Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
EKONOMI PUBLIK DAN ANALISIS KEBIJAKAN

FOCUS GROUP DISCUSSION 1


CONSTRINED UTILITY MAXIMIZATION

Ferawaty Marlija Damanik 2206007165

Meri Perdana Putri 2206007234

Billie Dwipayana 2306187655

Danie Satrio 2306187730

Irfana Fadya 2306187850

Mawardi Kartasasmita 2306187895

Marthin Thomas Mumbunan 2306298674

Mohammad Iqbal 2306298743

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER PERENCANAAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
JAKARTA
2024
HASIL DISKUSI

MAKSIMALISASI UTILITAS TERBATAS (CONSTRAINED UTILITY MAXIMIZATION)

LITERATURE REVIEW
Inti dari analisis teoretis dalam pembiayaan publik adalah asumsi bahwa individu memiliki
fungsi utilitas yang terdefinisi dengan baik, pemetaan matematis pilihan individu atas barang
terhadap tingkat kesejahteraan mereka. Para ekonom berasumsi bahwa individu melakukan
maksimalisasi utilitas terbatas, memaksimalkan kesejahteraan mereka (utilitas) berdasarkan
sumber daya yang tersedia. Berbekal asumsi ini, para ekonom melanjutkan untuk mengembangkan
model representasi matematika atau grafis dari realitas untuk menunjukkan bagaimana
maksimalisasi utilitas yang dibatasi mengarahkan orang untuk membuat keputusan yang mereka
buat setiap hari. Model-model ini memiliki dua komponen kunci: preferensi individu atas semua
kemungkinan pilihan barang dan batasan anggarannya yaitu jumlah sumber daya yang dapat dia
gunakan untuk membiayai pembeliannya. Strategi pemodel ekonomi kemudian bertanya:
Mengingat kendala anggaran, bundel barang apa yang terbaik bagi konsumen?
Asumsi utama: lebih banyak barang/jasa yang dimiliki/dikonsumsi, lebih baik daripada
barang/jasa yang dimiliki/dikonsumsi lebih sedikit (more is better than less)
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana konsumen dianggap membuat pilihan dalam empat
langkah yaitu:
1. Memodelkan preferensi secara grafis.
2. Menunjukkan cara mengambil model preferensi grafis dan mewakilinya secara matematis
dengan fungsi utilitas.
3. Memodelkan kendala anggaran yang dihadapi individu.
4. Bagaimana individu memaksimalkan utilitas mereka (membuat diri mereka sebaik mungkin)
dengan mempertimbangkan anggaran yang mereka miliki.

A. Preferensi dan Kurva Indiferen


1) Preferensi
a. Asumsi sederhana yang digunakan ketika membahas preferensi konsumen adalah terkait
apa yang disukai oleh konsumen dan belum mempertimbangkan terkait dengan batasan
anggaran.
b. Asumsi penting berikutnya adalah non-satiation atau “lebih banyak lebih baik”. Dengan
asumsi ini dapat diartikan bahwa lebih banyak barang lebih baik
c. Dengan mengacu pada asumsi “lebih banyak lebih baik”, hal ini tidak berarti bahwa
seorang konsumen akan sama tingkat kepuasannya dengan pizza potongan kesepuluh
seperti tingkat kepuasan pizza potongan pertama. Sehingga dapat diketahui bahwa
seiring dengan penambahan konsumsi akan suatu barang/jasa, tingkat kepuasan
konsumen akan meningkat lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
d. Asumsi non-satiation hanya menyiratkan bahwa memiliki pizza kesepuluh itu lebih baik
daripada tidak memiliki sama sekali.
e. Berdasarkan asumsi umum tersebut, secara grafis gambar 1 menunjukkan preferensi
konsumen atas kelompok barang (consumption bundles). Sebagai contoh:
1) Pada titik A, consumption bundles Andrea: 2 kue dan 1 film
2) Pada titik B, consumption bundles Andrea:1 kue dan 2 film
3) Pada titik C, consumption bundles Andrea: 2 kue dan 2 film
Berdasarkan asumsi preferensi konsumen “lebih banyak lebih baik” Andrea akan
memilih C, karena mendapatkan 2 kue dan 2 film, sedangkan pada titik A dan B tingkat
utilitas Andrea akan sama karena terletak pada kurva indiferen yang sama dan utilitas
yang dirasakan Andrea lebih kecil dari C.

Gambar 1. Kurva Indiferen atas bundel konsumsi film dan kue

2) Kurva Indiferen
a. Kurva indiferen merupakan representasi grafis dari seluruh kumpulan barang
(consumption bundles) yang dapat memberikan utilitas yang sama kepada konsumen.
Seluruh kombinasi consumption bundles yang terletak pada kurva indiferen yang sama
akan memberikan utilitas yang sama
b. Kurva indiferen memiliki dua sifat penting, kedua hal tersebut secara alami berdasarkan
pada asumsi "lebih banyak lebih baik":
1) Konsumen lebih memilih kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik origin,
yang diartikan bahwa konsumen memilih consumption bundles yang lebih
banyak/lebih baik sesuai preferensinya.
2) Kurva indiferen selalu miring ke bawah (downward sloaping). Kurva indiferensi
tidak dapat miring ke atas (upward sloaping), karena hal itu dapat menyiratkan
bahwa konsumen memiliki utilitas yang sama meskipun memiliki consumption
bundles yang lebih banyak, dan hal tersebut melanggar asumsi “lebih banyak lebih
baik”.
c. Contoh dari analisis kurva indiferen adalah pilihan pekerjaan. Misalkan Sam lulus dan
sedang mencari pekerjaan dengan dua indikator utama yaitu gaji dan lokasi pekerjaan.
Preferensi Sam adalah gaji yang lebih tinggi dan lokasi pekerjaan di daerah suhu hangat,
karena Sam tidak menyukai cuaca dingin. Sam memiliki tiga pilihan pekerjaan:
1) Bundel A: Gaji awal $30.000 di Phoenix, AZ (panas)
2) Bundel B: Gaji awal $50.000 di Minneapolis, MN (dingin)
3) Bundel C: Gaji awal $40.000 di Washington, D.C. (sedang)
Sam akan memilih bekerja di Washington DC (titik C pada IC2), meskipun gaji lebih
rendah dari Minneapolis namun masih lebih tinggi dari pada Phoenix dan dengan suhu
yang lebih hangat dibandingkan Minneapolis.

d. Berdasarkan contoh kasus Sam tersebut, secara grafis dapat dilihat pada Gambar 2
bahwa pilihan Sam berada pada titik C di IC2, dimana titik C lebih jauh dari titik origin
dibandingkan titik A dan B, dan memberikan utilitas yang lebih baik berdasarkan
preferensi Sam.

Gambar 2. Analisis Kurva Indiferensi atas pilihan pekerjaan

B. Utility Mapping of Preferences


1) Hal dasar dari penurunan kurva indiferen adalah anggapan bahwa setiap individu
mempunyai batasan yang jelas atas fungsi utilitasnya yang dirumuskan pada persamaan U
= f(X1, X2, X3 dan seterusnya) dimana X1, X2, X3 adalah barang yang dikonsumsi oleh
individu dan f adalah beberapa fungsi matematika yang menunjukkan bagaimana konsumsi
atas barang-barang tersebut menggambarkan suatu tingkat kepuasan (utilitas).
2) Representasi matematis ini memungkinkan kita untuk membandingkan kesejahteraan yang
terkait dengan berbagai tingkat konsumsi barang. Misalnya, fungsi utilitas Andrea untuk
kue dan film adalah adalah Dengan fungsi ini, tingkat utilitas Andrea
akan sama ketika dia mengkonsumsi 4 kue dan 1 film, 2 kue dan 2 film, serta 1 kue dan 4
film karena masing-masing bundel ini dapat memberikan tingkat utilitas 2. Namun dia
lebih memilih 3 kue dan 3 film daripada paket mana pun karena ini akan memberinya
tingkat utilitas 3.
a. Marginal Utility
1) Marginal Utility digunakan untuk memahami preferensi konsumen dimana
marginal utility adalah penambahan tingkat utilitas dari penambahan satu unit
konsumsi atas suatu barang.
2) Dengan demikian, konsumsi setiap satu unit tambahan suatu barang, membuat
seseorang kurang bahagia dibandingkan dengan konsumsi unit sebelumnya.
3) Gambar 3 merupakan grafik utilitas marjinal yang menggambarkan peningkatan
utilitas dari setiap film tambahan yang ditonton, dengan menjaga konsumsi kue
konstan sebesar 2. Dengan setiap tambahan film yang dikonsumsi, utilitasnya
meningkat, namun dengan penambahan yang lebih kecil.

Gambar 3. Penurunan Utilitas Marjinal

b. Marginal Rate of Substitution


1) Marginal Rate of Substitution (MRS) adalah tingkat kesediaan konsumen untuk
menukar suatu barang dengan barang lain.
2) MRS sama dengan kemiringan kurva indiferen, yaitu tingkat dimana konsumen
akan memperdagangkan/menukarkan (trade) barang pada sumbu vertikal dengan
barang pada sumbu horizontal.
3) Sebagai contoh dalam buku Gruber (Public Finance and Public Policy), MRS
adalah tingkat kesediaan Andrea untuk menukarkan kue dengan film. Berdasarkan
gambar 4, MRS-nya semakin berkurang. Andrea indifferent antara:
a. 1 film dan 4 kue,
b. 2 film dan 2 kue, dan
c. 4 film dan 1 kue.
Sepanjang segmen manapun dari kurva indiferent ini, kita dapat mendefinisikan
MRS. Misalnya, berpindah dari 4 kue dan 1 film ke 2 kue dan 2 film, MRS-nya
adalah −2; dia rela merelakan 2 kue untuk mendapatkan 1 film tambahan. Namun,
jika berpindah dari 2 kue dan 2 film ke 1 kue dan 4 film, MRS-nya adalah −½; dia
rela merelakan 1 kuenya saja untuk mendapatkan 2 film tambahan.

Gambar 4. Penurunan Marginal Rate of Substitution


4) Kurva indiferen adalah representasi grafis dari fungsi utilitas, terdapat hubungan
langsung antara MRS dan utilitas, yaitu MRS adalah rasio utilitas marjinal film
dengan utilitas marjinal kue:
MRS = - MUM / MUC
5) MRS menunjukkan bagaimana utilitas marjinal relatif berkembang di sepanjang
kurva indiferen: ketika Andrea bergerak menuruni kurva, MU kue meningkat dan
MU film turun. Ketika kurva indiferen Andrea menurun, maka mendapatkan lebih
banyak film dan lebih sedikit kue, utilitas marjinal kue meningkat, dan utilitas
marjinal film menurun, sehingga menurunkan MRS.

C. Budget Constraints
1) Prinsip dasar pilihan konsumen adalah lebih banyak lebih baik, namun hal yang
menghentikan/membatasi konsumen adalah terbatasnya sumber daya atau dapat
disebut dengan budget constraints konsumen.
2) Budget constraints merepresentasikan secara matematis atas kombinasi barang yang
mampu mereka beli berdasarkan pendapatan mereka.
3) Dalam hal ini diasumsikan bahwa konsumen membelanjakan seluruh pendapatannya;
tidak ada tabungan. Sampai saat ini masih diasumsikan bahwa seluruh pendapatan
dibelanjakan pada periode penerimaannya.
4) Dengan asumsi tersebut, maka budget constraint Andrea secara matematis adalah

𝒀 = 𝑷𝑪 𝑸𝑪 + 𝑷𝑴 𝑸𝑴
Dimana:
Y = pendapatan Andrea yang dikonsumsikan seluruhnya membeli kue dan
menonton film
Pc = harga kue
PM = kuantitas kue yang dapat Andrea beli
QC = harga menonton film
QM = kuantitas banyaknya film yang ditonton Andrea, sehingga total
pengeluaran Andrea pada kue dan menonton film sama dengan total
pendapatan Andrea

5) Secara grafis, budget constraints diwakili oleh garis AB pada Gambar 5. Horizontal
intercept menggambarkan jumlah film yang dapat dibeli Andrea jika dia tidak membeli
kue, sementara vertical intercept menggambarkan jumlah kue yang bisa dibeli Andrea
jika dia tidak menonton film, dan kemiringan dari budget constraints adalah tingkat
dimana kondisi pasar memperbolehkan Andrea untuk menukar kuenya untuk menonton
film. Pada kondisi rasio harga negatif untuk PM/PC dimana dengan asumsi pendapatan
Andrea tetap, setiap penambahan film yang ditonton Andrea harus menurunkan jumlah
kue yang dibeli.

Gambar 5. Budget Constraint

6) Gambar 5 mengilustrasikan budget constraint Andrea Dimana:


Pendapatannya Y = $96, harga kue PC = $16 dan harga untuk menonton film PM = $8.
Jika dimasukkan dalam persamaan matematikanya adalah 16QC + 8QM = 96
Dengan tingkat pendapatan dan harga ini, Andrea dapat membeli 12 film atau 6 kue,
dan setiap penambahan kue yang dibelinya berarti Andrea akan lebih sedikit untuk
menonton film (berlaku sebaliknya).
7) Kemiringan budget constraint adalah tingkat di mana Andrea dapat menukarkan kue
dengan film, PM/PC = -8/16 = -½. Konsep menukar kue untuk menonton film ataupun
sebaliknya, pada dunia nyata hal tersebut tidak terjadi. Namun kita membeli kue
ataupun membeli film dengan menggunakan uang yang kita miliki. Namun ketika
diasumsikan anggaran tetap, maka untuk membeli satu kue kita memiliki opportunity
cost yaitu merelakan dua film yang dapat kita beli.
Contoh lainnya adalah:
Jika Budi memiliki pendapatan sebesar $1000 dan harga sepatu adalah $50 dan harga
baju adalah $20, maka budget constraintnya dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Y (pendapatan) = 1000
PC (Harga sepatu) = 50
PD (Harga baju) = 20
Maka secara matematis persamaannya adalah 50 QC + 20 QD =1000
Persamaan ini akan menghasilkan berbagai kombinasi sepatu dan baju yang dapat dibeli
dengan pendapatan yang dimiliki oleh Budi.
Budi dapat membeli 20 pasang sepatu
50 QC + 20 QD =1000
50 (20) + 20 (0) = 1000
atau membeli 50 baju
50 QC + 20 QD =1000
50 (0) + 20 (50) = 1000
atau kombinasi dari keduanya yang sesuai dengan budget constraintnya.
50 QC + 20 QD =1000
50 (10) + 20 (25) = 1000 (10 pasang sepatu dan 25 baju)

D. Putting It All Together: Constrained Choice


Berdasarkan fungsi utilitas dan anggaran terbatas tersebut, maka dapat disimpulkan
bundel bundel seperti apakah yang dapat memaksimalkan utilitas konsumen. Kita dapat
menggabungkan kurva indiferen dengan kurva anggaran untuk dapat menemukan kurva
utilitas tertinggi yang dapat diperoleh berdasarkan batasan anggaran tertentu.
Gambaran untuk memperlihatkan gabungan kedua fungsi tersebut dapat diamati pada
Gambar 6. Gambar tersebut memberikan contoh gambaran utilitas maksimum individu, kali
ini diwakili oleh Andrea, yang dapat diperoleh dari menkonsumsi bundel barang yang terdiri
dari dua komoditas, yaitu kue dan film, dengan budget constraint yang dia miliki. Dalam
kerangka ini, maka dapat timbul pertanyaan, kurva indiferen apa yang dapat dicapai seseorang
dengan budget constraint yang dia miliki? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat kita
amati Gambar 6.
Jawabannya adalah kurva indiferen IC2 yang bersinggungan dengan kurva budget
constraint: ini adalah kurva indiferen terjauh yang dapat dicapai, berdasarkan pendapatan
Andrea dan harga pasar barang-barang tersebut. Dalam contoh ini, Andrea menjadikan dirinya
sebaik mungkin dengan melakukan hal tersebut memilih untuk mengkonsumsi 6 film dan 3
kue (titik A). Kombinasi barang-barang itu memaksimalkan Kegunaan Andrea, mengingat
sumber daya yang tersedia dan harga pasar.

Gambar 6. Constrained Optimization


Berdasarkan batasan anggaran yang dimiliki, dapat diketahui bahwa Andrea rela
mengonsumsi enam kue tanpa menonton film sama sekali atau menonton film sebanyak 12
film tanpa mengkonsumsi kue sama sekali dengan anggaran yang dia miliki. Kondisi ini
terlihat pada kurva budget constrain di atas. Terlihat juga terdapat tiga kurva indeferen yang
memiliki ketinggian yang berbeda yang digambarkan dengan IC1, IC2, dan IC3. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa pada IC1 terdapat titik B dan titik C yang memiliki tingkat kemiringan
(slope) berbeda dengan kemiringan (slope) budget constrain dan memotongnya. Kondisi
maksimal diketahui saat koefisien slope kurva indiferen sama dengan koefisien slope kurva
budget constrain yang terjadi pada titik A pada kurva IC2. Sementara itu kurva IC3 dinilai tidak
realistis karena berada di atas kurva budget constrain.
E. The Effects of Price Changes: Substitution and Income Effects
Dalam analisis pilihan terbatas (Constrained Optimization), ditemukan bahwa
hubungan utilitas marjinal dan harga suatu barang mempengaruhi permintaan konsumen.
Ketika harga suatu barang relatif naik, jumlah relatif barang yang diminta akan turun. Hal ini
disebabkan oleh efek substitusi dan efek pendapatan.
Efek substitusi terjadi ketika harga suatu barang naik dan konsumen memilih untuk
mengonsumsi lebih sedikit barang tersebut. Misalnya, jika harga film naik, Andrea akan
membeli lebih sedikit film karena harganya lebih mahal.
Efek pendapatan terjadi karena kenaikan harga membuat konsumen menjadi lebih
miskin dalam arti sebenarnya. Meskipun pendapatan Andrea tetap sama, namun uangnya
sekarang dapat membeli lebih sedikit barang karena harganya naik. Jadi, Andrea akan membeli
lebih sedikit film dan kue dengan pendapatannya.

Gambar 7. Substitution and Income Effects


Dalam gambar yang disajikan, dapat dilihat bahwa ketika harga film naik, kendala
anggaran Andrea menjadi lebih curam. Dia masih dapat membeli kue dengan harga yang sama,
tetapi hanya dapat membeli lebih sedikit film. Kombinasi optimalnya berpindah dari titik A ke
titik C, di mana ia membeli lebih sedikit film dan kue.
Namun, jika pemerintah dapat memberikan kompensasi, semisal subsidi kepada
Andrea sehingga ia tetap berada pada tingkat utilitas yang sama, maka pilihan konsumennya
tidak akan berubah. Kendala anggaran yang baru sejajar dengan kendala anggaran yang lama,
tetapi bersinggungan dengan indifference curve yang sama pada titik B. Andrea akan memilih
kombinasi baru dari film dan kue, mengingat perubahan harga.
Dalam dunia nyata, tidak ada lembaga pemerintah yang menjaga utilitas tetap konstan
saat harga naik. Oleh karena itu, kenaikan harga akan membuat konsumen lebih miskin secara
efektif dan memilih lebih sedikit barang. Kenaikan harga juga akan menyebabkan perubahan
pada kendala anggaran yang didukung pemerintah, mengubah pilihan konsumen.
KESIMPULAN
Pada bab ini disajikan bagaimana konsumen menentukan pilihan untuk memaksimalkan
utilitasnya berdasarkan preferensi dan keterbatasan sumber daya pribadi konsumen. Dalam
pemodelan ekonomi, kita mengenal fungsi utilitas. Fungsi utilitas menunjukkan preferensi
individu, yang menerjemahkan kesejahteraannya (well-being), dari kumpulan konsumsi
(consumption bundles) berbeda ke unit yang dapat dibandingkan untuk menentukan pilihan. Maka,
terdapat upaya atau proses maksimalisasi kesejahteraan (utilitas) seorang individu dengan
memperhatikan sumber dayanya (budget constraint). Hal ini disebut sebagai constrained utility
maximization. Secara bahasa, constrained dimaknai pembatasan (dibatasi).
Kombinasi preferensi konsumen dapat digambarkan dengan Kurva Indiferen (Indifference
curve). Kurva indeferen menunjukkan semua kombinasi konsumsi yang memberi individu jumlah
utilitas yang sama. Kurva indeferen memiliki dua sifat penting, yang keduanya mengikuti secara
alami dari asumsi "lebih banyak lebih baik", yakni konsumen lebih memilih kurva indeferen yang
lebih tinggi/lebih jauh dari titik “0” dan kurva indeferen berbentuk miring melengkung ke bawah.
Preferensi dalam kurva indeferen didasarkan pada pilihan yang tersedia bagi konsumen, dimana
kombinasi pilihan konsumen yang berada pada kurva indeferen yang sama memiliki tingkat utilitas
yang sama pula. Titik preferensi konsumen yang berada pada kurva indeferen dapat ditambahkan
dengan merubah kurva indeferen maupun dipertukarkan selama berada pada kurva indeferensi
yang sama. Penambahan dan/atau pertukaran preferensi konsumen dapat dipahami sebagai
Marginal Utility dan Marginal Rate of Substitution. Marginal Utility digunakan untuk memahami
preferensi konsumen dimana marginal utility adalah penambahan tingkat utilitas dari penambahan
satu unit konsumsi atas suatu barang. Dengan demikian, konsumsi setiap satu unit tambahan suatu
barang, membuat seseorang kurang bahagia dibandingkan dengan konsumsi unit sebelumnya
(diminishing marginal utility). Marginal Rate of Subtitution (MRS) adalah tingkat kesediaan
konsumen untuk menukar suatu barang dengan barang lain dengan tingkat utilitas yang sama.
Penambahan dan pertukaran preferensi konsumen dibatasi oleh terbatasnya sumber daya
konsumen atau yang disebut dengan budget constraint. Budget constraint merepresentasikan
secara matematis atas kombinasi barang yang mampu mereka beli berdasarkan pendapatan mereka
(dengan asumsi seorang konsumen akan membelanjakan seluruh pendapatannya dan tidak ada
tabungan). Kurva budget constraint berbentuk lurus miring ke bawah dengan titik berpotongan
dengan sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Hal ini merefleksikan bahwa konsumen dapat
membelanjakan seluruh pendapatannya untuk mengkonsumsi pilihan 1 maupun untuk
mengkonsumsi pilihan 2. Namun, tingkat utilitas maksimal konsumen berada pada titik
perpotongan kurva indeferen dan kurva budget constraint.
Perubahan harga memiliki dua efek pada permintaan konsumen: efek substitusi dan efek
pendapatan. Efek substitusi terjadi karena perubahan harga menyebabkan konsumen memilih lebih
sedikit barang, sedangkan efek pendapatan terjadi karena harga yang lebih tinggi membuat
konsumen lebih miskin dan memilih lebih sedikit barang yang dapat mereka beli (daya beli
konsumen yang menurun-jika pendapatannya tetap). Dalam kondisi di mana utilitas tetap konstan,
pemerintah dapat mempertahankan tingkat utilitas yang sama dengan memberikan kompensasi,
sehingga pilihan konsumen tidak berubah. Namun, dalam dunia nyata, perubahan harga
mempengaruhi konsumen secara efektif dan mengubah pilihan mereka.

REFERENSI

Gruber, J. (2019). Public Finance and Public Policy, Sixth Edition. New York: Worth Publisher.

Anda mungkin juga menyukai