Anda di halaman 1dari 2

Fitriyah Fauziyah

PBA 2D / 213121129

1. Seorang penyair berkata:


“Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya. Karena orang itu
biasanya mengikuti temannya. Kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauhlah segera dan
bila berlaku baik maka bertemanlah dengannya, tentu kamu akan mendapat petunjuk.”
Dari syi’ir diatas kita bisa mengetahui bagaimana cara memilih teman, yaitu teman dengan
kepribadian yang baik yaitu tekun belajar, bersifat wara’ dan berwatak Istiqamah, dan orang-
orang yang suka memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi, karena dengan begitu kita
akan terpengaruh oleh sikap baiknya, begitu pula sebaliknya jika kita berteman dengan orang
yang berkepribadian buruk kita juga bisa terpengaruh sikap buruknya, seperti malas, banyak
bicara, suka merusak, dan suka memfitnah.
Seperti yang pernah disabdakan Rasulullah SAW:
"Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang
menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.”
Imam Az-zarnuzi dalam kitabnya “Ta’lim Muta’alim” di bab mengenai memilih teman belajar, ia
menyarankan agar seorang penuntut ilmu harus memilih seseorang yang rajin, relijius, berbakat,
serta memiliki karakter dan pemahaman yang baik. Selain mengingatkan penuntut ilmu harus
memperhatikan kepada pemilihan teman yang baik Az-zarnuji juga mengingatkan supaya
memperhatikan tempat atau lingkungan di mana dia mencari ilmu.
“Teman yang jahat itu lebih bahaya daripada ular berbisa. Karena teman yang jahat itu akan
menjerumuskan Anda kedalam neraka Jahim. Oleh karena itu, bertemanlah dengan orang –
orang yang baik, karena ia dapat menyebabkan Anda masuk surga.”
2. Pendidikan akhlak sangat ditekankan dalam sendi agama dan memiliki peranan peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam peribadahan, kekeluargaan, pembelajaran di sekolah,
interaksi sosial kemasyarakatan dan semua aktivitas kehidupan lainnya. Oleh karena itu,
hendaknya seorang pelajar yang belajar dalam bidang agama Islam khususnya, hendaknya
bersungguh-sungguh dalam mempelajari dan menerapkan aspek-aspek pendidikan akhlak
sesuai dengan arahan KH. Hasyim Asy'ari melalui kitab Adab al Alim wa al Muta'allim dengan
sebaik-baiknya. Agama nantinya dapat memperoleh kesuksesan belajar sesuai dengan yang
dikehendaki oleh setiap pelajar, guru, dan orangtua. Dan memperhatikan hal-hal yang dapat
dijadikan pedoman dalam mencari guru; Menghormati guru dengan sungguh-sungguh;
Mengagungkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran karena itu bagian dari mengagungkan
ilmu.
Sanad atau jaringan mata rantai keilmuan sangat penting dalam Islam dikarenakan besok di
hari kiamat, manusia bukan saja dimintai pertanggungjawabannya tetapi juga ditanyai dari
mana ia mengamalkan sesuatu. Dalam Alquran dijelaskan, "Dan Aku akan menanyaimu
orang-orang yang diutus kepada mereka dan sungguh Aku akan meminta laporan para
rasul." (QS Al A'raaf: 6)
Kalau tidak memiliki sanad, orang sembarangan berbicara, jadi (orang yang mengajari ilmu
agama) harus bersambung (sanad keilmuannya) siapa yang mengajarinya dan gurunya siapa.
3. Ilmu dan akhlak adalah dua entitas yang berbeda walaupun tetap memiliki hubungan yang
sangat erat. Jika diibaratkan pada manusia, maka ilmu adalah laki-laki sementara akhlak adalah
wanita. Ilmu adalah Bapak dan akhlak Ibunya. Ilmu tidak selalu berbanding lurus dengan akhlak.
Artinya, orang yang berilmu tidak secara otomatis berakhlak. Demikian pula orang yang
berakhlak tidak secara otomatis dia pasti berilmu. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat
orang berilmu lebih berdaya upaya mewujudkan akhlak yang mulia, baik pada dirinya sendiri
maupun bagi orang lain di sekitarnya. Senada dengan ahli ilmu, orang yang sudah berakhlak
tidak akan tertipu dengan hiasan akhlaknya. Dia akan terus berusaha menuntut ilmu dan
menghilangkan bentuk stagnasi pemikiran pada diri dan lingkungan sekitarnya. Wallohu a’lam
bisshowab

Anda mungkin juga menyukai