Anda di halaman 1dari 17

Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

DAMPAK PERNIKAHAN USIA DINI DITINJAU


DARI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Penetapan Perkara Nomor 297/Pdt.P/2016/PA.Pwl)

Jalil. B
(IAI DDI Polewali Mandar)

ABSTRAK
Pandangan tentang usia pernikahan dini menurut Islam maupun pernikahan usia
dini menurut hukum Islam masih jadi fenomena ini banyak terjadi pada masyarakat
perdesaan dalam hal sebuah pernikahan dini termasuk dalam studi kasus Penetapan
Perkara Nomor 297/Pdt.P/2016/PA.Pwl pada Pengadilan Agama Polewali. Perkawinan
menganut prinsip bahwa calon suami dan isteri harus telah masuk jiwa raganya untuk dapat
melangsungkan pernikahan, agar dapat mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa
berakhir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat, untuk itu harus
dicegah adanya perkawinan antara calon suami dan isteri yang masih dibawah umur. Dalam
Islam syarat perkawinan itu adalah ‘aqil dan baligh yang tidak memandang batas usia.
Berdasarkan perbedaan inilah penulis ingin meneliti terkait perbedaaan ini. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kepustakaan (library research) yakni
dengan membaca dan menela’ah buku-buku serta tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan
objek pembahasan,yakni dampak pernikahan usia dini, menurut hukum Islam.
Berdasarkan permasalahan, hasil penelitian ini antara lain: bahwa dalam hal
pernikahan menurut Islam, Islam sangat memuliakan pernikahan sehingga ikatan itu
ditetapkan sebanding dengan separuh agam, menurut syariat Islam usia kelayakan
pernikahan adalah usia kecakapan berbuat dan menerima hak (ahliyatul ada’ wa al -
wujub). Islam tidak menetukan batas usia namun mengatur usia baligh untuk siap
menerima pembebanan hukum Islam.Dalam Hukum Islam atau fiqih tidak ada batasan
minimal usia pernikahan, jumhur atau mayoritas ulama mengatakan bahwa wali atau orang
tua boleh minikahkan anak perempuannya dalam usia berapapun.
Selain itu perlu diperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini, karena
tidak matangnya dalam berpikir dan menyelesaikan persoalan dalam pernikahan. Sehingga
tujuan pernikahan yang mawwadah dan rahmah tidak tercapai secara maksmimal.

Kata Kunci : Pernikahan, Usia Dini, Hukum Islam.

84
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Pendahuluan warga Negara. Di dalam pasal 1 Undang-


Perkawinan merupakan salah satu Undang Nomor 1 tahun 1974 disebutkan :
peristiwa penting dalam kehidupan manusia. “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
Pernikahan yang terjadi antara seorang pria seorang pria dan seorang wanita sebagai
dengan seorang wanita menimbulkan suami istri dengan tujuan membentuk
akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga (rumah tangga) yang bahagia
keluarga masing-masing masyarakat dan juga dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
dengan harta kekayaan yang diperoleh Maha Esa”.
diantara mereka baik sebelum maupun Berkenaan dengan prinsip ini, salah
selamanya Pernikahan berlangsung. Setiap satu standar yang digunakan adalah
makhluk hidup memiliki hak asasi untuk penetapan usia perkawinan. Menurut Pasal
melanjutkan keturunannya melalui 7 ayat (1), Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Pernikahan, yakni melalui budaya dalam 1974 tentang Perkawinan, ukuran
melaksanakan suatu Pernikahan yang kedewasaan diimplementasikan dengan
dilakukan di Indonesia. adanya batasan umur yang harus dipenuhi
Agama Islam mengisyaratkan sebagai syarat seseorang melakukan
Pernikahan sebagai satu-satunya bentuk perkawinan. Batasan umur tersebut adalah
hidup secara berpasangan yang dibenarkan 16 (enam belas) tahun bagi calon mempelai
dan dianjurkan untuk dikembangkan dalam wanita dan 19 (sembilan belas) tahun bagi
pembentukan keluarga. Tujuan perkawinan pria.
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun Undang-undang No. 1 tahun 1974
1974 tentang Perkawinan pasal 1 adalah tentang perkawinan menganut prinsip bahwa
membentuk keluarga (rumah tangga) yang calon suami dan isteri harus telah masak
bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
Yang Maha Esa untuk mewujudkan tujuan pernikahan, agar dapat mewujudkan tujuan
tersebut, maka salah satu prinsip yang pernikahan secara baik tanpa berakhir pada
digariskan oleh Undang-Undang Nomor 1 perceraian dan mendapatkan keturunan yang
Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah baik dan sehat, untuk itu harus dicegah
bahwa calon suami isteri harus telah masak adanya Pernikahan antara calon suami dan
jiwa dan raganya untuk dapat melangsungkan isteri yang masih dibawah umur . Undang-
perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan Undang Pernikahan No. 1 tahun 1974
perkawinan secara baik tanpa berakhir pada tentang Perkawinan menyatakan bahwa batas
perceraian dan mendapat keturunan yang perkawinan itu adalah usia 16 tahun bagi
baik dan sehat. perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki.
Dalam hal ini, Pemerintah telah Syarat-Syarat Perkawinan dalam UU No. 1
mengeluarkan beberapa Peraturan – tahun 1974 tercantum dalam pasal 6 yang
Peraturan dan Undang – Undang yang berbunyi:
mengatur tentang perkawinan terutama (1) Perkawinan harus didasarkan atas
Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 persetujuan kedua calon mempelai.
tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua (2) Untuk melangsungkan perkawinan

85
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

seorang yang belum mencapai umur No. 1 tahun 1974 tercantum pasal berbunyi:
21 (duapuluh satu) tahun harus (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak
mendapat izin kedua orang tua. pria sudah mencapai umur 19
(3) Dalam hal salah seorang dari kedua (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
orang tua telah meninggal dunia atau sudah mencapai umur 16 (enam belas)
dalam keadaan tidak mampu tahun.
menyatakan kehendaknya, maka izin (2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup (1) pasal ini dapat meminta dispensasi
diperoleh dari orang tua yang masih kepada Pengadilan atau Pejabat lain
hidup atau dari orang tua yang mampu yang ditunjuk oleh skedua orang tua
menyatakan kehendaknya. pihak pria maupun pihak wanita.
(4) Dalam hal kedua orang tua telah (3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan
meninggal dunia atau dalam keadaan salah seorang atau kedua orang tua
tidak mampu untuk menyatakan tersebut dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4)
kehendaknya, maka izin diperoleh dari Undang-undang ini, berlaku juga dalam
wali, orang yang memelihara atau hal permintaan dispensasi tersebut ayat
keluarga yang mempunyai hubungan (2) pasal ini dengan tidak mengurangi
darah dalam garis keturunan lurus yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
keatas selama mereka masih hidup dan Dalam agama Islam secara tegas tidak
dalam keadaan dapat menyatakan terdapat kaidah-kaidah yang sifatnya
kehendaknya. menentukan batas usia Pernikahan,
(5) Dalam hal ada perbedaan pendapat berdasarkan hukum Islam pada dasarnya
antara orang-orang yang disebut dalam semua tingkatan usia dapat melakukan ikatan
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah Pernikahan. Dalam Islam syarat Pernikahan
seorang atau lebih diantara mereka itu adalah ‘aqil dan baligh yang tidak
tidak menyatakan pendapatnya, maka memandang batas usia. Adapun dalil As-
Pengadilan dalam daerah hukum tempat Sunnah. hadits Aisyah RA:
tinggal orang yang akan melangsungkan “Bahwasannya Nabi SAW menikahinya
perkawinan atas permintaan orang pada saat beliau masih anak berumur 6
tersebut dapat memberikan izin setelah tahun dan Nabi SAW menggaulinya
lebih dahulu mendengar orang-orang sebagai istri pada umur 9 tahun dan
tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) beliau tinggal bersama pada umur 9
pasal ini. tahun pula” (Hadis Shohih Muttafaq
(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai ‘alaihi)
dengan ayat (5) pasal ini berlaku Al-Qur’an yaitu QS At-Thalaq : 4 dan
sepanjang hukum masing-masing QS. An-Nisa : ayat 3 dan 127
agamanya dan kepercayaannya itu dari
yang bersangkutan tidak menentukan ‫يض يَئِسْنَ َوالالئِي‬ ِ ِ‫سائِكُ ْم إِ ِن ِمنَ ا ْل َمح‬
َ ِ‫مِ ْن ن‬
lain. ‫ارت َ ْبت ُ ْم فَ ِعدَّت ُ ُه َّن‬ ُ َ َ َ
ْ ‫لَ ْم يَحِ ضْنَ أ ْش ُه ٍر َوالالئِي ثالثة‬
Sedangkan dalam pasal 7 dalam UU

86
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

َ َ‫َوأُوالتُ األ ْح َما ِل أ َ َجلُ ُه َّن أ َ ْن ي‬


َ‫ض ْعن‬ Bakar yang masih berusia 6 tahun (Hadis
‫َّللا يَجْ عَ ْل لَهُ مِ ْن أ َ ْم ِر ِه‬
َ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫َح ْملَ ُه َّن َو َم ْن يَت‬ Shohih Muttafaq ‘alaihi) Jadi, apa yang
‫يُس ًْرا‬ salah dengan pernikahan dengan gadis di usia
dini itu?.
Berdasarkan hadist ini, jelaslah Sebagaimana kasus yang terjadi pada
bahwa mubah hukumnya seorang laki-laki Kantor Pengadilan Agama Polewali No.
menikah dengan anak perempuan kecil yang 297/Pdt.P/2016/PA.Pwl, tanggal 31 Oktober
belum haid. Hukum nikahnya sah dan tidak 2016 yang Hamiluddin dengan usia 32 tahun
haram. Namun syara’ hanya menjadikan menikahi seorang perempuan bernama Indo
hukumnya sebatas mubah (boleh), tidak Ufe Safitri yang belum mencapai usia 16
menjadikannya sebagai sesuatu anjuran atau tahun berdasarkan batasan usia pernikahan
keutamaan (sunnah/mandub), apalagi sesuatu baik dalam Islam maupun dalam UU No. 1
keharusan (wajib). Dalam Kompilasi Hukum tahun 1974 . Berbagai alasan disebutkan
Islam (KHI), ketentuan batas usia dalam dalam pembatasan usia Pernikahan di
perkawinan disebutkan dalam pasal 15 ayat Indonesia antara lain bahwa pernikahan
(1) didasarkan pada pertimbangan mempunyai hubungan dengan
kemaslahatan keluarga dan rumah tangga permasalahan kependudukan, batas umur
perkawinan, yakni suami isteri harus telah yang lebih rendah bagi seorang wanita
masak jiwa dan raganya, agar dapat bertujuan untuk menahan laju kelahiran
mewujudkan tujuan Pernikahan secara baik yang lebih tinggi (jika dibandingkan dengan
tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat batas umur yang lebih tinggi).
keturunan yang baik dan sehat, untuk itu Dari segi kesehatan dipahami bahwa
harus dicegah adanya Pernikahan antara Pernikahan di bawah umur sangat berisiko
calon suami isteri yang masih di bawah umur. tinggi dan rawan terjangkit gangguan pada
Namun perbedaan batasan usia alat reproduksi di kemudian hari (misalnya:
pernikahan ini baik dalam Islam maupun risiko terkena penyakit kanker leher rahim).
dalam UU No. 1 tahun 1974 masih jadi Perspektif lain, dalam Undang-Undang
persoalan yang belum dapat diselesaikan, perlindungan anak, bahwa gadis yang nikah
pada tahun 2009 masyarakat Indonesia dibawah batas usia yang ditetapkan rentan
terusik dengan perbuatan sensasional Syekh menjadi korban dari “perdagangan anak”
Puji, seorang pimpinan pondok pesantren di (trafiking) dan eksploitasi ekonomi, sehingga
Semarang, Jawa Tengah, yang menikahi pernikahan usia dini dapat merugikan anak
seorang gadis di bawah umur. Gadis tersebut yang pada waktunya hanya menutut ilmu
baru duduk di kelas satu sekolah menengah dan bermain. Dalam Kitab Undang-
pertama, dan usianya kurang dari 12 tahun. Undang Hukum Pidana pasal 288
Alasan yang dikemukakan untuk melegalkan dinyatakan :
Pernikahan kepada anak usia dini sangat “barangsiapa dalam Pernikahan
normatif, dan berputar-putar di situ saja, bersetubuh degan seorang wanita yang
yakni bahwa Nabi Muhammad SAW saja diketahuinya atau sepatutnya harus
menikahi Aisyah RA ketika putri Abu diduganya bahwa yang bersangkutan

87
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

belum waktunya untuk dikawin, apabila PEMBAHASAN


perbuatan mengakibatkan luka-luka A. Usia Pernikahan Menurut Islam
diancam dengan pidana penjara paling Perbuatan seorang muslim pasti
lama empat bulan” . mempunyai status dalam hukum syara’,
Berdasarkan paparan di atas penulis perbuarta tersebut tidak terlepas atau
ingin meneliti lebih lanjut tentang pernikahan terbebas dari ketentuan hukum-hukum
usia dini di Indonesia sehingga didapatkan Allah, apa pun juga perbuatan itu. Maka
solusi yang tepat sehingga problem dari itu, seorang muslim wajib mengetahui
pernikahan usia dini ini tidak terus berlanjut hukum syara’ akan suatu perbuatan, sebelum
dan mendapat dukungan dari mayoritas dia melakukan perbuatan itu, apakah
penduduk Indonesia. Agar tidak perbuatan itu wajib, sunnah, mubah, makruh,
menyimpang dari tujuan penelitian, Penulis atau haram. Jika dia tidak mengetahui
menetapkan bahwa dalam penulisan hukumnya, wajib baginya bertanya kepada
penelitian ini, penulis merujuk pada orang-orang yang berilmu.
rumusan pernikahan usia dini menurut Islam Firman Allah SWT dalam surah An-Nahl
dalam kitab-kitab fiqh dari empat mazhab Ayat 43:
yaitu Hambali, Maliki, Syafi’i dan Abu َ‫فَسلُ ٓو ْا أَه َل ٱلذِك ِر ِإن ُكنتُم َال تَع َل ُمون‬
Hanifah, serta dikaitkan dengan peraturan “Maka bertanyalah kepada orang yang
perundang-undangan Pernikahan yang mempunyai pengetahuan jika kamu
berlaku di Indonesia yakni, Undang-Undang tidak mengetahui.”
No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Dengan demikian, seorang muslim
Berdasarkan latar belakang dan wajib mengetahui hukum-hukum syara’
batasan masalah, maka permasalahan yang yang berkaitan dengan perbuatan yang
dapat penulis rumuskan dari penelitian dilakukannya. Jika perbuatan itu berkaitan
pernikahan usia dini ini adalah: (1) dengan aktivitasnya sehari-hari, atau akan
Bagaimana usia pernikahan menurut Islam?. segera dia laksanakan, hukumnya fardhu ain
(2) Bagaimana pernikahan usia dini menurut untuk mempelajari dan mengetahui hukum-
hukum Islam?. hukumnya. Misalnya seorang dokter, maka
Adapun yang menjadi tujuan dari dia wajib ain untuk mengetahui hukum
penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengobatan, definisi hidup atau mati, otopsi,
usia pernikahan menurut islam. (2) Untuk dan sebagainya. Seorang pedagang, wajib ain
mengetahui pernikahan usia dini menurut untuk mengetahui hukum jual beli, sewa
hukum Islam. menyewa, hutang piutang, dan sebagainya.
Kemudian kegunaan dari penelitian Seorang muslim yang akan menikah, wajib
ini dapat dijabarkan sebagai berikut:Untuk ain baginya untuk mengetahui hukum-hukum
menambah (1) Ilmu pengetahuan dalam seperti hukum khitbah, akad nikah, nafkah,
bidang hukum Islam khususnya pernikahan hak-kewajiban suami isteri, thalaq, rujuk, dan
usia dini. (2) Sebagai bahan referensi untuk sebaginya.
penelitian selanjutnya.
Ibnu Qoyyim al Jauziyah
menyebutkan tentang Pernikahan Nabi

88
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

SAW dengan Aisyah. Ia adalah kekasih Harits bin Ghonam bin Malik bin Kinanah al
Rasulullah SAW yang disodorkan oleh para Kinanah. Rasulullah menikahinya pada saat 2
malaikat dengan tertutupi secarik kain tahun sebelum hijrah dan dia masih anak-
sutera sebelum beliau saw anak, Abu Ubaidah mengatakan: 3 tahun, ada
menikahinya, dan malaikat itu yang mengatakan: 4 tahun ada yang
mengatakan,”Ini adalah isterimu.” (HR. mengatakan: 5 tahun. Umurnya saat dinikahi
Bukhori dan Muslim). oleh Rasulullah SAW adalah 6 tahun, ada
Beliau saw menikahinya pada bulan yang mengatakan 7 tahun. Dan mulai digauli
Syawal yang pada saat itu Aisyah berusia oleh Rasulullah SAW pada usia 9 tahun di
6 tahun dan mulai digaulinya pada bulan Madinah Aisyah meninggal di usia 57 tahun,
syawal setahun setelah hijrah pada usianya 9 ada yang mengatakan 58 tahun di malam
tahun. Rasulullah saw tidak menikahi Selasa pada tanggal 17 malam di bulan
seorang perawan pun selain dirinya, tidak Ramadhan dan dia meminta agar
ada wahyu yang turun kepada Rasulullah dimakamkan di Baqi’ pada waktu malam hari
SAW untuk menikahi seorang wanita pun Usianya tatkala Nabi saw meninggal baru 18
kecuali Aisyah ra.” tahun.
Beberapa dalil lainnya tentang Ibnu Ishaq mengatakan, ”Kemudian
pernikahan Rasulullah saw dengan Aisyah Nabi SAW menikahi Aisyah setelah Saodah
telah dijelaskan dalam hadits-hadits shohih binti Zam’ah setelah tiga tahun
berikut : meninggalnya Khodijah. Dan Aisyah pada
‫مﺎﻨﳌا ﲔﺗﺮﻣ اذإ ﻞﺟر‬ ‫ﰲ‬ saat itu berusia 6 tahun dan digauli oleh
‫ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻗ ﺖﻟﺎﻗ ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻣ ﻚﺘﻳرأﻢﻠﺳو‬ Rasulullah SAW pada usia 9 tahun.
Rasulullah saw meninggal pada saat usia
‫اﺬﻫ ﻦﻜﻳ نإ‬
Aisyah 18 tahun.
‫لﻮﻗﺄﻓ ﺖنأ ﻲﻫ اذإﻓ ﺎﻬﻔﺸﻛﺄﻓ ﻦﻋ‬
Perkataan bahwa Rasulullah SAW
“Dari Aisyah ra bahwasanya Nabi saw menikahi Aisyah pada usia 6 tahun dan
berkata kepadanya, ”Aku telah melihat kamu menggaulinya pada usia 9 tahun adalah hal
di dalam mimpi sebanyak dua kali. Aku yang tidak ada perbedaan di kalangan ulama
melihat kamu tertutupi secarik kain sutera. karena telah diterangkan dalam banyak
Dan Malaikat itu mengatakan, ’Inilah hadits-hadits shohih dan Rasulullah SAW
isterimu, singkaplah.” Dan ternyata dia menggaulinya pada tahun ke-2 setelah hijrah
adalah kamu, maka aku katakan, ’Bahwa ini ke Madinah.
adalah ketetapan dari Allah.” (HR. Bukhori
Berdasarkan hadits-hadits yang
4688)
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan
Aisyah binti Abu Bakar ash Shiddiq.
Muslim serta pendapat para ahli sejarah
Ia adalah isteri Nabi SAW dan yang paling
islam, menunjukkan bahwa usia
terkenal dari semua istrinya. Ibunya
Pernikahan Aisyah dengan Rasulullah
bernama Ummu Ruman putri dari ‘Amir bin
SAW adalah 6 tahun meskipun kemudian
Uwaimir bin Abdisy Syams bin ‘Attab bin
digauli pada usianya 9 tahun. Pernikahan
Udzainah bin Suba’i bin Duhman bin al
beliau SAW dengan Aisyah adalah dalam

89
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

rangka menjalin kasih sayang dan dipandang telah siap nikah secara biologis.
menguatkan persaudaraan antara beliau saw Ulama berbeda pendapat dalam usia balig,
dengan ayahnya, Abu Bakar ash Shiddiq, antara lain :
yang sudah berlangsung sejak masa sebelum a. Imam Malik, al Laits, Ahmad,. Ishaq dan
kenabian. Abu Tsaur berpendapat bahwa batas usia
Dan pernikahan Aisyah pada usia baligh adalah tumbuhnya bulu-bulu di
yang masih 6 tahun dan mulai digauli pada sekitar kemaluan, sementara kebanyakan
usia 9 tahun bukanlah hal yang aneh, karena para ulama madzhab Maliki berpendapat
bisa jadi para wanita di satu daerah berbeda bahwa batasan usia haidh untuk
batas usia balighnya dibanding dengan para perempuan dan laki-laki adalah 17 tahun
wanita di daerah lainnya. Hal ini atau 18 tahun.
ditunjukan dengan terjadinya perbedaan di b. Abu Hanifah berpendapat bahwa usia
antara para ulama mengenai batas minimal baligh adalah 19 tahun atau 18 tahun bagi
usia wanita mendapatkan haidh sebagai tanda laki- laki dan 17 tahun bagi wanita.
bahwa ia sudah baligh. Kalau pun ada yang c. Syafi’i, Ahmad, Ibnu Wahab dan jumhur
berpendapat lain dalam hal ini tentunya berpendapat bahwa hal itu adalah pada
tidaklah dipersalahkan sebagaimana usia sempurna 15 tahun. Bahkan Imam
perbedaan yang sering terjadi diantara para Syafi’i pernah bertemu dengan seorang
imam dalam suatu permasalahan fiqih wanita yang sudah mendapat monopouse
namun sikap saling menghargai dan pada usia 21 tahun dan dia mendapat
tidak memaksakan pendapatnya tetap terjalin haidh pada usia persis 9 tahun dan
diantara mereka. Perbedaan pendapat melahirkan seorang bayi perempuan
dikalangan kaum muslimin selama bukan pada usia persis 10 tahun. Dan hal
masuk wilayah aqidah adalah rahmat dan seperti ini terjadi lagi pada anak
sebagai khazanah ilmiyah yang harus perempuannya.
disyukuri untuk kemudian bisa terus menjadi Perbedaan para imam madzhab di
bahan kajian kaum muslimin. atas mengenai usia baligh sangat
Untuk lebih jelas tentang pernikahan dipengaruhi oleh lingkungan dan kultur di
dini, penulis akan menjelaskan hal yang tempat mereka tinggal. Imam Abu Hanifah
terkait dengan usia dan batas dewasa dalam tinggal di Kufah, Iraq. Imam Malik tinggal
pandangan iman mazhab terkait dengan di kota Rasulullah saw, Madinah. Imam
batasan usia yang dimasuk usia dewasa. Syafi’i tinggal berpindah-pindah mulai dari
Usia Baligh Madinah, Baghdad, Hijaz hingga Mesir
Pengertian pernikahan baligh nikah dan ditempat terakhir inilah beliau
dalam hukum Islam seperti yang diterapkan meninggal. Sedangkan Imam Ahmad tinggal
oleh ulama fiqh adalah tercapainya usia yang di Baghdad. Bila dipahami ternyata usia
menjadikan seseorang siap secara biologis baligh mengalami perkembangan bahwa
untuk melaksanakan Pernikahan, bagi laki- kemampuan secara biologis tidak lah cukup
laki yang sudah bermimpi keluar mani dan untuk melaksanakan Pernikahan tanpa
perempuan yang sudah haid, yang demikian mempunya kemampuan ekonomi dan psikis.

90
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Kemampuan ekonomis berarti sudah mampu berdasarkan dalil-dalil berikut :


mencari atau memberi nafkah dan sudah 1. Firman Allah SWT yang artinya :
mampu mebmayar mahar, sedangkan ‫سﺎﺋِ ُﻜ ْﻢ ِإ ِن‬
َ ِ‫ﻴض ِﻣ ْﻦ ن‬ ِ ‫اﻟَّلﺋِﻲ َﻳئِسْﻦَ ِﻣﻦَ ا ْﻟ َم ِح‬ ‫َو ا‬
secara psikis adalah kedua belah pihak ۚ َ‫اﻟَّلﺋِﻲ َﻟ ْﻢ ﻳَ ِحضْﻦ‬ ‫ارﺗَ ْبﺘ ُ ْﻢ ﻓَ ِعداﺗ ُ ُﻬ اﻦ ثَ ََّلثَﺔُ أَ ْش ُﻬ ٍﺮ َو ا‬
ْ
sudah masak jiwa raganya. Pernikahan dapat
ۚ ‫ض ْعﻦَ َح ْم َﻠ ُﻬ اﻦ‬ َ ‫وَلتُ ْاْل َ ْح َمﺎ ِل أَ َﺟﻠُ ُﻬ اﻦ أَ ْن َﻳ‬ َ ُ‫َوأ‬
dikatakan ideal jika sudah mempunyai tiga
unsur di atas (kemampuan biologis, ‫َّللا ﻳَجْ َع ْﻞ َﻟﻪُ ِﻣ ْﻦ أَ ْﻣ ِﺮ ِه ﻳُس ًْﺮا‬
َ‫ق ا‬ ِ ‫َو َﻣ ْﻦ ﻳَﺘا‬
ekonomis dan psikis), karena ketiga “Dan perempuan-perempuan yang
kemampuan tersebut dimungkinkan telah ada tidak haid lagi (monopause) di
pada seseorang ketika sudah berusia 19 antara perempuan-perempuanmu jika
tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi kamu ragu-ragu (tentang masa
perempuan. iddahnya), Maka masa iddah mereka
adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
Pernikahan bukanlah sebagai alasan
untuk memenuhi kebutuhan biologis saja perempuan-perempuan yang tidak
yang bersifat seksual akan tetapi pernikahan haid.” (QS. Ath Tholaq : 4)
merupakan suatu ibadah yang mulia yang Sesungguhnya Allah SWT
diridhoi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. membatasi iddah seorang anak kecil
Maka pernikahan tersebut akan terwujud jika yang belum mendapatkan haidh adalah 3
diantara kedua belah pihak sudah memiliki bulan seperti wanita-wanita yang
tiga kemampuan seperti yang disebutkan di monopouse. Dan tidak akan ada iddah
atas dengan kemampuan tersebut maka kecuali setelah dia diceraikan. Dan
akan terciptanya hubungan saling tolong ayat ini menunjukkan wanita itu
menolong dalam memenuhi hak dan menikah dan diceraikan tanpa izin
kewajibannya masing-masing, saling nasehat darinya.
menasehati dan saling melengkapi 2. Perintah menikahkan para wanita, di
kekurangan masing-masing yang dalam firman-Nya,
dicerminkan dalam bentuk sikap dan ‫صﺎ ِﻟ ِحﻴﻦَ ِﻣ ْﻦ‬ ‫َوأَ ْن ِﻜ ُحﻮا ْاْلَﻳَﺎ َﻣ ٰﻰ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َواﻟ ا‬
tindakan yang bersumber dari jiwa yang ‫ِﻋ َبﺎ ِد ُﻛ ْﻢ َو ِإ َﻣﺎﺋِ ُﻜ ْﻢ ۚ ِإ ْن َﻳ ُﻜﻮنُﻮا ﻓُقَ َﺮا َء ﻳُ ْغﻨِ ِﻬ ُﻢ ا‬
ُ‫َّللا‬
matang sehingga keluarga yang ‫ﻋ ِﻠﻴ ٌﻢ‬ ‫ض ِﻠ ِﻪ ۗ َو ا‬
َ ‫َّللاُ َوا ِﺳ ٌع‬ ْ َ‫ِﻣ ْﻦ ﻓ‬
ditinggalkannya akan melahirkan keindahan “Dan kawinkanlah orang-orang yang
keluarga dunia yang kekal dan abadi. sedirian diantara kamu, dan orang-
B. Hukum Pernikahan Anak Yang orang yang layak (berkawin) dari
Belum Baligh. hamba-hamba sahayamu yang lelaki
Adapun hukum menikahkan wanita dan hamba-hamba sahayamu yang
yang belum sampai usia baligh (anak-anak) perempuan.” (QS. An Nuur: 32)
maka jumhur ulama termasuk para imam Hamba-hamba sahaya perempuan ini
yang empat, bahkan ibnul Mundzir bisa yang sudah dewasa atau yang
menganggapnya sebagai ijma adalah boleh masih kecil.
menikahkan anak wanita yang masih kecil
3. Pernikahan Nabi saw dengan Aisyah
dengan yang sekufu’ (sederajat/sepadan),
sedangkan dia masih kecil, dia

91
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

mengatakan, ”Nabi saw menikahiku memperlakukan harta seorang anak yang


sedangkan aku masih berusia 6 tahun masih kecil demi kemaslahatannya,
dan menggauliku pada usiaku 9 tahun.” berdasarkan sabda Rasulullah
(Muttafaq Alaih). Abu Bakar lah yang saw,”Anak yatim perlu dimintakan
menikahkannya. Begitu juga Rasulullah izinnya dan jika dia diam maka itulah
saw telah menikahkan putri pamannya, izinnya dan jika dia menolak maka tidak
Hamzah, dengan anak dari Abi Salamah boleh menikahkannya.” (HR. Imam
yang kedua-duanya masih anak-anak. yang lima kecuali Ibnu Majah).
4. Dari Atsar Sahabat; Ali ra telah 2. Para ulama madzhab Hanafi
menikahkan putrinya Ummu Kaltsum berpendapat diperbolehkan seorang
pada saat dia masih kecil dengan ayah atau kakek atau yang lainnya dari
Urwah bin Zubeir. Urwah bin Zubeir kalangan ashobah untuk menikahkan
telah menikahkan putri dari saudara seorang anak laki-laki atau anak
perempuannya dengan anak laki-laki perempuan yang masih kecil,
dari saudara laki-lakinya sedangkan berdasarkan firman Allah SWT,” Dan
keduanya masih anak-anak. jika kamu takut tidak akan dapat
Meskipun menikahi anak pada usia berlaku adil terhadap (hak-hak)
belum baligh diperbolehkan secara ijma’, perempuan yang yatim (bilamana
namun demikian tetaplah memperhatikan kamu mengawininya).”(QS. AnNisa: 3)
batas usia minimal baligh kebanyakan 3. Para ulama Syafi’i berpendapat bahwa
wanita di daerah tersebut dan juga kesiapan tidak diperbolehkan selain ayahnya dan
dia baik dari aspek kesehatan maupun kakeknya untuk menikahkan anak laki-
psikologi. laki atau anak perempuan yang masih
Adapun yang menjadi perbedaan kecil, berdasarkan dalil dari ad
pendapat di kalangan jumhur ulama atau Daruquthni,”Seorang janda berhak atas
orang- orang yang mengatakan boleh dirinya daripada walinya, seorang
menikahkan anak-anak wanita yang masih perawan dinikahkan oleh ayahnya.”
kecil adalah pada siapa yang berhak Dan juga yang diriwayatkan Imam
menikahkannya: Muslim, ”Seorang perawan hendaklah
1. Para ulama madzhab Maliki dan Syafi’i diminta persetujuannya oleh ayahnya.”
berpendapat tidak boleh menikahkannya Sedangkan kakek pada posisi seperti
kecuali ayahnya atau orang-orang yang ayah ketika ayahnya tidak ada karena ia
diberi wasiat untuknya atau hakim. Hal memiliki hak perwalian dan ashobah
itu dikarenakan terpenuhinya rasa kasih seperti ayah.
sayang seorang ayah dan kecintaan yang Alasan yang disampaikan oleh para
sesungguhnya demi kemaslahatan imam mazhab terhadap kebolehan
anaknya. Sedangkan Hakim dan orang menikahkan anak yang masih kecil oleh
yang diberi wasiat oleh ayahnya adalah ayah dan kakeknya, berdasarkan hak seorang
pada posisi seperti ayahnya karena tidak anak terletak pada orang tuanya (ayahnya),
ada selain mereka yang berhak sehingga seorang ayah memegang peran

92
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

penting dalam menentukan kemana dan tidak mampu untuk menyatakan


kepada siapa anaknya dinikahi. Orang tua kehendaknya, maka izin diperoleh dari
sebagai penjaga anak-anaknya tidak akan wali, orang yang memelihara atau
mungkin menjerumuskan anak-anaknya keluarga yang mempunyai hubungan
kekehancuran. darah dalam garis keturunan lurus
Pernikahan Usia Dini Menurut Hukum keatas selama mereka masih hidup dan
Islam dalam keadaan dapat menyatakan
Undang-undang No. 1 tahun 1974 kehendaknya.
tentang Pernikahan menganut prinsip bahwa 5) Dalam hal ada perbedaan pendapat
calon suami dan isteri harus telah masak antara orang-orang yang disebut dalam
jiwa raganya untuk dapat melangsungkan ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah
pernikahan, agar dapat mewujudkan tujuan seorang atau lebih diantara mereka
pernikahan secara baik tanpa berakhir pada tidak menyatakan pendapatnya, maka
perceraian dan mendapatkan keturunan yang Pengadilan dalam daerah hukum tempat
baik dan sehat, untuk itu harus dicegah tinggal orang yang akan melangsungkan
adanya Pernikahan antara calon suami dan perkawinan atas permintaan orang
isteri yang masih dibawah umur. tersebut dapat memberikan izin setelah
Undang-Undang Pernikahan No. 1 lebih dahulu mendengar orang-orang
tahun 1974 menyatakan bahwa batas tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4)
Pernikahan itu adalah usia 16 tahun bagi pasal ini.
perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. 6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai
Syarat-Syarat, Pernikahan dalam UU No. 1 dengan ayat (5) pasal ini berlaku
tahun 1974 tercantum dalam pasal 6 yang sepanjang hukum masing-masing
berbunyi: agamanya dan kepercayaannya itu dari
1) Perkawinan harus didasarkan atas yang bersangkutan tidak menentukan
persetujuan kedua calon mempelai. lain.
2) Untuk melangsungkan perkawinan Sedangkan Peraturan Menteri Agama
seorang yang belum mencapai umur 21 Republik Indonesia Nomo 11 Tahun 2007
(duapuluh satu) tahun harus mendapat Tentang Pencatatan Nikah yakni :
izin kedua orang tua. Pasal 7 : Apabila Seseorang Calon Mempelai
3) Dalam hal salah seorang dari kedua belum memcapai umur 19
orang tua telah meninggal dunia atau (sembilan belas) tahun, harus
dalam keadaan tidak mampu mendapat izin tertulis kedua orang
menyatakan kehendaknya, maka izin tua.
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup Pasal 8 : Apabila seorang Suami belum
peroleh dari orang tua yang masih mencapai umur 19 (Sembilan belas
hidup atau dari orang tua yang mampu tahun) dan seorang Calon isteri
menyatakan kehendaknya. belum mencapai umur 18 (delapan
4) Dalam hal kedua orang tua telah belas) tahun harus mendapat
meninggal dunia atau dalam keadaan dispensasi dari pengadilan.

93
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Menurut Undang-undang perkawinan sekaligus juga mengingat pentingnya


No. 1/1974 sebagai hukum positif yang pernikahan di zaman modern sekarang ini,
berlaku di Indonesia, menetapkan batas usia orang menikah demi kemaslahatan umat
Pernikahan 19 tahun bagi laki-laki dan 16 manusia. Namun kalau dicermati seksama
tahun bagi perempuan, (pasal 7 ayat (1), pasal-pasal yang ada dalam UU Nomor
namun batas usia tersebut bukan merupakan 1 tahun 1974 dan Peraturan Menteri Agama
batas usia seseorang telah dewasa yang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007
cukup dewasa untuk bertindak, akan dan Peraturan Menteri Agama Republik
tetapi batas usia tersebut hanya merupakan Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
batas usia minimal seseorang boleh Pencatatan Nikah Khususnya sehingga orang
melakukan pernikahan. Di dalam pasal 6 menikah tidak harus mencapai usia yang
ayat (2), disebutkan bahwa seseorang sudah ditentukan dalam pasal-pasal undang-undang
dikatakan dewasa kalau sudah mencapai usia tersebut. Seseorang sudah boleh menikah
21 tahun, sehingga dalam melakukan jika sudah siap lahir dan batin. Kesiapan
pernikahan tidak perlu mendapatkan izin dari mental dan fisik harus diperhatikan,
kedua orang tuanya. Pasal 6 ayat 2 ini mengingat tanggung yang diemban dalam
sejalan dengan pemikiran Yusuf Musa yang pernikahan. Pernikahan memang
berpendapat bahwa orang dikatakan sudah seyogyanya dilaksanakan manakala
sempurna kedewasaannya setelah mencapai pasangan benar-benar siap untuk
usia 21 tahun. perbedaan pendapat antara menjalankan janji pernikahan tersebut.
orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) Karena jika tidak demikian, maka kita akan
dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau menemukan berbagai masalah yang
lebih diantara mereka tidak menyatakan kemungkinan akan terjadi dalam pernikahan
pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah usia dini, antara lain seperti disebutkan
hukum tempat tinggal orang yang akan bahwa, tingkat perceraian yang sangat tinggi
melangsungkan perkawinan atas khususnya terjadi pada pasangan yang
permintaan orang tersebut dapat menikah pada usia dini, misalnya karena
memberikan izin. belum memiliki pekerjaan yang tetap dan
Sedangkan Peraturan Menteri Agama ekonominya belum kuat. Di samping itu,
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 faktor-faktor lain yang menyebabkan
Tentang Pencatatan Nikah Pasal 7 Apabila tingginya perceraian pada pernikahan usia
Seseorang Calon Mempelai belum memcapai dini adalah, biasa orang muda yang menikah
umur 19 (sembilan belas) tahun, harus pada usia dini tahu bahwa jika ia cerai, ia
mendapat izin tertulis kedua orang tua dan keuangan, sehingga proses Pernikahan
Pasal 8 Apabila seorang Suami belum menjadi sulit; dan orang muda sering
mencapai umur 19 (Sembilan belas tahun) mempunyai konsep Pernikahan romantic
dan seorang Calon isteri belum mencapai yang ruwet, sehingga menimbulkan
umur 18 (delapan belas) tahun harus kekecewaan yang tidak dapat dihindarkan.
mendapat dispensasi dari pengadilan, Dari pembahasan diatas dapat
Mengingat situasi dan kondisi zaman dan diungkap dengan bahasa yang lebih lugas.

94
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Islam sama sekali tidak melarang menikahi melakukan proses pemahaman. Dengan kata
anak perempuan yang masih di bawah umur. lain, fiqh sesungguhnya tidak lebih dari
Larangan hanya terdapat di dalam UU No sebuah produk pemikiran yang tingkat
1/1974 dan KHI. Sampai di sini, terdapat kebenarannya relatif, berbeda dengan Al
dengan sebuah dilema; dilema pelaksanaan Quran yang kebenarannya absolut.
hukum Islam di Indonesia. Manakah yang Relativitas kebenaran fiqh tidaklah berarti
harus dipatuhi, aturan fiqh atau undang- fiqh tidak dapat dipegang. Sepanjang proses
undang. Mana pula di antara keduanya yang ijtihadnya benar, maka produk fiqh harus
memiliki kekuatan, baik secara normative dijadikan pijakan dalam beragama.
teologis atau empiric yuridis. Penyebutan relativitas fiqh hanya
Hemat penulis akar masalahnya dimaksudkan untuk mengatakan, fiqh sangat
adalah kekeliruan dalam memahami Islam, terbuka dengan perubahan-perubahan. Oleh
tepatnya fiqh yang telah ditransformasikan sebab itu di dalam diskursus fiqh dikenal
menjadi UU. Bahkan lebih jauh dari itu, satu kaidah yang sangat popular, taghayyuri
keliru dalam memahami praktik Pernikahan alahkam bi altaghayyuri alamkan wa
Nabi Muhammad SAW. Ada kesan kuat, alazminah (perubahan hukum selaras
sebagian kecil ahli agama, ulama, dai, yang dengan perubahan tempat dan zaman
masih memiliki sikap mendua dalam (masa). Produk fiqh klasik masa lalu, bisa
melihat produk hukum Islam. Fiqh Islam jadi tidak lagi relevan dengan konteks zaman
dianggap sebagai hukum Tuhan dalam sekarang ini. Pada sisi lain, apa yang pada
makna syariat. Oleh sebab itu, fiqh masa lalu belum diatur, berdasarkan
memiliki nilai sakralitas yang tak kebutuhan sekarang ini, bisa saja dirumuskan
tergoyahkan. Sedangkan UU Pernikahan, fiqh yang baru.
kendatipun nuansa keislamannya sangat Kedua, ada kesan umat Islam
kental, termasuk KHI, yang perumusannya kesulitan dalam membedakan produk-produk
melibatkan ulama dari seluruh Indonesia, hukum Islam. Setidaknya ada empat jenis
merujuk 13 kitab fiqh mutabar, dianggap produk yang kerap disebut sebagai hukum
sebagai hukum pemerintah dan oleh Islam. Pertama, fiqh yang penjelasannya
karena itu nilainya profan. Berbeda dengan telah disebut di atas. Fiqh sifatnya tidak
fiqh yang sakral dan immutable. mengikat. Tidak bisa menangkap dan
Pandangan inilah yang menurut menghukum orang yang tidak shalat, tidak
penulis perlu diluruskan. Setidaknya ada dua puasa, tidak zakat, kendatipun fiqh dengan
hal yang perlu dijelaskan yaitu : sangat jelas mewajibkannya. Kedua, Fatwa,
Pertama, Al Quran dan fiqh tidak produk hukum yang pada awalnya
setara. Al Quran menempati posisi sebagai bersifat. individual. Fatwa pada mulanya
sumber hukum yang pertama dan utama. adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Oleh sebab itu, Al Quran suci (sakral) dan seseorang ketika menghadapi persoalan
tidak pernah berubah. Sedangkan fiqh adalah hukum Islam kepada ahlinya. Jawaban ahli
pemahaman terhadap dialektika teks dengan (mufti) itu disebut fatwa. Sifatnya tidak
konteks serta realitas empirik pada saat faqih mengikat. Orang yang bertanya,

95
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

diperkenankan untuk mencari jawaban diturunkan menjadi norma-norma dengan


hukum kepada mufti yang lain. Ketiga, tetap memperhatikan konteks peristiwanya.
qadha, adalah putusan pengadilan Tidak serta merta, kendatipun Nabi menikahi
(mahkamah syariyyah) yang diberikan qadhi Aisyah pada usia 6 tahun dan mengajaknya
terhadap satu peristiwa yang melibatkan tinggal bersama pada usia 9 tahun, namun
orang-orang yang berperkara. Sifatnya konteks sosio historisnya tentu berbeda
mengikat semua pihak. Untuk qadha, dengan apa yang dihadapi saat ini. Sebagai
pengadilan memiliki wewenang untuk warga negara dan sekaligus umat Islam,
memaksakan pelaksanaan putusannya jika sejatinya harus tunduk pada Undang-undang
tidak ada upaya hukum lanjutan, banding perkawinan No 1/1974 dan aturan- aturan
misalnya. Keempat, apa yang disebut qanun yang ada di dalam KHI.
atau undang-undang. Prosesnya disebut Nikah dini adalah satu fenomena
taqnin atau legislasi. Dalam bahasa yang yang sudah muncul lama dan menjadi
sedikit berbeda, taqnin adalah proses pembicaraan hangat publik tanah air. Banyak
transformasi materi fiqh, fatwa, bahkan sekali faktor-faktor pernikahan dini ini
qadha menjadi hukum positif. Sifatnya antara lain:
mengikat seluruh warga atau rakyat. 1. Sebab dari Anak
Misalnya, UU Perkawinan No 1/1974,
a. Tidak Sekolah. Faktor tidak sekolah
Undang-undang pengelolaan zakat, Undang-
ini dapat menjadi faktor terjadinya
undang penyelenggaraan haji, Undang-
perkawinan dini dalam dua bentuk.
undang perbankan syariah dan sebagainya.
Pertama, anak putus sekolah, baik
Point yang ingin penulis sampaikan
pada usia wajib sekolah maupun di
adalah, ketika fiqh telah ditransformasikan
luarnya. Akibatnya, anak mengisi
menjadi undang-undang maka sejatinya
waktu dengan bekerja. Dalam kondisi
produk fiqh yang menjadi sumber
sudah bekerja ini anak tersebut sudah
materialnya harus dipandang tidak lagi
merasa cukup mandiri, sehingga
berlaku. Tegasnya, dalam konteks hukum
merasa mampu untuk menghidupi
Pernikahan, fiqh munakahat yang aturan-
diri sendiri. Kedua, dalam
aturannya tertuang di dalam kitab-kitab iman
kekosongan waktu tanpa pekerjaan
mazhab dan pengikutnya, sepanjang telah
membuat mereka melakukan hal-hal
diatur di dalam pasal-pasal UU, tidak lagi
negatif yang salah satunya adalah
diberlakukan. Setidaknya, produk itu tidak
menjalin hubungan dengan lawan
lagi mengikat. Rujukan kita satu-satunya
jenis. Hubungan ini tidak menutup
adalah undang-undang dengan segala
kemungkinan mengakibatkan hamil
peraturan di bawahnya. Oleh sebab itu, setiap
di luar nikah.
warga negara tidak diperbolehkan
b. Melakukan Hubungan Biologis.
mengabaikan Undang-undang Perkawinan
Seperti disebutkan sebelumnya, tidak
No 1/1974, kendatipun dengan alasan bahwa
sekolah (pengangguran) dapat
praktik yang dilakukannya mengikut Rasul.
menjadi salah satu penyebab
Praktik Rasul sejatinya harus terlebih dahulu
terjadinya melakukan hubungan

96
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

biologis dini. Tentu tidak menutup tumbal untuk menyelesaikan,


kemungkinan kasus sejenis terjadi khususnya anak perempuan.
karena alasan lain. Menurut, laporan Bentuknya dapat berupa anak
Pengadilan Agama, ada beberapa gadis sebagai pembayar hutang.
kasus yang mengajukan c. Faktor Adat dan Budaya. Maksud
perkawinan dini karena anak-anak adat dan budaya adalah, adat dan
telah melakukan hubungan biologis budaya perjodohan yang masih
layaknya suami istri. Anak tidak. umum dan terjadi di beberapa
perawan lagi, khususnya orang tua daerah di Indonesia. Dimana anak
dari anak perempuan cenderung gadis sejak kecil telah dijodohkan
ingin segera menikahkannya. Sebab oleh orang tuanya, dan segera
di samping aib, anak perempuan dinikahkan sesaat setelah anak
tidak perawan dapat juga menjadi menstruasi. Umumnya anak-anak
sumber kekhawatiran tidak ada laki- perempuan mulai menstruasi di usia
laki lain yang akan menikahi kelak. 12 tahun. Dengan demikian dapat
c. Hamil Sebelum Menikah. Hamil dipastikan anak tersebut dinikahkan
sebelum menikah ini mirip dengan pada usia 12 tahun, jauh di
alasan melakukan hubungan seksual bawah batas usia minimum
layaknya suami dan isteri tersebut di pernikahan yang diamanatkan
atas. Namun tidak setiap tindakan Undang-undang, yaitu 16 tahun.
melakukan hubungan seksual Dasar kebolehan menikahkan
mengakibatkan kehamilan. Dalam gadis yang belum dewasa
kondisi anak perempuan telah hamil tertuang dalam Al-Qur’an surah At-
tentu membuat orang tua merasa Talaq ayat 4
menikahkan. Dalam ayat tersebut berbicara
2. Sebab di Luar Anak tentang masa iddah seorang wanita yang
a. Khawatir Melanggar Ajaran Agama. belum haid atau yang sudah putus haid.
Maksud khawatir melanggar ajaran Logika sederhana adalah iddah itu muncul
agama di sini adalah, anak menjalin karena talak, dan talak muncul karena nikah.
hubungan dengan lain jenis dalam Karena itu, secara tersirat ayat ini
berbagai bentuk, pergi bersama, main menunjukkan bahwa seorang wanita yang
bersama, belajar bersama, bahkan belum haid (belum dewasa) boleh menikah.
juga saling sms-an. Dalam kaidah fiqhiyah disebutkan: Jika
b. Faktor ekonomi. Alasan ekonomi diambil patokan umur yang paling baik bagi
sebagai faktor nikah dini dapat perkawinan yang sesuai dengan keadaan
dilihat minimal dari dua bentuk. di Indonesia, batas terendah bagi usia
Pertama, ekonomi orang tua yang perkawinan seorang anak gadis
tidak mendukung anak sekolah. sekurang-kurangnya 18 tahun. Patokan
Kedua, alasan ekonomi orang umur ini sesuai dengan pendapat Sarwono
tua menjadikan anak sebagai Prawiroharjo yang dikemukakan di hadapan

97
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

sidang Majelis Pertimbangan Kesehatan dan tertentu. Lawannya adalah pernikahan


Syara’ tahun 1955. Dalam kesempatan kadaluwarsa. Bagi orang-orang yang
itu, antara lain, dinyatakan bahwa umur hidup pada awal-awal abad ke-20 atau
yang sebaiknya bagi perkawinan meliputi sebelumnya, pernikahan seorang wanita
suatu masa yang terdiri atas beberapa pada usia 13-14 tahun, atau lelaki pada
tahun, dalam masa itu dipenuhi syarat- usia 17-18 tahun adalah hal biasa, tidak
syarat optimum untuk kehamilan dan istimewa. Tetapi bagi masyarakat kini,
persalinan pertama. Umur yang sesuai hal itu merupakan sebuah keanehan.
dengan keadaan di negeri kita kurang lebih Wanita yang menikah sebelum usia 20
18 tahun. tahun atau lelaki sebelum 25 tahun pun
dianggap tidak wajar, atau biasa disebut
PENUTUP "terlalu dini"
K esimpulan
1. Usia pernikahan menurut Islam Saran
Sebenarnya, dalam fiqh atau hukum 1. Pernikahan yang dilakukan oleh
Islam tidak ada batasan minimal usia Rasulullah terhadap Aisyah adalah
pernikahan. Jumhur atau mayoritas kewajaran menurut batas usia pada saat
ulama mengatakan bahwa wali atau itu, hal ini didasari pendapat Imam
orang tua boleh menikahkan anak Malik, al Laits, Ahmad,. Ishaq dan Abu
perempuannya dalam usia berapapun. Tsaur berpendapat bahwa batas usia
Namun karena pertimbangan maslahat, baligh adalah tumbuhnya bulu-bulu di
beberapa ulama memakruhkan praktik sekitar kemaluan, sementara kebanyakan
pernikahan usia dini. Makruh artinya para ulama madzhab Maliki berpendapat
boleh dilakukan namun lebih baik bahwa batasan usia haidh untuk
ditinggalkan. Anak perempuan yang perempuan dan laki-laki adalah 17 tahun
masih kecil belum siap secara fisik atau 18 tahun. Abu Hanifah berpendapat
maupun psikologis untuk memikul tugas bahwa usia baligh adalah 19 tahun atau
sebagai istri dan ibu rumah tangga, 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun
meskipun dia sudah aqil baligh atau bagi wanita. Sedangkan Syafi’i, Ahmad,
sudah melalui masa haid. Karena itu Ibnu Wahab dan jumhur berpendapat
menikahkan anak perempuan yang bahwa hal itu adalah pada usia sempurna
masih kecil dinilai tidak maslahat 15 tahun. Bahkan Imam Syafi’i pernah
bahkan bisa menimbulkan mafsadah bertemu dengan seorang wanita yang
(kerusakan). Pertimbangan maslahat- sudah mendapat monopouse pada usia
mafsadah ini juga diterima dalam 21 tahun dan dia mendapat haid pada
madzab Syafii. usia persis 9 tahun dan melahirkan
2. Pernikahan Dini Menurut Islam Istilah seorang bayi perempuan pada usia
pernikahan dini adalah istilah persis 10 tahun. Hal seperti ini terjadi
kontemporer. Dini dikaitkan dengan lagi pada anak perempuannya.
waktu, yakni sangat di awal waktu

98
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama 3, cet.1, Jakarta: Balai Pustaka,


Republik Indonesia, tentang pencatatan 2001.
nikah tahun 2007, pernikah dini tidak Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan
dapat dilangsungkan berdasarkan batas Indonesia; Menurut
usia Pernikahan 19 tahun bagi laki-laki Perundangan, Hukum Adat Dan
dan 18 tahun bagi perempuan, (pasal 7 Hukum Agama. cet.2. Bandung:
dan Pasal 8) namun batas usia tersebut Mandar Maju, 2003.
bukan merupakan batas usia seseorang Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional
telah dewasa yang cukup dewasa untuk Indonesia, Jakarta: Tintamas,
bertindak. seseorang boleh melakukan 1961. Hilman Hadikusuma,
pernikahan seseorang sudah dikatakan Hukum Perkawinan
dewasa kalau sudah mencapai usia 21 Indonesia; Menurut
tahun, sehingga dalam melakukan Perundangan, Hukum Adat
pernikahan tidak perlu mendapatkan izin Hukum Agama, Bandung:
dari kedua orang tuanya. Mandar Maju, 2003.
Indonesia. Undang-Undang Tentang
DAFTAR PUSTAKA Perkawinan. UU No. 1, LN
Al-Quran No. 1 tahun 1974, TLN No.
Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di 3019.
Indonesia. ed. 1. cet.1. Jakarta: Indonesia, Kompilasi Hukum Islam, Instruksi
Akademika Pressindo, 1992. Presiden RI, No. 1 tahun 1991
Ahmad Ichsan, Hukum Perkawinan bagi Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang
yang Beragama Islam, Suatu Pelaksanaan Undang-Undang
Tinjauan dan Ulasan secara No. 1 tahun 1974 Tentang
Sosiologi Hukum, Pradia Perkawinan, PP No. 9 tahun
Paramita, Jakarta, 1986. 1975, LN NO. 12 tahun 1975,
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, TLN No. 3050.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Indonesia. Penjelasan Peraturan
Persada, 2000. Pemerintah Tentang
Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam; Pelaksanaan Undang- Undang
Suatu Studi Perbandingan No. 1 tahun 1974 Tentang
Dalam Kalangan Ahlus-Sunnah Perkawinan. PP No. 9 tahun
Dan Negara-Negara Islam. 1975.
Cet.1. Jakarta: Bulan Bintang, Intruksi Presiden RI. No. 1 tahun 1991.
1988. Tentang Penyebaran Kompilasi
Peraturan Menteri Agama Republik Hukum Islam (KHI).
Indonesia, tentang pencatatan Lili. Rasjidi, Hukum Perkawinan Dan
nikah tahun 2007 Perceraian Di Malaysia Dan
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Indonesia.Cet. 1. Bandung :
Besar Bahasa Indonesia edisi. Remaja Rosdakarya Offset,

99
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

1991
R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum
Perkawinan Di Indonesia,
cet.6, Bandung: Sumur
Bandung, 1974.
Slamet Abidin dan H. Aminudin, Fiqih
Munakahat, Bandung, Pustaka
Setia, 1999

100

Anda mungkin juga menyukai