Anda di halaman 1dari 15

Model Motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dan

Penerapannya Dalam Pembelajaran

Disusun Oleh :

Azzahra Nabila (1303621078)

Deka Emapita (1303621017)

Maulida Parhataini (1303621008)

Nurul Fitriana (1303621027)

Dosen Pengampu :

Dr. Gusti Yarmi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam juga kita limpahkan kepada Baginda Nabi kita
Muhammad SAW.

Adapun tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dr. Gusti Yarmi, M.Pd. selaku dosen yang mengampu mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dan penerapannya
dalam pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Gusti Yarmi, M.Pd. yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Jakarta, 11 September 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................................2
BAB II ISI..............................................................................................................................................3
2.1 Model Motivasi Attention Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran.......................................3
2.2 Model Motivasi Relevance Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran.....................................5
2.3 Model Motivasi Confidence Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran ...................................5
2.4 Model Motivasi Satisfaction Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran ..................................7
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar........................................................7
2.6 Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar....................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang menghasilkan suatu tindakan atau perbuatan. Dalam
bahasa inggris, kata movere disamaartikan dengan motivation yang berarti pemberian
motif, penimbulan motif, atau hal serta keadaan yang menimbulkan dorongan.
Motivasi adalah suatu dorongan, tindakan, atau perilaku untuk memacu orang agar
melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai kehendak untuk mencapai status,
kekuasaan dan pengakuan yang lebih tinggi bagi setiap individu. Motivasi justru dapat
dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan melalui
peningkatan kemampuan dan kemauan
Dalam melaksanakan pembelajaran, siswa perlu motivasi. Entah motivasi
eksternal ataupun internal (seperti dalam diri). Motivasi ini menjadi bagian yang cukup
penting dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa terkadang ragu, takut, tidak percaya
diri dalam mengungkapkan apa yang ingin dirinya ungkapkan. Adanya motivasi dalam
pembelajaran membantu penyelesaian itu semua agar siswa terpacu untuk lebih semangat
dalam melaksanakan pembelajaran.
Adapun model motivasi pembelajaran yang akan kami bahas mengenai motivasi
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model
pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk
merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan
mempertahankan motivasi siswa untuk belajar ( Keller, 1987). Model pembelajaran ini
berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan
yang baru.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi
sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi
informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak
termotivasi maka tidak akan terjadi peristiwa belajar karena siswa tidak akan
mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa

1
guna meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran
akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka penerapan model pembelajaran
ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan
dengan kebutuhan ataupun minat siswa.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu motivasi?


2. Bagaimana membangun motivasi dalam diri siswa?
3. Apa itu model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) ? 4.
Bagaimana penerapan model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) dalam pembelajaran?
5. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dalam belajar? 6.
Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar?

1.3 Tujuan

1. Dapat memahami arti dari motivasi


2. Mengetahui cara membangun motivasi siswa.
3. Dapat memahami model motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction).
4. Mengetahui cara penerapan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) dalam pembelajaran.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam belajar. 6.
Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk membangun motivasi siswa.

2
BAB II
ISI

2.1 Model Motivasi Attention Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran


Perhatian (attention) adalah konsentrasi atau fokus usaha mental. Memusatkan
perhatian pada rangsangan tertentu yang dianggap penting dan mengabaikan rangsangan
yang tidak penting (selektif). Sedangkan ketika memperhatikan satu hal tertentu,
perhatian bisa beralih ke hal lain. Perhatian peserta didik berawal dari rasa ingin tahu.
Untuk itu, rasa ingin tahu harus dibangkitkan agar peserta didik mampu memperhatikan
dan mempertahankan perhatiannya lebih lama lagi dalam proses belajar-mengajar. Rasa
ingin tahu ini dapat dirangsang melalui unsur-unsur baru, aneh, berbeda, kontradiktif
atau kompleks.
Dalam proses belajar mengajar, perhatian jelas merupakan faktor utama dengan
dampak yang sangat besar. Artinya, peserta didik yang ingin belajar perlu memiliki atensi
atau perhatian terhadap materi yang akan dipelajari. Dengan adanya perhatian yang besar,
peserta didik dapat menerima dan memilih rangsangan yang relevan untuk diproses lebih
lanjut dari banyak rangsangan eksternal. Perhatian peserta didik dalam proses
pembelajaran berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Beberapa mungkin
mempertahankan perhatian ini dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Ada yang
hanya memperhatikan di awal pelajaran, dan bahkan ada yang tidak memperhatikan dari
awal sampai akhir.
Perhatian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi
intensitas, ukuran, kontras, pengulangan, dan gerak yang melekat pada objek yang
diamati itu sendiri. Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang terdapat pada individu
pengamat yaitu motif, kemauan dan harapan. Oleh karena itu, guru harus menciptakan
dan memelihara minat atau perhatian peserta didik untuk menumbuhkan rasa ingin tahu
peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Perhatian peserta didik dapat meningkat karena rasa ingin tahunya, sehingga rasa
ingin tahu peserta didik perlu didorong. Guru dapat menanyakan kepada setiap peserta
didik dengan pertanyaan seperti, "Mengapa saya harus mempelajari ini?". Dengan
demikian, perhatian akan dipertahankan selama proses pembelajaran atau lebih lama.
Rasa ingin tahu siswa dapat dirangsang dengan cara yang baru, unik atau yang sudah
ada.

3
Membantu peserta didik memberi perhatian dapat diterapkan atau dilakukan
sebagai berikut:
1. Menggunakan isyarat atau petunjuk bahwa ada sesuatu yang penting Caranya biasanya
dilakukan dengan menaikkan volume suara, mengulangi sesuatu dengan penekanan,
serta menulis konsep di papan tulis.
2. Menggunakan humor
Dalam proses pembelajaran ada kalanya lingkungan kelas tidak kondusif, tegang dan
membosankan, sehingga guru dapat menggunakan humor. Selain itu, penggunaan humor
selalu menarik perhatian pada lingkungan kelas yang semakin gaduh. 3. Menggunakan
komentar instruksional
Misalnya, “mari kita diskusikan”, “sekarang perhatikan” atau “Saya akan mengajukan
pertanyaan tentang topik ini dalam ujian minggu depan”.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
disajikan
Saat menyerahkan materi, guru dapat menyelangi dengan pertanyaan, “sampai disini
penjelasan ibu, apakah ada pertanyaan?” atau “ada pendapat tentang materi ini?” 5.
Menjadikan pembelajaran itu menarik
Kejenuhan mudah terjadi pada peserta didik dan kejenuhan akan mengurangi perhatian
mereka. Mengasosiasikan suatu gagasan dengan minat peserta didik akan
meningkatkan perhatian mereka. Sesekali gunakan latihan yang tidak biasa dan
menarik. Pertimbangkan pertanyaan dramatis untuk memperkenalkan berbagai topik
untuk dipelajari.
6. Menggunakan media dan teknologi secara efektif sebagai bagian dari pembelajaran di
kelas
Mencari video atau acara televisi yang dapat membantu guru memvariasikan
pembelajaran di kelas dan meningkatkan perhatian peserta didik. Memastikan bahwa
media dan teknologi yang digunakan dapat menarik perhatian peserta didik dengan
cara yang bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran mereka.
7. Jangan membebani peserta didik dengan terlalu banyak informasi Kita hidup dalam
masyarakat informasi di mana terkadang guru cenderung merasa bahwa mereka harus
membuat peserta didik mempelajari segalanya. Namun, peserta didik yang diberikan
informasi dengan sangat cepat mungkin malah membuat tidak dapat memperhatikan
apapun.

4
2.2 Model Motivasi Relevance Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran

Huruf kedua dalam motivasi ARCS adalah huruf R yang merujuk pada relevance.
Relevance atau hubungan dalam model motivasi ARCS merupakan hubungan atau
kesesuaian materi pembelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik. Dari
kesesuaian ini, tentunya dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa karena
siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyai manfaat langsung
secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peserta didik akan menga
pembelajaran sebagai sesuatu yang bermakna, atau relevan.

(R. Angkowo dan A. Kosasi, 2007:40-41) mengemukakan bahwa strategi untuk


menunjukan relevansi adalah sebagai berikut:

1. Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah
mempelajari materi pembelajaran ini berarti guru harus menjelaskan tujuan
intruksional.
2. Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari
dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. 3.
Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa.

2.3 Model Motivasi Confidence Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran

Lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2012) mendefinisikan bahwa kepercayaan


diri itu diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek
kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan dirinya sehingga tidak terpengaruh
oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak,optimis, cukup toleran, dan
bertanggung jawab.
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya
untuk menegmbangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sesungguhnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut, bahwa iya yakin
dan percaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensial aktual, prestasi
serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. (Fatimah, 2010)
Sujanto (dalam puspitaningsih, 2014) menyatakan bahwa percaya diri merupakan
suatu keyakinan seseorang yang tumbuh dari sikap sanggup berdiri sendiri, mengatur diri,
dan bebas dari pengendalian orang lain. Anthony (dalam Ghufron & Risnawita,2012)

5
berpendapat bahwa kepercayaan diri seseorang yang dapat menerima kenyataan dapat
mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, mandiri, dan memiliki kemampuan
untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
Kepercayaan diri merupakan kesadaran diri dalam berinteraksi terhadap
lingkungannya. kepercayaan diri adalah kegiatan individu untuk meraih keberhasilan dan
mengajarkan sikap percaya diri dari usia dini. percaya diri berarti individu tersebut dapat
dengan kelebihannya dan melawan kelemahannya. kepercayaan diri itu sangatlah penting
untuk ditanamkan dalam diri seseorang dari usia dini, agar individu tersebut dapat meraih
keberhasilan dalam hidup.
Sikap kepercayaan diri sangatlah penting, karena apabila peserta didik tidak
percaya dengan hasil yang diperoleh dari hasil ia menyelesaikan soal berakibat peserta
didik akan mudah mencontek dan menurunkan prestasi belajar.
Menurut Keller (1987) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman
siswa, misal dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah dipahami, di
urutkan dari materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa merasa
mengalami keberhasilan sejak awal proses pembelajaran.
2) Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga
siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus. 3)
Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu
siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan. 4) Meningkatkan
harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol
keberhasilan di tangan siswa sendiri.
5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah
memahami konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal
yang masih perlu dikembangkan.
6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui
pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.

6
2.4 Model Motivasi Satisfaction Beserta Penerapannya Dalam Pembelajaran

Menurut Fandy Tjiptono (2014: p.353) kata “kepuasan atau satisfaction: berasal
dari bahasa latin “satis” (artinya cukup banyak, memadai) dan “facio” (melakukan atau
membuat) secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu
atau membuat sesuatu memadai.
Dapat diartikan pula jika satisfaction merupakan kata yang memiliki arti
kepuasan. Kepuasan disini memiliki arti bahwa siswa merasa senang, gembira, serta
tidak terbebani terhadap pembelajaran yang telah dijalani. Hal ini dapat memotivasi
siswa untuk lebih percaya diri serta terus belajar dan menggali informasi-informasi yang
lebih dalam. Motivasi ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengucapkan “baik”, “bagus” dan seterusnya bila peserta didik menjawab
/mengajukan pertanyaan.
2. Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang
simanatik atas partisipasi siswa.
3. Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar. 4. Memberi
pengarahan sederhana agar siswa memberi jawaban yang benar. (Keller, 1987)

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar

1. Aspirasi Peserta didik/ Cita-cita


Motivasi belajar dapat dilihat dari anak sejak kecil, seperti keinginan belajar berjalan,
membaca, dapat menyanyi, dan lain-lainnya. Pemenuhan keinginan-keinginan ini
yang berhasil mendorong kesediaan untuk proaktif dan dalam menciptakan tujuan
hidup selanjutnya. Munculnya cita-cita disertai dengan berkembangnya akal budi,
moralitas, kehendak, bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Perkembangan kepribadian
erat kaitannya dengan munculnya cita-cita.
2. Kemampuan Peserta didik
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal
dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya,
dapat diatasi dengan drill / melatih ucapan “r” yang benar. Latihan berulang kali
menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r”, atau mengucapkan huruf
huruf lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi. Keberhasilan

7
membaca suatu buku bacaan akan menambahkan kekayaan pengalaman hidup.
Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya. Secara perlahan-lahan
terjadilah kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf “r”
yang benar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat
motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3. Kondisi peserta didik
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, perut terisi, dan gembira
akan mudah memutuskan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak
yang marah-marah akan sulit memperhatikan penjelasan pelajaran. Sebaliknya,
setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Emosional
setiap individu juga lah berbeda-beda.
4. Kondisi lingkungan.
Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka
siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. kondisi lingkungan sekolah yang
sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan
lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
5. Upaya Pendidik dalam mendidik
Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut:
a. menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
b. membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan
pemeliharaan fasilitas sekolah,
c. membina belajar tertib pergaulan, dan,
d. membina belajar tertib lingkungan sekolah.
Di samping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut, maka secara individual tiap
guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut meliputi: a.
pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar, b. pemanfaatan
penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna, dan, c. mendidik cinta
belajar.

8
2.6 Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar

1. Menjelaskan Tujuan Pembelajaran kepada Peserta Didik


Pada awal proses belajar mengajar, seorang guru hendaknya menjelaskan tentang
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang harus dicapai oleh siswa. Tidak hanya
sampai disitu saja, namun guru dapat menjelaskan pentingnya ilmu yang akan sangat
bermanfaat bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun norma
sosial. Semakin jelas tujuannya, semakin tinggi pula motivasi belajarnya.
2. Hadiah
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berhasil. Hal ini akan sangat
mendorong peserta didik untuk lebih giat dalam berprestasi, dan peserta didik yang
kurang berprestasi akan terpacu untuk mengejar bahkan mengungguli peserta didik
yang telah berhasil. Hadiah di sini tidak harus besar dan mahal, tetapi bisa membuat
peserta didik senang karena dihargai atas prestasinya.
3. Kompetisi
Guru berusaha menyelenggarakan kompetisi antar peserta didik untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4. Pujian
Sudah selayaknya memberikan penghargaan atau pujian kepada peserta didik yang
berprestasi. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal terkecil
seperti, “kerja yang bagus…”.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada peserta didik yang melakukan kesalahan dalam proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan peserta didik akan
mengubah dirinya dan mengaktifkan motivasi belajarnya. Hukuman di sini harus
bersifat mendidik, seperti menghafal, mengajukan pertanyaan, atau membuat
ringkasan. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di
depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan mengganggu
psikis peserta didik.
6. Mendorong Peserta Didik untuk Belajar
Strateginya adalah memberikan perhatian yang maksimal kepada peserta didik,
terutama peserta didik yang tertinggal dari peserta didik lain dalam prestasi. Di sini,
guru perlu lebih memperhatikan kondisi peserta didiknya.

9
7. Membangun Kebiasaan Belajar yang Baik
Mengajarkan peserta didik bagaimana belajar dengan baik, baik belajar sendiri
maupun dalam kelompok. Dengan cara ini, diharapkan peserta didik akan lebih
termotivasi untuk mengulang pelajaran atau meningkatkan pemahaman mereka
dengan buku-buku yang mendukung.
8. Menggunakan Berbagai Metode
Guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi yang dapat
membangkitkan semangat peserta didik dan tidak membuat mereka bosan. Semakin
banyak metode pengajaran yang dikuasai seorang guru, semakin berhasil dia dalam
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
9. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik media
visual maupun audio visual.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)


merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek
motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi
siswa untuk belajar.
2. Model motivasi ARCS berfokus pada perhatian (attention) karena merupakan faktor
utama dengan dampak yang sangat besar. Peserta didik yang ingin belajar perlu
memiliki atensi atau perhatian terhadap materi yang akan dipelajari.
3. Relevance atau hubungan dalam model motivasi ARCS merupakan hubungan atau
kesesuaian materi pembelajaran dengan pengalaman belajar peserta didik, sehingga
motivasi belajar dalam diri siswa tumbuh karena siswa merasa bahwa materi pelajaran
yang disajikan mempunyai manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari
hari.
4. Dalam model motivasi ARCS, sikap kepercayaan diri sangatlah penting. Apabila
peserta didik tidak percaya dengan hasil yang diperoleh dari hasil usaha sendiri, maka
peserta didik akan mudah mencontek dan menurunkan prestasi belajar.
5. Aspek satisfaction dalam model motivasi ARCS mendefinisikan kepuasan. Kepuasan
bahwa siswa merasa senang, gembira, serta tidak terbebani terhadap pembelajaran
yang telah dijalani, sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih percaya diri serta
terus belajar dan menggali informasi-informasi yang lebih dalam.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah aspirasi atau cita-cita peserta
didik, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan, dan upaya
pendidik dalam mendidik.
7. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi dalam belajar, yaitu menjelaskan
tujuan pembelajaran, memberikan hadiah, mengadakan kompetisi, memberikan
hukuman, mendorong peserta didik, membangun kebiasaan yang baik, menggunakan
metode pembelajaran yang variatif, serta menggunakan media yang menarik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adib Mustofa Z. PENGARUH MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANSI,


CONFIDENCE, AND SATIFACTION) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 2020

Afjar, A. M., Musri, & Syukri, M. (2020, February 1). Attention, relevance, confidence,
satisfaction (ARCS) model on students’ motivation and learning outcomes in learning
physics. Journal of Physics: Conference Series, 1460(1), 012119.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1460/1/012119

Diana, D. (2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE,


CONFIDENCE, DAN SATISFACTION (ARCS) DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR IPA KELAS V MIN 10 BANDAR LAMPUNG (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:


Pustaka Setia.

Setiawan, D., Kabibullah, N., & Wadi, I. S. (2020). PENERAPAN MODEL ARCS
(ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK
MUARA ILMU DEPOK”. Mozaic: Islam Nusantara, 6(1), 61-78.

Suharni, & Purwanti. (2018). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-Couns: Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 3(1), 131–145.

12

Anda mungkin juga menyukai