Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

A.    Subjek Evaluasi Pendidikan

Subjek atau pelaku evaluasi pendidikan ialah orang yang melakukan pekerjaan

evaluasi dalam bidang pendidikan. Subjek ealuasi sering diartikan sebagai pelaku

atau pelaksana yang melakukan pekerjaan evaluasi atau orang yang terlibat dalam

evaluasi.

Berbicara tentang subyek eavaluasi pendidikan disekolah, kiranya perlu dikemukakan

disini, bahwa mengenai siapa yang disebut sebagai sebyek evaluasi pendidikan itu

akan sangat bergantung pada, atau ditentukan oleh suatu aturan yang menetapkan

pembagian tugas untuk melakukan evaluasi tersebut. Jadi subyek evaluasi tersebut

berbeda-beda orangnya. Dalam kegiatan evaluasi pendidikan dimana sasaran

evaluasinya adalah prestasi belajar, maka sabjek evaluasinya adalah guru atau dosen

yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya

adalah sikap peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau petugas yang

belum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah memperoleh

pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang. Jika sasaran

yang dievaluasi kepribadian peserta didiki, dimana pengukuran tentang kepribadian

itu dilakukan dengan menggunakan instrument berupa tes yang sifatnya baku, maka

subjek evaluasinya adalah seorang psikolog, karena psikolog merupakan seseorang

yang memang telah di didik untuk menjadi tenaga ahli yang professional dibidang

psikologi

Untuk dapat menjadi evaluator seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :
1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator

adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi

yang didukunng oleh teori dan keterampilan praktik.

2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program dan bagian program

yang akan dievaluasi.

3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat

mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil

kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.

4. Sabar dan tekun, agar dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat

rancangan kegitan dalam bentuk penyusunan proposal, menyusun instrument,

mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.

5. Hati-hatu dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan

penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani

menanggung resiko dan segala kesalahannya.

Berdasarkan persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang bisa menjadi

evaluator. Ada dua kemungkinan asal orang yang dapat menjadi evaluator program

ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbnagkan keterkaitan orang

yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan

tersebut evaluator dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu evaluator dalam dan

evaluator luar.

1. Evaluator Dalam (Internal Evaluator).


Evaluator dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan

salah seorang dari petugas atau angggota pelaksana program pelaksana yang

dievaluasi.

2.      Evaluator Luar (Eksternal Evaluator)

Evaluator Luar adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan

implementasi program. Mereka berada diluar dan minta oleh pengambil

keputusan untuk mengambilkeputusan untuk evaluasi keberhasilan program atau

keterlaksanaan kebijak yang diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada

diluar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri

maka tim evaluator luar ni biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independen

team. 

B. Objek Evaluasi Pendidikan

Dalam melakukan evaluasi program, kita perlu memusatkan perhatian kita pada

aspek-aspek yang bersangkut-paut dengan keseluruhan kegiatan belajar-mengajar.

Dalam proses transformasi proses pendidikan formal disekolah, siswa yang baru

masuk mengikuti proses pendidikan dipandang sebagai bahan mentah yang akan

diolah (ditansformasikan diubah dari bahan mentah menjadi bahan jadi) melalui

proses pengajaran. Siswa yang baru masuk (input)ini memiliki karakteristik atau

kekhususan sendiri. yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

Disamping itu ada masukan lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu

masukaj instrumental dan masukan lingkungan. Siswa yang telah melakukan

transformasi dan sudah menjadi bahan jadi disebut output.


Pada gambar berikut disajikan sebuah bagan yang menunjukkan hubungan antara

komponen masukan mentah, sarana pemroses, dan keluaran yang sudah jelas

diproses.

materi kurikulum
guru

metode mengajar
sarana alat dan media

proses transformasi
output input

masukkan instrumental

lingkungan bukan manusia

lingkungan manusia
masukkan lingkungan

Setelah digambarkan dalam bentuk bagan seperti disajikan diatas, tampak jelas

dan rinci apa-apa yang mungkin mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa.

a.       Input (memasukkan)

Didalam input (memasukan) terdapat siswa sebagai subyek. Siswa atau

peserta didik merupakan individu yang akan di penuhi kebutuhan ilmu pengetahuan,
sikap, dan tingkah laku. Murid adalah pencari hakikat di bawah bimbingan dan

arahan seorang pembimbing spiritual.

Siswa adalah subyek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang

pandai, dan tidak pandai. setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional,

sosial, dan lainnya yang sifatnya khusus.

Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah,

input adalah para calon peserta didik, transformasi adalah sekolah tempat kita

mendidik calon peserta didik, dan output adalah peserta didik yang telah berhasil

menimba ilmu di sekolah tersebut. Dari segi input,maka obyek evaluasi pendidikan

meliputi tiga aspek, yaitu;

1. Aspek Kemampuan

Untuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka mengikuti program

pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik itu harus memiliki kemampuan yang

sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program

pendidikan tertentu itu nantinya, peserta didik tidak akan mengalami banyak hambatan

atau kesulitan.

2.  Aspek Kepribadian

Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih

dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya kepribadian

mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam

mengikuti program pendidikan tertentu. Evaluasi yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kepribadian seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality

test).

3. Aspek Sikap

Sikap, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia. Aspek sikap

perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik sebelum

mengikuti program pendidikan tertentu. Untuk menilai sikap tersebut digunakan alat

berupa tes sikap.

Selanjutnya, apabila disoroti dari segi transformasi, maka obyek dari evaluasi pendidikan

itu meliputi:

a.       Kurikulum atau materi pelajaran.

b.      Metode mengajar dan teknik penilaian.

c.       Sarana atau media pendidikan.

d.      Sistem administrasi.

e.       Guru dan unsur-unsur personil lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan.

Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolahan yang bertugas

mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang sangat

penting. ia dapat menjadi faktor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau

kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan, karena itu

obyek-obyek evaluasi yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai atau dievaluasi

secara berkesinambungan.

Adapun dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat

pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta didik,

setelah mereka terlibat dalam proses pendidik selama jangka waktu yang telah
ditentukan. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar

yang diraih oleh para peserta didik itu, dipergunakan alat berupa Tes Belajar atau Tes

Hasil Belajar yang dikenal dengan tes pencapaian (achievement test). 

a. Materi dan kurikulum

Di Indonesia kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut sistem

sentralisasi. DiIndonesia kurikulum disusun bersama oleh direktorat yang

mengelola jenjang dan jenis suatu sekolah bersama dengan pusat pengembangan

kurikulum dan sarana pendidikan Balitbangdikbud. Dalam hal ini guru  dituntut

untuk tetap menguasai materi dengan kurikulum yang telah disediakan.

b. Guru

Guru atau pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik,

baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Guru

harus mampu mengenal kekhususan siswanya agar mampu memberikan

pelayanan, pendidikan, dan administrative secara tepat. Pelayanan pendidikan

berupa pemberian remedial dan sebagainya, peyanan administrasi juga harus di

sesuaikan dengan jenis kemampuannya.

c. Metode atau pendekatan mengajar


Metode atau Metoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu Metha dan Hodos. Metha

berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti

jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode

mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahab pegajaran

agar tercapai tujuan pengajaran. 

d. Sarana: Alat pelajaran atau media pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pemikiran, perasaan, perhatian dan minta

serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

e. Lingkungan manusia

Yang digolongkan sebagai masukan lingkungan manusia bukan hanya kepala

sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha dsisekolah, tetapi siapa saja yang

dengan atau yang tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkatn hasil belajar siswa.

Misalnya ditman kanak-kanak, mungkin saja ibu-ibu pengantar dapat

dimanfaatkan oleh kepala sekolah untuk memberikan contoh-contoh prilaku

positif yang memperkuat motivasi siswa dalam belajar.

f.  Lingkungan bukan manusia


Yang dimaksud lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada

dilingkungan siswa (dalam radias tertentu) yang secara langsung maupun tidak,

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Termasuk kategori lingkungan bukan

manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana

lain, tumbuhan dikebun sekolah dan tetangga. 

C. Alat Evaluasi

Alat evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk memudahkan seseorang dalam

melakukan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efisien dalam kegiatan evaluasi.

Dalam kegiatan evaluasi, peran alat evaluasi sangat menentukan untuk mencapai hasil

yang lebih baik berdasarkan situasi aktual yang dievaluasi. Ada dua teknik yang dapat

digunakan, yaitu tes dan nontes. Pada pembahasan di bawah ini, akan dijelaskan secara

lebih mendalam mengenai kedua teknik tersebut.

Alat-Alat Evaluasi

1. Pengertian Alat Evaluasi

Alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat diguunakan untuk mempermudah seseorang

dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.

Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baiik

sesuai dengan kenyataan yang di evaluasi. Ada dua teknik yang di evaluasi, yaitu teknik

non tes dan teknik tes.


2. Macam-Macam Alat Evaluasi Dalam Pendidikan

Ada beberapa alat dalam evaluasi, diantaranya yaitu:

a. Teknik Non tes

Yang tergolong teknik non tes adalah :

1. Skala bertingkat (rating scale)

2. Kuesioner (questionair)

3. Daftar cocok (check list)

4. Wawancara (interview)

5. Pengematan (observation)

6. Riwayat hidup

b. Teknik Tes

Merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat

yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Apabila rumusan yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi yang

dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda,

yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program-program

pengajaran.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Tes diagnostic

Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa

sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat.

2. Tes formatif

Tes formatif diberikan kepada akhir setiap program.

3.  Tes sumatif

Adalah tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau

sebuah program yang lebih besar

1. Konsep Dasar dan Alat Evaluasi Tes

a. Pengertian Tes

Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat

atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. Jawaban

yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara

tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes

didefinisikan sebagai pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk

memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut

psikologis tertentu. Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai


jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian, apabila suatu

tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak ada

jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah, maka tugas atau pertanyaan

tersebut bukanlah tes.  

Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru

untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan

prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan. Tes terdiri

atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes

menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk

menanggapi tugas atau soal tersebut.

Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara

atau aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian

antara tes, testing, testee, tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut

dilaksanakan (saat pengambilan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan

bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang

mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya.

Sedangkan tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan

pengambilan tes kepada responden.

Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan untuk

mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.


Menurut Faisal (1982: 219), seringkali skor tes ini dipergunakan sebagai satu-

satunya indikator dalam menilai penguasaan konsep, efektivitas metode belajar

dan guru, serta aspek lainnya terhadap siswa di dalam praktik pendidikan. Padahal

dengan mempergunakan tes, aspek kemampuan afektif siswa kurang terukur,

sehingga sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi kemampuan siswa

hanya melalui tes saja.

b. Fungsi Tes

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu: (a)

sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini, tes berfungsi

mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta

didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu

tertentu; dan (b) sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab

melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran

yang telah ditentukan atau telah dapat dicapai.

c. Penggolongan atau Contoh Alat Evaluasi Tes

Berdasarkan dari pengertian dan fungsi tes di atas, tes dibagi menjadi 5 golongan

di antaranya, yaitu:

1) Menurut sifatnya

2) Menurut tujuannya

3) Menurut pembuatannya
4) Menurut bentuk soalnya, dan

5) Menurut atau ditinjau dari objek yang dites. Berikut merupakan penjelasan

dari kelima penggolongan tes tersebut.

 Menurut sifatnya

Tes dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Tes verbal dan

2) Tes nonverbal.

Tes verbal, yaitu tes yang menggunakan bahasa sebagai alat untuk melakukan tes.

Tes verbal ini terdiri dari (a) tes lisan (oral test) dan (b) tes tulis. Sedangkan tes

nonverbal adalah tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk

melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar, memberikan tugas, dan sebagainya,

atau dengan tes ini tester menghendaki adanya respons dari testee bukan berupa

ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku.

Jadi, respons yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau

gerakan-gerakan tertentu.

 Menurut tujuannya

Tes dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu :

1) Tes bakat

2) Tes intelegensi

3) Tes prestasi belajar


4) Tes diagnostik

5) Tes sikap, dan

6) Tes minat.

Tes bakat (aptitude test) adalah tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat

seseorang. Tes bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang

bersifat potensial. Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang dilakukan

dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

Tes prestasi belajar (achievement test), yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui

prestasi seseorang murid dari mata pelajaran yang telah diberikan. Tes dilakukan

secepat mungkin kepada murid. Tes diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang

digunakan untuk menggali kelemahan yang dihadapi murid, terutama kelemahan

yang dialami murid saat belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara

lisan, tertulis, perbuatan, atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan nama tes

tersebut (diagnosis=pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan

bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk

rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat diperbaiki tingkat

penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu. Kemudian, tes sikap (attitude test),

yaitu tes untuk mengetahui sikap seseorang murid terhadap sesuatu. Sedangkan tes

minat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid terhadap hal-hal

yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang disukai murid.

 Menurut pembuatannya

Tes dapat dikelompokkan menjadi2 yaitu :


1) Tes terstandar dan

2) Tes buatan guru (teacher made test).

Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk

menentukan nilai dan administrasinya. Sedangkan tes buatan guru (teacher made

test), yaitu tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk

kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk

kepentingan prestasi belajar.

 Menurut bentuk soalnya

Tes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Tes uraian, dan

2) Tes objektif.

Tes uraian (essay test), adalah tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa,

sehingga memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara bebas

dengan uraian. Bentuk tes ini terdiri dari (a) uraian bebas (free essay test) dan

(b) uraian terbatas (limited essay test). Sedangkan tes objektif (objective test),

yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan

kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian. Berdasarkan cara

mengerjakan tes objektif, maka dikelompokkan menjadi: (1) variasi yang

mana testee harus mempunyai jawaban hampir tidak berbeda dengan essay

test (tes melengkapi dan tes jawaban singkat); dan (2) variasi yang

mana testee hanya memilih di antara jawaban yang telah disediakan  bersama


soalnya. Pada variasi ini tester harus memilih pernyataan itu benar atau salah

(true false), menjodohkan dua rentetan kata yang tersedia (matching test),

memilih jawaban lain yang benar (the best answer), memilih alternatif

(multiple choice), dan jawaban klasifikasi (classification).

 Ditinjau dari objek yang dites

Maka tes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Tes individual, dan

2) Tes kelompok.

Tes individual adalah suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu

yang cukup panjang. Sedangkan tes kelompok, yaitu tes yang dilakukan

terhadap beberapa murid dalam waktu yang sama.

2. Konsep Dasar dan Alat Evaluasi Non Tes

Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji

peserta didik, tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi

nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian

ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah

laku, sifat, sikap sosial, dan lain-lain. Hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar

dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. 


a. Penggolongan atau Contoh Alat Evaluasi Nontes

Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat

dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara

(interview), dan menyebar angket (questionnaire). Adapun penggolongan atau contoh

alat evaluasi nontes, yaitu:

 Observasi (pengamatan). Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu

bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan

terhadap objeknya secara langsung, saksama, dan sistematis. Pengamatan memungkinkan

untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang

terjadi pada keadaan sebenarnya.

 Interview (wawancara). Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

yang dilaksanakan, dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan

muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

 Angket (questionnaire). Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka

penilaian hasil belajar. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Sehingga angket berbeda dengan wawancara. Adapun prinsip penulisan angket, yaitu: (a)

isi dan tujuan pertanyaan jelas, (b) bahasa yang digunakan mudah dipahami, (c) tipe dan

bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup), (d) pertanyaan tidak mendua, (e) tidak

menanyakan yang sudah lupa, (f) panjang pertanyaan (maksimal 30 pertanyaan), (g)

urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit), (h) prinsip pengukuran, dan (i) penampilan fisik

angket.
Daftar Referensi

 Cangelosi James, S. (1995). Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: IT.

 Faisal, S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

 Gabel, D. L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning Project.

Macmillan Publishing Company, Division of Macmillan, Inc., 866 Third Avenue, New

York, NY 10022.

 Rizqiyah, L. (2018). Teknik Tes dan Nontes sebagai Alat Evaluasi Hasil Belajar.

 Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta:

Universitas Sanata Darma.

Anda mungkin juga menyukai