Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

MATA KULIAH KIMIA DASAR

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah dan Praktikum


Prof. Retno Muwarni, PhD.

PRAKTIKUM ACARA (I-IV)

Kelas : Peternakan D
Kelompok : 12
Asisten Penanggung Jawab : Abdullah Maulana
Anggota Kelompok :

1. Abdullah jazuli (23010121140282)


2. Cipta Setia Miftakul (23010121140283)
3. Benediktus Yustisio Adriano (23010121140285)
4. Muhammad Farhan Hibatullah (23010121140284)
5. Exaudi Onasis Simarmata (23010121140281)

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
ACARA I

PENGENALAN ASAM DAN BASA


PENGENALAN ASAM DAN BASA

1.1. Tujuan

Mahasiswa dapat memahami sifat larutan asam maupun basa dalam

kehidupan sehari-hari dengan indikator alami dan indikator universal.

1.2. Hasil Pengamatan

Perubahan Warna Sifat Larutan


No Larutan
Universal Kunyit Asam Netral Basa
Berwarna
Warna Memiliki
1 Air Cuka Orange
Kuning pH 4
kecerahan
Merah
Berwarna Memiliki
2 Air Kran atau
kuning tua pH 7
Kuning
Berwarna
Air Susu Memiliki
3 kuning Kuning
Basi pH 6
muda
Berwarna Merah
Air Susu Memilikii
4 orange atau
Segar pH 6
kecerahan Kuning
Larutan Berwarna Merah
Memiliki
5 Garam kecoklatan atau
pH 7
0,9% cerah Kuning
Larutan Berwarna
Memiliki
6 Soda Kue gelap
pH 10-11
0,5% kehijauan
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.
1.3. Pembahasan

Larutan asam adalah larutan yang bersifat korosif terhadap logam


jika di larutkan dalam air akan melepaskan ion 𝐻 + , dan mempunyai rasa
asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami et al. (2017) bahwa asam
adalah senyawa kimia yang dicampur dengan air menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7 dan memiliki rasa asam. Sedangkan larutan
Basa adalah larutan yang terasa licin jika terkena kulit, dapat
menghantarkan arus listrik, apabila dilarutkan dalam air melepas ion OH-.
Seperti sabun mandi yang mengandung atrium hidroksida Hal ini sesuai
dengan pendapat El Islami et al. (2016) yang menyatakan bahwa larutan
bersifat basa banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator asam basa adalah senyawa yang ditambahkan ke dalam


sampel untuk mengetahui pH sampel tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Frantauansyah et al (2013) yang menyatakan bahwa Indikator
asam basa merupakan suatu zat yang memberikan warna beda pada larutan
asam dan basa serta dapat digunakan untuk memprediksi harga pH suatu
zat. Indikator asam basa alami dapat dibuat dengan menggunakan bahan-
bahan dari tumbuhan seperti bunga sepatu, bunga hydrangea, kol ungu,
kunyit, kembang kertas, dan beberapa tumbuhan lainnya. .Dengan demikian
hal ini berkaitan dengan pendapat Cita indira (2015) yang menyatakan
bahwa beberapa bahan alam yang bisa dimanfaatkan menjadi indicator asam
basa diantaranya kelopak bunga sepatu, bunga asoka, bunga bougenvil,
kunyir, dan kulit buah karamunting. Sebenarnya hampir semua tumbuhan
berwarna dapat gunakan sebagai indikator, namun terkadang perubahan
warnanya tidak jelas.

Asam dalam bahasa Inggris yaitu acid dan dalam bahasa latin acidus yang
berarti rasa asam. Asam juga bisa dikatakan sebagai molekul atau ion yang dapat
memberikan proton (ion hidrogen H+), atau, alternatifnya, dapat membentuk ikatan
kovalen dengan pasangan elektron. Hal ini dapat di sesuai dengan pendapat Karo,
(2017) yang menyatakan bahwa, kimia asam adalah suatu zat dalam air dapat
menghasilkan ion Hidrogen. Asam akan terionisasi menjadi ion apabila Hidrogen
dan ion sisa asam yang bermuatan negatif hal tersebut sesuai dengan asam basa
merupakan suatu konsep dasar dalam kimia karena kebanyakan reaksi kimia
merupakan asam basa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratna dan Wahyu, (2019)
yang menyatakan bahwa, banyak asam basa yang terdapat di lingkungan sekitar dan
juga dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cuka biasanya dipakai untuk bahan tambahan memasak, kandungan yang


terdapat pada cuka yaitu air dan asam asetat . Hal ini sesuai pendapat Situmeang (2016)
yang menyatakan bahwa pH asam cuka 2,4 lebih rendah dapat mengakibatkan pelepasan
ion lebih banyak. Air keran bersifat netral jika tidak terkontaminasi apapun. Hal ini sesuai
pendapat Hidayatullah et al. (2018) yang menyatakan bahwa air biasa berwarna jernih
dan memiliki pH 7. Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar
susu mamalia. Dengan hal ini sesuai pendapat Sumardi (2015) susu basi dipengaruhi
banyaknya bakteri yang membuat pH susu basi dibawah 6,5. Susu segar memiliki pH
antara 6,5-6,9. Garam terdiri dari senyawa ion positif dan ion negatif. Hal ini seperti
pendapat Margiani (2018) Jumlah Ion OH- dan Ion OH+ sama banyak dihasilkan oleh
garam yang bersifat netral. Larutan soda atau biasa dikenal (Natrium Bikarbonat) memiliki
pH >7. Hal ini sesuai pendapat Stephanie et al. (2013) Struktur protein diregangkan oleh
soda kue yang bersifat basa untuk menyusun enzim lipoksigenase agar lebih mudah
didegradasi.

Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat


lain(disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerimaion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru
dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang
dilepaskan Hal ini sesuai dengan pendapat Horne et al (2017) . Satu contoh asam
adalah asam hidroklorida (HCL), Hal ini yang berionasi dalam airmembentuk ion-
ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asamkarbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat(HCO3-).1 Asam kuat
adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah
besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu
kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.1 Basa adalah ion atau
molekul yang menerima ion hidrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Swearingen
et al (2018) Sebagai contoh, ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia
dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3).1 Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena
beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap
menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein
dalam sel-sel tubuh.

1.4. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
larutan garam,larutan air kran,dan larutan susu segar bersifat netral karena tidak ada
perubahan warana tetap orange atau jingga, larutan cuka dan susu basi bersifat asam
karena ada perubahan warna dari orange atau jingga menjadi kuning,larutan soda
kue bersifat basa karena ada perubahan dari orange atau jingga berbah merah.
DAFTAR PUSTAKA

Utami, D. B., Rahmawati, Y., dan Slamet, R. (2017). Penggunaan

conceptualchange text dengan model pembelajaran se untuk mengatasi


miskonsepsi siwswa pada materi asam basa Di SMAN 4 Tambun Selatan.
J. Riset Pendidikan Kimia. 7(1): 30-37

El Islami, R. A. Z., Nahadi, A. Permanasari. 2016. Membangun literasi


sains siswa pada konsep asam basa melalui pembelajran inkuiri
terbimbing. J. Penelitian dan Pembelajran IPA. 2(2): 111-113.

Frantauansyah, Siti Nuryanti, dan Baharuddin Hamzah. 2013. "Ekstrak bunga waru
(Hibiscus Tiliaceus) sebagai indikator asam-basa." J. Akademika Kimia 2
(1): 11-16.
Indira, Cita. 2015. "Pembuatan indikator asam basa karamunting." J. Kaunia 11 (1):
1-10.

Irawati, R.K. dan Sofianto, E.W.N. 2019. Pengembangan Worksheet Asam dan
Basa Menggunakan Model POE Berbasis Potensi Lokal Kalimantan
Selatan. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 13(2): 2-3.

Karo, B.R. 2017. Identifikasi Sifat Asam Basa Menggunakan Indikator Alami
Bunga Karamunting. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang. 8(2): 1.

Situmeang,M.A.2016. Perbedaan pelepasan ion nikel dan kromium pada beberapa merek
lewat kawat stainless steel yang direndam dalam asam cuka. Pharmacon. 5(4).

Hidayatullah, M.,Fat, J., dan Andriani,T. 2018. Prototype sistem telemetri pemantauan
kualitas air pada kolam ikan air tawar berbasis mikrokontroler. POSITRON. 8(2) :
43-52.

Winardi,S. 2015. Pendeteksi susu basi dengan sensor pH dan sensor suhu berbasis
mikrokontroler. J. Spirit Pro Patria.1 (1).

Margiani, H., Siswaningsih, W., dan Nahadi, N. 2018 . Profil miskonsepsi siswa sma pada
materi hidrolisis garam menggunakan tes diagnostik pilihan berganda dua tingkat
di salah satu kabupaten, JABAR. J. Riset dan praktik pendidikan kimia.6(1): 1-10.

Stephanie, L., Anam,C., dan Affandi,D.R. 2013. Pemanfaatan biji saga pohon (Adenanthera
Pavonina) sebagai curd protein dalam pembuatan meat analog dengan filler pati
ubi jalar (Ipomoea Batatas) berbagai varietas. J. Tekno sains pangan. 2(2) :104-
105.

Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa.
(ed. 2). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LAMPIRAN

Larutan Sebelum Sesudah

Warnanya jernih sebelum


Air Cuka
Pertama warna orange atau
diberi kunyit jingga lalu diaduk dan
ditunggu lalu berubah
menjadi warna kuning, jadi
larutan cuka bersifat asam

Air Kran
Warnanya jernih sebelum Warnanya orange atau jingga
setelah dikasih kunyit,
ternyata setelah diaduk dan
diberi kunyit ditunggu berapa menit tidak
ada perubahan warna yaitu
merah atau kuning, jadi
larutan air kran bersifat
netral

Susu Basi
Warnanya orange atau jingga
setelah dikasih kunyit, lalu
Warna nya putih kecoklatan diaduk dan ditunggu ternyata
ada perubahan warna yaitu
warna kuning, jadi larutan
sebelum dikasih kunyit susu basi bersifat asam

Susu Segar
Warna nya putih sebelum
Warnanya orange atau jingga
setelah dikasih kunyit,
dikasih kunyit ternyata setelah diaduk dan
ditunggu tidak ada
perubahan warna yaitu
merah atau kuning, jadi
larutan susu segar bersifat
netral

Warna nya jernih sebelum


Larutan Garam
Warnanya orange atau jingga
setelah dikasih kunyit,
dikasih kunyit ternyata setelah ditunggu
berapa menit tidak ada
perubahan warna yaitu
merah atau kuning, jadi
larutan garam bersifat netral

Larutan Soda
Kue
Warnanya jernih sebelum Warnanya orange atau jingga
setelah dikasih kunyit,
ternyata setelah ditunggu
dikasih kunyit berapa menit ada perubahan
yaitu warna menjadi warna
agak kemerahan

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


ACARA II

PENGENALAN
LARUTAN PENYANGGA
(BUFFER FOSFAT)
PENGENALAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER FOSFAT)

2.1. Tujuan

Mahasiswa mampu membuat larutan penyangga (buffer fosfat) dengan pH

tertentu dengan benar.

2.2. Hasil Pengamatan

Volume yang
pH Awal Perubaha
N digunakan Jumlah
pH n
o NaH2P Na2HP NaH2P Na2HP NaOH
pH
O4 O4 O4 O4
Sebanya Sebanya pH= Sebanya pH tetap =
1 pH= 5 pH=9
k 4 tetes k 6 tetes 7 k 7 tetes 7

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.


2.3. Pembahasan

Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu supaya tidak banyak berubah selama reaksi
kimia berlanjut. Hal ini berkaitan dengan pendapat Parastuti et al (2016) yang
menyatakan bahwa larutan buffer adalah konsep asam, basa, pH, kesetimbangan
larutan, dan ion senama. Sifat konsep kimia lainnya adalah abstrak. Konsep
molekul, atom, elektron, mol, konsentrasi merupakan konsep dalam
larutan buffer yang tidak tampak sehingga untuk memahami konsep ini perlu
diimajinasikan. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Widya (2016) yang
menyatakan bahwa Larutan penyangga atau disebut juga larutan buffer adalah
larutan yang dapat mempertahankan harga pH. Larutan buffer memiliki
komponen asam yang dapat menahan penurunan pH larutan.

Seperti kebanyakan buffer lainnya, buffer posfat tidak akan mengalami


perubahan pH pada penambahan sedikit asam atau basa serta penambahan
volume. Buffer posfat memiliki pH antara 5,3-8,0. Buffer posfat terdiri dari
campuran Na2HPO4 dan NaH2PO4 di mana molekul-molekul tersebut mampu
menyerap air. Purba (2016) berpendapat buffer fosfat berfungsi untuk mengatur
pH larutan agar tetap konstan di area yang mendekati nilai 7. Besarnya nilai pH
pada larutan tersebut bergantung pada komposisi pencampuran Na2HPO4 dan
NaH2PO4 tersebut. Menurut Philipsburg (2018) buffer fosfat akan menghambat
aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase, fumarase, dan
posfoglukomutase. Mulyono (2016) mengatakan Na2HPO4 dan NaH2PO4
menyebabkan iritasi saluran pencernaan jika tertelan serta iritasi saluran
pernapasan jika terhirup. Pembuatan buffer pH 5,3-8,0 untuk buffer Na2HPO4-
NaH2PO4 dengan perbandingan konsentrasi Na2HPO4 0,1 M dan NaH2PO4
0,1 M dengan volume 100 mL.
NaOH adalah senyawa berbentuk putih yang tersusun dari Na+ dan OH-.
NaOH merupakan basa kuat yang biasanya dipakai untuk pembuatan bahan
industri. Senyawa ini sangat mudah untuk menyerap dan sangat larut dalam air.
Fungsi NaOH dalam percobaan larutan buffer untuk menguji atau mentritasi
konsentrasi pH. Hal ini sesuai pendapat Alghiri et al. (2018) yang menyatakan
bahwa titrasi yang dilakukan antara asam sulfat dengan NaOH untuk
menentukan pH larutan penyangga. NaOH merupakan elektrolit kuat dan
termasuk dalam golongan basa kuat. Senyawa NaOH terasa licin jika terkena
kulit langsung karena mengalami proses saponifikasi. Pelarutan NaOH dalam air
dapat menghasilkan panas yang besar ke lingkungan dan melakukan potensi
paparan melalui percikan. Pada dasarnya larutan buffer akan mempertahankan
pH jika terjadi penambahan zat seperti NaOH. Larutan NaOH juga memastikan
apakah larutan tersebut jika diberi NaOH dapat mengubah pH. Hal ini sesuai
pendapat Mentari et al. (2017) yang menyatakan bahwa pH larutan penyangga
tidak akan berubah jika penambahan asam dan NaOH tidak banyak.

NaOH merupakan senyawa alkali yang kuat, dengan sifatnya yang basa
dengan perananya sebagai larutan standarisasi dalam larutan buffer. Menurut
Anna Permanasar (2014) NaOH adalah basa kuat yang dapat digunakan sebagai
standar sekunder untuk titrasi asam basa. NaOH termasuk standar sekunder
karena sukar diperoleh dalam keadaan murni, mudah berubah dalam keadaan
padatnya karena higroskopis. Karena sifatnya sebagai standar sekunder, maka
untuk penggunaannya perlu distandarisasi konsentrasinya dalam larutan dengan
cara titrasi menggunakan standar primer asam. Menurut Endik Deni N. (2018)
dalam kesimpulannya fungsi NaOh dalam penggunaanya membantu
mempertahankan konsentrasi pH dalam larutan.
2.4. Kesimpulan

Berdasarkan dari indikator alami yang sudah dicampur dengan campuran yang
diuji dan dapat disimpulkan bahwa pada setiap indikator dapat menghasilkan
warna tertentu dalam larutan asam dan basa. Sedangkan indikator alami atau
buatan dapat disebut suatu zat, sehingga diperoleh definisi indikator Suatu zat
yang berubah warna jika terdapat dalam larutan asam atau basa.
Yang termasuk larutan asam yaitu, Larutan jeruk nipis, cuka dan garam, yang
termasuk Larutan Basa yaitu, sabun, soda kue, susu murni
DAFTAR PUSTAKA

Parastuti, W. I., Suharti, S., & Ibnu, S. 2016. Miskonsepsi Siswa pada Materi
Larutan Buffer. J. Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(12),
2307-2313.
Widyamulyani. 2016. Pengaruh Pendekatan pembelajaran STM (Sains Teknologi
Masyarakat) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Kelas XI Banda Aceh. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.

Dahar, R.W. 2016. Teori-teori Belajar. P2LPTK, Bandung.

Alighiri,D., Drastisianti, A., dan Susilaningsih, E. 2018. Pemahaman konsep siswa


materi larutan penyangga dalam pembelajaran multiple representasi. J.
Inovasi Pendidikan Kimia. 12(2).

Mentari, L., Suardana, I. N., dan Subagia, I. W. 2017. Analisis miskonsepsi siswa
SMA pada pembelajaran kimia untuk materi larutan penyangga. J.
Pendidikan Kimia Undiksha. 1(1).

Nugroho, Endik Deni & Dwi Anggorowati Rahayu. (2018). Penuntun

Praktikum Bioteknologi. (2018). (n.p.): Deepublish


PERCOBAAN I

STANDARISASI LARUTAN NaOH SEBAGAI LARUTAN SEKUNDER


DENGAN LARUTAN OKSALOASETAT SEBAGAI STANDAR PRIMER

3.1.1. Tujuan

Berisi mengenai tujuan praktikum kimia dasar acara III analisa kuantitatif
metode titrasi percobaan I yang telah dilakukan.

3.1.2. Hasil Pengamatan

Percobaan Volume Asam Oksalat (mL)

8,5 ml
TITRASI I

TITRASI II
8,5 ml
RATA-RATA
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

3.1.3. Pembahasan

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secara pasti. Standardisasi larutan merupakan proses saat
konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer (Padmaningrum, 2013). Titran atau
titer adalah Larutan yg digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui
scr pasti konsentrasinya ). Berat ekivalen suatu zat tergantung pada jenis
reaksinya. Kadang-kadang senyawa yang sama mempunyai berat ekivalen
berbeda dalam reaksi berlainan (Mardiyah, et al 2019). Dalam analisa
volumetric lebih mudah dipakai sistem ekivalen (Normal) sebab pada titik
akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat
Pentitrasi.
3.4.4.PERHITUNGAN NORMALITAS NaOH
3.4.5.N1 X V1 = N2 X V2
3.4.6.0,1 x 8,5 = N2 X V2
3.4.7. 10 N2 = 0,85
3.4.8.N2 = 0,085

8.1.3. Kesimpulan

Dalam percobaan kali ini larutan NaOH sebagai larutan sekunder atau sebagai
titran. Hasil dari proses titrasi, menghasilkan perubahan warna yang lebih mencolok
karena NaOH bersifat basa dengan konsentrasi yang pekat. Dari perhitungan yang
dilakukan, nilai normalitas yang dihasilkan dari sebuah perhitungan Normalitas
NaOH yaitu sebesar 0,085 N, dengan volume asam osalat yang dibutuhkan
sebanyak 8,5 mL.
DAFTAR PUSTAKA

Padmaningrum., R., T. 2013. Kimia Analisis 1. Universitas Negeri


Yogyakarta:
Yogyakarta
Mardiyah. S., Kunsah. B., Rini. N. K., Ariana. Diah. 2019. Kimia Analitik
Kuantitatif.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadyah Surabaya: Surabaya
PERCOBAAN II

PENENTUAN KANDUNGAN ASAM ASETAT DALAM CUKA


MAKANAN MENGGUNAKAN LARUTAN NaOH

3.2.1. Tujuan

diharapkan semua yang memepajari ini mampu mengenal dan mempraktekkan


analisa kimia kuantitatif, standarisasi konsentrasi NaOH menggunakan larutan
asam oksalat sebagai standar primer, menentukan konsentrasi asam asetat dalam
cuka makanan menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya yaitu
NaOH sebagai larutan standar sekunder, dan menentukan konsentrasi unsur
kalsium dan magnesium.

3.2.2. Hasil Pengamatan

Percobaan Volume NaOH (mL)

4,5ml
TITRASI I

TITRASI II
4,5 ml
RATA-RATA
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

3.2.3. Pembahasan

Larutan NaOH distandarisasi karena larutan NaOH merupakan larutan


standar sekunder yang konsentrasinya selalu berubah dan memiliki tingkat
kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan primer. Larutan
NaOH bertindak sebagai titran untuk menentukan konsentrasi CH3COOH
sebenarnya.Tetapi untuk mendapatkan konsentrasi CH3COOH yang tepat
perlu dilakukan standarisasi NaOHterlebih dahulu (Salonell, et al 2014).
Hal ini dikarenakan NaOH dapat bereaksi dengan CO2 yang terdapat di
udarasehinggga dapat mempengaruhi konsentrasi NaOH (Landesberg,
2012). Apabila konsentrasi NaOH berubah atauterganggu maka dapat
berdampak pada konsetrasi CH3COOH yang ingin kita cari
secaraperhitungan.

PERHITUNGAN KADAR ASAM CUKA


𝑽𝟏 ×𝑵 ×𝑩 × 𝑷
Kadar Asam Cuka (%) = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑽𝟐 × 𝟏𝟎𝟎𝟎

Keterangan :
V1 : Volume larutan NaOH
N : Normalitas NaOH
B : Bobot molekul asam asetat (CH3COOH / Mr = 60)
P : Faktor Pengencer
V2 : Volume larutan asam asetat
Jawab =
(V1 x N x B x P / V2 x 1000) x 100%
(4,5 x 0,1 x 60 x 25/5 x 1000) x 100%
(675/5000) x 100%
= 0,135 %

3.2.4. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan adanya adanya perbedaan pada konsentrasi
ini yang disebabkan oleh Ketidaktelitian dalam mengamati volume NaOH yang
diperlukan di dalam buret. Larutan NaOH yang berada di dalam buret membentuk
meniskus bawah. Untuk menentukan volume yang tersisa dalam buret maka dapat
dilihat dari lengkungan paling bawah dari meniskus, akan tetapi lengkungan
terbawah dari meniskus tidak segarisdengan garis pada buret sehingga dapat
mempengaruhi volume NaOH.
DAFTAR PUSTAKA

Bettelheim, F., dan Landesberg, J. 2012. Laboraty Experiments for


Introduction to General, Organic and Biochemistry. Cengage
Learning
Salonell, A. Darmiytati, R. A. Pratiwi, A. U. Triyadi, A. Wijaya, V. T.
2014. PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM
CUKA MAKAN. Fakultas Ilmu Hayati. Universitas Surya:
Tangerang.
PERCOBAAN III

PENENTUAN KESADAHAN TOTAL

3.3.1. Tujuan

Mengenal dan mempraktekkan analisa kimia kuantitatif dengan standarisasi


konsentrasi NaOH menggunakan larutan asam oksalat sebagai standar primer.

3.3.2. Hasil Pengamatan

Percobaan Volume EDTA (mL)

TITRASI I

TITRASI II

RATA-RATA
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

3.3.3. Pembahasan

Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia tentang kualitas air


bersih (Rosvita, et al 2018). Tingkat kesadahan air pada dasarnya
ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+). Setiap
sampel dianalisis kesadahan totalnya dengan metode titrasi
kompleksometri. Ion Ca2+ dan Mg2+ yang merupakan komponen
kesadahan total dikomplekskan dengan titran etilendiamin tetraasetat
(EDTA) sehingga akan menghasilkan perubahan warna ketika titik ekivaen
titrasi tercapai (Musyiam , 2015).
𝑨 ×𝑴 𝑬𝑫𝑻𝑨 ×𝟏𝟎𝟎𝟎 × 𝑴𝒓 𝐶𝑎𝐶𝑂3
Kesadahan Total = 𝑽 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝑽 𝒂𝒊𝒓)
Keterangan :
A : rata-rata volume EDTA yang dibutuhkan untuk menitrasi
M EDTA : 1,28
Mr CaCO3 : 100
Jawab =
KT = 13,4 x 1,28 x 1000 x 100/50
= 34,304

3.3.4. Kesimpulan

jadi kesimpulan yang bisa kita dapat dari percobaan yang ketiga ini adalah
kesadahan total merupakan jumlah ion-ion kalsium dan magnesium yang dapat
ditentukan melalui titrasi menggunakan EDTA sebagai titran serta indikator EDT
yang peka terhadap kation valensi dua.
DAFTAR PUSTAKA

Rosvita, V. Fanani, Z. dan Pambudi, A, I. 2018. Analisa Kesadahan Total


(CACO3) Secara Kompleksometri dalam Sumur. J Pendidikan
Indonesia. 3(1):1-5
Musiam, S. Darmiani, S. Putra, A. M. P. 2015. Analisis Kuantitatif
Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang Yang Dijual Di Wilayah
Kayu Tangi Kota Banjarmasin. 1(2): 145-148
PERCOBAAN IV

PENENTUAN KADAR KALSIUM (Ca) DAN MAGNESIUM (Mg)

3.4.1. Tujuan

Menentukan konsentrasi unsur kalsium dan magnesium.

3.4.2. Hasil Pengamatan

Percobaan Volume EDTA (mL)

5,7 ml
TITRASI I

TITRASI II
5,7 ml
RATA-RATA
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

3.4.3. Pembahasan

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi


pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa
seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi
kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA (Prafitasari,
2015).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetri melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks
yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini
adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral (Hamdani, 2012).
PERHITUNGAN KADAR Ca
𝑩 ×𝑴 𝑬𝑫𝑻𝑨 ×𝟏𝟎𝟎𝟎 × 𝑨𝒓 𝐶𝑎
Kadar Ca = 𝒎𝑳 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
(𝑨−𝑩) ×𝑴 𝑬𝑫𝑻𝑨 ×𝟏𝟎𝟎𝟎 × 𝑨𝒓 𝑀𝑔
Kadar Mg = 𝒎𝑳 𝑺𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

Keterangan :
A : rata-rata volume EDTA yang dibutuhkan untuk
menitrasi
B : rata-rata volume EDTA yang dibutuhkan untuk
menitrasi
Ar Ca : 40
Ar Mg : 24
M EDTA : 1,28
⮚ Jawab =
Ca= 5,7 x 1,28 x 1000 x 40/50
=5.836,8
Mg=(13,4-5,7) x 1,28 x 1000 x 24/50
= 4.730,88
3.4.4. Kesimpulan

Berisi mengenai kesimpulan dari praktikum kimia dasar acara III analisakuantitatif
metode titrasi percobaan IV yang sudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani, Syarif. 2012. Modul Praktikum Kimia Analisis. Bandung:


Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Prafitasari, M. D. 2015. ANALISA KESADAHAN AIR SUMUR GALI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA
MEDIKA: Jombang
ACARA IV

KOLOID
PERCOBAAN I

UJI PEMBENTUKAN EMULSI

4.1.1. Tujuan

Berisi mengenai tujuan praktikum kimia dasar acara IV koloid percobaan I

yang telah dilakukan.

4.1.2. Hasil Pengamatan

Larutan Kuning
Aquades Soda Minyak Hasil
Tabung Sabun Telur
(mL) (mL) (mL) Pengamatan
(mL) (mL)

1 1 1 1 Terbentuk emulsi

2 1 1 1 Tidak terbentuk elmusi

3 1 1 1 Tidak terbentuk elmusi

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

4.1.3. Pembahasan

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika


dengan kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur,
satu diantaranya didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain.
Ketidakstabilan kedua fase ini dapat dikendalikan menggunakan suatu zat
pengemulsi/emulsifier atau emulgator. Terdapat beberapa jenis emulsi,
mulai dari yang sederhana hingga kompleks (Pawlik et al., 2013). Emulsi
rangkap merupakan emulsi yang tersusun oleh mikrostruktur kompleks
dimana droplet yang terdispersi mengandung droplet dengan ukuran lebih
kecil di bagian dalamnya. Metode emulsifikasi ini digunakan dalam industri
farmasi, kosmetik, pangan dan pemisahan kimiawi. Jenis emulsi ini terdiri
dari emulsi ganda (double emulsion) dan emulsi berkelipatan (multiple
emulsion) (Aserin, 2008).

4.1.4. Kesimpulan

Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Larutan kuning telur dan
lautan sabun terjadi pembentukan emulsi, sedangkan larutan soda tidak terjadi
pembentukan emulsi.
DAFTAR PUSTAKA

Rana, K. dan Fajarwati. 2017. Studi pengembangan demhlaifier pda skala


laboratorium untuk mengatasi masalah emulsi minyak di lapangan Z. J.
Pengembangan Riset. 2(1) : 155-151.

Kartika, S. 2015. Pengaruh waktu dan kecepatan pengadukan terhadap emulsi


minyak biji matahari (Helianthus Annus L.) dan air. Jurnal Integrasi proses.
5(3) : 24-26.

Wiyani, L., Aladi, A., Yani, S. Dan Rahmawati. 2016. Karakteristik emulsi Virgin
Coconut Oil dengan menggunakan Berbagai Jenis Emulsifier. Edisi 18-20
Agustus, PATPI, Makassar. 11-14.
LAMPIRAN

Larutan Sebelum Sesudah

Sabun

Kuning Telur

Soda Kue

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


PERCOBAAN II

UJI KESTABILAN EMULSI

4.2.1. Tujuan

Berisi mengenai tujuan praktikum kimia dasar acara IV koloid percobaan II

yang telah dilakukan.

4.2.2. Hasil Pengamatan

Larutan
Susu HCl NaOH NaCl Hasil
Tabung Gula
(mL) (mL) (mL) (mL) Pengamatan
(mL)

1 1 1 Tidak stabil

2 1 1 Tidak stabil

3 1 1 Stabil

4 1 1 Stabil

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2021.

4.2.3. Pembahasan
Proses emulsi adalah suatu proses pencampuran bahan emulsi
dengan minyak solar-air dengan bantuan surfaktan (Anindita, et al 2018) .
Sistem emulsi minyak pada air (M/A) atau bisa disebut juga oil inwater
(O/W)vadalah sistem emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi dan air
sebagai fase pendispersi. Emulsitersebut dapat ditemukan dalam beberapa
bahan pangan yaitu mayonnaise, susu, krim dan adonan roti.Berkebalikan
dengan M/A, emulsi air dalam minyak (A/M) atau water in oil (W/O) adalah
emulsi denganair sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase
pendispersi. Jenis emulsi ini dapat ditemukan dalamproduk margarin dan
mentega (Winarno 1997).

4.2.4. Kesimpulan

Berdasarkan pada praktikum percobaan uji kestabilan emulsi, dapat


disimpulkan jika larutan gula dan garam bersifat stabil. dan Larutan HCL
(Jeruk Nipis) dan Larutan Sabun (Basa) bersifat tidak stabil pada percobaan
ini.
.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, D.P. Muqqorobin, W. 2018. PENGARUH KADAR AIR


TERHADAP STABILITAS EMULSI MINYAK SOLAR –AIR
DALAM TANGKI BERPENGADUK. FakultasTeknologi Industri.
Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN

Larutan Sebelum Sesudah

Larutan sabun

Larutan jeruk
nipis

Larutan garam
Larutan gula

Sumber : Data Primer Kitchen Science Experiment, 2021.


KONTRIBUSI ANGGOTA

Nama Anggota Kontribusi


Farhan Membuat vidio tentang percobaan koloid.
Membuat laporan KSE tentang koloid
Adrian Membuat vidio percobaan tentang asam basa.
Membuat laporan KSE tentang asam basa
Cipta Membuat vidio tentang percobaan vitamin
Membuat laporan KSE tentang vitamin
Azli Membuat vidio tentang percobaan karbon kompleks
Membuat laporan KSE tentang karbon kompleks
Audi Pembuat laporan KSE tentang asam nukelat
Membuat vidio tentang percobaan asam nukleat
Pembuat PPT
LAPORAN PRAKTIKUM ORGANIK
MATA KULIAH KIMIA DASAR

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah dan Praktikum


Prof. Retno Muwarni, PhD.

Anda mungkin juga menyukai