Kedua puluh dua, penilaian. Keduapuluh tiga,
pelaporan.
3. Metode konseling individual

Tohirin ( 2007 : 296 – 301 ) berpendapat bahwa dalam konseling


individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan
empati.Simpati ditunjukan konselor melalui sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan klien, sedangkan empati adalah usaha konselor untuk
menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah – masalah yang
dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan
kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan
berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses
konseling.

.Metode – metode konseling individual ini dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Konseling Direktif
Konselor yang mengunakan metode ini dalam proses nya yang aktif atau
paling berperan adalah konselor.Dalam praktekny konselor berusaha
mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu konselor juga
memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien.
2. Konseling non direktif
Konseling non direktif atau konseling berpusat pada siswa muncul akibat
kritik terhadap konseling direktif ( konseling yang berpusat pada konselor).
Dalam praktek konseling direktif, konselor hanya nemampung dan
mengarahkan.
3. Konseling Eklektif
Agar konseling berhasil secara efektif dan efisien tentu harus melihat siapa
siswa ( klien ) yang akan dibantu atau dibimbing dan melihat masalahnya
yang dihadapi siswa dan melihat situasi konseling. Apabila terhadap siswa
tertentu tidak bisa diterapkan metode direktif, maka yang mungkin bisa
diterapkan adalah metode non direktif, begitu juga sebaliknya.
atau mengabungkan kedua metode diatas.
Pengabungan kedua metode kondeling disebut dengan metode eklektif.
Penerapannya, dalam konseling adalah ketika keadaan tertentukonselor
menesehati dan mengarakhakan klien sesuai dengan masalahnya, dan dalam
keadaan yang lain konselor memberikan kebebasan pada klien untuk berbicara
sedangkan konselor mengarahkan saja.

Tujuan Layanan Konseling Perorngan


Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi
dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan
kelemhan dirinya, sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain,
konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.

Secara lebih khusus , tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk


pada kepada fungsi – fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah
dikemukakan dimuka.
Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujan layanan
konseling adalah agar klien memahami seluk beluk yang dialami secara
mendalam dan komperhensif, positif dan dinamis.
Kedua , merujuk kepada fungsi pengentasan , maka layanan konseling
perorangan bertujuan untuk mengentaskan klien dari masalah yang
dihadapinya.
Ketiga ,dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan
layanan konseling perorangan bertujuan untuk mengembangkan potensi – potensi
individu dan memelihara unsur unsur positif yang ada pada diri klien ( Thohirin,
2007 : 164 – 165 )
BAB IV
PENUTUP

Syukur alhamdulilah segala puji bagi Allah, sehingga penulis dapat


menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, Menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak sekali kekerangannya meskipun penulis sudah berusaha
semaksinal mungkin.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam karya tulis
ilmiah ini banyak kekuragannya dan penulis berharap saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak demi sempurna nya karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi diri penulis khususnya, dan bagi para pembaca umumnya.dan
dengan hati yang terbuka kepada semua pihak penulis senantiasa kritik dn saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tuli ilmiah ini.

KESIMPULAN
Dari hasil deskripsi berdasarkan data serta fakta maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut ;
1. Pada pemberian layanan konseling perorangan pada peserta didik yang baik,
seorang konselor harus menguasai teknik – teknik layanan konseling
perorangan serta metode – metode layanan konseling perorangan yang
digunakan perlu diterapkan guna untuk memaksimalkan pelayanan konseling
tersebut.adapun macam – macam teknik yang digunakan seorang konselor
tersebut adalah pada umumnya teknik – teknik konseling perorangan ada 23,
yang sudah dijelskan diatas
2. Dalam konseling perorangan terdapat 3 metode yang digunakan dalam proses
konseling yang ikut membantu keberhasilan dalam sebuah pelayanan konseling
uaitu : konseling direktif, konseling non direktif dan konseling eklektif.
3. Tujuan konseling perorangan adalah agar klien memahami dirinya sendiri,
lingkungannya, permasalahan yang dialaminya, mengetahui dimana letak
kelemahan dan kekurangan dirinya, sehingga klien mampu mengatasinya,
dengan kata lain konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan
masalaha yang dialami klien.
4. Tujuan layanan konseling perorangan secara khusus ada 3 yaitu : fungsi
pemahaman, fungsi pengentasan dan fungsi pengembangan dan pemeliharaan.

SARAN

1. Dalam layanan konseling perorangan ini, alangkah baiknya jika


seorang konselor bisa memahami karakteristik masing masing klien (
peserta didik ).
2. konselor juga harus dituntut untuk bisa menguasai teknik teknik
layanan konseling, metode – metode prinsip konseling serta
menerapkan asas – asas bimbingan dan konseling.
3. Dan akan lebih baik jika seorang konselor memiliki kepribadian yang
baik dan berlatar belakang pendidikan BK, serta memiliki pengalaman
tentang wawasan bimbingan atau konselor yang bersangkutan, dan
memiliki kemampuan yang baik dalam bidang membimbing (
mengarahkan )klien, hal ini dimaksud agar terciptanya tujuan klien
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, A.J. 2005. Stategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT


Refika Aditama

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ddan Madrasah ( Berbasis


Integrasi). Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Willis.S. S. 2013. Konseling Individual : Teori dan praktek. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai