TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
NO. SEX
Vit A Vit D Vit E Vit K Vit Vit
(mcg) (mcg) (mcg) B12 C
(mcg) (mcg) (mg)
1. LK 600 15 12 55 2,4 75
2. P 600 15 15 55 2,4 65
Tabel 1.3:
Kebutuhan Zat Gizi Mineral Anak Remaja
Tabel 1.4:
Kebutuhan Zat Gizi Makro Anak Remaja Usia 16-18 Tahun
Tabel 1. 5:
Kebutuhan Zat Gizi Mikro Anak Remaja
Agar lebih mudah, berikut contoh menu untuk satu hari yang dapat membantu
memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada remaja:
Ada dua faktor yang mempengaruhi pola makan, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri
yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan serta penilaian yang
lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri
manusia yang meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan agama (Suyatno,
2010). Berikut akan dijelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi pola makan,yaitu:
1. Budaya
Keberadaan makanan memberikan warna-warni kehidupan yang berbeda antara
satu kelompok dengan kelompok lainnya. Makanan merupakan entitas budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam tatanan kehidupan manusia sehingga makna dari
makanan itu justru mengandung makna yang luas dibandingkan hanya sebagai bahan
konsumsi manusia (Sudarma, 2008). Budaya cukup menentukan jenis makanan yang
sering dikonsumsi. Pola makan dan konsumsi suatu makanan pada kehidupan
manusia terus menerus berubah seiring dengan perkembangan masa atau jaman.
7
8
Sedangkan kebiasaan makan seperti itu sangat bereseiko dalam kesehatan. Jenis-
jenis makanan yang dilarang tiap agama juga berbeda. Tiap agama mempunyai suatu
alasan yang menurut mereka sudah merupaka ketentuan Tuhan yang wajib mereka
taati, jika dilanggar mereka akan terkena dosa besar yang tidak dapat diampuni oleh
Tuhan. Islam dan Yahudi melarang umatnya makan makanan yang mengandung unsure
babi namun dalam agama lain hal itu bukanlah merupakan pelanggaran karena
agamanya memperbolehkan makan makanan yang mengandung babi.
kenyang, jika belum kenyang akan terus makan tanpa berhenti. Padahal kebiasaan
makan seperti itu sangat bereseiko dalam kesehatan. Jenis-jenis makanan yang dilarang
tiap agama juga berbeda. Tiap agama mempunyai suatu alasan yang menurut mereka
sudah merupaka ketentuan Tuhan yang wajib mereka taati, jika dilanggar mereka akan
terkena dosa besar yang tidak dapat diampuni oleh Tuhan. Islam dan Yahudi melarang
umatnya makan makanan yang mengandung unsure babi namun dalam agama lain hal
itu bukanlah merupakan pelanggaran karena agamanya memperbolehkan makan
makanan yang mengandung babi.
10
3. Keluarga
Model yang dikembangkan oleh Lund dan Burk (1969) dalam Panel on
Factors Affecting Food Selection Committee on Food Consumption Patterns
Food and Nutrition Board Commission on Life Sciences National Research
Council (2010), menganalisa tentang tingkah laku atau kebiasaan dari konsumsi
makan yang dilakukan oleh seorang anak. Kebiasaan makan ini dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah, lingkungan rumah dan keluarga, motivasi anak dan kognitif
anak. Lingkungan rumah dan keluarga memberikan kontribusi faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan atau pola makan anak, yaitu bagaimana struktur dan
organisasi keluarga, bagaimana kegiatan atau penempatan sosial yang dilakukan
keluarga, riwayat mobilitas keluarga, tingkat ekonomi keluarga, pengetahuan dan
kepercayaan keluarga yang berhubungan dengan makanan, sikap dan nilai yang
dianut oleh keluarga berhubungan dengan makanan, dan karakteristik makanan
11
yang disajikan oleh keluarga. Di model ini jelas bahwa pola atau kebiasaan makan
seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan keluarga.
a. Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Fenomena yang terjadi pada masyarakat perkotaan saat ini dengan kedua
orangtua yang bekerja adalah menyiapkan segala sesuatu dengan cara cepat saji
dan instan, begitu pula pada penyediaan makanan bagi keluarga. Pekerjaan dan
penghasilan orangtua mempunyai pengaruh yang besar dalam pola makan dan
jenis makanan yang mereka berikan kepada anak dan keluarga mereka. Modern
dan globalisasi menuntut masyarakat untuk dapat bertahan dan bersaing dalam
kehidupan ini, termasuk dengan banyak kedua orangtua bekerja, terutama ibu. Ibu
yang bekerja di luar rumah membuat semakin berubahnya pola makan penduduk
terutama keluarga. (Noorkasiani, Heryati, & Rita Ismail,2009).
sedih, bosan, marah dan stress. Makanakan menjadi pelampiasan dari situasi-
situasi tersebut. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti
dorongan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang, atau
kebiasaan mengemil yang sulit dihentikan.
2. Lingkungan
Lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan, misalnya kemudahan
mendapatkan makanan seperti fast food. Lingkungan juga memberikan andil yang
cukup besar dalam kebiasaan makan seseorang. Model Lund dan Burk (1969)
dalam Suyatno (2010) menjelaskan tentang pengaruh lingkungan yang berdampak
pada kebiasaan atau pola makan anak. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ataukeluarga.
6. Personal Preference
kanak hingga dewasa. Misalnya, seorang anak menyukai atau tidak menyukai
sayur-sayuran atau buah-buahan, dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya
termasuk orangtua, saudara kandung bahkan teman- temannya.
7. Rasa lapar, Nafsu Makan, dan Rasa Kenyang
Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan
karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan
merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk
makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah
memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan
mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf
pusat, yaitu hipotalamus. Pola makan masyarakat saat ini adalah makan sampai
kenyang. Pola makan yang buruk ini justru berbahaya bagi kesehatan. Padahal
tubuh ini sudah mempunyai pola yang sudah demikian baiknya diatur Tuhan
dalam mengontrol rasa lapar dan kenyang.
Ada enam metode yang lazim digunakan untuk menilai konsumsi pangan
individu: (a) metode ingatan 24 jam (24 hours recall method), (b) metode
pengulangan ingatan dalam 24 jam (repeated 24 hours recall method), (c) metode
pencatatan makanan (food record method), (d) metode penimbangan pangan
(weighed food method), (g) metode riwayat makanan (dietary history) dan (f)
metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method) yang masing-masing
akan diuraikan berikut ini.
1. Metode Ingatan 24 jam (Food Recall)
Metode ingatan 24 jam yang dikembangkan oleh Mc Henry (1939), Kruse
dan koleganya (1940) dan Burke (1947) adalah metode penilaian konsumsi
pangan paling lazim digunakan. Metode ingatan 24 jam adalah metode untuk
menilai konsumsi pangan individual dengan cara mengingat-ingat pangan aja saja
yang dikonsumsi seseorang pada kurun waktu 24 jam yang lalu. Untuk ini,
pewawancara menggunakan suatu alat bantu yang dikenal sebagai formulir
ingatan 24 jam.
Pewawancara boleh ahli gizi atau yang telah dilatih terlebih dahulu.Metode
ini tergolong cepat yang memerlukan waktu 10-20 menit untuk pewawancara
yang terampil.Oleh karena itu, metode ini menarik dari perspektif biaya.
Deskripsi
17
pangan atau minuman yag dikonsumsi antara lain Kuantitas, ukuran rumah tangga
(piring, sendok, dll), Jenis, Metode pemasakan/pengolahan, Merek (bagi produk
olahan). Metode ingatan 24 jam tunggal cocok diterapkan untuk menilai asupan
pangan/gizi rata- rata pada kelompok yang besar, kecuali untuk kelompok orang
dengan ingatan yang buruk (misalnya, orang berusia lanjut dan anak-anak).
Metode ini tidak cocok untuk menilai kebiasaan asupan pangan gizi individu.
Keberhasilan metode ingatan 24 jam ini tergantung pada daya ingat subjek,
kemampuan responden memberikan perkiraan ukuran/porsi yang akurat, tingkat
motivasi responden dan keuletan dan kesabaran pewawancara. Untuk membantu
subjek mengingat pangan yang dikonsumsinya, maka metode ini sering
membutuhkan alat bantu yang disebut food model. Food model adalah
sekumpulan model dari beberapa item pangan dalam bentuk dan ukuran dan
bentuk sama layaknya seperti pangan sebenarnya. Misalnya, untuk mengingatkan
subjek akan ukuran buah mangga yang dikonsumsinya, maka pewawancara dapat
menunjukkan model buah mangga dan meminta subjek untuk
membandingkannya dengan mangga yang dikonsumsinya berdasarkan
ingatannya. Akan tetapi, kadangkala subjek mungkin memperkirakan secara
berlebihan (overestimate) terhadap asupan rendah atau menduga kerendahan
(underestimate) terhadap asupan yang tinggi. Keadaan ini disebut sebagai flat-
slope-syndrome. Keadaan ini jugalah yang menjadi salah satu kelemahan metode
ingatan 24 jam.
2. Metode Pencatatan Makanan
Catatan makanan (dietary record) atau catatan harian diet (food diary)
adalah deskripsi lengkap jenis dan jumlah pangan dan minuman yang
dikonsumsi, setiap kali makan, pada periode tertentu yang ditetapkan, biasanya3-
7 hari. Catatan dapat berupa formulir khusus atau buku kecil yang berupa lembar
kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari.Pada beberapa
penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu.
Pada metode ini, subjek atau responden saat konsumsi pangan diminta
untuk mencatat semua pangan (termasuk kudapan) yang dikonsumsi pada periode
waktu tertentu.Untuk makanan yang terdiri atas campuran bahan makanan
(misalnya gado-gado), kuantitas dari setiap bahan mentah yang digunakan dalam
resep makanan, berat akhir dari campuran makanan dan kuantitas yang
dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan.
Jumlah hari yang diperlukan dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga,
lima atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada
periode survey makanan pada setiap objek untuk memperhitungkkan efek hari
dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi.Tidak ada
kesepakatan tentang jumlah, jarak dan pemilihan hari pencatatan untuk
mencirikan baik asupan actual maupun asupan kebiasaan pangan dan zat gizi
individu dengan metode ini.
3. Metode Penimbangan Pangan
Metode penimbangan pangan lebih sering digunakan di Inggris dan Eropa
karena keluarga di sana hampir selalu menimbang pangannya. Metode
penimbangan pangan adalah metode yang paling akurat dalam memperkirakan
asupan kebuasaan atau asupan gizi individu.Data yang dihasilkan penting untuk
konseling diet dan untuk analisis statistic yang meliputi korelasi atau regresi
dengan parameter biologis.Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk
menimbang semua pangan yang dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih
jelasnya, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua pangan yang
akan dikonsumsi (misalnya yang dimasukkan ke dalam piring) dan pangan yang
sisa. Kuantitas asupan pangan adalah selisih antara kuantitas yang akan
dikonsumsi
19
Untuk pangan yang dikonsumsi diluar rumah, subjek atau responden minta
untuk mendeskripsikan kuantitas atau jumlah pangan yang dikonsumsinya.
Peneliti atau pewawancara kemudian membeli dan menimbang porsi duplikat
pangan tersebut untuk memperkirakan kuantitas pangan yang dikonsumsi di luar
rumah tersebut.Seperti halnya metode pencatatan makanan, jumlah, jarak,
pemilihan hari untuk mencirikan asupan actual atau asupan kebiasaan individu
dengan metode penimbangan pangan bersifat bervariasi.Hal ini bergantung pada
zat gizi yang menjadi pokok perhatian, populasi penelitian, tujuan penelitian dan
sebagainya.Dengan metode ini pun, akhir minggu harus secara proporsional
disertakan pada periode survey makanan pada setiap subjek untuk
memperhitungkan efek akhir minggu pada asupan pangan dan zat gizi.
Metode ini sangat menuntut kerja sama dari subjek atau responden.
Kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena responden mungkin mengubah
jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena ia tahu konsumsi
pangannya sedang dinilai atau diamati. Hal lain yang mungkin terjadi adalah
subjek atau responden mengubah pola asupan kebiasaannya untuk mempermudah
penimbangan. Beban subjek lebih berap pada metode ini dibandingkan dengan
metode ingatan 24 jam, sehingga kemauannya untuk bekerja sama lebih rendah.
4. Metode Riwayat Makanan
Metode yang dikembangkan pertama kali oleh Bruke pada tahun 1947 ini
dimaksudkan untuk memperkirakan kebiasaan asupan pangan individu pada
periode waktu yang lama.Metode ini adalah metode wawancara yang terdiri dari
tiga komponen dan harus dilakukan oleh ahli gizi terlatih dalam teknik
wawancara. Komponen pertama adalah ingatan 24 jam dari asupan actual dan
pengumpulan informasi umum akan pola makan menyeluruh, baik pada saat
waktu makan maupun pada saat selingan. Informasi umum yang diperoleh
termasuk deskripsi lengkap makanan, frekuensi konsumsi dan porsi yang lazim
dalam rumah tangga. Pertanyaan yang lazim adalah: apa yang biasanya anda
makan pada saatsarapan?
6) Tidak pernah
Selain metode penilaian konsumsi pangan yang disebutkan diatas, metode
baru yang dewasa ini digunakan dalam menilai konsumsi pangan individu adalah
metode telepon, fotografi dan perangkat elektronik untuk mencatat asupan
pangan. (Siagian,2010)
22
tercapai.
2) Jenis makanan yang dimakan
Jenis makan yang dimakan. Makan adalah suatu kegiatan yang
menyenagkan. Seseorang akan senang dan meningkat selera makannya
jika ia disajikan dengan jenis makan yang ia sukai atau gemari. Ini akan
berbanding terbalik disaat ia dihidangkan dengan jenis makanan yang ia
tidak sukai. Jenis makanan tersebut akan ia hindari bahkan tidak akan
disentuh sama sekali.
Perilaku makan yang tidak sehat disertai kebersihan mulut yang buruk
dapat menyebabkan perusakan gigi dan gusi.Kondisi ini tidak hanya
menyebabkan gangguan kesehatan, tetapi juga penampilan. Mulut yang
tidak bersih menyebabkan penyakit gusi dan penanggalan gigi premature di
usia dewasa. Gigi berlubang dan tanggal merupakan masalah yang lazim
terjadi dinegara maju ketimbang Negara sedang berkembang.Pendidikan
tentang kebersihan mulut, penggunaan fluoride dalam air minum dan pasta
gigi, penggunaan pemanis alternative dan perbaikan kesehatan mulut, snagat
penting dalam penurunan kasus tersebut.
Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua tidak sarapan.
Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini
kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur
hanya 60%.Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan dan lebih
memilih kudapan.Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi
juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
(menghilangkan) nafsu makan. Mengudap sebetulnya tidak dilarang, asal
mengetahui cara memilih kudapan yang kaya zat gizi.
Makanan sampah (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik
hanya sebagai kudapan maupun makan besar.Makanan ini mudah diperoleh,
disamping lebih bergengsi karena terpengaruh iklan. Disebut makanan
sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali)
27