Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

MATA KULIAH PEMASARAN GLOBAL

ZARKIYAH BAHARUDDIN
08320180140
C3

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Faktor Penghambat Perusahaan yang Ada Di Indonesia Tidak Melakukan


Ekspor
1. Kurang pemahaman dan pengenalan terkait informasi pasar non-tradisional.
Pelaku ekspor pun bisa jadi belum memahami apa itu Negara Tujuan Ekspor (NTE)
non-tradisional dan FTA. Akses informasi mungkin banyak, namun luput dari pengetahuan
mereka. Sehingga diperlukan wawasan awal tentang peluang pada pasar non-tradisional.
2. FTA
Free Trade Agreement atau disingkat FTA merupakan suatu perjanjian perdagangan
bebas yang dilakukan antara suatu negara dengan negara lainnya. Umumnya adalah soal
pengurangan tarif, Dalam perjanjian ini disepakati pengurangan tarif bea masuk untuk
seluruh produk barang dan menyepakati isu perdagangan jasa serta isu perdagangan
lainnya.
3. Ekspor Indonesia selama ini cenderung ditopang natural intensive products
Sejauh ini dalam 50 tahun terakhir, Indonesia mayoritas mengandalkan ekspor
komoditas ke luar dibandingkan produk manufaktur, Faktor pertama adalah sebagian besar
Pengusaha memilih mengekspor komoditas secara langsung tanpa diolah karena sudah
memiliki harga cukup tinggi. Faktor kedua penyebab komoditas menjadi pendorong
ekonomi karena keterbukaan Indonesia terhadap investasi asing masih tertinggal jika
dibandingkan tetangga dari ASEAN lainnya.
4. Surplus Perdagangan disebabkan karena kenaikan harga dan bukan karena nilai tambah.
Mengindikasikan bahwa belum optimalnya industri manufaktur sebagai lini yang
mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk, jika ditarik lebih jauh melambatnya
manufaktur bisa jadi disebabkan Daftar Negatif Investasi Indonesia yang masih tinggi
sehingga menghambat investor masuk. Manufaktur Indonesia belum cukup kuat juga
terindikasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sebaran Industri belum merata di daerah.
b. Produksi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan bahan baku
domestik.
c. Kandungan impor yang tinggi pada produk manufaktur menyebabkan kinerja ekspor
non-migas menjadi fluktuatif dan menyulitkan pengendalian biaya produksi untuk
mewujudkan perusahaan yang efisien serta produktif.
5. Ego sektoral antar lembaga pemerintah terkait ekspor.
Ada Suku Dinas pada tingkat kota/kabupaten, ada Kementerian untuk tingkat
nasional dan ada pula badan yang menangani teknis ekspor dalam tahapan pengurusannya.
Setiap instansi memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda-beda dengan rincian detail
program dan cakupan wilayah yang membatasi.

Anda mungkin juga menyukai