Anda di halaman 1dari 31

Sejarah dan Pemikiran

Tokoh Pendidikan
Internasional
KELOMPOK 5
Inilah Anggota Kami

Andina Farrah Alif Maulida


Ramadani Salsabila Parhataini
Latar belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap peserta didik
(anak-anak atau remaja) dalam upaya mempersiapkan peranan yang akan mereka lakukan di
masa depan dengan kualitas yang baik. Pendidikan merupakan usaha manusia demi memenuhi
kebutuhan manusia, pendidikan ada karena ada manusia. Pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan dan tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Seiring dengan perubahan zaman, kemajuan pola pikir dan hasil dari penelitian yang telah dikaji
ulang pendidikan mengalami perubahan dan perkembangan. Teori pendidikan mengalami
evaluasi, perbaikan, serta pembaharuan. Walaupun ada beberapa teori yang sudah tidak dipakai
lagi, teori pendidikan yang sudah lama tidak dilupakan begitu saja.
Teori pendidikan yang lama merupakan langkah awal dari tokoh-tokoh di masa lalu bagi
perkembangan teori pendidikan yang sudah kita kenal saat ini. Karena itu penting bagi kita untuk
mengetahui dan mengenali teori pendidikan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan pendidikan
saat ini. Dengan mempelajari pendapat serta pandangan para tokoh yang berpengaruh ini dapat
memberikan sudut pandang baru dan menambah wawasan kependidikan. Oleh karena itu
kelompok kami akan membahas tentang sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh yang berpengaruh
dalam dunia pendidikan.
• Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 –
28 April 2002), Gagne lahir di Andover
Utara, Massachusetts.
Robert M. Gagne
• Dia adalah seorang Profesor dalam
bidang psikologi dan psikologi
pendidikan di Connecticut College
khusus wanita (1940-1949), Universitas
Negara bagian Pennsylvania (1945-
1946)
Teori Robert M. Gagne
• Robert. M. Gagne dalam bukunya: The Conditioning of Learning mengemukakan bahwa:
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling
berinteraksi.

• Menurut Gagne (1977), belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal
bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari
peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi
eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa
pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi
eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indera,
yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar
Kategori Kemampuan
Belajar Menurut Robert
M. Gagne
Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan
untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior)
adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif, belajar itu bukan proses tunggal.

Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu:


• Keterampilan intelektual (intellectual Skills); merupakan kemampuan untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk
representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata,
gambar).
• Informasi Verbal (Verbal Information); Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh
dari kata yang diucapkan orang, dari membaca, televisi, komputer dan sebagainya,
atau melalui membaca buku meliputi fakta, prinsip dan generalisasi. contohnya,
siswa dapat mengetahui rumus kimia air yaitu H2O.
• Strategi-strategi kognitif (Cognitive Strategies); Strategi-strategi kognitif adalah
kemampuan-kemampuan internal yang terorganisasi. misalnya, saat menyusun langkah-
langkah dalam penyelesaian masalah mencari mol suatu larutan.

• Sikap-sikap (Attitudes); Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-kejadian atau makhluk
hidup. Sekelompok sikap yang penting adalah sikap-sikap kita terhadap orang lain
atau sikap sosial. Dengan demikian maka akan tertanam sikap sosial pada para
siswa.

• Keterampilan motorik (Motor skills); Keterampilan motorik tidak hanya mencakup


kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan fakta, dan kegiatan-kegiatan
motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya, bila berbicara,
menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa
kapiler, termometer dan sebagainya.
Fase Belajar Menurut
Robert M. Gagne
Adapun fase belajar menurut Gagne terbagi menjadi 2, yaitu; fase eksternal dengan
fase internal.

Fase eksternal
• Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa
belajar akan memperoleh hadiah.
• Fase Pengenalan
Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian
instruksional, jika belajar akan terjadi.
• Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima
pelajaran.
• Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang.
• Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori
jangka-panjang.
• Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks
dimana informasi itu dipelajari.
• Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan
yang tampak.
• Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan
apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Fase internal
• Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Pertama timbulnya
perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan.
• Fase penguasaan (Acquisition phase)
Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
• Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
• Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan.
9 Peristiwa
Pembelajaran Robert
M. Gagne "Nine
instructional events"
Mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu yang menurut Gagne terkenal
dengan “Nine instructional events” atau Sembilan peristiwa pembelajaran yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

• Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian peserta didik


• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyarat
• Menyampaikan materi pembelajaran
• Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar
• Memperoleh unjuk kerja (merespon) peserta didik
• Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas (penguatan)
• Mengukur/mengevaluasi hasil belajar.
• Memperkuat retensi dan transfer belajar
John Dewey John Dewey adalah seorang filsuf dari
Amerika Serikat, yang termasuk
Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai
filsuf, Dewey juga dikenal sebagai
kritikus sosial dan pemikir dalam
bidang pendidikan. Dewey dilahirkan
di Burlington pada tahun 1859.
Sepanjang kariernya, Dewey
menghasilkan 40 buku dan lebih dari
700-an artikel. Dewey meninggal dunia
pada tahun 1952.
Pendidikan
John Dewey berpendapat bahwa pendidikan bahwa pendidikan terarah pada
tujuan yang tidak berakhir,pendidikan merupakan sesuatu yang terus
berlangsung,suatu rekonstruksi pengalaman yang terus bertambah .Tujuan
pendidikan sebagaimana adanya,terkandung dalam proses pendidikan,dan
seperti cakrawala,tujuan pendidikan yang dibayangkan ada sebelum terjadinya
proses pendidikan ternyata tidak pernah dicapai seperti cakrawala yang tidak
pernah terjangkau.Oleh karena itu,seperti yang dinyatakan oleh John
Dewey,rekonstruksi pengalaman kita harus diarahkan pada mencapai efisiensi
sosial,dengan demikian pendidikan harus merupakan proses sosial.Sekolah yang
baik harus aktif dan dinamis,dengan demikian anak belajar melalui
pengalamannya dalam hubungan dengan orang lain.
Konsep Dasar Pemikiran Pendidikan Dewey
Pola pemikiran Dewey tentang pendidikan sejalan dengan konsepsi instrumentalisme
yang dibangunnya, dimana konsep-konsep dasar pengalaman (experience),
pertumbuhan (Growth), eksperimen (experiment), dan transaksi (Transaction) memiliki
kedekatan yang akrab, sehingga Dewey mendeskripsikan filosofi sebagai teori umum
pendidikan, dan pendidikan sebagai “laboran” yang di dalamnya perbedaan-
perbedaan filosofi menjadi konkret dan diuji. Pendidikan dan filsafat saling
membutuhkan satu sama lain , dimana tanpa filsafat, pendidikan kering akan arahan
intelegensi. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat kehilangan implementasi praktis dan
menjadi mandul. Pengalaman merupakan basis dari keduanya, dimana pendidikan
didefinisikan sebagai rekonstruksi dan reorganisasi dari pengalaman yang memberi
tambahan pada arti pengalaman berikutnya. Dalam pedagogik Creed, Dewey
mendefinisikan itu menjadi lebih singkat, berbagai suatu rekomendasi yang terus dari
pengalaman, dan dalam Democracy and education, Dewey mendefinisikan pendidikan
sebagai penuntun secara intelegensi terhadap pengembangan tentang kemungkinan
kemungkinan yang melekat pada kebiasaan pengalaman .
Berkenaan dengan pendidikan kesusilaan, Dewey berpendapat
bahwa segala teori tentang pengertian baik dan kebaikan, wajib ada
hubungannya dengan kemanusiannya. Setiap manusia harus
mempunyai cita-cita, akan tetapi cita-cita hendaknya sesuai dengan
keadaan sebagai manusia. Cita-cita yang baik selalu mengandung
kemungkinan untuk berkembang dan mendorong ke arah usaha
yang berguna dan bermanfaat. Demikian pula dengan segala aturan
dan hukum yang diadakan, semuanya akan dipatuhi apabila aturan
dan hukum tersebut berakar dari hati sanubari. Orang tua dan guru
tidak dapat memaksakan atau memasukkan faham tentang
kebaikan berasaskan dan dominasi terhadap anak didiknya.
Pendidikan moral menurut Dewey setidak-
tidaknya mengandung tiga unsur penting,
yaitu :

1. Perhatian dan 2. Memberikan pengertian 3. Keterampilan praktis


masyarakat kepada anak didik tentang
kehidupan masyarakat
Pandangan tentang John Dewey tentang pendidikan yang akhirnya melahirkan
sebuah gagasan mengenai pendidikan partisipatif yang juga meliputi gagasan
learning by doing yaitu adanya pendidikan sebagai proses sosial dimana
anggota masyarakat yang belum matang (terutama anak-anak) diajak untuk
lebih berpartisipasi dalam masyarakat. Tugas pendidik ialah memberikan
garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Sekolah
sendiri memiliki maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup
demokratis dan untuk memperkembangkannya.
Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog
berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting
tentang pikiran anak lebih dari setengah abad
yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian
yang makin besar ketika memasuki akhir abad
ke-20. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis
di Uni Soviet selama sepuluh tahun dari tahun
1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan
di dunia barat pada tahun 1960an. Sejak saat
itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat
berpengaruh di dunia.

Lev Vygotsky
Vygotsky mengagumi Piaget , Vygotsky setuju dengan teori Piaget bahwa
perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya
berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan
pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan
membentuk gambar realitas nya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu
pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat
bantuan dari lingkungannya juga.

Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:


• Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru
dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
• Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
• Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan
mediator pembelajaran siswa.
Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil dalam bidang-bidang yang ada.
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak anak lain dalam
membuahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir
dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami
dunia luar dan memusatkan perhatian.

Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental


berkembang melalui interaksi sosial langsung. Melalui pengoranisasian
pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar
belakang kebudayaan ini, Perkembangan anak menjadi matang.
Zone proximal Development
Zona proximal Development ( ZPD ) adalah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang
terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih
terampil.
ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa sosial yang bersifat
interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana
yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain.

Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya
di sekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat. jadi, untuk memaksimalkan
perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil
yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih
kompleks.
Konsep scaffolding
Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya
sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan
guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu :


• Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
• ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
• Pembelajaran di sekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
• Pengalaman anak diluar sekolah harus dihubungkan dengan pengalaman mereka
di sekolah.
• Jack Mezirow merupakan seorang
sosiolog Amerika Serikat dan profesor
emeritus pendidikan orang dewasa.
• Mezirow menerima gelar B. A. dan gelar
M. A. dalam Ilmu Sosial dan Pendidikan
dari University of Minnesota. Ia juga
memiliki gelar Ed.D dalam Pendidikan
Orang dewasa yang didapatkan dari
University of California, Los Angeles. Ia
juga merupakan pendiri program
doktoral Adult Education Guided
Intensive Study (AEGIS) di Teachers
College, Columbia University. Ia secara
Jack Mezirow luas diakui sebagai pendiri konsep
pembelajaran transformatif.
Pembelajaran transformatif merupakan pembelajaran yang menghasilkan
perubahan pada individu tentang bagaimana mereka memaknai kehidupan
dan pengalaman yang telah mereka alami. Mezirow menggagas pandangan
ini berdasarkan hasil kajian pada para wanita yang kembali bersekolah
setelah sekian lama berhenti. Dari sini Mezirow menganggap bahwa
pembelajaran mampu merubah prespektif seseorang dalam memaknai
kembali pengalaman dan kondisi kehidupan. Pembelajaran diartikan
sebagai proses pemaknaan kembali suatu pengalaman menggunakan ilmu
yang telah didapatkan. Mezirow berpendapat manusia dapat memaknai
dirinya sendiri berdasarkan interaksi dengan orang lain atau pengalaman
dibanding pengaruh dari luar. Teori pembelajaran yang dikemukaan oleh
Mezirow ini juga berkeyakinan bahwa setiap manusia mampu menentukan
pilihan mereka sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran transformatif adalah proses
perubahan makna yang dimiliki seseorang menjadi makna yang baru.
Individu akan bertranformasi menjadi individu yang lebih kritis, mampu
merefleksikan diri, berkembang, dan tentunya bertransformasi . Berpikir
lebih kritis dapat membantu seseorang dalam menganalisa suatu masalah
atau peristiwa, sehingga seorang individu akan dapat mengambil keputusan
terbaik atas masalah tersebut dan menghadapi masalah dengan baik.

Proses transformasi ini dapat dicapai melalui empat cara;


• mengelaborasi kerangka acuan berpikir saat ini;
• mempelajari kerangka acuan berpikir baru;
• mengubah cara pandang; atau mengubah kebiasaan berpikir
Berdasarkan hasil penelitiannya Mezirow kemudian menjabarkan proses terjadi
transformasi menjadi sepuluh tahap, yakni

• Mengalami dilema
• Memeriksa perasaan bersalah atau malu oleh diri sendiri
• Menilai asumsi-asumsi secara kritis
• Menyadari bahwa ketidakpuasan dapat dikomunikasikan dengan orang lain
• Mengeksplor pilihan untuk peran, hubungan, dan tindakan yang baru
• Merencanakan tindakan
• Memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mengimplementasikan
rencana
• Mencoba peran baru untuk sementara waktu
• Membangun kompetensi dan rasa percaya diri dalam peran dan hubungan
yang baru
• Kembali berintegrasi kedalam kehidupan dengan prespektif baru.
Strategi Pengembangan Model Pembelajaran Transformatif

Mezirow menekankan bahwa proses yang paling jelas dalam pembelajaran


ini terjadi pada aktivitas komunikatif, yaitu identifikasi masalah, pengujian
asumsi, diskursus dengan mengkritisi menggunakan dialog dan diskusi,
hingga pengambilan kesimpulan. Menurut Mezirow terdapat empat
rangkaian proses agar tranformasi dapat terwujud, yaitu:

• Memperbaiki makna lama menjadi makna baru


• Mempelajari skema makna baru
• Mengubah skema makna
• Merubah presfektif makna
Terima kasih!
Ada pertanyaan untuk kami?

Anda mungkin juga menyukai