Pendahuluan
A. Latar Belakang
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024, yaitu peningkatan
kualitas Manusia dimana strategi untuk pencapaiannya antara lain melalui
percepatan perbaikan gizi masyarakat. Indikator pembangunan Kesehatan yang
akan dicapai pada tahun 2024 penurunan prevalensi balita stunting menjadi 14%
dan prevalensi balita wasting menjadi 7%. Anak-anak yang terlahir dan tumbuh
dalam situasi kekurangan gizi kronik mereka akan menjadi anak kerdil (stunting).
Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita
(bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi
terlalu pendekuntuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam
kandungan hingga usia 2 (dua) tahun. Dengan demikian priode 1000 hari
pertama kehidupan seyogya nya mendapat perhatian khusus karena menjadi
penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas seseorang
dimasa depan. Dalam rangka menurunkan prevalensi balita Stunting dan Ibu
Hamil Kurang maka penting dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT)
untuk Balita kurus
Berdaskan KMK No.HK.01.07-MENKES-1928-2022 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting, dalam perihal
pencegahan sekunder dilakukan oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Dokter melakukan konfirmasi pengukuran antropometrik sebelumnya
dan penelusuran penyebab potensial stunting. Anak dengan berat badan rendah,
weight faltering atau gizi kurang namun tidak berperawakan pendek (PB/U atau
TB/U ≥-2 SD) dapat diberikan Pangan untuk Keperluan Diet Khusus (PDK) sesuai
indikasi dan/atau pangan padat energi yang mempunyai komposisi gizi yang
memenuhi persyaratan PDK serta terbukti secara ilmiah mengatasi gizi kurang
secara efektif. Tindakan ini juga bertujuan untuk mencegah agar anak-anak
dengan gangguan gizi tersebut tidak berlanjut menjadi stunting. Pangan olahan
yang termasuk dalam PKGK adalah susu formula standar untuk usia 0-12 bulan
dan susu pertumbuhan untuk usia 1-3 tahun. Pemberian PDK diresepkan dan
dipantau penggunaannya oleh dokter di FKTP. Dasar pemberian PDK adalah
dikarenakan kebutuhan energi pada anak-anak dengan gizi kurang yang
meningkat sesuai dengan laju pertambahan berat badan selama masa kejar
tumbuh (catch-up growth). Oleh karena itu, kecukupan nutrisi harus sekurang-
kurangnya terdiri dari 30% lemak dan 10-15% protein. Selain itu, 4.5% dari total
kebutuhan energi anak gizi kurang harus mengandung n-6 polyunsaturated fatty
acids (PUFAs) dan 0.5% dari n-3 PUFAs, dengan rasio asam linoleic/alpha-
linolenic berkisar antara 5-15.
Kasus berat badan rendah atau gizi kurang masih di temukan di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading. Tahun 2022 di TW 3 dan 4
sebnyak 65 balita mengalami status gizi BB/TB <-2 SD. Program pemberian
makanan tambahan pada balita kurus merupakan salah satu indikator Renstra
tahun 2023. Saat ini, ketersediaan makanan tambahan balita berupa biskuit yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan produksi Tahun 2021 dan akan expired pada
bulan September 2023. Sehingga penyediaan makanan tambahan untuk balita
status gizi BB/TB <-2 SD perlu disiapkan. Penyediaan makanan tambahan, selain
kebutuhan gizi, ciri-ciri khusus/kondisi kesehatan sasaran, ada aspek lain yang
perlu dipertimbangkan dalam pemberian makanan tambahan yaitu kemudahan
distribusi dan keamanan kandungan gizi. Dengan demikian pemberian makanan
tambahan berupa susu merupakan alternatif pilihan dengan mempertimbangkan
aspek tersebut di atas.
Tujuan kajian ini adalah untuk menentukan jenis produk untuk PMT-P
balita sesuai pertimbangan ilmiah dan kondisi lapangan.
Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang
dianjurkan (per orang per hari) berdasarkan PMK No 28 Tahun 2019 tentang Angka
A. Angka Kebutuhan Kalori & Protein Balita KEP dalam PMT-P sehari :
No Sasaran Energi (Kkal) Protein (gr) Keterangan
280 – 420 Kkal 5-7.5 gr Waktu pemberian
1 Balita 90 hari
Underweight
(BB/TB) <-
2SD
Catatan : asumsi dari proporsi makanan selingan anak 2x/hari dengan 10-15%
dari total kebutuhan harian
Asam Linoeat
Asam α-Linolenat
Dengan melihat Angka Kecukupan dan Kandungan Zat Gizi yang ada
dalam makanan dan minuman maka faktor pertimbangan dalam penentuan jenis
PMT yang berupa produk susu adalah:
1. Kontribusi terhadap Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan dan zat
gizi prioritas bagi balita KEP
2. Satu saji mengandung 30% Lemak, 10-15% Protein
3. rasio asam linoleat/alpha-linolenat berkisar antara 5-15
sumber :KMK No.HK.01.07-MENKES-1928-2022
Produk susu yang di analisa dalam kajian kali ini sebanyak 4 produk
sebagai alternatif PMT balita yaitu Susu Bubuk 1, Susu Bubuk 2, Susu Bubuk 3,
Susu Bubuk 4. Dalam hal ini akan dikaji dari kandungan gizi, kecukupan gizi
termasuk keterjangkauan harga untuk tahap adopsi bagi keluarga balita KEP.
RATIO asam
5-15 7.16 10 10 10
linoleat/alpha-linolenat
Mengandung Asam
Tidak Ya Tidak Tidak
Lemak Tidak Jenuh
Kebutuhan gizi per hari setiap anak dapat di upayakan dari makanan
utama dan selingan. Pemberian makanan tambahan ini dapat menjadi pelengkap
/ pengganti mkanan selingan yang sesuai dengan kebutuhan peningkatan status
gizi berdasarkan kriteria PDK (Penyediaan Pangan Khusus). Maka pemilihan
produk untuk PMT adalah yang paling sesuai dengan stadar tersebut.
Berdasarkan tabel di atas, dari ke empat produk memiliki lemak, PER Protein dan
ratio asam linoleate – asam alpa linolenat yang sesuai denngan kriteria PDK,
tetapi susu produk II memiliki tambahan asam lemak tidak jenuh meskipun dari
jumlah masih belum sesuai. Hal ini sangat membantu dalam mencukupi
kebutuhan asam lemak tidak jenuh pada sasaran. Maka, dari aspek pemenuhan
standar PDK, pilihan produk jatuh pada susu bubuk II.
IV. Penutup
Dengan demikian untuk pelaksanan PMT underweight / kurus di pilih susu
bubuk II
Mengetahui,