Oleh
Faiqoh Salsabilah U
182310101186
1.2 Epidemiologi
Jumlah penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2012 di Amerika Serikat
mencapai 2.020 kasus perjuta penduduk dengan tingkat pertumbuhan 7%.
Sedangkan di Guangzhou, China mencapai 12% yang menderita gagal ginjal
kronik.Di Indonesia sendiri termasuk salah satu negara dengan tingkat penderita
gagal ginjal kronik yang cukup tinggi bahkan mencapai urutan tertinggi ketiga.
Pada tahun 2011 mencapai sekitar 22.304 penduduk Indonesia yang menderita
Gagal ginjal kronik dan tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi
28.782 penduduk.Di negara-negara berkembang lainnya penderita penyakit gagal
ginjal kronik mencapai 40-60 kasus tiap 1 juta penduduk pertahunnya. Bahkan
penyakit gagal ginjal kronik menduduki peringkat 10 besar dengan tingkat
kematian yang tinggi (Kurnianto dkk., 2018).
Data dari RSU Dr koesnadi Bondowoso menunjukkan bahwa prevalensi
penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rs koesnadi
Bondowoso mengalami peningkatan dari tahun 2018-2020 dimana pada tahun 2018
tercatat sebanyak 155 penderita, tahun 2019 tercatat sebanyak 173 penderita, dan
pada tahun 2020 dari bulan januari sampai bulan desember tercatat sebanyak 163
penderita maka pada tahun ini cenderung lebih banyak pasien yang menderita
penyakit gagal ginjal kronik.
1.3 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi ketika suatu penyakit atau kondisi yang merusak
fungsi ginjal sehingga dapat menyebabkan ginjal menjadi rusak selama beberapa
bulan atau tahun (Nuari, 2017). Penyakit gagal ginjal kronik merupakan keadaan
klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel karena berbagai
penyebab diantaranya:
1. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielonefritis kronik dan refluks
nefropati.
2. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
3. Penyakit vascular seperti hipertensi,nefrosklerosis benigna,nefrosklerosis
maligna,dan stenosis arteriarenalis.
4. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik,
poliarteritisnodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan congenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,danasi
dosis tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolic seperti diabetes militus,gout,dan hiperparatiroidisme
7. Nefropati toksik seperti penyalahgunaan analgetik, dan nefropati timah
8. Nefropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah yang
terdiri dari hipertropi prostat, setriktur uretra, anomaly congenital leher vesika
urinaria dan uretra
1.4 Klasifikasi
Menurut Rahmawati (2017) berdasarkan derajat penurunan laju filtrasi
glomerulus, gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium yaitu:
1. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal: GFR >90
ml/menit/1,73 m2
2. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan: GFR 60 – 89
ml/menit/1,73 m2
3. Stadium 3
Kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal sedang: GFR 30 – 59
ml/menit/1,73 m2
4. Stadium 4
Kerusakan ginjal dengan Penurunan fungsi ginjal berat: GFR 15 – 29
ml/menit/1,73 m2. Pada stadium 4 ini biasanya dilakukan koreksi albumin.
5. Stadium 5
Gagal ginjal: GFR < 15 ml/menit/1,73 m2 atau sudah menjalani dialysis
1.5 Patofisioogi
Penyebab umum gagal ginjal kronik antara lain glomerulonephritis kronis,
diabetic nephropathy, hipertensi, penyakit renovaskuler, interstinal nephritis kronis,
penyakit ginjal keturunan, penyempitan saluran kemih berkepanjangan.Kronologi
terjadinya gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan
cairan, penanganan garam, dan penimbunan zat-zat sisa pada ginjal. Gagal ginjal
kronik ditandai adanya kerusakan dan menurunnya nefron dengan kehilangan
fungsi ginjal yang progresif sehingga nefron sisa yang sehat akan mengambil alih
fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa akan meningkatkan kecepatan
filtrasi, reabsorpsi, serta mengalami hipertrofi. Dengan semakin berkurangnya kerja
dari nefron-nefron akan membentuk jaringan parut dan aliran darah yang menuju
ginjal semakin berkurang. Jika jumlah nefron yang tidak befungsi semakin
meningkat, maka ginjal tidak mampu untuk menyaring urin dengan baik. Pada
tahap ini glomerulus akan menjadi kaku dan plasma darah tidak dapat di saring
dengan mudah melalui tubulus sehingga akan terjadi kelebihan cairan dengan
retensi air dan natrium. Pada pasien gagal ginjal kronik dapat terjadi edema di
ektremitas seperti kelopak mata dan kaki (Aisara, 2018).
Ketika kerusakan ginjal berlanjut bahkan sampai bertahun-tahun tidak
kunjung sembuh dan terjadi penurunan jumlah nefron yang masih berfungsi, laju
filtrasi glomerulus total akan menurun lebih banyak sehingga tubuh tidak mampu
mengeluarkan kelebihan air, garam, dan produk limbah lainnya melalui ginjal.
Ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 10-20 mL/min, tubuh akan mengalami
keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi
ginjal, maka hasil akhir dari gagal ginjal kronik adalah uremia dan kematian
(Aisara, 2018).
Kerusakan glomerulus
PerfusiPeriferTidakEfektif
Protein bocor
Penurunan produksi hormoneritropoietin Peningkatan kadarkreatinindanBUNserum
Penurunankadaralbumin
Penurunan pembentukaneritrosit Azotemia
Tekanan ekstra seluler dankapilerdarahmeningkat
Sindromuremia
Anemia
Cairan merembes ke Nyeri Akut Dx. 2
intersisial Efekpadakulit
Letih dan lesu
Hemodialis
Pola tidur tidak
efektif Dx. 3
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan yang pertama dilakukan adalah pengkajian, didalam
pengkajian terdapat biodatapasien seperti nama, umur, dan jenis kelamin.
Alatam dapat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berad, dapat
mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi atau penyebab pencetus tumor
ota.Status perkawinan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau
lingkungan.Data harus seakurat mungkin untuk digunakan dalam ahap asuhan
keperawatan berikutnya.
a. Riwayat Kesehatan
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien yang didapatkan secara
langsung dari pasien atau keluarga sehingga mengharuskan klien
untuk mencari pertolongan. Pada pasien gagal ginjal kronik
mengalami keluhan seperti badan lemah, mua,muntah, anoreksia,
mulut terasa kering, nafas berbau (ureum), dan gatal pada kulit (Rini,
2016).
3. Riwayat kesehatan lalu
Pada klien gagal ginjal kronik biasanya terjadi penurunan frekuensi
urin yang ditandai dengan edema. Selain itu karena berdampak pada
proses metabolisme, maka akan terjadi anoreksia bahkan nausea
sehingga berisiko mengalami gangguan nutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien gagal ginjal kronis biasanya memiliki riwayat penyakit
seperti glomerulonefritis, hipertensi, dan penyakit diabetes yang
pernah diderita (Rini, 2016).
5. Keboasaan/pola hidup/life style:
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya memiliki kebiasaan jarang
minum yang dapat mengganggu kesehatan terutama organ ginjalnya.
b. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien dengan gagal ginjal kronik biasanya terjadi perubahan persepsi
dan kebiasaan hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak akibat dari gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan
persepsi yangnegatif terhadap dirinya dan lebih cenderung tidak
mematuhi prosedur pengobatan karena sudah merasa putus asa
terhadap sakit yang dirasakan.Pola nutrisi metabolic: antropometri,
biomedical sign
2. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien gagal ginjal kronik akan terjadi peningkatan berat badan
(edema), anoreksia, mual dan muntah, serta mudah lelah. Hal tersebut
yang dapat menyebabkan klien mengalami gangguan nutrisi
3. Pola eliminasi
Klien gagal ginjal kronik pola eliminasi mengalami penurunan
frekuensi urine, oliguria, dan terjadi perubahan warna urine menjadi
pekat, merah, dan coklat
4. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien gagal ginjal kronik akan mudah mengalami kelelahan,
penurunan rentang gerak, dan malaise yang dapat menyebabkan klien
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal
5. Pola tidur dan istirahat
Pada klien gagal ginjal mengalami ansietas dan gelisah sehingga pola
tidur klien akan terganggu.
6. Pola persepsi-kognisi
Pada klien gagal ginjal kronik yang ditandai dengan gejala yang parah
akan mengalami penurunan kesadaran. Akan tetapi tidak sampai
mengganggu proses penglihatannya
7. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi tubuh, lama perawatan, serta biaya
pengobatan yang tidak sedikit dapat mengakibatkan penderita gagal
ginjal kronik mengalami gangguan peran dan ideal diri
8. Pola seksualitas-reproduksi
Pada klien gagal ginjal kronik tidak dapat menjalankan hubungan
seksualitas dengan baik.Hal ini dikarenakan klien tidak dapat
menjalani aktivitas sehari-hari yang terlalu berat.
9. Pola peran hubungan dengan lingkungan
Pada klien gagal ginjal kronik umumnya sering mengalami gangguan
peran.Hal ini disebabkan karena klien tidak dapat menjalankan
perannya dengan baik selama sakit yang dideritanya.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum:
Klien gagal ginjal kronik datang ke rumah sakit dengan beberapa
kondisi seperti komposmentis ataupun somnolen.Klien gagal ginjal
kronik biasanya ditandai dengan gejala lelah, mual, muntah serta
terdapat bengkak terutama pada bagian tangan, kaki, dan wajah (Rini,
2016).
2. Tanda-tanda vital
Pada klien gagal ginjal kronik didapatkan adanya perubahan pada RR
yang meningkat dan tekanan darah dari hipertensi ringan menjadi
berat sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh klien
3. Pemeriksaan Head To Toe (Data fokus)
- Kepala
Inspeksi: kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan
abnormal dibagian kepala.
- Mata
Inspeksi: perhatikan terdapat edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis, kesulitan memfokuskan mata dan perhatikan
sebaran alis mata tebal atau tipis
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
- Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal pada
telinga.
- Hidung
Inspeksi: kebersihan terjaga meliputi tidak terdapat kotoran pada
bagian luar ataupun dalam telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan pada hidung.
- Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih. Pada pasien gagal ginjal kronik yaitu stomatitis
dan mulut seperti bau amonia.
Palpasi : tidak ada masalah.
- Leher
Inspeksi: leher simetris.
Palpasi: tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
- Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum
bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas normal,
krepitasi dan dilihat saat dilakukan perkusi (bunyi perkusi
sonor).pada pemeriksaan jantung meliputi bunyi jantung, irama
jantung dan bising jantung.
- Abdomen
Inspeksi: keadaan kulit, bentuk perut, gerakan dinding perut dan
keadaan umbilikus serta adanya massa atau pembengkakan. Pada
kasus gagal ginjal kronik umumnya kulit mengkilap dan tegang
yang mengindikasikan retensi cairan atau asites, distensi kandung
kemih dan pembesaran ginjal.
Palpasi: ketegangan otot, nyeri tekan pada bagian perut terasa
tergantung dengan perlukaan pada lambung, massa, keadaan hati,
lien, ginjal, pemeriksaan ascites dan ketok ginjall
Perkusi: tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan bebas,
penentuan batas dan tanda pembesaran hati.
Auskultasi : bising dan peristaltik usus, bunyi gerakan cairan, dan
bising pembuluh darah.
- Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah mengenai
bentuk,ukuran, kesimetrisan otot, kontraktur, tremor, tonus,
kekuatan otot, kelainan pada ekstremitas, deformitas, massa,
fraktur, mobilitas atau rentang gerak sendi serta gaya berjalan
pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
- Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna
kulit normal.Selain itu kaji cacat kulit dan turgor kulit.Pada kasus
gagal ginjal kronik umumnya tekstur kulit tampak kasar atau
kering.Penurunan turgor kulit pada gagal ginjal kronik merupakan
indikasi terjadinya dehidrasi, edema, indikasi retensi, dan
penumpukan cairan.