Faktor Penghambat Perusahaan yang Ada Di Indonesia Tidak Melakukan
Ekspor 1. Kurang pemahaman dan pengenalan terkait informasi pasar non-tradisional. Pelaku ekspor pun bisa jadi belum memahami apa itu Negara Tujuan Ekspor (NTE) non-tradisional dan FTA. Akses informasi mungkin banyak, namun luput dari pengetahuan mereka. Sehingga diperlukan wawasan awal tentang peluang pada pasar non-tradisional. 2. FTA Free Trade Agreement atau disingkat FTA merupakan suatu perjanjian perdagangan bebas yang dilakukan antara suatu negara dengan negara lainnya. Umumnya adalah soal pengurangan tarif, Dalam perjanjian ini disepakati pengurangan tarif bea masuk untuk seluruh produk barang dan menyepakati isu perdagangan jasa serta isu perdagangan lainnya. 3. Ekspor Indonesia selama ini cenderung ditopang natural intensive products Sejauh ini dalam 50 tahun terakhir, Indonesia mayoritas mengandalkan ekspor komoditas ke luar dibandingkan produk manufaktur, Faktor pertama adalah sebagian besar Pengusaha memilih mengekspor komoditas secara langsung tanpa diolah karena sudah memiliki harga cukup tinggi. Faktor kedua penyebab komoditas menjadi pendorong ekonomi karena keterbukaan Indonesia terhadap investasi asing masih tertinggal jika dibandingkan tetangga dari ASEAN lainnya. 4. Surplus Perdagangan disebabkan karena kenaikan harga dan bukan karena nilai tambah. Mengindikasikan bahwa belum optimalnya industri manufaktur sebagai lini yang mampu memberi nilai tambah terhadap suatu produk, jika ditarik lebih jauh melambatnya manufaktur bisa jadi disebabkan Daftar Negatif Investasi Indonesia yang masih tinggi sehingga menghambat investor masuk. Manufaktur Indonesia belum cukup kuat juga terindikasi dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Sebaran Industri belum merata di daerah. b. Produksi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan bahan baku domestik. c. Kandungan impor yang tinggi pada produk manufaktur menyebabkan kinerja ekspor non-migas menjadi fluktuatif dan menyulitkan pengendalian biaya produksi untuk mewujudkan perusahaan yang efisien serta produktif. 5. Ego sektoral antar lembaga pemerintah terkait ekspor. Ada Suku Dinas pada tingkat kota/kabupaten, ada Kementerian untuk tingkat nasional dan ada pula badan yang menangani teknis ekspor dalam tahapan pengurusannya. Setiap instansi memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda-beda dengan rincian detail program dan cakupan wilayah yang membatasi.