Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
JURUSAN GIZI
POLTEKKES PANGKALPINANG
TAHUN 2022
PENDAHULUAN
a. latar belakang
Screening gizi merupakan proses untuk mengindentifikasi pasien yang
mempunyai masalah gizi dan oleh seorang dietesen. Asuhan gizi rawat inap adalah
susunan aktivitas yang terorganisir atau terstruktur dan harus melakukan identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk mengerjakan kebutuhan tersebut. Tingkatan
pelayanan gizi rawat inap diawali dengan screening. Menurut Herawati dkk (2014)
skrining gizi merupakan proses yang cepat, sederhana, efisien, mampu dilakukan, murah,
tidak beresiko kepada individu yang diskrining, valid dan reliabel serta dapat
dilaksanakan petugas kesehatan di ruangan dan penetapan diikuti oleh dokter.
Skrining gizi dilakukan pada awal pasien masuk rumah sakit minimal dalam
kurun waktu 1 x 24 jam. Menurut Herawati dkk (2014) berdasarkan Journal Of Clinical
Nursing Tahun 2011, alat skrining gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan sesuai
dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit adalah MST (Malnutrition Skrining
Tools) dibandingkan dengan alat skrining lain seperti MUST, NRS 2002, MNA, SNAQ,
STAMP, PNI dan SGA. Kelebihan dari alat skrining MST adalah lebih efisien (waktu 30
detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai
keandalan 90-97%, tidak tergantung pada nilai antropometri dan laboratorium. Meskipun
demikikan MST juga memiliki kelemahan yaitu tidak bisa diterapkan pada pasien yang
mengalami kesulitan komunikasi.
Salah satu masalah gizi yang dapat dilakukan skrining yaitu anemia. Anemia
defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di
seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. Diperkirakan 30% populasi
dunia menderita anemia defisiensi besi, kebanyakan dari jumlah tersebut ada di negara
berkembang. Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia
berkisar 40-88%. Angka kejadian anemia banyak terjadi pada remaja putri di Negara-
negara berkembang, sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang
remaja putri disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makanan
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah makalah ini adalah
“Bagaimana perbedaan keempat jenis deteksi tes skrining pada anemia gizi besi?”
c. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui
perbedaan setiap jenis deteksi tes skrining pada anemia gizi besi.
PEMBAHASAN
Masalah gizi yang biasa dialami pada masa remaja salah satunya adalah anemia.
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah
hemoglobin berada dibawah batas normal. Gejala yang sering dialami antara lain lesu,
lemah, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat. Anemia dapat menimbulkan
berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya
konsentrasi. (Michael, 2005)
Anemia adalah keadaan hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai
normal menurut umur dan jenis kelamin. Hemoglobin (Hb) ini sangat penting karena
ketika Hb dalam darah berkurang maka kemampuan sel darah merah membawa oksigen
keseluruh tubuh menjadi berkurang. Defisiensi anemia merupakan penyebab utama
kecatatan karena pertumbuhan fisik yang stunting dan mental. Anemia ini dapat terjadi
karena beberapa hal diantaranya pendarahan hebat, kurangnya kadar besi dalam tubuh,
kekurangan asam folat, kekurangan vitamin B12, cacingan, leukemia (kanker darah
putih), penyakit kronis, dan sebagainya. (Adriani, 2016)
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi pada remaja,
karena kebutuhan yang tinggi untuk pertumbuhan. Anemia kurang zat besi lebih banyak
terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia
(10-18 tahun) 57,1%. Remaja putri cenderung melakukan diet sehingga dapat
menyebabkan asupan zat gizi berkurang termasuk zat besi. Selain itu adanya siklus
menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah
terkena anemia defisiensi besi. (Kurniati, 2020)
Anemia kurang besi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kurangnya
mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah
diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron) merupakan
sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap sehingga dibutuhkan porsi yang besar
untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Bisa juga disebabkan karena
kekurangan zat gizi yang berperan dalam penyerapan zat besi seperti, protein dan vitamin
C. Konsumsi makanan tinggi serat, tannin dan phytat dapat menghambat penyerapan zat
besi. Berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain
pola haid, pengetahuan tentang anemia, dan status gizi. Anemia defisiensi vitamin B12
dan folat juga sering terjadi pada remaja karena kurangnya pemenuhan zat gizi tersebut.
Defisiensi zat besi atau anemia yang terjadi akibat kekurangan zat bezi dalam
darah dapat diartikan karena kurangnya konsentrasi hemoglobin dalam darah karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat bezi dalam
darah. Kekurangan cadangan zat besi dalam tubuh dapat ditandai dengan menurunnya
saturasi transferrin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang,
Oleh karena itu diagnosis anemia zat gizi dapat ditentukan dengan tes skrining dengan
mengukur kadar Hb. (Masrizal, 2007)
Berikut ini beberapa jenis skrining pemerikasaan anemia Gizi Besi (AGB) :
a. Kuisioner
NAMA :
UMUR :
KELAS :
No. Telpon :
Alamat lengkap :
Untuk pertanyaan di bawah ini , beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih
5. Menurut kamu gejala apa saja yang ditimbulkan oleh anemia? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Pusing 7. Lelah
2. Mata berkunang-kunang 8. Lalai
3. Kelopak mata dan kulit menjadi 9. Berat badan turun
pucat 10. Bintik-bintik merah di kulit
4. Lesu 11. Rasa pahit di mulut
5. Lemah 12. Tidak Tahu
6. Letih
7. Menurut kamu bagaimana caranya untuk mencegah anemia? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Makan sayur dan buah yang banyak mengandung vitamin C
2. Menjaga diri dan lingkungan agar bebas cacingan
3. Mengkonsumsi ayam, hati dan telur
4. Minum Tablet Tambah Darah (TTD)
5. Berolah raga secara teratur
6. Mengurangi makanan berlemak
7. Tidak Tahu
8. Menurut kamu apakah anemia dapat diobati?
1. Ya
2. Tidak (Pertanyaan no.10 tidak dijawab)
3. Tidak Tahu (Pertanyaan no. 10 tidak dijawab)
9. Menurut kamu bagaimanakah cara mengobati anemia? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Mengobati cacingan, malaria dan penyakit TBC
2. Meningkatkan Konsumsi Makanan yang mengandung zat besi
3. Menambah pemasukan zat besi dengan minum tablet besi
4. Olahraga secara teratur
5. Istirahat yang cukup
10. Menurut kamu bagaimanakah cara mengobati anemia? (jawaban boleh lebihdari
satu)
1. Mengobati cacingan, malaria dan penyakit TBC
2. Meningkatkan Konsumsi Makanan yang mengandung zat besi
3. Menambah pemasukan zat besi dengan minum tablet besi
4. Olahraga secara teratur
5. Istirahat yang cukup
6. Tidak mengkonsumsi makanan berlemak terlalu banyak
7. Tidak Tahu
c. Pemeriksaan laboratorium
• Complete blood count (CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran
eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaan
trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan
pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak automated blood counter,
didapatkan parameter RDW yang menggambarkan variasi ukuran sel.
• Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi Apusan darah tepi harus dievaluasi de-
ngan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan automated blood
counter.
• Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas
dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis (penyakit sickle cell,
talasemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan bagian dari gambaran
lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow replacement. Pada penderita
tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya normoblas dapat menunjukkan
adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal jantung berat.
• Hipersegmentasi neutrfoil
Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan lebih dari
5% neutroi l berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus >6. Adanya
hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik berhubungan dengan
gangguan sintesis DNA (deifisiensi vitamin B12 dan asam folat).
• Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa
persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit absolut
terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah merah efektif
merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus dibandingkan dengan jumlah
yang diproduksi pada penderita tanpa anemia.
• Jumlah leukosit dan hitung jenis
Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau ini ltrasi
sum sum tulang, hipersplenisme atau dei siensi B12 atau asam folat. Adanya
leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, inl amasi atau keganasan
hematologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan petunjuk
ke arah penyakit tertentu (Oehadian, 2012).
a. Kesimpulan
Skrining gizi dapat mempermudah memeriksa diagnosa penyakit anemia dengan cepat.
Dalam keempat jenis deteksi tes skrining hanya tiga jenis tes skrining yang bisa
dilakukan untuk memeriksa penyakit anemia zat besi, yang terdiri dari
pertanyaan/kuesioner, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sedangkan
yang tidak dapat digunakan untuk tes skrining penyakit anemia zat besi adalah X-
ray/radiologi termasuk diagnostic. Dari ketiga jenis deteksi tes skrining yang dapat
dilakukan, terdapat pemeriksaan dan akurasi yang berbeda.
b. Saran
Setiap orang dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan tinggi zat besi yang
bersumber dari produk hewani ataupun nabati seperti daging, ikan atau kacang-
kacangan dengan mengkonsumsinya 2-4 porsi perhari sesuai dengan pedoman gizi
seimbang, teruntuk remaja putri disarankan untuk mengonsumsi tablet tambah darah 1
minggu sekali atau setiap hari ketika sedang menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana, dan Bambang, W. 2016. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Jakarta: Pramedia Group
Herawati, H., Sarwiyata, T., & Alamsyah, A. 2014. Metode Skrining Gizi di Rumah
Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 28(1), 68-71.
Kurniati, I. (2020). Anemia defisiensi zat besi (Fe). Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung, 4(1), 18-33.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Studi Literatur. Padang: FKM UNAND
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/23/0. [Diakses pada
tanggal 7 November 2022].
WHO. 2010. Worldwide Prevalence Of Anemia 1993 – 2005. WHO Global Database
on Anemia