Anda di halaman 1dari 1

Non Hemorrhagic Stroke: Case Report

1Farhan Firliansah Adiningrat, 2Karmila Novianti


1Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2RS PKU Muhammadiya Surakarta

LATAR BELAKANG
Stroke adalah suatu tanda klinis yang ditandai defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung
mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24 jam yang dapat menyebabkan kematian,
Stroke non hemoragik dapat disebabkan oleh trombus dan emboli. Stroke non hemoragik akibat
trombus terjadi karena penurunan aliran darah pada tempat tertentu di otak melalui proses
stenosis. Mekanisme patofisiologi dari stroke bersifat kompleks dan menyebabkan kematian
neuronal yang diikuti oleh hilangnya fungsi normal dari neuron yang terkena

LAPORAN KASUS PEMBAHASAN


Pasien dalam kasus ini adalah Pada pasien ini didiagnosis stroke non
seorang perempuan surakarta hemoragik. Dengan keluhan utama
berusia 75 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Penurunan
keluhan penurunan kesadaran. kesadaran menjadi petunjuk kegagalan
Mempunyai riwayat pusing 1 minggu fungsi integritas otak dan sebagai “final
, durasik kurang lebih dari 1 jam, common pathway” dari gagal organ seperti
frekunsi pusing 1sekali sehari, kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan
diperberat ketika aktifitas dan mengarah kepada gagal otak dengan akibat
diperingan ketikan waktu istirahat, kematian. Patofisiologi menerangkan
pasien sering mengkonsumsi obat terjadinya kesadaran menurun sebagai
bodrex, terdapat penyakit tekanan
 akibat dari berbagai macam gangguan atau
darah tinggi kronis, tidak ada penyakit serupa dan penyakit keluarga penyakit yang masing-masing pada

sebelumnya. Didapatkan GCS 10 (apatis), refleks fisilogi pada semua akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating system secara langsung
extremitas meningkat, refleks patologis positif, laterisaisi ke kanan, maupun tidak langsung. Dari studi kasus tlesi tersebut memdapatkan
menigeal sign positf , kaku kunduk positif. Pemeriksaan penurunan kesadaran karena terjadinya mekanisme yang masing-masing
laboratorium darah terjadi peningkat leukosit, peningkatan merusak fungsi reticular activating system, baik secara langsung maupun
monosit. Pemeriksaan klinik terjadi peningkatan LDL, gual sewaktu tidak langsung.
dan HS Troponin. Pada pemeriksaan Rogten thoraks Sejalan dalam kasus tersebut didapatakan
bronkopenemunia, CT-Scan kepala didapatkan infark intra cerebri. penurunan kesadaran GCS 10 (apatis) yang
Pasien di diagnosis stroke non hemoragic dan bronkopneumonia. terjadi karena adanya emboli dilobus
frontoparietal sinistra. Sebelum tejadi
penurunan kesadaran pada passien pasien
mengeluh adanya riwayat pusing dalam
waktu 1 minggu kebelakang. Pusing
RONTGEN CT - SCAN merupakan suatu perasaan tidak

mengenakkan pada daerah kepala yang sering dikeluhkan dari para
penderitanya karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Berbagai
faktor resiko yang dapat meyebabakan pusing yaitu sress, kurang istirahat,
menstruasi dan emosi. Hal ini sejalan dengan pasien yang memiliki
keluhan pusing yang terjadi karena ada riwayat peningkatan emosional
pasien. foto thoraks terdapat bronkopenumonia sejala dengan riwayat
pasien yang terpapat asap rokok oleh lingkungknya. Bronkopneumonia
adalah bentuk pneumonia yang memengaruhi alveoli dan bronkus di paru-
paru. Pneumonia sendiri adalah kondisi yang menyebabkan peradangan di
paru-paru sehingga alveoli terisi dengan cairan. Cairan ini mengganggu
fungsi normal paru-paru, menghasilkan berbagai masalah pernapasan.
Bronkopneumonia bisa menyebabkan radang paru-paru dengan gejala
dapat berkisar dari ringan hingga berat dan mungkin termasuk batuk,
kesulitan bernapas, dan demam.

Bronkopneumonia Kepala terdapat infark


intra cerebri KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien di diagnosis kerja sebagai berikut :

Diagnosis klinis : penkes lateralisais dextra

Diagonis topis : lobus frontoparietal sinistra

Diagnosis etiologi : infark

Diagnosis tambahan : bronkopeneumonia, diabestes militus, hipertensi dan


dilepidemia

REFERENSI
Aditama, T.Y. 2006. Tuberculosis Diagnose Terapi dan Masalahnya. Edisi IV. Jakarta : Yayasan penerbitikatanDokter Indonesia
Depkes RI.2012. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :Depkes RI
Esther. 2010. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: DepartemenKesehatan RI
Jeon, D. 2014. Tuberculous Pleurisy: An Update. Review. Published online April 25, 2014. https://doi.org/10.4046/trd.2014.76.4.153
Ramana, KV. 2014. Pulmonary Tuberculosis Disseminating and Presenting as Bilateral Hydronephrosis and Renal Abscess: a Potential Threat in the Era of Multi-Drug Resistant Tuberculosis MDR-TB.
American Journal of Infectious Diseases and Microbiology, 2014, Vol. 2, No. 3, 48-50 DOI:10.12691/ajidm-2-3-2
Wang JY, Hsueh PR, Wang SK, Jan IS, Lee LN, Liaw YS, Yang PC, Luh KT. 2007. Disseminated Tuberculosis A 10-Year Experience in a Medical Center. Medicine Vol 86, Number
Zirta NR, Uyainah A, Yunihastuti E, Nugroho P. 2015. Karakteristik Klinis Tuberkulosis Ekstraparupada Pasien dengan dan tanpa Infeksi Human Immunodeficiency Virus diRumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Original Article International Journal of CHEST. Vol. 2 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai