Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

KEBUTUHAN TUBUH SELAMA KEHAMILAN

DAN PROGRAM LAYANAN PEMERINTAH

Oleh Kelompok 12 :

Anisa Salsa Nabila 2011311041

Putri Wulandari 2011312018

Mutiara Sintha 2011312057

Anisa yulianti 2011313015

Divayanta Putri 2011313018

ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kebutuhan Tubuh Selama Kehamilan Dan Program Layanan
Pemerintah”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
II.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
pada masa yang akan datang.

Padang, 01 Maret 2022

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Kebutuhan Ibu Hamil ............................................................................................................... 3
2.2 Kebutuhan Imunisasi Ibu Hamil ............................................................................................. 10
2.3 Standar Pelayanan Antenatal Di PPK Tingkat 1 ...................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 20
3.2 Saran...................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil, karena
ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam porsi tetapi
harus ditentukan pada mutu zat-zat nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi
(Derek, 2005). Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin memerlukan makanan yang
disalurkan melalui plasenta. Untuk itu ibu hamil harus mendapat nutrisi yang cukup untuk
dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi ibu hamil, kualitas maupun jumlah makanan
yang biasanya cukup untuk kesehatannya harus ditambah dengan zat-zat nutrisi dan energi agar
pertumbuhan janin berjalan dengan baik. Selama hamil ibu akan mengalami banyak perubahan
dalam tubuhnya agar siap membesarkan janin yang dikandungnya, memudahkan kelahiran, dan
untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

Bila ibu mengalami kekurangan nutrisi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain :anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak
bertambah secara normal,kurang nutrisi juga dapat mempengaruhi proses persalinan dimana
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, prematur, perdarahan setelah persalinan, kurang
nutrisi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dandapat menimbulkan keguguran, abortus,
cacat bawaan dan berat janin bayi lahir rendah (Zulhaida, 2005). Seorang ibu hamil akan
melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan nutrisinya berada pada kondisi yang baik.
Ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama hamil akan menimbulkan
masalah baik ibu maupun janin. Masalah yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi. Nutrisi seorang ibu selama hamil mempunyai pengaruh yang sangat penting baik
terhadap kesehatan maupun kemampuan memproduksi ASI dan menyusui bayi, kebutuhan
nutrisi akan meningkat selama masa hamil untuk kebutuhan ibu dan janin (Denok, 2004).
Apabila masukan nutrisi pada ibu hamil tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan terjadi
gangguan dalam kehamilan baik kepada ibu dan janin yang dikandungnya (Arisman, 2007).

WHO (World Health Organization) menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari
pada trimester I, dan 350 Kkal sehari pada trimester II dan II (Waryana, 2010). Menurut badan

1
kesehatan dunia WHO melaporkan bahwa ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-
75% (Purwoko, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana kebutuhan nutrisi kehamilan,istirahat tidur dan dukungan psikososial bagi ibu
hamil?
b) Bagaimana kebutuhan imunisasi ibu hamil?
c) Bagaimana standar pelayanan antenatal di PPK tingkat 1?
d) Bagaimana pelayanan antenatal di PPK tingkat 1?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui kebutuhan nutrisi kehamilan,istirahat tidur dan dukungan psikososial bagi
ibu hamil?
b) Mengetahui kebutuhan imunisasi ibu hamil?
c) Mengetahui standar pelayanan antenatal di PPK tingkat 1?
d) Mengetahui pelayanan antenatal di PPK tingkat 1?

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menambah pembelajaran dan materi mengenai Kebutuhan
Tubuh Selama Kehamilan Dan Program Layanan Pemerintah serta dapat digunakan untuk
mengembangkan wawasan mahasiswa keperawatan dalam bidang keperawatan maternitas
terkhusus tentang masalah kehamilan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Ibu Hamil


A. Nutrisi Kehamilan

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak diperlukan zat
gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami BB
bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body Mass
Index) sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm
m)2. Misalnya: seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg, TB 150 cm maka IMT
50/(1,5)2 = 22.22 (termasuk normal).

Kenaikan BB wanita hamil berdasarkan BMI sebelum hamil:

Kategori BMI Rentang kenaikan BB yang dianjurkan


Rendah (BMI < 19,8) 12,5-18 kg
Normal (BMI 19,8 – 26) 11,5-16 kg
Tinggi (BMI >26-29) 7-11,5 kg
Obesitas (BBMI >29) < 6 kg

Untuk memenuhi penambahan BB tadi maka kebutuhan zat gizi harus dipenuhi melalui makanan
sehari-hari dengan menu seimbang seperti contoh dibawah ini.

Nutrient Tak hamil Hamil Menyusui


Kalori 2.000 2300 3000
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg

3
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 mg 90 mg

Kebutuhan Zat Gizi saat Kehamilan

1. Energi
Penambahan energi selama masa kehamilan sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme ibu hamil dan perkembangan janin. Pada kehamilan tunggal metabolism
mengalami peningkatan sebesar 15% dan bervariasi terutama pada trimester ketiga.
Berdasarkan AKG 2019 penambahan kebutuhan energi pada kehamilan trimester pertama
adalah sebesar 180 kkal, sedangkan untuk trimester kedua dan ketiga sebesar 300 kkal.
Adanya peningkatan kebutuhan energi ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a) Kebutuhan untuk cadangan energi untuk pembentukaan jaringan baru yaitu janin,
plasenta dan cairan ketuban
b) Perkembangan jaringan kehamilan seperti payudara dan Rahim
c) Cadangan lemak dalam tubuh
d) Peningkatan kebutuhan energi untuk sintesis jaringan
e) Peningkatan konsumsi oksigen oleh organ kehamilan
f) Pertumbuhan fetus dan plasenta terutama di akhir masa kehamilan
2. Karbohidrat
Karbohidrat yang dipecah menjadi glukosa merupakan sumber energi utama bagi
pertumbuhan. Janin membutuhkan persediaan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk
mendukung pertumbuhannya. Kebutuhan karbohidrat saat masa kehamilan adalah sekitar 50
– 60% dari total energi. Jumlah minimal karbohidrat yang disarankan bagi wanita hamil
adalah sekitar 175 gram. Sedangkan dalam AKG tahun 2019 penambahan kebutuhan
karbohidrat adalah sebesar 25 gram pada trimester pertama dan 40 gram pada trimester kedua
dan ketiga.
3. Lemak
Penambahan kebutuhan lemak pada masa kehamilan sesuai dengan AKG 2019 adalah
sebesar 2.3 gram pada tiap trimester. Asam lemak esensial yaitu DHA dan AA sangat

4
direkomendasikan untuk dikonsumsi saat masa kehamilan. DHA dan AA sangat dibutuhkan
untuk pembentukan otak dan sistem syaraf pada janin terutama di akhir masa kehamilan.
Sumber DHA yang paling baik adalah berasal dari minyak ikan. Terdapat penelitian tentang
konsumsi DHA pada masa kehamilan dan mampu memberikan manfaat dalam berat badan
lahir bayi dan durasi kehamilan.
4. Protein
Penambahan kebutuhan protein selama masa kehamilan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
tahun 2019 adalah sebesar 1 gram untuk trimester pertama, 10 gram untuk trimester kedua
dan 30 gram untuk trimester ketiga. Penambahan protein ini berfungsi untuk proses sintesis
jaringan kehamilan dan jaringan janin. Jenis protein yang dikonsumsi seperlimanya
sebaiknya berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, telur, susu, yogurt dan selebihnya
berasal dari protein nabati seperti tahu, tempe, kacang kacangan dan lain-lain.
Adanya penyesuaian fisiologis pada metabolism protein menyebabkan adanya pergeseran
fungsi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Hal ini mengakibatkan
penurunan penggunaan protein untuk energi dan peningkatan sintesis protein.
Peningkatan protein saat kehamilan disebabkan oleh adanya pertambahan jaringan protein.
Sekitar 925 gram protein akan terakumulasi pada jaringan protein saat kehamilan, 440 gram
akan diserap oleh janin, 216 gram digunaan untuk peningkatan darah dan volume cairan
eksraseluler dan 100 gram protein terakumulasi pada plasenta. Peningkatan kebutuhan
protein juga dibutuhkan untuk proses perkembangan jaringan.
5. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin saat kehamilan. Vitamin A
juga berperan dalam diferensiasi sel, perkembangan pengelihatan, fungsi imunitas dan
perkembangan paru-paru. Kebutuhan A pada masa kehamilan mengalami peningkatan
sebesar 300 RE tiap trimester. Sumber vitamin A dapat diperoleh baik dari produk hewani
maupun non hewani. Makanan sumber vitamin A dapat diperoleh melalui susu, sayuran
berdaun hijau, buah-buahan berwarna orange dan kuning. Apabila konsumsi vitamin A
mengalami kekurangan maka dapat berhubungan dengan kejadian IUGR (Intra Uterine
Growth Restriction) dan peningkatan mortalitas ibu dan bayi.

5
6. Thiamin, Riboflavin, Asam Folat
Thiamin atau Vitamin B1 dan Riboflavin atau vitamin B2 berfungsi dalam metabolisme
energi. Berdasarkan AKG kebutuhan thiamin dan riboflavin mengalami peningkatan sebesar
0.3 mg pada tiap trimester. Ibu hamil sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung riboflavin yang terdapat pada susu dan produk susu, cereal dan
produk cereal, daging dan produk daging, dan sayuran hijau.
Konsumsi suplementasi asam folat sebelum kehamilan juga direkomendasikan untuk
mencegah anemia megaloblastic. Makanan sumber asam folat dapat diperoleh melalui
konsumsi bahan makanan seperti sayuran hijau, hati, cereal produk, kacangkacangan dan
jeruk.
7. Vitamin C
Tambahan kebutuhan vitamin C saat masa kehamilan adalah sebesar 10 mg per hari selama
masa kehamulan. Vitamin C memiliki fungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi non
heme.
Karena itu direkomendasikan untuk ibu hamil mengkonsumsimakanan atau minuman yang
mengandung vitamin C diimbangidengan konsumsi makanan sumber zat besi untuk
membantupenyerapannya. Sumber vitamin C berada pada buah – buahan seperti jeruk,
papaya, stoberi dan lain sebagainya.
8. Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang. Vitamin D juga berfungsi
untuk membantu penyerapan dan penggunaan kalsium. Kebutuhan vitamin D pada masa
kehamilan tidak mengalami peningkatan. Konsumsi vitamin D sebesar 600 IU sehari mampu
mencukupi kebutuhan vitamin D pada kehamilan.
Beberapa sumber bahan makanan yang mengandung vitamin D antara lain telur, ikan,
minyak ikan, susu yang difortifikasi vitamin D dan juga pajanan sinar matahari. Kekurangan
vitamin D pada masa kehamilan dapat menurunkan masa tulang pada anak dan juga mampu
meningkatan resiko osteoporosis pada masa yang akan datang. Kekurangan vitamin D juga
dapat menyebabkan penyakit riket dan resiko patah tulang.
9. Kalsium
Berdasarkan AKG tahun 2019 diketahui bahwa peningkatan kebutuhan kalsium pada masa
kehamilan adalah sebesar 200 mg. Kalsium diperlukan untuk mineralisasi tulang dan gizi

6
janin. Inadekuat kalsium intake dapat beresiko terhadap IUGR dan preeklamsi. Kalsium juga
berperan dalam beberapa proses dalam tubuh seperti pembekuan darah, proteolysis
intraseluler, sintesis nitrit oksida dan regulasi kontraksi uterine.
Pada masa kehamilan, metabolism kalsium mengalami perubahan. Penyerapan kalsium
menjadi meningkat sedangkan ekskresi kalsium pada urin menurun. Peningkatan kebutuhan
kalsium juga terjadi dengan pengeluaran kalsium pada tulang. Peningkatan pengeluaran
kalsium pada tulang mampu tergantikan kembali setelah masa kehamilan apabila ibu
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang cukup. Konsumsi kalsium dapat
dipenuhi melalui konsumsi bahan makanan sumber kalsium seperti produk susu, ikan dan jus
yang sudah difortitikasi kalsium, bayam, brokoli, sari kedelai, kacang-kacangan.
10. Zat Besi
Zat besi merupakan kelompok trace mineral yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Zat besi pada pertumbuhan dan perkembangan janin memiliki peran
dalam cofactor enzim yang terlibat proses reaksi oksidasi dan reduksi, yang terjadi pada
tingkat sel selama proses metabolism. Zat besi juga merupakan komponen penting dari
hemoglobin yang membawa oksigen pada sel darah merah keseluruh tubuh. Kondisi
kehamilan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan zat besi pada tubuh. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan volume darah selama masa kehamilan.
Sesuai AKG 2019 diketahui bahwa peningkatan kebutuhan zat besi adalah sebesar 9 mg pada
trimester kedua dan trimester ketiga. Ibu hamil diharapkan untuk mengkonsumsi tablet
tambah darah, namun konsumsi tablet tambah darah memiliki beberapa efek samping seperti
konstipasi dan mual. Salah satu strategi dalam meredakan efek samping akibat konsumsi
tablet tambah darah adalah dengan mengkonsumsinya sebelum tidur.
Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain daging merah, telur, produk ikan,
sereal yang di fortifikasi dan sayuran berwarna hijau. Konsumsi vitamin C dibarengi dengan
konsumsi sumber zat besi yang berasal dari sayuran sangat direkomendasikan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi.

7
B. Istirahat-Tidur
Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan menyusui. Jadwal ini harus
diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin dan
juga membantu wanita tetap kuat dan mencegah penyakit, juga dapat mencegah keguguran,
tekanan darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lain. Sebagai tenaga kesehatan harus
dapat meyakinkan bahwa mengambil waktu 1 atau 2 jam sekali untuk duduk, istirahat dan
menaikkan kakinya adalah baik untuk kondisi ibu hamil. Juga bantulah keluarga untuk
mengerti mengapa penting bagi calon ibu untuk istirahat dan tidur dengan baik. Istirahat yang
diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya
berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau
berdiri terlalu lama.
C. Dukungan Psikososial
Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil
1. Dukungan dari suami.
Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan dari suami selama hamil sangat
diperlukan untuk kesiapan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Dukungan suami
yang dibutuhkan istrinya yang sedang hamil diantaranya adalah:
a. Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri.
b. Suami merasa senang dan bahagia mendapat keturunan
c. Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini
d. Suami memperhatikan kesehatan istri.
e. Suami tidak menyakiti istri.
f. Suami menghibur / menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri.
g. Suami menasehati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja.
h. Suami membantu tugas istri.
i. Suami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan istrinya.
j. Suami mengantar ketika periksa hamil.
k. Suami menemani jalan – jalan.
l. Suami merencanakan mendampingi pada saat melahirkan.

8
2. Dukungan dari Keluarga
Kahamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran dari seluruh anggota
keluarga. Penerimaan kehadiran anggota baru tergantung dari dukungan dari seluruh
anggota keluarga, tidak hanya dari suami saja. Ayah dan ibu kandung maupun mertua,
juga saudara kandung maupun saudara dari suami juga perlu memperhatikan.dengan
sering berkunjung, menanyakan keadaan kehamilan, bisa juga lewat sms atau telpon
dapat menambah dukungan dari keluarga. Upacara adat istiadat yang tidak mengganggu
kehamilan juga mempunyai arti tersendiri bagi sebagian ibu hamil sehingga hal ini tidak
boleh diabaikan.
3. Rasa aman dan nyaman saat Kehamilan
Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman yang dapat didapat dari diri sendiri
dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman maka ibu hamil sendiri
harus dapat menerima kehamilan dengan senang hati. Rasa aman dan nyaman dari orang
sekitar terutama dari orang terdekat yaitu bapak dari bayi yang dikandungnya. Maka
perlu dukungan orang terdekat untuk memperoleh rasa aman dang nyaman. Misalnya
perasaan nyeri di pinggang pada saat hamil tua, respon ibu hamil terhadap nyeri bisa
berbeda – beda, apabila ibu hamil tersebut cukup mendapat dukungan dari orang sekitar
maka mungkin tidak terlalu merasakan nyeri, tapi sebaliknya jika ibu hamil tidak
mendapat dukungan dari orang terdekat maka nyeri akan dirasakan sangat mengganggu.
Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini dapat dilakukan relaksasi atau dukungan
dari orang terdekat. Rasa nyaman saat hamil dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi
duduk, berdiri dan berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.
4. Persiapan Menjadi Orang Tua
Pasangan yang menanti anggota baru dalam keluarga yaitu datangnya seorang bayi
adalah merupakan tanggung jawab besar. Bagi seorang ayah merupakan beban besar dari
segi biaya termasuk biaya kehamilan, biaya persalinan, biaya peralatan yang diperlukan
ibu dan bayinya, kebutuhan tambahan setelah anaknya lahir, semua ini harus disiapkan
dengan perencanaan matang. Disamping itu juga perlu persiapan psikologis untuk
merawat bayinya dan anak yang sebelumnya (sibling). Kalau ayah belum siap maka

9
dapat menimbulkan gangguan psikologis pada suami sehingga dapat mengurangi
dukungan pada istri yang sedang hamil.
Ibu yang sedang hamil juga harus sudah menyiapkan diri menjadi ibu karena akan
bertambah beban dan tanggung jawabnya karena kehadiran bayinya. Mungkin ibu akan
lebih repot dalam menjaga bayinya, akan kurang tidur, kurang waktu merawat tubuhnya,
tidak dapat bekerja seperti biasanya, kurang waktu untuk rekreasi dsb. Jika ibu tidak
dengan senang hati melaksanakan kewajiban sebagai orangtua maka dapat timbul stress
dan kemungkinan akan menderita postpartum blues pada saat setelah persalinan.

2.2 Kebutuhan Imunisasi Ibu Hamil


A. Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil
1. Tetanus (Tetanus Toksoid)
Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus
pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi
dasar atau 10 tahun boster.
2. Hepatitis B
Untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan seksual dalam 6
bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan narkoba suntik).
3. Influenza (Inaktif)
Vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun sebaiknya diberikan
setelah minggu ke-14.

B. Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan pajanan
infeksi spesifik
1. Pneumokokus
Diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko tinggi infeksi
pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan jantung, paru, atau
penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes).
2. Rabies
Direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies

10
3. Hepatitis A
Belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama kehamilan, namun
risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)
4. Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif

C. Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil


1. MMR (Mumps, Measles, Rubella)
Merupakan kontraindikasi bagi kehamilan karena kemungkinan risiko kelainan bawaan
pada janin. Wanita sebaiknya menunggu selama 3 bulan sebelum hamil setelah
menerima vaksin virus hidup ini.
2. Varisela
Tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela pada janin
(vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum kehamilan.
3. HPV (Human Papiloma Virus)
4. Memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan ibu hamil. Data vaksinasi pada wanita
hamil terbatas

D. Efek samping imunisasi


1. Hepatitis A : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi
alergi
2. Hepatitis B : nyeri di tempat suntikan, demam
3. Influenza : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang dapat berlangsung
hingga 2 hari, demam
4. Tetanus-difteri : demam, nyeri dan bengkak di tempat suntikan
5. MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada sendi 1
atau 2 minggu setelah vaksinasi
6. Varisela : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai 3minggu
setelah imunisasi
7. Pneumokokus : demam, nyeri di tempat suntikan
8. Vaksin Polio Oral : tidak ada

11
9. Vaksin Polio Inaktif : kemerahan, rasa tidak nyaman di tempat suntikan

Hal Yang Harus Diperhatikan


 Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi wanita hamil,
kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan vaksin hidup (varisela,
MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari sebelum kehamilan bukan alasan
untuk mengakhiri kehamilan.
 Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu ideal untuk
pemberian tergantung dari waktu konsepsi.
 Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin.

E. Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada ibu hamil


Setiap vaksin yang mengandung antigen hidup yang dilemahkan (life attenuated vaccines)
adalah kontraindikasi bagi wanita hamil, karena resiko (meskipun secara teoritis dan
kebenarannya belum terbukti) kemungkinan transmisi virus atau bakteri yang berasal dari
vaksin ke janin dan terjadi gangguan perkembangan janin.
Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan (life attenuated vaccines) yang tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan luar biasa atau keadaan darurat
medis :
1. Vaksin influenza hidup (bentuk vaksin influenza semprot hidung), bentuk vaksin
influenza ini belum beredar di Indonesia
2. Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin polio tetes kedalam mulut
3. Vaksin yang mengandung antigent virus campak
4. Vaksin yang mengandung antigent virus gondongan
5. Vakisn yang mengandung antigent virus campak Jerman
6. Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan
gondongan
7. Vaksin cacar air Variola
8. Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)
9. Vaksin Varicella dengan antigent virus hidup yang dilemahkan
10. Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever

12
2.3 Standar Pelayanan Antenatal Di PPK Tingkat 1
Faskes tingkat pertama sebenarnya kepanjangan dari fasilitas kesehatan tingkat satu
atau bisa juga disebut sebagai PPK 1 (pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama) , adalah
faskes yang memberikan pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, klinik dan tempat
praktik mandiri tenaga kesehatan. Pada faskes tingkat pertama milik pemerintah seperti
Puskesmas biasanya ditempatkan sesuai dengan wilayah kelurahan atau kecamatan dengan
memperhitungkan luas wilayah, kebutuhan kesehatan, pola penyakit, jumlah dan persebaran
penduduk, pemanfaatan, fungsi sosial dan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi..
Faskeskesehatan tingkat pertama sering juga disebut sebagai Faskes primer.

A. Kebijakan Pemeintah (Pelayanan Antenatal)


Kebijakan program pelayanan antenatal yang menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal minimal empat kali yaitu :
1. Minimal satu kali pada trimester pertama = K1 (0-12 minggu)
2. Minimal satu kali pada trimester kedua = K2 (>12 minggu -24 minggu)
3. Minimal dua kali pada trimester ketiga = K3 & K4 (>24-36 minggu)

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk memberikan perlindungan


kepada ibu hamil dengan cara deteksi dini faktor risiko pencegahan dan penanganan
komplikasi. Apabila terdapat kelainan atau penyakit atau penyulit kehamilan seperti
mual, muntah, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain maka frekuensi pemeriksaan
kehamilan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

B. Tempat Pelayanan
Perlu kita ketahui bahwa faskes tingkat 1 ini dibedakan menjadi beberapa
kategori. Berdasarkan peraturan mentri kesehatan nomor 71 tahun 2013 yang termasuk
PPK 1 (pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama) adalah sebagai berikut :

1. Puskesmas
2. Klinik
3. Rumah sakit kelas D (Rumah sakit yang didirikan di desa tertinggal, pertabatasan
atau kepulauan)
4. Praktek dokter atau dokter gigi

13
C. Jenis Layanan Antenatal
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal,
hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian
ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.
Pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar meliputi anamneses, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan rutin dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan).
Menurut Kemenkes RI (2009) dalam pelaksanaan operasionalnya dikenal standar
minimal pelayanan antenatal “10T” yang terdiri dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan Penambahan berat badan setiap bulan
kurang dari 1 kilogram atau kurang dari 9 kilogram selama kehamilan menunjukan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Sehingga penimbangan berat badan dilakukan
setiap kunjungan antenatal untuk memantau perkembangan janin.
2. Ukur tekanan darah Dilakukan setiap kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya
hipertensi dan preeklamsi.
3. Tentukan nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) Untuk mendeteksi ibu hamil
berisiko keurang energi kronis (KEK) yaitu dengan ukuran lingkar lengan atas kurang
dari 23,5 cm karena berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah.
4. Ukur tinggi fundus uteri Pengukuran menggunakan pita pengukur yang dilakukan
setelah kehamilan 24 minggu. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk mendeteksi
pertumuhan janin sesuai atau tidak dengan kehamilan.
5. Tentukan presentasi janin dan deyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester satu untuk mendeteksi kegawatan janin bila DJJ kurang dari 160
kali/menit.
6. Skrining status imunisasi tetanus toksoid (TT) dan diberikan imunisasi tetanus bila
diperlukan. Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum
dan dilakukan sesuai dengan status ibu hamil saat ini.
7. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari kehamilan Setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan untuk mencegah
terjadinya anemia gizi besi

14
8. Tes laboraturium (rutin dan khusus) Pemeriksaan tersebut melipusi golongan darah,
kadar hemoglobin darah/hb, protein dalam urine, kadar gula darah.
9. Tata laksana kasus Setiap ibu hamil yang mengalami kelainan harus ditangani sesuai
standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
10. Temu wicara/konseling Konseling yang diberikan meliputi kesehatan ibu, perilaku
hidup bersih dan sehat termasuk pentingnya istirahat, peran suami/keluarga dalam
kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, hubungan seks
selama kehamilan, persalinan dan nifas, asupan gizi seimbang, pemberian asi
eksklusif dan KB pasca persalinan.

D. Mekanisme Rujukan
Sementara BPJS Kesehatan mempunyai sistem yang berbeda. Layanan kesehatan yang
diberikan terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Faskes I): tempat pelayanan kesehatan
pertama yang didatangi pasien BPJS yang ingin berobat, seperti puskesmas, klinik,
atau dokter umum. Disebut juga Faskes Primer.
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua (Faskes II): tempat pelayanan kesehatan
lanjutan setelah mendapat rujukan dari Faskes I yang spesialistis yang dilakukan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.
3. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKRTL): tempat pelayanan kesehatan
lanjutan terakhir kalau Faskes II tak sanggup menangani, seperti klinik utama atau
yang setara, rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus.
a) Sistem Rujukan Bertujuan untuk Memudahkan Pemberian Layanan
Pembagian Faskes tersebut memiliki tujuan agar pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang. Dalam praktiknya, pelayanan Faskes II hanya akan diberikan atas
dasar rujukan yang diberikan Faskes I. Begitu juga untuk layanan FKRTL baru akan
diberikan atas dasar rujukan dari Faskes II.
Diberikannya rujukan pada peserta BPJS dari pelayanan kesehatan level
rendah ke level yang lebih tinggi, didasarkan atas:
1) Pasien perlu mendapat penanganan dari spesialis atau subspesialis;

15
2) Perujuk tidak dapat menangani pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan,
dan/atau sumber daya.

b) Faskes 1 / PPK 1
Faskes I adalah gerbang awal bagi peserta BPJS untuk mendapatkan layanan
kesehatan. Pasien BPJS diwajibkan untuk datang ke Faskes I terlebih dahulu jika
mengalami masalah kesehatan dan ingin mendapatkan penanganan. Apabila setelah
dilakukan pengecekan dan dirasa perlu untuk dirujuk, akan dibuatkan surat rujukan ke
dokter spesialis atau rumah sakit.
Penting untuk diingat, peserta BPJS hanya bisa berobat ke Faskes I yang sudah dipilih
sebelumnya. Nama Faskes I ini akan tercantum di kartu BPJS tiap-tiap peserta.
Namun, peserta bisa mengubah Faskes yang dipilihnya dengan memenuhi sejumlah
syarat.
Untuk penanganan peserta misalkan yang berada dalam kondisi gawat darurat,
dalam kondisi tersebut, maka:
 Peserta bisa langsung mendapat pelayanan dari Faskes I atau lanjutan, baik yang
bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

 Langsung mendapat penanganan dari Faskes Tingkat Lanjutan tanpa surat


rujukan.

 Peserta yang mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan setelah tertangani dengan baik dengan kondisi
pasien yang memungkinkan untuk dipindahkan.

 Pengecekan validitas peserta ataupun diagnosis penyakit yang termasuk dalam


kriteria gawat darurat dilakukan oleh Fasilitas kesehatan.

 Faskes dilarang menarik biaya pelayanan kesehatan dari peserta.

Perlu dipahami yang mengeluarkan surat rujukan BPJS Kesehatan ialah pihak
dokter ketika Anda berobat. Berikut gambaran alurnya:

16
 Pasien berobat menggunakan BPJS Kesehatan, datangi faskes tingkat pertama
seperti puskesmas, klinik umum atau dokter keluarga guna melakukan
pemeriksaan.

 Setelah diperiksa, dokter akan menyatakan kondisi pasien berdasarkan indikasi


medis. Apabila hasil pemeriksaan pasien ternyata memerlukan penanganan lebih
lanjut, dokter menerbitkan surat rujukan ke faskes tingkat dua atau rumah sakit.

 Pasien mendatangi rumah sakit untuk berobat dengan membawa surat rujukan
dari faskes I.

 Sistem rujukan tidak berlaku untuk kondisi gawat darurat. Apabila kondisi pasien
tergolong gawat darurat, pasien bisa langsung berobat ke rumah sakit, tanpa perlu
minta surat rujukan dari faskes I

E. Pelayanan Antenatal di Rumah Sakit


1. Penapisan terhadap setiap ibu hamil berbasis MEOWS (Modified Early Obstetric
Warning Score)
2. Ibu dengan status suspek / kontak erat COVID-19 tanpa gejala atau gejala ringan
dapat melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat yang ditunjuk khusus. Untuk
ibu dengan status suspek gejala sedang atau berat harus segera dirawat di Rumah
Sakit (berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19). Ibu
dengan status suspek/terkonfirmasi COVID-19 harus dirawat di ruang isolasi khusus
di Rumah Sakit. Apabila Rumah Sakit tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang
memenuhi syarat Airborne Infection Isolation Room (AIIR), pasien harus dirujuk
secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi khusus tersedia. Diperlukan
koordinasi lintas sektor dan Pemerintah Daerah untuk menangani ibu hamil yang
diduga/diketahui COVID-19 ditempat isolasi khusus di Kab/Kotanya
3. Penggunaan pengobatan di luar penelitian harus mempertimbangkan analisis
riskbenefit dengan menimbang potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin.
Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk pengobatan COVID-
19, walaupun antivirus spektrum luas digunakan pada hewan model MERS sedang
dievaluasi untuk aktivitas terhadap COVID-19.

17
F. Mekanisme rujukan
Menurut Meliala (2012), peneliti Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, penting untuk segera menata sistem rujukan
pelayanan kesehatan. Setiap orang sakit seharusnya berobat lebih dahulu di fasilitas
kesehatan primer, dan hanya yang benar-benar membutuhkan layanan dokter spesialis
atau sub spesialis yang dirujuk ke rumah sakit. Dalam pelaksanaan sistem rujukan
persalinan yang mengalami komplikasi harus dilakukan dengan SOP yang harus selalu
ada di puskesmas PONED sehingga proses pelaksanaan rujukan berjalan aman tanpa
mengakibatkan risiko kematian maternal maupun neonatal. Pemahaman SOP bagi tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas harus sesuai dengan sistem rujukan mengikuti alur
sistem rujukan.Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatalmengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif
sesuai dengan kemampuandan kewenangan puskesmas serta fasilitas pelayanan. Setiap
kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang datang ke Puskemas PONED
(Penanggulangan Obstetri NeonatalEsensial Dasar).
Menurut ketentuan umum sistem rujukan berjenjang oleh BPJS Kesehatan salah
satunya adalah dalam menjalankan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan wajib melakukan sistem dengan mengacu pada perundangundangan yang
berlaku seperti terbatasnya jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan standar dalam
Formulasi Nasional (Fornas), standar alat kesehatan yang tercantum dalam JKN dan
peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan
dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai prosedur sehingga tidak
dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Sistem rujukan persalinan
merupakan salah satu bagian dari upaya kesehatan yang termasuk dalam ruang lingkup
sistem kesehatan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Sistem rujukan obstetri merupakan salah satu elemen penting dalam kesuksesan
program safe Motherhood, apabila sistem rujukan telah terlaksana dengan baik maka
angka kematian ibu di Indonesia juga menurun. Sistem rujukan berperan penting dalam
pencapaian sistem kesehatan, apabila sistem rujukan tersedia dengan baik dan terjangkau
oleh masyarakat maka taraf kesehatan masyarakat akan meningkatkan (Adisasmito,
2012). Sistem rujukan yang dibangun harus dilengkapi dengan manual supaya bisa

18
dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya disusun dan
dikembangkan oleh kelompok kerja (Pokja)/tim rujukan di sebuah kabupaten/kota.
Tujuan manual adalah untuk menjalankan sistem rujukan pelayanan ibu dan bayi
dikaitkan dengan sumber pembiayaannya. Manual rujukan tersusun dari kejadian yang
dapat dialami oleh ibu dan bayi dalam proses kehamilan dan persalinan, dan bagaimana
proses tersebut dapat didanai. Sumber dana untuk mendukung pelayanan teknis rujukan
dapat berasal dari pemerintah pusat (APBN), pemerintah provinsi (APBN Provinsi) dan
pemerintah kabupaten/ kota (APBD kab/kota), dana perusahaan dalam bentuk corporate
social responsibility (CSR), dana masyarakat mandiri, dan berbagai sumber dana lainnya.
Menurut Purnomo (2012) bahwa tujuan manual sistem rujukan adalah :
1. Menggambarkan alur kegiatan pelayanan ibu hamil, persalinan, nifas, dan pelayanan
bayi berdasarkan continuum of care lengkap dengan Pedoman dan SOP yang terkait
dengan sumber pembiayaan.
2. Menjelaskan uraian tugas (Job description) lembaga-lembaga dan profesi yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
3. Menjadi acuan kegiatan dilapangan untuk kelompok kerja rujukan dalam perencanaan
(persiapan Musrenbang), pelaksanaan dan monitoring hasil Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo (2012) Manual rujukan kehamilan, persalinan dan bayi baru
lahir Berdasarkan Petunjuk Teknis Jampersal bahwa prinsip utama manual sistem
rujukan adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan cara
menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-emptive
strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga
mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara
eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak diperlukan zat
gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami
BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body
Mass Index) sebelum hamil. Penambahan energi selama masa kehamilan sangatlah penting
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ibu hamil dan perkembangan janin.

Dalam pelaksanaan sistem rujukan persalinan yang mengalami komplikasi harus


dilakukan dengan SOP yang harus selalu ada di puskesmas PONED sehingga proses
pelaksanaan rujukan berjalan aman tanpa mengakibatkan risiko kematian maternal maupun
neonatal. Pemahaman SOP bagi tenaga kesehatan yang ada di puskesmas harus sesuai
dengan sistem rujukan mengikuti alur sistem rujukan.Sistem rujukan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatalmengacu pada prinsip utama kecepatan dan
ketepatan tindakan, efisien, efektif sesuai dengan kemampuandan kewenangan puskesmas
serta fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang
datang ke Puskemas PONED (Penanggulangan Obstetri NeonatalEsensial Dasar).

3.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah pada masa sekarang kita sebagai perempuan yang
akan mengalami kehamilan dan menjadi ibu harus mengetahui kebutuhan ibu hamil seperti
kebutuhan nutrisi, kebutuhan istirahat dan tidur ibu hamil serta dukungan psikososial ibu
hamil. Agar tidak terjadi komplikasi pada kehamilan serta kandungan menjadi sehat

20
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Persalinan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di
Puskesmas Kedai Durian Kecamatan Medan Johor Tahun 2018,Hal 45-46

Hamdiyah. (2019). Pelaksanaan Standar Asuhan Pelayanan Antenatal Oleh Bidan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Amparita Kabupaten Sindereng Rapping Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Iqra, 7(1), 26–31.

Ii, B., Pustaka, T., & Pustaka, A. T. (2016). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 1–235.

Javaid, I. (1995). Cultural control practices in cotton pest management in tropical africa. Journal
of Sustainable Agriculture, 5(1–2), 171–185. https://doi.org/10.1300/J064v05n01_12

Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, Dan Bayi Baru Lahir Di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru Diterbitkan Oleh Kementerian Kesehatan Ri,Hal 50-51

Susiloningtyas, L. (2020). Sistem Rujukan Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan Maternal


Perinatal Di Indonesia Refferal System in Maternal Perinatal Health. Jurnal Sistem
Rujukan Dalam Sistem Pelayanan, 6–16.

21

Anda mungkin juga menyukai