Anda di halaman 1dari 16

Modul

Mikro Ekonomi 1

Ardiansyah A.I.
2018

Universitas Andi Djemma, Palopo


MINGGU 1
PENGENALAN MIKRO EKONOMI

Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa bisa mendefinisikan ilmu ekonomi mikro

Apa itu mikro ekonomi


Secara konvensional, mikro ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu (konsumen, produsen, pekerja,
investor, pemilik lahan, manager, dsb) dalam menentukan pilihannya.

Apa yang dijelaskan mikro ekonomi


Mikro ekonomi menjelaskan bagaimana dan mengapa sebuah keputusan diambil oleh pelaku ekonomi. Konsumen
akan membuat keputusan dalam memilih berapa banyak barang yang dikonsumsi pada tingkat harga tertentu dan tingkat
pendapatan tertentu untuk memaksimalkan kepuasannya. Oleh karena itu, dari sisi konsumen akan digunakan Teori Konsumen.
Sedangkan produsen akan membuat keputusan dalam memilih berapa banyak jumlah tenagakerja dan modal yang dipakai untuk
memproduksi barang dalam jumlah tertentu sesuai harga tenagakerja (upah) dan harga modal (biaya) sewa pada saat tertentu
yang bisa memaksimalkan keuntungannya. Oleh karena itu, dari sisi produsen akan digunakan Teori Produsen.

Manfaat teori ekonomi mikro (penjelas dan prediksi)


Teori dibangun untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada waktu tertentu menggunakan hukum-hukum dasar
serta asumsi sederhana. Lalu teori tersebut selanjutnya akan menjelaskan pilihan produsen terkait komposisi jumlah
input/faktor produksi (tenagakerja, modal, dsb) yang dipakai untuk menghasilkan jumlah output tertentu yang bisa memberikan
keuntungan maksimal. Pilihan tersebut tentunya akan dipengaruhi oleh harga input/faktor produksi (upah tenagakerja, sewa
modal).
Teori ekonomi juga berfungsi untuk memprediksi dampak dari perubahan satu variabel terhadap variabel lainnya.
Misalnya memprediksi peningkatan atau penurunan output akibat perubahan upah, inflasi, dan jumlah permintaan. Ini bisa
dilakukan dengan membuat suatu model berdasarkan teori ekonomi yang ada, kemudian mengaplikasikan ilmu ekonometrik
untuk menerangkan dan memprediksi secara terukur.

1
MINGGU 2

TEORI KONSUMEN

Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa bisa menjelaskan 3 aksioma kedalam kurva indiferen
Mahasiswa bisa mendefinisikan dan menjelaskan makna dari hukum penurunan tingkat substitusi marginal
Mahasiswa bisa menentukan pilihan optimal konsumen

Aktifitas konsumsi barang-jasa dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, sementara tujuan
mengkonsumsi barang ialah untuk mendapatkan kepuasan sehingga memberi kesejahteraan. Semakin banyak barang yang
dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen. Tetapi untuk memaksimalkan kepuasan, konsumen menghadapi
kendala yakni harga barang serta keterbatasan anggarannya (uang). Ditengah keterbatasan tersebut, konsumen akan masih
terus berusaha untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal, yakni dengan cara memilih kombinasi dari sekelompok barang
dalam jumlah tertentu (bundel) yang sanggup ia beli sesuai ketersediaan anggarannya.
Disini kita akan melihat 4 konsep, yaitu :
• Konsep utilitas dan preferensi
• Konsep Marginal Rate of Substitution
• Konsep kendala/batasan yang dihadapi oleh konsumen.
• Konsep pilihan optimal konsumen.

1. Utilitas dan Preferensi


Utilitas bisa diartikan sebagai kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang-jasa. Utilitas itu sendiri merupakan
konsep artifisial/buatan dalam ilmu ekonomi mikro yang dirancang untuk mempermudah kita memahami preferensi/kesukaan
konsumen. Dalam menjelaskan utilitas konsumen, kita menggunakan asumsi “makin banyak makin baik (more is better)”
Pernyataan tentang utilitas bisa kita tulis menjadi fungsi utilitas yang secara matematis berbentuk:
Kasus 1 jenis barang (X) ; atau Kasus 2 jenis barang (X, Y)
𝑈 = 𝑓(𝑋) 𝑈 = 𝑓(𝑋, 𝑌)
baca: Utilitas adalah fungsi dari barang X. atau baca: U adalah fungsi dari barang X dan Y. atau
utilitas yang diperoleh dengan mengkonsumsi utilitas yang diperoleh dengan mengkonsumsi
barang X barang X dan Y

Sifat Utilitas
Penggunaan asumsi “semakin banyak barang yang dikonsumsi maka kepuasan konsumen semakin tinggi (makin banyak
makin baik)” menandakan bahwa sifat dari utilitas yang didapatkan seseorang akan terus meningkat atau increasing utility. Tapi
pertambahannya atau marginalnya makin lama makin kecil. Ini yang disebut Hukum Penurunan Marginal Utilitas atau The Law
of Diminishing Marginal Utility (DMU). Hukum ini menyatakan bahwa besarnya tambahan utilitas yang diperoleh dari konsumsi
1 unit barang berikutnya lebih kecil daripada tambahan utilitas dari konsumsi 1 unit barang sebelumnya.
Contoh sederhananya ialah ketika kita dalam keadaan lapar, maka Gambar 1.1. DMU
sepiring makanan yang pertama memberi kita tambahan kepuasan yang lebih
besar daripada sepiring makanan berikutnya. Dan jika kita tambah terus-
menerus, maka tidak ada lagi tambahan kepuasan yang kita dapatkan/rasakan
karena kita sudah kekenyangan.
Pada gambar disamping, perbedaan panjang tiap garis dengan 2 anak
panah (awalnya panjang dan lama-lama makin pendek) adalah representasi
dari marginal utilitas yang semakin berkurang.

2
Preferensi Konsumen
Utilitas/kepuasan dipengaruhi oleh preferensi/kesukaan seseorang berdasarkan selera, karena pemilihan barang yang
dikonsumsi disesuaikan dengan selera orang tersebut. Kemudian konsumen akan menilai kepuasan yang didapatkan dengan
cara melakukan urutan/perankingan (lebih suka, kurang suka,dst). Disini pembahasan preferensi konsumen dimulai dengan
menggunakan asumsi bahwa konsumen adalah individu yang rasional.

Preferensi konsumen harus memuliki 3(tiga) sifat dasar/aksioma, yaitu:


• Kelengkapan. Aksioma ini bermakna bahwa seseorang tahu apa yang diinginkan. Artinya dalam situasi apapun konsumen
selalu bisa menentukan apa yang ia inginkan jika diperhadapkan pada 2(dua) pilihan. Dengan begitu jika ada kondisi A dan
B, maka ia bisa menentukan dengan tepat 1(satu) dari 3(tiga) kemungkinan berikut ini:
• lebih suka A daripada B (A≻B),
• lebih suka B daripada A (B≻A),
• A dan B sama-sama disukai, atau tidak ada perbedaan antara A dan B (A∼B).

• Transitivitas. Aksioma ini bermakna bahwa seseorang selalu teguh dalam pendiriannya. Artinya jika konsumen
mengatakan lebih suka A daripada B (A≻B), dan lebih suka B daripada C (B≻C), maka bisa dipastikan bahwa ia lebih suka
A daripada C (A≻C). Dengan demikian akan terlihat konsistensi konsumen dalam mengambil keputusan.

• Kelanjutan. Aksioma ini bermakna layaknya ungkapan “Tak ada rotan, akar pun jadi”. Artinya jika konsumen lebih suka A
daripada B (A≻B), maka keadaan yang mendekati A juga lebih disukai daripada B.

Kurva indiferen
Ketiga aksioma diatas (Kelengkapan, Transitivitas, Kelanjutan) kemudian divisualkan dalam bentuk geometris yang
disebut kurva indiferen, seperti pada Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2 Kurva Indiferen Kurva indiferen ialah kurva yang memperlihatkan beragam kombinasi
2(dua) barang (X dan Y) yang dikonsumsi sesuai preferensi konsumen, tapi
dengan tingkat utilitas/kepuasan yang konstan atau sama.
Contoh:
“Kepuasan yang saya dapatkan tidak ada bedanya jika mengkonsumsi:
6 somay - 1 teh botol (C) atau 2 somay - 5 teh botol (B) atau 1 somay - 8 teh botol
(A), karena sama – sama memberi utilitas sebesar U1”.

Karena penilaian utilitas dilakukan secara perangkingan, maka ada banyak kurva indiferen, dimana tiap 1(satu) kurva
indiferen mewakili perangkingan utilitas tertentu, dan semua kurva indiferen berkumpul dalam grafik yang disebut peta
indiferen. Jadi peta indiferen adalah grafik yang memperlihatkan beragam kurva indiferen dengan tingkat kepuasan/utilitas
yang berbeda-beda, seperti pada Gambar 1.3 berikut ini.
Gambar 1.3 Peta Indiferen Semakin jauh kurva indiferen dari sumbu origin (titik nol), maka semakin
tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen.
Contoh:
“Kepuasan yang saya dapatkan tidak ada bedanya jika mengkonsumsi:
6 somay -1 teh botol (C) atau 2 somay -5 teh botol (B) atau 1 somay -8 teh botol
(A) yang sama-sama memberi utilitas sebesar U1, tapi saya lebih puas jika
mengkonsumsi 5 somay -3 teh botol (D) atau 3 somay - 6 teh botol (E), sebab
memberi utilitas sebesar U2”.

3
Konsekuensi dari adanya aksioma transitivitas dalam pilihan konsumen ialah sesama kurva indiferen tidak boleh
berpotongan, sebab jika terjadi perpotongan maka konsumen tidak lagi konsisten dalam memutuskan pilihannya.
Perhatikan Gambar 1.4 berikut.

Gambar 1.4 Perpotongan Kurva


Indiferen Titik A, B, C memberikan tingkat kepuasan yang sama, yakni sebesar U1.
Titik B, E, F juga memberi tingkat kepuasan yang sama, yakni sebesar U2. Jadi
terlihat bahwa kombinasi konsumsi di titik B berada pada kurva indiferen U1
dan U2, yang berarti tidak ada konsistensi tingkat kepuasan pada titik B,
sehingga melanggar aksioma transitivitas.

TUGAS 1 (INDIVIDU)
Petunjuk pengerjaan:
Jawaban ditulis tangan pada kertas berukuran folio (bukan kertas binder), dan dikumpul diawal pertemuan berikutnya

1. Jelaskan 2(dua) sifat dari utilitas


2. Gambarkan 2 peta indiferen untuk:
a. Bundel A : 2 tiket film 3 nasi goreng, bundel B : 4 tiket film dan 8 nasi bungkus
b. Bundel A : 2 tiket film dan 3 nasi goreng, bundel B : 4 tiket film dan 3 nasi goreng
Kemudian jelaskan makna dari kombinasi tersebut.
(Petunjuk : Letakkan tiket film di sumbu tegak dan nasi goreng di sumbu datar)

3. Gambarkan sebuah peta indiferen berdasarkan daftar kombinasi konsumsi Lisa dalam 6 bulan:
Bundel A: 10 nasi goreng 15 gado-gado
Bundel B : 25 nasi goreng 15 gado-gado
Bundel C: 20 nasi goreng 30 gado-gado
Bundel D : 15 nasi goreng 25 gado-gado
Kemudian jelaskan makna dari kombinasi tersebut.
(Petunjuk : Letakkan nasi goreng di sumbu tegak dan gado-gado di sumbu datar)

4
2. Marginal Rate of Substitution (MRS)
Sebuah konsep penting dalam pembahasan kurva indiferen ialah Tingkat Pertambahan Substitusi atau Marginal Rate of
Substitution (MRS), yang sekaligus merupakan alasan mengapa kurva indiferen berbentuk cembung. MRS memperlihatkan
kesediaan/kerelaan konsumen mensubstitusi barang Y dengan X, yakni mengurangi tambahan barang Y demi memperoleh
1(satu) lagi tambahan barang X, tanpa merubah utilitas konsumen.
Secara geometris, MRS terlihat pada slope/kemiringan kurva indiferen pada titik kombinasi tertentu. Dikatakan pada
titik kombinasi tertentu karena setiap kombinasi yang ada disepanjang kurva indiferen mempunyai kemiringan yang berbeda-
beda, misalnya titik A, B, dan C. Karena kemiringan di titik C paling curam, maka titik C memiliki nilai MRS yang lebih besar
daripada titik B dan C. (MRS C > MRS B > MRS A). Bagaimana membuktikannya ?

Secara matematis kemiringan/slope masing-masing bundel dihitung dengan


Gambar 2.1.a Slope MRS
rumus:
∆𝑌 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑌 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑀𝑅𝑆𝑋𝑌 = =
∆𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑋

Catatan: tanda minus bisa kita abaikan dalam perhitungan, sebab tanda tsb.
hanya menjadi simbol dari adanya konsep pertukaran sehingga
kemiringan/slope negatif.

Pada gambar 2.1.b, kita asumsikan konsumen ada titik C (6 Somay –


1 Teh Botol), dan mau beralih ke titik B (2 Somay – 5 Teh Botol). Jadi untuk
bisa menambah 4 Teh Botol (1 menjadi 5) si konsumen bersedia mengurangi
4 Somay (6 menjadi 2). Konsumen bebas bertindak demikian karena baginya Gambar 2.1.b Nilai MRS
kepuasan yang didapatkan di titik C dan B sama saja. Begitu juga jika
konsumen beralih ke titik A.
Pada MRS berlaku Hukum Penurunan Tingkat Perubahan
Substitusi (The Law of Diminishing Marginal Rate of Substitution), dimana
nilai MRS makin lama makin kecil (1 -> 0,33). Artinya kesediaan (willingness)
konsumen mensubstitusi barang 𝑌 dengan barang 𝑋 lama-kelamaan
berkurang. Intuisi ekonominya ialah ketika jumlah Somay lebih banyak dari
Teh Botol, konsumen bersedia mengurangi Somay dalam jumlah tertentu
untuk bisa menambah Teh Botol, sebab dalam kondisi tersebut Teh Botol
dianggap lebih penting atau lebih bernilai ketimbang Somay.
Sebaliknya ketika jumlah Somay terlalu sedikit sementara Teh Botol terlalu banyak, maka konsumen enggan untuk terus
mengurangi Somay dan menambah Teh Botol, karena kini Somay dianggap lebih penting atau lebih berharga ketimbang Teh
Botol.

Contoh lain, misalnya pada Gambar 2.2, konsumen memiliki 10 unit Gambar 2.2.
Y dan 1 unit X pada bundel A. Jika konsumen beralih ke bundel B, maka ia Tingkat Perubahan Substitusi
memperoleh kepuasan yang sama layaknya di bundel A dengan cara
mengurangi konsumsi X sebanyak 3 unit dan menambah 1 unit barang X,
sehingga konsumsi di bundel B ialah 2 unit X dan 7 unit Y.

Penjelasan perhitungan:
• Dari bundel A (1𝑋 ; 10𝑌) ke bundel B (2𝑋; 7𝑌), nilai 𝑀𝑅𝑆𝑋𝑌 = 3, dimana konsumen bersedia mengurangi 3 unit 𝒀
untuk menambah 1 unit 𝑿.
• Kemudian dari bundel B (2𝑋; 7𝑌) ke bundel C (3𝑋; 5𝑌) , nilai 𝑀𝑅𝑆𝑋𝑌 = 2 , dimana konsumen hanya bersedia
5
mengurangi 2 unit barang 𝒀 untuk menambah 1 unit 𝑿.
• Kemudian dari bundel C (3𝑋; 5𝑌) ke bundel D (4𝑋; 4𝑌) , nilai 𝑀𝑅𝑆𝑋𝑌 = 1 , dimana konsumen hanya bersedia
mengurangi 1 unit barang 𝒀 untuk menambah 1 unit 𝑿.

Sifat kurva indiferen


Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita bisa simpulkan bahwa kurva indiferen mempunyai beberapa sifat, yaitu:
a. Semakin menjauhi titik original (sumbu 0) semakin baik
Kurva indiferen yang letaknya semakin jauh dari titik original (bergerak ke kanan atas) memberikan tingkat kepuasan yang
lebih besar ketimbang yang dekat dengan sumbu origin. Hal ini sesuai dengan asumsi Lebih Banyak Lebih Baik.

b. Memiliki kemiringan negatif (downward sloping) dan berbentuk cembung.


Tiap kombinasi konsumsi di kurva indiferen memiliki kemiringan/slope negatif karena adanya unsur kesediaan melakukan
pertukaran/substitusi antar barang pada kurva indiferen yang sama. Jika kemiringannya positif (upward sloping) maka asumsi
Lebih Banyak Lebih Baik akan terlanggar. Sedangkan kecembungan kurva indiferen menandakan bahwa nilai MRS pada
mulanya besar, namun akan terus berkurang.

c. Tidak boleh saling perpotongan


Jika kurva indiferen saling berpotongan, maka melanggar asumsi Transitifitas.

d. Kurva indiferen tidak boleh tebal


Gambar 2.3 Kurva indiferen yang tebal
Jika kurva indiferen tebal, maka akan melanggar asumsi Lebih Banyak
Lebih Baik. Perhatikan Gambar 2.3 di samping ini. Tebalnya kurva indiferen
seakan-akan memperlihatkan kombinasi konsumsi lain (katakanlah bundel
D) pada kurva indeferen yang sama. Hal ini secara tegas memperlihatkan
adanya kombinasi barang yang jumlahnya lebih banyak. Kondisi ini juga akan
melanggar asumsi Lebih Banyak Lebih Baik, karena tidak mungkin
A~B~C~D.

Bentuk kurva indiferen lainnya


Kurva indiferen yang cembung umumnya terjadi pada kasus barang normal, tapi dalam kehidupan sehari-hari sering
ditemui barang substitusi (perfect substitution) dan barang komplementer (perfect complementer). Selain itu terkadang
preferensi konsumenlah yang menentukan sifat dari suatu barang. Preferensi serta sifat barang yang berbeda-beda berdampak
pada tidak terpenuhinya asumsi-asumsi di awal, sehingga kita memperoleh kurva indiferen yang tidak cembung.
a. Barang Substitusi
Gambar 2.4. Kurva indeferen barang
substitusi
Contoh: Lisa bilang tidak ada perbedaan utilitas antara mentega dengan
margarin yang dipakai membuat nasi goreng. Dalam kasus ini preferensi Lisa
bertentangan dengan hukum penurunan MRS sebab ia selalu bersedia
mengganti/menyubstitusi mentega dan margarin dalam jumlah berapapun.
Kurva indiferen Lisa akan berbentuk garis lurus seperti gambar 2.4 disamping
ini.

6
b. Barang Komplementer/pelengkap
Contoh: Lisa memiliki 2(dua) kaki, yakni kaki kiri dan kaki kanan. Ia Gambar 2.5. Kurva indeferen barang
komplementer
puas jika memiliki sepasang sepatu. Ia pun semakin puas jika memiliki 2,
bahkan 3 pasang sepatu. Lisa tidak akan dapat kepuasan yang lebih tinggi jika
memperbanyak sepatu kiri tanpa menambah jumlah sepatu kanan (misalnya 3
kiri 1 kanan atau sebaliknya), sebab sepatu kiri dan kanan sifatnya saling
melengkapi. Kurva indiferen Lisa akan berbentuk siku (L shape) seperti gambar
2.5 di samping, sehingga tidak bisa diterapkan asumsi Lebih Banyak Lebih Baik.
Untuk kasus ini, hanya ada satu kombinasi konsumsi yang memberi
kepuasan, yakni tepat di titik siku pada tiap kurva indiferen.

Perlu diingat bahwa kombinasi konsumsi seperti ini tidak selalu dengan proporsi 1 banding 1 (1:1), karena makna
sebenarnya ialah “proporsi tetap” atau proporsi yang tidak berubah (fixed proportion). Misalnya, Lisa suka mengkonsumsi kopi
dengan proporsi 1 sendok kopi dan 3 sendok gula. Tentu kepuasannya hanya akan bertambah jika ia mengkonsumsi 2 cangkir
kopi dengan komposisi 2 sendok kopi dengan 6 sendok gula, 3 sendok kopi dengan 9 sendok gula, dst. Namun kepuasannya tidak
bertambah jika ia mengkonsumsi 2 sendok kopi dengan 5 sendok gula. Jadi kesimpulannya Lisa hanya suka mengkonsumsi kopi
dengan proporsi kopi terhadap gula sebesar 1 banding 3 (1:3).

TUGAS 2 (INDIVIDU)
Petunjuk pengerjaan:
Jawaban ditulis tangan pada kertas berukuran folio (bukan kertas binder), dan dikumpul diawal pertemuan berikutnya

1. Gunakan gambar disamping dan hitung berapa nilai MRS ketika


Rashid membeli :
a. 3 buku 2 DVD ?
b. 2 buku 6 DVD ?
2. Tunjukkan dan jelaskan apakah pada soal Nomor 1 terjadi
penurunan tingkat substitusi marginal?
3. Bagaimana kemiringan pada titik kombinasi konsumsi di
sepanjang kurva indiferen?
4. Jika nilai MRS kecil, maka bagaimana kemiringan di titik
kombinasi tersebut? Mana yang lebih penting bagi konsumen,
apakah barang di sumbu X ataukah barang di sumbu Y?
5. Ada berapa nilai MRS untuk kasus barang komplementer dan
barang substitusi?

7
3. Kendala Anggaran (Budget constraint)
Kendala anggaran memperlihatkan “batas” jumlah kombinasi barang yang bisa didapatkan konsumen sesuai
ketersediaan anggarannya serta harga barang itu sendiri. Untuk bisa memaksimalkan utilitas konsumen, maka kita asumsikan
bahwa semua anggaran belanjanya habis terpakai (diluar tabungan).

Secara grafis kendala anggaran divisualkan oleh sebuah garis yang disebut garis anggaran (budget line) yang
membentang diagonal dari sumbu tegak (Y) hingga sumbu datar (X), seperti pada gambar dibawah ini. Pertanyaannya ialah di
titik mana pada sumbu tegak? dan di titik mana pada sumbu datar ?

Untuk menggambar garis anggaran, diperlukan perhitungan dengan Gambar 3.1. Garis Anggaran
menggunakan rumus anggaran, yakni:

𝑃𝑥 . 𝑋 + 𝑃𝑦 . 𝑌 = 𝐼
Dimana:
𝑃𝑥 : Harga barang 𝑥 𝑋 : Jumlah barang 𝑥
𝑃𝑦 : Harga barang 𝑦 𝑌 : Jumlah barang 𝑦
𝐼 : (Income) Pendapatan

𝐼
• Notasi berarti semua pendapatan dihabiskan untuk membeli barang Y
𝑃𝑌
𝐼
• Notasi berarti semua pendapatan dihabiskan untuk membeli barang X
𝑃𝑋

Semua kombinasi konsumsi barang X-Y yang bisa didapatkan konsumen ada di area sebelah kiri garis anggaran,
namun kombinasi tersebut belum bisa memaksimalkan kepuasan konsumen karena masih ada anggaran belanja yang tersisa.
Sementara kombinasi konsumsi barang X-Y yang tidak bisa didapatkan konsumen ada di area sebelah kanan garis anggaran,
karena keterbatasan anggaran. Jadi kombinasi maksimal yang bisa didapatkan konsumen dengan menghabiskan anggaran
belanjanya hanya ada di sepanjang garis anggaran.

Contoh perhitungan:
Dengan uang Rp.48.000 konsumen ingin membeli 2 barang yang disukai, yakni Somay (Y) dan Teh Botol (X). Harga Somay Rp.
4.000 dan harga Teh Botol Rp. 6.000. Gambarkan kurva kendala anggarannya.

Dengan menggunakan rumus anggaran maka bia diperoleh titik Y dan X:


Mencari titik potong sumbu Y: Mencari titik potong sumbu X:
(semua anggaran dihabiskan untuk membeli Somay) (semua anggaran dihabiskan untuk membeli Teh Botol)
𝑃𝑥 . 𝑋 + 𝑃𝑦 . 𝑌 = 𝐼 𝑃𝑥 . 𝑋 + 𝑃𝑦 . 𝑌 = 𝐼
𝑅𝑝 6000. 𝑋 + 𝑅𝑝 4000. 𝑌 = 𝑅𝑝 48.000 𝑅𝑝 6000. 𝑋 + 𝑅𝑝 4000. 𝑌 = 𝑅𝑝 48.000
𝑅𝑝 6000.0 + 𝑅𝑝 4000. 𝑌 = 𝑅𝑝 48.000 𝑅𝑝 6000. 𝑋 + 𝑅𝑝 4000.0 = 𝑅𝑝 48.000
𝑅𝑝 4000. 𝑌 = 𝑅𝑝 48.000 𝑅𝑝 6000. 𝑋 = 𝑅𝑝 48.000
𝑅𝑝 48.000 𝑅𝑝 48.000
𝑌= 𝑋=
𝑅𝑝 4000 𝑅𝑝 6000
𝑌 = 12 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑋 = 8 𝑢𝑛𝑖𝑡

8
Di sepanjang garis anggaran, hanya ada 5 kombinasi Somay dan Teh Botol yang bisa didapatkan konsumen tanpa menyisakan
anggaran belanja. Tabel berikut berisi perhitungan ada-tidaknya sisa anggaran dari 5 kombinasi yang dimaksudkan.

Gambar 3.2 Kombinasi pada


Garis Anggaran Pengeluaran Pengeluaran
Bundel Somay Teh Botol Sisa uang
Somay Teh Botol
A 12 Rp.48.000 0 - Rp.0
B 9 Rp.36.000 2 Rp.12.000 Rp.0
C 6 Rp.24.000 4 Rp.24.000 Rp.0
D 3 Rp.12.000 6 Rp.36.000 Rp.0
E 0 - 8 Rp.48.000 Rp.0

Catatan:
• Area disebelah kanan garis anggaran berisi kombinasi konsumsi yang tidak bisa
didapatkan konsumen, sebab anggarannya tidak akan cukup. (Contoh 4 Somay-6
Teh Botol; 1 Somay-8 Teh Botol, dll.)

• Area disebelah kiri garis anggaran berisi kombinasi konsumsi yang bisa didapatkan,
namun tidak memberi kepuasan maksimal karena masih menyisakan anggaran.
(Contoh:10 Somay -1 Teh Botol; 3 Somay- 3 Teh Botol, dll.)

𝑃
Slope/kemiringan garis anggaran adalah refleksi dari rasio harga barang X terhadap barang Y, dengan notasi − 𝑥 .
𝑃𝑦

Tanda minus (negatif) merupakan simbol dari adanya trade-off atau pertukaran. Dari contoh diatas, diketahui rasio harga barang
ialah 1,5 (6000/4000), artinya konsumen punya “kesempatan” untuk menambah pembelian 1 Teh Botol dengan cara
mengurangi 1,5 unit tambahan Somay.

Perubahan Garis Anggaran


2 kendala yang dihadapi konsumen ialah harga barang dan pendapatan konsumen. Berubahnya dua kendala tersebut
nantinya akan merubah pilihan optimal konsumen melalui perubahan pada garis anggaran, baik itu kemiringan dari garis
anggaran maupun letak dari garis anggaran itu sendiri.

Perubahan Pendapatan
Perubahan pendapatan konsumen akan mengubah letak garis anggaran (titik potong sumbu X-Y), tapi tidak merubah
kemiringan garis anggaran. Jika pendapatan konsumen bertambah, maka logikanya semakin banyak barang yang bisa dibeli
sehingga yang terjadi ialah garis anggaran bergeser ke kanan atas. Sebaliknya, jika pendapatan konsumen berkurang, maka
makin sedikit barang yang bisa dibeli sehingga garis anggaran bergeser ke kiri bawah.

Gambar 3.3.a Pendapatan Bertambah


Gambar 3.3.b Pendapatan Berkurang

(Tanda aksen(‘) berarti setelah terjadi perubahan)

9
Perubahan Harga Barang
Perubahan harga pada salah satu barang akan mengubah kemiringan garis anggaran, karena titik potong pada sumbu
barang tersebut akan berubah. Ada 4(empat) bentuk perubahan kemiringan garis anggaran ketika terjadi perubahan harga
barang, yakni:

Gambar 3.3.c. Harga X naik


Naiknya harga barang X akan merubah titik potong di sumbu X, tanpa
merubah titik potong di sumbu Y. Garis anggaran akan berayun ke kiri dan titik
potong di sumbu X akan berpindah ke sebelah kiri sehingga kemiringan garis
anggaran menjadi lebih curam. Ini menjelaskan bahwa makin sedikit barang X
yang bisa dibeli konsumen.

Gambar 3.3.d. Harga X turun


Turunnya harga barang X akan merubah titik potong di sumbu X, tanpa
merubah titik potong di sumbu Y. Garis anggaran akan berayun ke kanan dan titik
potong di sumbu X akan berpindah ke sebelah kanan sehingga kemiringan garis
anggaran menjadi lebih landai. Ini menjelaskan bahwa makin banyak barang X
yang bisa dibeli konsumen.

Gambar 3.3.e. Harga Y naik


Naiknya harga barang Y akan merubah titik potong di sumbu Y, tanpa
merubah titik potong di sumbu X. Garis anggaran akan berayun ke kiri dan titik
potong di sumbu Y akan berpindah ke bawah sehingga kemiringan garis anggaran
menjadi lebih landai. Ini menjelaskan bahwa makin sedikit barang Y yang bisa
dibeli konsumen.

Gambar 3.3.f Harga Y turun


Turunnya harga barang Y akan merubah titik potong di sumbu Y, tanpa
merubah titik potong di sumbu X. Garis anggaran akan berayun ke kanan dan titik
potong di sumbu Y akan berpindah ke atas sehingga kemiringan garis anggaran
menjadi lebih curam. Ini menjelaskan bahwa makin banyak barang Y yang bisa
dibeli konsumen.

10
TUGAS 3 (INDIVIDU)
Petunjuk pengerjaan:
Jawaban ditulis tangan pada kertas berukuran folio (bukan kertas binder), dan dikumpul diawal pertemuan berikutnya

1. Dengan uang Rp.15.000 konsumen ingin membeli 2 barang yang disukai, yakni Somay (Y) dan Teh Botol (X). Harga Somay
Rp. 1.000 dan harga Teh Botol Rp. 3.000.
a. Gambarkan garis anggaran dan sertakan perhitungan untuk memperoleh titik potong di sumbu X dan sumbu Y.
b. Sebutkan kombinasi yang bisa memaksimalkan kepuasannya. Lampirkan pengeluaran kombinasi tersebut.
c. Sebutkan (minimal 15) kombinasi konsumsi yang tidak bisa memaksimalkan kepuasan konsumen dengan
melampirkan table perhitungan jumlah pengeluaran dari kombinasi tersebut.

2. Aco punya 20 dollar untuk membeli kopi dan kue. Harga secangkir kopi 4 dollar dan harga sepotong kue 2 dollar.
a. Bagaimana perhitungan rumus anggaran untuk garis anggaran Aco (kopi pada sumbu tegak).
b. Jika pendapatan Aco naik menjadi 24 dollar sementara harga kopi dan kue tidak berubah, jelaskan bagaimana
perubahan yang terjadi pada garis anggaran Aco’.
c. Jika harga kue naik 2 kali lipat, harga kopi tidak berubah, dan pendapatan Aco tetap 20 dollar, jelaskan bagaimana
perubahan yang terjadi pada garis anggaran Aco’.

11
4. Pilihan Optimal

Dari sekian banyak kombinasi pilihan yang dihadapi konsumen, hanya ada 1(satu) pilihan yang optimal, yakni pilihan
yang bisa memaksimalkan kepuasan/utilitas konsumen sesuai keterbatasan anggaran belanjanya. Dengan menggabungkan
pembahasan sebelumnya, kita bisa menentukan pilihan optimal tersebut. Secara grafis, pilihan optimal tercapai ketika kurva
indiferen tepat bersinggungan/bersentuhan (tidak memotong) dengan garis anggaran. Ketika keduanya bersinggungan maka
nilai MRS atau kemiringan di kurva indiferen sama atau setara dengan nilai rasio harga barang X terhadap Y atau kemiringan
garis anggaran.
Gambar 4.1 Pilihan Optimal
Kombinasi konsumsi f bukan pilihan optimal karena konsumen masih punya sisa
anggaran yang belum dibelanjakan sehingga menghasilkan utilitas yang rendah.
Kombinasi k memberikan utilitas yang paling tinggi disusul oleh kombinasi g,
namun tidak bisa didapatkan karena keterbatasan anggaran konsumen. Kombinasi
a, b, d, e bisa didapatkan konsumen, namun secara tersirat kombinasi tersebut
memberikan tingkat kepuasan yang lebih rendah dari U2. Kombinasi c adalah
kombinasi optimal yang bisa didapatkan konsumen sesuai anggaran belanja yang
dimiliki.

4.1 Perubahan Pilihan Optimal Konsumen

Jika berikutnya harga barang dan pendapatan konsumen berubah maka pilihan optimal konsumen juga akan berubah
sehingga muncul kombinasi pilihan optimal yang baru. Perhatikan ilustrasi grafis berikut ini
Perubahan Pendapatan
Jika pendapatan konsumen berubah, pola konsumsi juga berubah. Hanya saja perubahannya berbeda-beda sesuai
kategori barang (apakah barang normal ataukah barang inferior).
Gambar 4.2 a Kasus barang normal
Barang normal adalah barang yang jumlah pembeliannya makin
banyak ketika harga barangnya turun. Pada gambar 4.2.a, kombinasi
pilihan optimal konsumen awalnya adalah mengkonsumsi 5 Somay -
3 Teh Botol. Jika kemudian pendapatan konsumen naik, maka garis
anggaran bergeser ke kanan sebab logikanya makin banyak Somay
dan Teh yang bisa dibeli dan bisa meningkatkan utilitas pada kurva
indiferen IC2. Pilihan optimal baru muncul dimana konsumen sama-
sama menambah pembelian kedua barang menjadi 7 Somay - 6 Teh
Botol.

Gambar 4.2 b Kasus barang inferior Barang inferior adalah barang yang jumlah pembeliannya berkurang
ketika harganya turun. Pada contoh ini pendapatan naik, tapi
konsumen hanya menambah pembelian Teh Botol dan mengurangi
pembelian Somay, yakni 4 Somay-9 Teh Botol. Hal ini terjadi karena
menurut selera konsumen, ia bisa memperoleh prestise jika
mengkonsumsi lebih banyak Teh Botol ketimbang mengkonsumsi
lebih banyak Somay. Kepuasan/utilitas ikut meningkat yang ditandai
dengan pergeseran kurva indiferen ke arah kanan bawah (IC2). Disini
berarti Somay merupakan barang inferior bagi si konsumen.

12
Perubahan Harga
Ketika harga barang berubah, muncul efek pendapatan dan efek substitusi secara bersamaan. Efek pendapatan disini
ialah konsumen “merasa” bahwa daya beli/pendapatan riilnya turun ketika harga barang tersebut naik. Sedangkan efek
substitusi adalah efek dari perubahan harga relatif yang membuat konsumen merubah pola konsumsinya dan melakukan
substitusi, yakni mengurangi pembelian barang yang harganya naik sambil menambah pembelian barang lain, tujuannya agar
terhindar dari efek pendapatan sambal mempertahankan utilitasnya, sebab ketika pendapatan turun maka dampaknya tidak lain
adalah penurunan utilitas.
Gambar 4.3 a Kasus barang normal Pada gambar 4.3.a pilihan optimal awalnya ada di titik a (7 Somay- 7
Teh). Ketika harga Teh Botol naik, garis anggaran berayun ke dalam
yang “memaksa” konsumen mengurangi pembelian Teh Botol. Disinilah
muncul efek pendapatan yang membuat utilitas konsumen turun ke
kurva indiferen IC1 pada kombinasi 7 Somay - 4 Teh Botol. Pada
dasarnya konsumen tidak mau utilitasnya turun, sehingga diperlukan
peningkatan pendapatan konsumen. Jika pendapatannya sudah
bertambah, maka garis anggaran yang baru saja berubah akan berubah
lagi untuk kedua kalinya, yakni bergeser ke arah luar. Dan untuk bisa
mempertahankan utilitasnya tetap di IC2, konsumen melakukan
substitusi (dari kombinasi a ke b) dengan cara mengurangi pembelian
Teh Botol yang harganya sudah naik sambil menambah pembelian
Somay. Dengan begitu pilihan optimal baru adalah kombinasi 9 Somay
– 6 Teh Botol. Secara grafis, garis anggaran yang baru saja bergeser
akibat adanya tambahan pendapatan konsumen kembali menyentuh
IC2.
Umumya tambahan pendapatan tersebut diperoleh dari pemerintah melalui pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai)
kepada masyarakat miskin yang merasakan dampak kenaikan harga barang. Atau bisa juga bersumber dari perusahaan yang
memberikan kenaikan upah pada karyawannya.
Untuk kasus barang inferior, ceritanya sedikit berbeda. Misalkan pilihan optimal awalnya di titik a (8 Somay – 3 Teh
botol). Ketika harga Teh Botol turun, muncul efek pendapatan yang membuat konsumen merasa bahwa daya belinya bertambah.
Gambar 4.3 b Kasus barang inferior Bagi konsumen yang menganggap Teh Botol adalah barang inferior
dan Somay adalah barang superior, penurunan harga Teh Botol
tidaklah serta merta membuat ia menambah pembelian Teh
sebanyak-banyaknya dan mengurangi pembelian Somay, misalnya
kombinasi b yakni 6 Somay – 5 Teh, sebab itu tidak meningkatkan
utilitasnya (pergerakan a ke b dikurva indiferen yang sama).
Disinilah muncul efek substitusi dimana konsumen justru
melakukan substitusi (merubah kombinasi konsumsi) yang bisa
meningkatkan utilitasnya berdasarkan jenis barang, yakni dengan
menambah pembelian Teh Botol dalam jumlah yang sedikit yakni 1
(3 menjadi 4) sambil menambah pembelian Somay dalam jumlah
yang lebih banyak yakni 3 (8 menjadi 11), seperti di titik c dengan
kombinasi 11 Somay – 4 Teh botol. Kombinasi optimal yang baru ini
terletak pada kurva indiferen yang lebih tinggi (IC2).

13
TUGAS 4 (INDIVIDU)
Petunjuk pengerjaan:
Jawaban ditulis tangan pada kertas berukuran folio (bukan kertas binder), dan dikumpul diawal pertemuan berikutnya

1. Aco punya 12 dollar untuk membeli buku dan DVD. Harga buku 3
dollar dan harga DVD 1,5 dollar.
a. Berapa jumlah buku dan DVD yang dibeli Aco? Dan berapa
nilai MRS pada saat itu.
b. Misalkan harga DVD naik menjadi 3 dollar, tapi harga buku
dan anggaran Aco tidak berubah. Berapa jumlah buku dan
DVD yang dibeli Aco?
c. Berdasarkan soal 1.b, ceritakan efek substitusi dan efek
pendapatan yang muncul. Apakah DVD terkategori sebagai
barang normal ataukah barang inferior?

14
Asal-usul Kurva Permintaan

Semua informasi dalam grafik pilihan optimal konsumen bisa kita gabungkan untuk menjelaskan asal-usul kurva
permintaan. Dengan kata lain, kita bisa tahu alasannya mengapa kurva permintaan berbentuk miring/diagonal dari kiri atas ke
kanan bawah. Dan kita juga bisa menjelaskan perubahan yang terjadi pada kurva permintaan, yakni perubahan jumlah barang
yang diminta (change in quantity demanded) dan perubahan permintaan (change in demand).

Kita mulai dengan menggambar secara vertikal 2 grafik yang terhubung satu sama lain. Sebelah atas adalah grafik
pilihan optimal konsumen, dan sebelah bawah adalah grafik harga dan kuantitas barang. Disini kita hanya menggunakan 1 jenis
barang saja sebagai ilustrasi, yakni Teh botol, sebab kurva permintaan hanya bisa menjelaskan 1 jenis barang (tidak ada kurva
permintaan yang bisa menjelaskan 2 atau lebih jenis barang).

Gambar 4.4 a Change in Quant. Demanded Gambar 4.4.b Change in Demand

Pada gambar 4.4.a, awalnya harga Teh Botol Rp.9000 (titik A) dan pilihan optimal konsumen di titik B saat membeli 2
Teh Botol dengan utilitas dikurva IC1. Namun, ketika harga Teh Botol turun menjadi Rp.5000 (titik C), kurva garis anggaran
berayun ke luar, dimana konsumen membeli dalam jumlah yang lebih banyak (4 unit) dan pilihan optimal konsumen pindah ke
titik D dengan kepuasan yang lebih tinggi dikurva IC2. Kalau titik A dan C dihubungkan dengan sebuah garis maka kita akan
memperoleh kurva permintaan yang karakteristiknya “miring dari kiri atas ke kanan bawah”. Skenario perubahan jumlah
konsumsi akibat perubahan harga barang seperti inilah yang disebut dengan perubahan jumlah barang yang diminta (change in
quantity demanded), dimana perubahan konsumsi terjadi di sepanjang kurva permintaan yang sama (titik A ke titik C), yang
semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang.

Pada gambar 4.4.b, awalnya harga Teh Botol Rp.9000 (titik E) dan pilihan optimal konsumen di titik F saat membeli 2
Teh Botol dengan utilitas dikurva IC1. Namun ketika pendapatan konsumen bertambah maka kurva garis anggaran bergeser ke
kanan atas yang berarti daya beli konsumen semakin tinggi dimana konsumen bisa membeli barang dalam jumlah yang lebih
banyak, yakni membeli 4 Teh botol sekalipun harganya tidak berubah atau tetap Rp.9000 (titik G). Dengan begitu maka muncul
pilihan optimal baru (titik H) dimana konsummen memperoleh kepuasan yang lebih tinggi di kueva IC 2. Kalau titik E dan G
masing-masing kita tarik garis maka kita akan memperoleh 2 kurva permintaan yang karakteristiknya juga “miring dari kiri atas
ke kanan bawah”. Skenario perubahan jumlah konsumsi akibat perubahan pendapatan konsumen seperti inilah yang disebut
perubahan permintaan (change in demand) dimana perubahan konsumsi terjadi antar 2 kurva permintaan yang berbeda, yang
semata-mata akibat berubahnya faktor lain (selain harga barang), yakni pendapatan konsumen.

15

Anda mungkin juga menyukai