Anda di halaman 1dari 5

Rumitnya Proses Proyek EPC

Posted on March 21, 2011 by budisuanda

Proyek EPC (Engineering, Procurement, and Construction)


merupakan jenis proyek yang lebih kompleks dari proyek konstruksi. Karakter jenis
proyek ini memiliki perbedaan dengan proyek konstruksi biasa. Dalam mencapai
kesuksesan proyek EPC perlu diketahui proses yang terjadi di dalamnya. Memahami
rumitnya proses proyek ini akan membantu menyelesaikan masalah
kompleksitasnya.
Proyek EPC memiliki tantangan yang sangat tinggi, mulai dari saling
ketergantungaan antar aktifitas yang ada, fase overlaps antar masing-masing
aktifitas tersebut, pemecahan aktifitas menjadi aktifitas-aktifitas pekerjaan yang
lebih detail, kompleksitas struktur  organisasi, dan ketidakpastian dalam akurasi
prediksi yang timbul selama masa pelaksanaan. Kegiatan yang paling menantang
dalam proyek ini adalah kegiatan dalam pembuatan anggaran dan jadwal
pelaksanaan proyek karena harus dibuat dan diketahui sebelum proyek dimulai.

Engineering
Engineering  dilakukan dengan pendekatan setahap demi setahap, dimulai dari
tahap konseptual, basic engineering  sampai tahap detail engineering. Fase
Engineering memiliki tingkat pengaruh yang paling tinggi pada proyek, banyak
keputusan-keputusan penting yang dibuat selama proses perencanaan yang
menentukan besarnya jumlah dana dan sumberdaya lainnya yang diperlukan.

Tahap konseptual memperjelas dan merumuskan permasalahan dalam suatu studi


kelayakan. Pada tahap ini dilakukan perumusan garis besar dasar pemikiran atau
gagasan teknis mengenai sistem yang akan diwujudkan, sehingga untuk mencapai
tujuan dan sasaran maka harus melakukan identifikasi potensi kebutuhan dan
mengkaji aspek-aspek mulai dari teknik, ekonomi, hukum, lingkungan, serta
melakukan identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan.

Pada tahap  basic engineering  diletakkan dasar-dasar pokok desain-engineering,


dilakukan pengumpulan data-data teknis yang diperlukan dalam proses desain,
dalam arti segala sifat atau fungsi pokok dari produk atau instalasi hasil proyek
sudah harus dijabarkan, termasuk menentukan proses yang akan mengatur masukan
material dan energi yang dikonversikan menjadi produk yang diinginkan. Menurut
Harold Kerzner (2006), tahap detail engineering merupakan kegiatan yang
dilakukan di kantor pusat proyek. Pada tahapan detail engineering dilakukan
berbagai macam penjelasan pekerjaan, berikut ini adalah pekerjaan dari tahap detail
engineering:
1. Meletakan dasar-dasar kriteria design engineering.
2. Mengumpulkan data teknis yang diperlukan untuk design engineering.
3. Membuat spesifikasi material dan peralatan
4. Merancang gambar-gambar dan perekayasaan berbagai disiplin seperti
5. civil, piping, electrical, instrument, mechanical.
6. Mengevaluasi dan menyetujui usulan gambar.
7. Membuat model bagi instalasi yang hendak dibangun sesuai dengan
8. skala yang telah ditentukan.
9. Menyiapkan pengajuan keperluan material untuk kegiatan pembelian
10. Membuat perkiraan biaya proyek.
11. Membuat jadwal pelaksanaan proyek.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas desain dari pekerjaan serta keakuratan
dan kelengkapan persyaratan dari pemilik proyek (termasuk kriteria desain dan
perhitungan). Tahapan dari proses fase  engineering dapat dilihat pada gambar di

bawah ini : Dari


gambar di atas dapat dijelaskan bahwa tahapan proses pekerjaan fase  engineering
dimulai dari proses  basic engineering. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
informasi dan daftar permintaan untuk keperluan perencanaan. Setelah proses
tersebut selesai, dilanjutkan dengan proses detailed engineering. Pada proses ini
dilakukan persiapan dan proses tender untuk pencapaian pemilihan vendor yang
terbaik. Ketika fase tahapan  engineering berjalan, fase  procurement juga termasuk
didalamnya, seperti pada saat pengeluaran  PO (Purchasing Order) dan pemilihan
vendor. Vendor yang memenangkan  tender harus kembali mengecek spesifikasi
barang atau material yang dipesan sesuai dengan  detailed  engineering yang masih
berjalan pada fase  engineering. Setelah dilakukan pengecekan produk dari vendor
dan hasilnya sesuai, dapat dilakukan penyelesaian proses konstruksi dengan
panduan produk drawing dari detailed engineering sebagai panduan.
 

Procurement
Kegiatan pengadaan  adalah usaha untuk mendapatkan barang berupa material dan
peralatan dan atau jasa  (subkontraktor) dari pihak luar untuk proyek. Kegiatan
pengadaan atau pembelian dan subkontrakting dapat dilakukan setelah lingkup
proyek ditentukan dan dijabarkan pada  detail engineering  sehingga akan terlihat
jenis dan jumlah material serta peralatan yang diperlukan untuk pembangunan
proyek. Untuk pengadaan jasa meliputi kegiatan-kegiatan  subcontracting, seperti
pemaketan pekerjaan, proses pemilihan sampai penunjukan, perencanaan
pekerjaan, serta koordinasi dan pengendalian pekerjaan subkontraktor. Berikut ini
tahapan proses pekerjaan pada fase procurement.

Terjadinya aktifitas
yang overlapping pada siklus proyek merupakan tanda terjadinya interaksi antara
fase engineering dengan fase procurement yang salah satu bentuknya adalah
aktifitas  vendor  data. Dari gambar dibawah ini dapat dilihat dimana engineering
menghasilkan output berupa specification, data sheet,  drawing, dan  MTO (Material
Take-off)   yang digunakan sebagai input data fase  procurement (pengadaan). Fase
engineering tidak akan bisa tuntas jika vendor data dari PO (Purchasing Order) pada
tahapan procurement belum tuntas.

Construction
Kegiatan konstruksi (construction) adalah kegiatan mendirikan atau membangun
instalasi dengan efisien, berdasarkan atas segala sesuatu yang diputuskan pada
tahap desain (engineering). Pekerjaan yang dilakukan antara lain adalah pekerjaan
survey lokasi, kegiatan pengambilan keputusan dan perkerjaan persiapan lain yang
diperlukan seperti gambar, material dan peralatan sehingga kegiatan proyek akan
berangsur-angsur pindah ke lokasi proyek maka pekerjaan konstruksi dapat
dilaksanakan.

Lingkup kegiatan konstruksi secara garis besar dibagi menjadi kegiatan fisik dan
kegiatan non fisik. Kegiatan fisik meliputi pembangun fasilitas sementara untuk
keperluan perkantoran sementara dan pekerjaan sipil lainnya, melakukan pekerjaan
persiapan lokasi, mempersiapkan lahan, mendirikan fasilitas fabrikasi, memasang
perpipaan, memasang instalasi listrik dan instrumentasi, memasang perlengkapan
keselamatan, memasang isolasi dan pengecatan, melakukan  testing, uji coba, dan
start-up, serta pekerjaan non fisik seperti merencanakan kegiatan operasional
konstruksi, mengendalikan kegiatan konstruksi, mengendalikan tenaga kerja,
melakukan inspeksi, dan pekerjaan administrasi.

Hubungan dan interaksi antara engineering dengan construction pada siklus proyek,
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar diatas menjelaskan  engineering menyiapkan spesifikasi (specification) yang


digunakan pada proyek, desain-desain yang diperlukan dan jumlah material yang
digunakan atau  biasa disebut MTO (Material Take Off). Setelah semua data yang
dihasilkan oleh engineering telah siap, selanjutnya data tersebut digunakan untuk
pekerjaan konstruksi dan tim engineering mulai mengerjakan pekerjaan As Built
Drawing atau gambar sesuai yang terpasang dan setelah tahap construction selesai
maka tim engineering menyelesaikan final gambar terpasang atau biasa disebut
Final As Built Drawing.  Hubungan antara procurement dengan engineering dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar di atas menggambarkan hubungan dan interaksi antara procurement  dan 


construction  yaitu tim  procurement proyek di kantor pusat (head office) membuat
laporan berupa material atau alat yang sudah dikirim ke lapangan yaitu berupa MDR
(Material Delivery Report) sedangkan tim  construction akan mengirimkan laporan
tentang daftar pengiriman yang belum selesai atau OSDR (Out Standing Delivery
Report) dan juga menyiapkan laporan material atau peralatan yang diterima berupa
MRR (Material Receiving Report).

Dalam pekerjaan konstruksi terdapat pengkategorian  periode konstruksi. Hal ini


dibuat untuk mempermudah dalam  perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring
dan controlling selama pekerjaan konstruksi berlangsung dikarenakan pekerjaan
konstruksi terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan terdapat sistem yang harus diikuti.
Pengkategorian periode konstruksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar diatas
menjelaskan bahwa pada tahap perencanaan diharapkan sudah dikerjakan sebelum
proyek dimulai  secara resmi, sejak progres dimulai sampai mencapai progres 70%
seluruh tim proyek diarahkan untuk fokus pada penyelesaian pekerjaan berdasarkan
pembagian area yang sudah ditetapkan (area wise). Selanjutnya setelah progress
70%, tim proyek fokus untuk mulai menyelesaikan pekerjaan secara sistem sampai
dengan test individu (sistem wise) dengan orientasi mencapai selesai pekerjaan
mechanical (mechanical completion readiness oriented).
 

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=884

Anda mungkin juga menyukai