Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS Callosum Neurology, Volume 2, Nomor 3:123-127, 2019

ISSN 2614-0278| E-ISSN 2614-0204

SINDROMA STOKES-ADAMS: SINKOP


KARDIAK YANG MIRIP BANGKITAN
Putu Lohita Rahmawati1, I Wayan Widyantara2, I Made Putra Swi Antara3
1
PPDS Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, Bali
2
Departemen Neurologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, Bali
3
Departemen Kardiologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, Bali

Diterima 1 Agustus 2019 DOI: https://doi.org/10.29342/cnj.v2i3.90


Disetujui 31 Agustus 2019
Publikasi 1 September 2019 Korespondensi: putulohita@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Kesalahan dalam mengidentifikasi dilatasi ventrikel kiri dengan regurgitasi moderat
suatu sinkop sebagai bangkitan epileptik merupakan katup mitral. Pemeriksaan CT-scan kepala dan EEG
hal yang sering terjadi. Pasien mendapatkan normal. Dilakukan pemasangan alat pacu jantung
manajemen epilepsi namun gejala klinis yang sementara dan setelahnya pasien tidak mengalami
diidentifikasi sebagai bangkitan tersebut tidak bangkitan.
kunjung terkendali. Masalah kardiovaskular harus Diskusi: Aktivitas tonik klonik seperti bangkitan
dipertimbangkan dalam keadaan ini karena epileptik dapat terjadi pada pasien yang mengalami
keterlambatan identifikasi meningkatkan mortalitas. sinkop akibat AV blok. Penurunan kesadaran
Kasus: Pasien laki-laki, 26 tahun, dikatakan mendadak sesaat disertai aktivitas seperti bangkitan
mengalami gejala seperti bangkitan umum motorik akibat aritmia yang menyebabkan penurunan perfusi
tonik klonik yang terjadi lebih dari 20 kali dalam serebral disebut sebagai sindroma Stokes-Adams.
waktu 18 jam dengan durasi 3-5 menit. Diantara Aktivitas tonik klonik pada keadaan ini tidak responsif
keadaan tersebut pasien sadar baik tanpa adanya terhadap regimen antikonvulsan.
periode bingung. Pasien mendapatkan terapi diazepam Simpulan: Laporan kasus ini mengangkat pentingnya
10 mg intravena sebanyak 3 kali pemberian namun pengenalan tentang sinkop kardiak untuk
keadaan tersebut terus terjadi. Pemeriksaan fisik membedakannya dengan bangkitan epileptik. Pada
menunjukkan bradikardia, kardiomegali dengan pelayanan gawat darurat, kesalahan identifikasi
bising sistolik mitral dan tidak didapatkan defisit menyebabkan keterlambatan penanganan dan
neurologis lainnya. Gambaran EKG menunjukkan AV meningkatkan mortalitas.
blok derajat 3 dengan gambaran ekokardiografi

Kata Kunci: Sindroma Stokes-Adams, sinkop kardiak, AV blok

ABSTRACT

Background: Misdiagnosing a syncope as an epileptic left ventricular dilatation and moderate mitral
seizure is not an uncommon occasion. The seizure is regurgitation identified with echocardiography.
not controlled despite an optimal administration of Cranial CT and EEG were normal. Temporary Pace
antiepileptic drugs. Cardiovascular problem should be Maker was inserted and the seizure ceased.
evaluated as delay in identification means delay in Discussion: A seizure like tonic clonic activity is
management and increase mortality. common in AV block patients. Stokes-Adams
Case: A 26 years old man identified in the emergency syndrome is defined as an abrupt and sudden loss of
setting having an paroxismal activity mimicking consciousnes with a seizure like activity related with
generalized onset motor tonic clonic seizure more than diminished of cerebral perfussion because of
20 times in 18 hours. Each spell was 3-5 minutes arrhythmias. Tonic clonic activity is not responsive to
duration. The patient was completely aware between anticonvulsant regimens.
each spell with no confusional state. 10 mg of Conclusion: This case report highlighting the
intravenous diazepam was asministered 3 times and the importance of diferentiating between cardiac syncope
spell keep repeating. Bradycardia, cardiomegaly and and seizure. In an emergency setting, misdiagnosing
systolic mitral murmur were identified during physical leads to a delay in management and increase mortality.
examination. EKG shows a third degree AV block with

123 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Lohita dkk. 2019 LAPORAN KASUS

Key Words: Stokes-Adams syndrome, cardiac syncope, AV block

Latar Belakang kaki kelojotan. Selama kejang pasien tidak sadar,


Epilepsi merupakan permasalahan neurologi dan setelah kejang berhenti pasien langsung sadar
dengan prevalensi yang tinggi yaitu 7.06 per 1000 baik. Setiap kejang berlangsung selama kurang
orang di seluruh dunia. Prevalensi ini lebih tinggi lebih 3-5 menit.
pada negara miskin dan berkembang, yaitu lebih Pasien tidak merasakan pusing berputar atau
dari 10 per 1000 orang.1 Masalah kesehatan ini kepala terasa ringan, dada berdebar maupun
sangat berhubungan dengan stigma serta berbagai keluar keringat dingin sebelum ia kehilangan
permasalahan psikososial bagi para penderitanya. kesadaran. Tidak ada tanda-tanda lidah tergigit
Oleh karena itu, diagnosis epilepsi harus saat pasien tersebut mengalami kejang. Kesadaran
ditegakkan dengan teliti.2 pasien kembali secara cepat tanpa ada periode
Adanya bangkitan merupakan salah satu bingung setelah penurunan kesadaran dan pasien
penyebab terbanyak seseorang dibawa ke unit mengatakan bahwa ia bisa mengingat semua
gawat darurat.3 Namun, tidak semua aktivitas aktivitasnya sesaat sebelum kehilangan
yang mirip bangkitan merupakan bangkitan kesadaran.
epileptik. Beberapa kelainan sistem Oleh karena pasien datang ke RSUD dengan
kardiovaskular dilaporkan menyebabkan keluhan kejang, pasien ditangani sebagai pasien
penderita mengalami penurunan kesadaran kejang dan diberikan obat anti konvulsan
mendadak disertai dengan gerakan abnormal yang diazepam 10 mg bolus intravena setiap kali kejang
mirip dengan bangkitan epileptik.4 Keadaan ini terjadi. Pasien mendapatkan 4 kali suntikan obat
sangat mirip dengan bangkitan epileptik sehingga tersebut namun kejang terus muncul berulang
menyebabkan kesalahan dalam menegakkan kali. Setelah dilakukan pemeriksaan EKG,
diagnosis epilepsi.5 diketahui bahwa pasien menderita gangguan
Kesalahan dalam menegakkan diagnosis epilepsi irama jantung sehingga kemudian di rujuk ke
tidak hanya akan membawa konsekuensi klinis RSUP Sanglah dengan diagnosis sementara total
bagi pasien namun juga beban sosial ekonomi.5,6 AV block dan observasi konvulsi.
Sementara itu, kegagalan dalam mengidentifikasi Kejang seperti ini dialami oleh pasien pertama
gangguan kardiovaskular sebagai penyebab dasar kali pada 2 bulan yang lalu. Dalam kurun waktu
pada keadaan tersebut berpotensi membawa tersebut, keadaan ini berulang sebanyak 5 kali.
konsekuensi yang fatal bagi pasien oleh karena Serangan penurunan kesadaran dengan kejang ini
meningkatkan resiko mortalitas.6 Pada laporan dikatakan terjadi secara acak. Terkadang terjadi
kasus ini, kami melaporkan pasien dengan sinkop saat pasien sedang beraktivitas, sedang duduk
kardiak akibat blok total atrioventrikular (AV beristirahat maupun saat pasien baru bangun dari
blok) dengan gambaran klinis mirip bangkitan. tidur. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan
Laporan Kasus dikatakan menderita darah tinggi serta diberi obat
Seorang pasien laki-laki, suku Bali, 26 tahun, anti hipertensi yang pasien tidak bisa mengingat
yang bekerja sebagai buruh bangunan, dirujuk ke nama obatnya. Pasien tidak pernah kontrol lagi
IGD kardiologi RSUP Sanglah dari RSUD karena ataupun melanjutkan minum obat setelah obat
didiagnosa mengalami blok atrioventrikuler (AV yang didapat dari puskesmas habis.
block). Pasien kemudian dikonsultasikan ke Saat dilakukan pemeriksaan secara umum tampak
neurologi karena dilaporkan mengalami kejang pasien lemah namun sadar baik. Tekanan darah
berulang-ulang. pasien 136/33 mmHg dengan nadi 33 kali
Dari hasil anamnesis terhadap pasien dan permenit dengan irama yang ireguler. Dari
keluarga, didapatkan informasi bahwa dalam pemeriksaan dada didapatkan kesan kardiomegali
rentang waktu 18 jam sebelum di bawa ke RSUP, dengan bising sistolik mitral. Tidak didapatkan
pasien mengalami serangan seperti kejang lebih defisit neurologis selain adanya riwayat bangkitan
dari 20 kali. Sebelum kejang terjadi, dikatakan umum motorik tonik klonik.
kesadaran pasien baik. Kemudian tiba-tiba pasien Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
tidak sadar diikuti dengan kedua tangan dan kedua leukositosis (17,67 x 103/µL). Pemeriksaan kimia

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 124


LAPORAN KASUS Lohita dkk. 2019
darah, analisis gas darah dan elektrolit dalam
batas normal. Hasil elektrokardiografi
menunjukkan adanya AV block derajat 3 (Gambar
1). Gambaran X-foto thorax menunjukkan adanya
kardiomegali memperkuat temuan yang
didapatkan pada pemeriksaan fisik (Gambar 2).
Pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan bahwa
terdapat dilatasi ventrikel kiri yang eksentrik
dengan fraksi ejeksi 74% serta terdapat gangguan
katup berupa regurgitasi katup aorta derajat berat,
regurgitasi mitral sedang dan regurgitasi
Gambar 3. Hasil pemeriksaan EEG normal
pulmonal serta trikuspidalis ringan.
Diskusi
Pada kasus ini, episode serangan dengan
penurunan kesadaran disertai dengan gerakan
tonik klonik sangat mirip dengan bangkitan
epileptik. Pada pasien ini, episode tersebut
didasari oleh adanya gangguan irama jantung.
Akibatnya, terjadi hipoperfusi serebral yang
Gambar 1. Gambaran EKG menunjukkan adanya bersifat sementara yang menyebabkan terjadinya
AV block derajat 3 hipoksia global pada serebral yang bermanifestasi
sebagai sebuah sinkop. Sinkop didefinisikan
sebagai penurunan kesadaran yang bersifat
sementara oleh karena hipoperfusi serebral,
ditandai dengan onset yang cepat, durasi singkat
dan kembalinya kesadaran secara spontan.7
Sinkop yang disertai dengan gerakan involunter
mirip suatu bangkitan seperti yang dialami pasien
ini pertama kali dideskripsikan oleh Robert
Adams dan William Stokes sehingga dinamakan
Sindroma Stokes-Adams. Sindroma ini
merupakan suatu sinkop kardiak yang
Gambar 2. X-foto thoraks menunjukkan didefinisikan sebagai penurunan kesadaran yang
kardiomegali terjadi mendadak dan sementara dengan
Pasien diberikan terapi dengan sulfas atropin gambaran kejang oleh karena gangguan perfusi
sebelum kemudian mejalani pemasangan alat serebral yang disebabkan oleh aritmia seperti blok
pacu jantung sementara dan mendapatkan jantung total, fibrilasi ventrikel dan takikardia
perawatan di ruang rawat ICCU. Setelah ventrikular dengan denyut lambat.8 Berbagai studi
pemasangan alat pacu jantung sementara keadaan telah melaporkan banyak pasien dengan sinkop
umum pasien membaik dengan tekanan darah kardiak ini telah salah didiagnosis sebagai epilepsi
130/60 mmHg dan nadi 72 kali per menit. Setelah refrakter dan mendapatkan terapi OAE dengan
hemodinamik pasien stabil, pasien tidak segala resiko efek sampingnya.5,9 Sebuah studi
mengalami lagi serangan penurunan kesadaran terhadap pasien yang mendapatkan terapi epilepsi
dengan kejang. Kemudian dilakukan di klinik spesialis melaporkan tingkat kesalahan
elektroensefalografi (EEG) dalam rangka diagnosis sebesar 26%.10 Studi lain dengan
mengevaluasi kemungkinan adanya potensial pendekatan komunitas melaporkan bahwa
epileptogenik pada pasien. Hasil pemeriksaan kesalahan diagnosis terjadi sebesar 23%.11 Pada
EEG didapatkan EEG dengan klasifikasi normal kedua studi tersebut, didapatkan bahwa sinkop
(bangun dan tidur stadium II). Pasien kemudian kardiovaskular merupakan keadaan yang paling
menjalani pemasangan alat pacu jantung sering secara salah didiagnosis sebagai
permanen 3 bulan kemudian. epilepsi.10,11 Di Indonesia sendiri belum ada studi
mengenai hal ini.

125 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Lohita dkk. 2019 LAPORAN KASUS
Gambaran klinis sindroma ini sangat mirip cenderung menyebabkan adanya penilaian yang
dengan bangkitan epilepik. Pasien datang ke unit false positive. Seperti pada pasien di kasus ini,
gawat darurat dengan keluhan utama kejang jika dihitung skor Sheldonnya pasien adalah 1,
sebagai suatu manifestasi klinis yang mudah mendukung ke arah suatu bangkitan. Pada sinkop
diidentifikasi dan merupakan kejadian yang kardiak, penurunan keasadaran yang terjadi
menakutkan bagi orang awam. Bagi klinisi di sangat mendadak tanpa didahului oleh gejala
pelayanan gawat darurat, sangat diperlukan prodormal oleh karena hipoperfusi dan anoxia
pemahaman untuk dapat membedakan antara serebral yang terjadi secara tiba-tiba. Gejala
sinkop dan kejang sehingga dapat melakukan seperti kepala ringan atau dizziness, diaporesis,
penanganan tepat dalam proses penegakan nausea dan penurunan kesadaran berhubungan
diagnosis dan selanjutnya menentukan terapi yang dengan posisi berdiri yang lama lebih merupakan
sesuai. karakteristik dari sinkop vasovagal.9
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam Kecurigaan ke arah sinkop juga diperkuat apabila
menghadapi pasien dengan kejang pertama kali pasien tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya
adalah memastikan terlebih dahulu apakah atau bangkitan seperti ini baru pertama kali
episode serangan yang diinterpretasikan sebagai dialami pada pasien dewasa atau usia tua.6,8,9
kejang oleh pasien dan keluarga tersebut benar- Secara epidemiologi, bangkitan epileptik dengan
benar merupakan suatu kejang atau bangkitan. onset usia dewasa pada umumnya merupakan
Laporan mengenai adanya gerakan involunter epilepsi simtomatik dengan dasar patologi otak
tonik klonik selama pasien mengalami penurunan yang jelas seperti stroke, trauma atau tumor. Pada
kesadaran mengindikasikan suatu bangkitan. seting pelayanan gawat darurat, data ini harus
Namun, anamnesis yang seksama harus dilakukan menuntun klinisi untuk melakukan evaluasi
pada saksi mata untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh terhadap fungsi
yang lengkap mengenai episode serangan kardiovaskular sehingga dapat menyingkirkan
tersebut. Apabila kesadaran pasien baik dan kemungkinan sinkop sebelum sempat
kooperatif, perlu ditanyakan beberapa informasi mempertimbangkan pemeriksaan imaging untuk
subjektif yang dapat membantu membedakan mencari proses patologis di otak.9
bangkitan dengan beberapa kondisi klinis mirip Pemeriksaan EKG 12 lead merupakan
bangkitan.3 Perasaan kepala ringan, mual, dada pemeriksaan penunjang awal yang esensial pada
berdebar-debar atau keluar keringat dingin pasien dengan bangkitan dan dicurigai sinkop
sebelum serangan mengarahkan pada sinkop. kardiak.7 Gangguan irama yang teridentifikasi
Penurunan kesadaran sementara dengan pada pemeriksaan EKG memperkuat patologi
bangkitan yang diikuti dengan kembalinya kardiak sebagai salah satu faktor pencetus
kesadaran secara spontan tanpa adanya fase terjadinya gangguan kesadaran sementara yang
bingung atau konfusi post iktal lebih cenderung ke disertai gerakan seperti bangkitan pada pasien.8
arah sinkop daripada kejang.12 Penurunan AV blok derajat 3 atau yang sering disebut
kesadaran dengan bangkitan tanpa provokasi yang sebagai total AV blok merupakan penyebab utama
terjadi berulang-ulang dimana setiap episode dari sindroma Stokes-Adams seperti yang terjadi
berlangsung dengan singkat mengindikasikan pada kasus ini.13 Pada keadaan ini, gangguan
suatu sinkop kardiak.4 Pada beberapa kasus klasik transmisi impuls atrioventrikular dapat
dari sindroma Stokes-Adams, penurunan menyebabkan periode asistol sebelum pacemaker
kesadaran berlangsung sangat singkat sehingga ventrikular mulai bekerja sebagai mekanisme
pasien langsung melanjutkan aktivitasnya tanpa kompensasi. Periode asistol menyebabkan
menyadari adanya episode penurunan kesadaran penurunan perfusi serebral dan terjadi sinkop.4
tersebut.13 Pemeriksaan EEG pasien sinkop kardiak
Informasi dari proses anamnesis ini digunakan menunjukkan karakteristik anoksia serebral
untuk menghitung skor Sheldon yang pada praktik berupa munculnya gelombang lambat dengan
klinis secara luas dipergunakan sebagai kriteria ritme theta atau delta. Pada kasus sinkop kardiak
diagnostik untuk membedakan bangkitan dengan dengan episode serangan yang bersifat sementara,
sinkop.12 Skor lebih dari sama dengan 1 gambaran EEG abnormal ini didapatkan saat otak
mengarahkan diagnosis ke bangkitan. Namun, mengalami hipoperfusi akibat aritmia tersebut.
untuk sinkop kardiogenik, penggunaan skor ini Gangguan irama yang menimbulkan periode
Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 126
LAPORAN KASUS Lohita dkk. 2019
asistol menyebabkan aktivitas EEG hilang secara berupa pemasangan alat pacu jantung. Satu
total pada periode tersebut. Koreksi terhadap serangan sinkop Stokes-Adams pada pasien
keadaan ini sesegera mungkin sebelum menjadi dengan AV block derajat 3 merupakan indikasi
ireversibel akan mengembalikan gambaran EEG yang kuat untuk pemasangan alat pacu jantung.13
yang normal.5 Simpulan
Manajemen yang adekuat di pelayanan gawat Membedakan antara bangkitan epileptik dengan
darurat akan mengarahkan klinisi untuk dapat sinkop kardiak bukan merupakan pekerjaan yang
mengidentifikasi adanya gangguan jantung pada mudah terutama pada seting pelayanan gawat
pasien dengan gejala klinis mirip bangkitan. darurat. Adanya informasi mengenai gerakan
Sehingga, penggunaan OAE secara salah dapat involunter seperti bangkitan seringkali membawa
dihindari dan penatalaksanaan yang tepat dapat klinisi pada prosedur penegakan diagnosis yang
diberikan untuk mencegah mortalitas pada pasien. mengarah kepada bangkitan epileptik. Perhatian
Pemberian OAE pada pasien dengan kardiak yang lebih kepada profil pasien serta anamnesis
sinkop dapat memperburuk keadaan pasien. yang detil terkait serangan yang bisa membantu
Pasien dengan sinkop kardiak yang secara salah menghindari keasalahan dalam manajemen pasien
diidentifikasi sebagai bangkitan epileptik akan yang berujung pada kesalahan diagnosis dan
mendapatkan diazepam sebagai manajemen awal terapi serta meningkatkan mortalitas. Adanya
sesuai pedoman penatalaksanaan. Diazepam permasalahan kardiovaskular harus tetap menjadi
sebagai suatu agen antikonvulsi memiliki efek bahan pertimbangan dalam kasus seperti ini.
dromotropik negatif yang dapat memperburuk Pemeriksaan EKG 12 lead harus menjadi bagian
gangguan konduksi nodus AV.14 integral dan esensial dari manajemen awal pasien
Penanganan awal pada pasien dengan sinkop dewasa yang datang dengan onset pertama
kardiak adalah dengan pemberian agen vagalitik penurunan kesadaran mendadak dan sementara
sulfas atropin. Regimen ini diberikan untuk disertai bangkitan.
sementara sambil menunggu terapi definitif

Daftar Rujukan Misdiagnosis of Epilepsy: Many Seizure-


Like Attacks Have a Cardiovascular Cause.
1. Fiest, K. M., Sauro, K.M., Wiebe, S., Journal of the American College of
Patten, S.B., Kwon, C.S., Dykeman, J., Cardiology. 2000;36(1):181-184.
Pringsheim, T., Lorenzetti, D.L., and Jette, 6. Gambardella, A., Curcio, A., Labate, A.,
N. Prevalence and incidence of Epilepsy: A Mumoli, L., Indolfi, C., and Quattrone, A.
systematic review and meta-analysis of Blocking out the real diagnosis. Lancet.
international studies. Neurology. 2011;377(9766):690.
2017;88(3):296-303. 7. Task Force for the diagnosis and
2. Sinardja, A.M.G. dan Hawari, I. Aspek management of syncope of the European
Psikososial Epilepsi. In Kusumastuti, K., Society of Cardiology. 2018 ESC
Gunadharma, S. Dan Kustiowati, E., eds. Guidelines for the diagnosis and
Pedoman Tatalaksana Epilepsi. 5th ed. management of syncope. Europeam Heart
Surabaya:Airlangga University Press;2014: Journal/ 2018;39:1883-1948.
77-80. 8. Seth, R., Mishra, D.G., and Chhabra, S.
3. Bank, A. B., dan Bazil, C.W. Emergency Misdiagnosing Epilepsy: A Case Report on
Management of Epilepsy and Seizure. Stokes-Adams Syndrome. Clinical Case
Seminars in Neurology. 2019;39(1):73-81. Reports International-Emergency
4. You, C.F., Chong, C.F., Wang, T.L., Hung, Medicine. 2018;2:1-4.
T. Y., and Chen, C.C. Unrecognized 9. Labate. A., Mumoli, L., Curcio, A., Tripepi,
paroxysmal ventricular standstill G., D’arrigo, G., Ferlazzo, E., Aguglia, U.,
masquerading as epilepsy: a Stokes-Adams Indolfi, C., Quattrone, A., and
attack. Epileptic Disord. 2007;9(2):179-81. Gambardella, A. Vallue of clinical features
5. Zaidi, A., Clough, P., Cooper, P., to differentiate refractory epilepsy from
Scheepers, B., Fitzpatrick, A.P. mimics: a prospective longitudinal cohort

127 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Lohita dkk. 2019 LAPORAN KASUS
study. European Journal of Neurology.
2018;0:1-7.
10. Smith, D; Defalla, B.A., and Chadwick,
D.W. The misdiagnosis of epilepsy and the
management of refractory epilepsy in a
sepcialist clinic. QJ Med. 1999:92:15-23.
11. Scheepers, B., Clough, P., and Pickels, C.
The misdiagnosis of epilepsy: findings of a
population study. Seizure. 1998:5:403-6.
12. Sheldon, R.. Rose, S., Ritchie, D., Connoly,
S.J., Koshman, M., Lee, M.A., Frenneaux,
M., Fisher, M., and Murphy, W. Historical
Criteria That Distingusih Syncope From
Seizure. Journal of the American College of
Cardiology. 2002:40(1): 142-148.
13. O’Rourke, R.A. The Stokes-Adams
Syndrome. The Western Journal of
Medicine. 1972;17(1):96-99.
14. Anand, K., and Kumar, M. Benzodiazepine
overdose associated atrioventricular block.
Anesthesia: Essay and Reasearches.
2013;7(3): 419-420.

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 128

Anda mungkin juga menyukai