Anda di halaman 1dari 33

8

BAB II
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

a. Definisi Kecerdasan

Kecerdasan yaitu kesempurnaan akal budi seperti; kepandaian,

ketajaman berpikir. (Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa Edisi Keempat, 2008) hal. 262. Kecerdasan (dalam bahasa

Inggris disebut intelligence dan dalam bahasa Arab disebut al-Dzaka)

menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan

sesuatu. (Abdul Mujib, 2002) hal 317

b. Definisi Spiritual

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia yaitu berhubungan dengan

atau bersifat kejiwaan (rohani, bathin). Dalam kamus psikologi spiritual

yaitu pertama berkaitan dengan roh, semangat atau jiwa, kedua religius

yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut

nilai-nilai transedental, ketiga sifat mental bersifat lawan dari mental,

fisikal atau jasmaniyah. (Chaplin, 2008) hal 480


9

c. Definisi Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) ialah suatu

inteligensi atau suatu kecerdasan dimana kita berusaha menyelesaikan

masalah-masalah hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama

yang diyakini. Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan dimana kita

berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita kedalam

suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna.

Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong

berfungsinya secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun

Emotional Intelligence (EI). Jadi, kecerdasan spiritual berkaitan dengan

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian

dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa

sadar. Pandangan lain, bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya

adalah jika seseorang berhubungan dengan Tuhannya baik maka bisa

dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula. (Wahab,

2016)

Jadi kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam

hati, menjadikan individu kreatif ketika menghadapi masalah pribadi, dan

mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta


10

menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan

kedamaian hati. Kecerdasan spiritual menjadikan individu mampu

memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah. Intinya kecerdasan spiritual

adalah kecerdasan untuk menemukan makna di balik kehidupan.

2. Kecerdasan Spiritual Perspektif Psikologi

Adapun pengertian kecerdasan spiritual menurut tokoh-tokoh psikologi

sebagaimana yang dikutip dari Danah Zohar dan Sudirman Tebba sebagai

berikut :

a) Danah Zohar dan Ian Marshall

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang

lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ

adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan

SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.

b) Marsha Sinetar

Kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami atau

mendapat inspirasi. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektifitas

yang terinspirasi, keberadaan atau hidup atau penghayatan ketuhanan

yang mempersatukan kita sebagai bagiannya. (Tebba, 2004) hal 24


11

c) Khalil Khavari

Kecerdasan spiritual adalah bagian dari dimensi non material roh

manusia. (Danah Zohar, 2001) hal 27

d) Howard Gardner

Dalam multiple intelligence, menyatakan bahwa sedikitnya ada 7 macam

kecerdasan yang dimiliki manusia, termasuk kecerdasan musikal, spasial,

kinenstetis, rasional dan emosional. Tapi menurut Danah Zohar, bahwa

semua jenis kecerdasan yang disebutkan Gardner pada hakikatnya adalah

varian dari ke-3 kecerdasan utama yaitu IQ, EQ, dan SQ serta pengaturan

syaraf ketiganya.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada pada setiap manusia sejak lahir

dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah sebagai makhluk yang

memiliki ketergantungan terhadap kekuatan Sang Maha Pencipta. (Abd

Wahab, 2011) hal 52-53

3. Kecerdasan Spiritual Perspektif Islam

Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khalik-Nya, merupakan

kebutuhan agama. Kebutuhan agama atau spiritual adalah kebutuhan manusia

terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukkan jalan ke arah kebahagiaan

dunia dan ukhrawi. Semenjak lahirnya manusia sudah membawa fitrah


12

beragama seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30 yang

berbunyi :

‫ ِدي َل‬A‫ا اَل تَ ۡب‬Aۚ Aَ‫اس َعلَ ۡيه‬ َ ‫ َر‬A‫ ۚا فِ ۡط‬A‫ِّين َحنِ ٗيف‬
َ Aَ‫ٱلَّتِي فَط‬AA‫ت ٱللَّ ِه‬
َ َّ‫ر ٱلن‬A َ Aَ‫فََأقِمۡ َو ۡجه‬
ِ ‫د‬A‫ك لِل‬A
ٰ ۡ َ ِ‫ق ٱهَّلل ۚ ِ ٰ َذل‬ ۡ
٣٠ ‫ون‬ ِ َّ‫ك ٱلدِّينُٱلقَيِّ ُم َولَ ِك َّن َأ ۡكثَ َر ٱلن‬
َ ‫اس اَل يَ ۡعلَ ُم‬ ِ ‫لِ َخل‬
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak

ada perubahan bagi fitrah Allah; (itulah) agama yang lurus, tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.’ (QS-Ar-Rum : 30, terjemahan

Departemen Agama RI)

Disamping ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadits shohih bukhari no.

1296

)‫صَرانِِه اَْو مُيَ ّج َسانِِه (رواه مسلم‬ ِِ ِ ِ ِ ِ


ّ َ‫َما م ْن َم ْولُْود يُ ْولَ ُد االّ َعلَى الْفطَْر ِة فَاََب َواهُ يُ َه ّو َدانه اَْو يُن‬

“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah

(kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanya lah

yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

(HR. Bukhori & Muslim)

Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa fitrah beragama pada

manusia telah dibawa sejak lahir. Fitrah inilah yang merupakan intisari

Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam.

Beberapa pengertian dari tokoh-tokoh :


13

a) Menurut KH. Toto Tasmara

Kecerdasan ruhaniah atau kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul

“Alamin dan seluruh ciptaan-Nya. Kecerdasan ruhaniah merupakan

bentuk kesadaran tertinggi yang berangkat dari keimanan kepada Allah

SWT. (Tasmara, 2001) hal 8

b) Menurut Dr. M. Utsman Najati

Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan seseorang dalam

memperhatikan keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik.

Rasulullah selalu mendidik sahabat yang mengalami keguncangan-

keguncangan kejiwaan dan cenderung berperilaku menyimpang.

Rasulullah mencerdaskan ruhani dengan :

Iman. Tidak pelak lagi bahwa iman dapat memperkuat sisi

ruhaniah manusia. Iman yang terdapat dalam hati manusia adalah sumber

ketenangan batin dan keselamatan jiwa.

Ibadah. Beribadah dapat menghapus kegelisahan yang timbul dari

perasaan berdosa dan memberikan perasaan tenang. Beribadah juga

mengajarkan banyak hal terpuji bagi manusia seperti sikap sabar, mampu

memegang kesulitan, melawan hawa nafsu, taat, teratur, mencintai dan

berbuat baik kepada manusia, membantu orang-orang yang

membutuhkan, saling tolong menolong dan solidaritas sosial. Hal tersebut

menjadi indikator penting dalam kesehatan jiwa.


14

Shalat. Shalat memiliki pengaruh besar dan efektif menyembuhkan

manusia dari dukacita dan gelisah. Allah memerintahkan manusia untuk

meminta pertolongan dengan shalat jika kesulitan dan duka cita

menghadang, karena shalat memberikan ketenangan dan kedamaian

dalam jiwa dan memberi energi ruhaniah yang luar biasa yang dapat

membantu menyembuhkan penyakit-penyakit fisik dan jiwa.

Puasa. Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan

mengontrol syahwat dan hwa nafsu pada diri manusia, serta dapat

meningkatkan solidaritas sosial dengan kecenderungan membantu

manusia dan merasakan penderitaan fakir miskin. (Najati, 2002) hal 100-

110

Haji. Haji mengajarkan manusia untuk mampu menanggung

kesulitan, melatih berjihad hawa nafsu dan mengontrol syahwat. Karena

orang yang melakukan haji dilarang bersenggama, tidak menyakiti

sesama dan tidak melakukan hal yang dibenci Allah. Haji juga mendidik

manusia untuk tidak takabur, ujub, dan tinggi hati. Karena semua

makhluk di hadapan Allah adalah sama tidak ada perbedaan antara si kaya

dan si miskin, najikan dan pelayannya.

Zikir dan Doa. Rasulullah menyatakan bahwa dengan zikrullah,

dapat memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa, dan doa

merupakan zikir dan ibadah.


15

Membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran adalah bentuk zikir yang

paling utama karena dapat membersihkan hati. (Najati, 2002) hal 112-119

c) Menurut Amr hasan Ahmad Badran

Ibadah mahdah seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya

sebenarnya adalah olah spiritual yang sering dilaksanakan. Hal itu

termasuk prinsip olah spiritual diri seseorang untuk membentuk pola

hidup yang baik agar menjadikan hidup ini bernilai ibadah.

Usaha-usaha untuk meningkatkan daya kecerdasan baik fisik,

mental maupun spiritual ternyata telah dilakukan oleh orang-orang shaleh

terdahulu dan berhasil seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, dan

Imam Syafi’i.

Adapun beberapa praktik olah spiritual yang juga harus

diperhatikan adalah : Meninggalkan kemaksiatan, bersyukur, meminta

sidoakan orang shaleh, mendirikan sholat dengan rutin. (Badran, 2011)

hal 65-70

d) Menurut Ary Ginanjar Agustin

Dalam buku ESQ berdasarkan 6 rukun iman dan 5 rukun islam,

Ary Ginanjar memberikan sebuah definisi tentang kecerdasan, yaitu

kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,

menuju manusia seutuhnya (Insan kamil), dan memiliki pola pemikiran


16

tauhidi (Integralistik), serta prinsip “Hanya kepada Allah SWT”.

(Agustian, 2007) hal 37

4. Pembentukkan Kecerdasan Spiritual

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukkan kecerdasan

spiritual diantaranya yaitu :

a. Selalu merasakan kehadiran Allah

Merasakan kehadiran Allah berarti menyadari bahwa Allah senantiasa

bersamanya, bahkan seluruh detak hatinya diketahui dan dicatat Allah

tanpa ada satupun yang tercecer. (Tasmara, 2001) hal 14

b. Berpikir tentang hari kiamat

Ruh seorang muslim niscaya akan kembali hidup, bila dirinya mau

merenungkan dan selalu memikirkan hari kiamat. Dikarenakan dengan

banyak memikirkan hari kiamat, diri kita akan selalu terdorong untuk

selalu bersikap istiqamah dan bersungguh-sungguh dalam mengharap ridha

Allah SWT.

c. Komitmen dan konsisten dengan takwa

Tidak ada terapi yang paling bagus dalam rangka menghidupkan ruh

manusia, kecuali dengan menanamkan sikap mental takwalah dalam hati

seseorang.

d. Komitmen dan konsisten dalam beribadah


17

Guna menghidupkan ruh kita supaya tetap dalam pijakan tauhid, maka

tidak ada sikap mental yang baik kecuali menanamkan konsistensi rasa

komitmen pengabdian yang ditindaklanjuti dengan sikap konsisten dan

pengabdiannya. (Muhammad, 2005) hal 8-10

e. Berdzikir dan Berdoa Kepada Allah

Dzikir memberikan makna kesadaran diri yang kemudian mendorong

dirinya secara sadar dan penuh tanggungjawab untuk melanjutkanmisi

hidup yang dinamis yaitu memberi makna melalui amal-amal shaleh.

(Tasmara, 2001) hal 17

5. Indikator Kecerdasan Spiritual

Pada hakekatnya orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi,

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Jujur

Salah satu dimensi kecerdasan spiritual terletak pada nilai kejujuran

yang merupakan mahkota kepribadian orang-orang yang mulia. Jujur

adalah menyatakan sesuatu apa adanya. Kejujuran adalah keseimbangan

antara lidah dan hati, antara lahir dan batin. Antara hati dan perkataan

harus sama, tidak boleh berbeda apalagi antara hati dan perbuatan.

(Tasmara, 2001) hal 189-190

Dalam hal ini, jujur menurut Toto Tasmara dikelompokkan menjadi

tiga macam, yaitu : (Tasmara, 2001) hal 191-201


18

1) Jujur Pada Diri Sendiri

Jujur pada diri sendiri mempunyai arti kesungguhan yang amat

sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan misi terhadap

untuk keberadaannya. Orang yang jujur pada diri sendiri akan

menampakkan dirinya yang sejati, apa adanya, lurus, bersih dan

otentik. Orang yang jujur tidak hanya mengungkapkan

keberadaannya tetapi juga bertanggung jawab atas seluruh ucapan

dan perbuatannya.

2) Jujur Terhadap Orang Lain

Jujur terhadap orang lain tidak hanya sekedar berkata dan berbuat

benar, namun berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Dalam hal ini, orang yang jujur terhadap orang lain memiliki sikap

empati yang sangat kuat sehingga ia mampu merasakan dan

memahami orang lain.

3) Jujur Terhadap Allah

Jujur terhadap Allah adalah dengan bertaubat. Bertaubat haruslah

diikuti dengan keyakinan, lalu diaplikasikan dengan perbuatan tulus

tanpa paksaan, dan berniat dengan kuat tidak akan mengulangi

kesalahannya lagi. Kejujuran kepada Allah dilakukan dengan sangat

khusyu sampai terasa ke hati. Pengakuan kepada Allah SWT dengan


19

kesadaran dan mengakui kesalahannya, baik yang dilakukan dengan

sadar maupu kesalahan yang tidak disadari.

b. Disiplin

Disiplin adalah taat pada tata tertib. Makna dari sikap disiplin dalam

beribadah itu sebaiknya tercermin dalam perilaku umat muslim sehari-

hari. Dalam kehidupan pribadi diperlakukan tata tertib yang mengikat diri

agar dapat memanfaatkan waktu yang ada. Dengan disiplin maka akan

terbentuk sikap tanggung jawab dan menghindari sikap malas. (Madjid,

Masyarakat Religius, 1995) hal 61

1) Disiplin belajar

Disiplin belajar dibagi empat macam, yaitu ketaatan terhadap tata

tertib sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, ketaatan

dalam mengerjakan tugas-tugas di sekolah, dan ketaatan terhadap

kegiatan di rumah. (Nurdinkhan, 2012) hal 5

2) Disiplin beribadah

Kedisiplinan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari islam.

Kedisiplinan islam tercermin dengan sangat jelas jikalau kita mampu

menafakuri setiap praktek ibadah dalam agama kita yang sempurna

ini. (Sarif, 2015) hal 3

3) Disiplin waktu
20

Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik.

Karena waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah

dengan bisa menggunakan waktu dengan baik.

c. Sabar

Sabar pada hakikatnya merupakan sikap berani dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan. Sabar adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan

kesulitan hati dan berserah diri kepada Allah dengan penuh kepercayaan

menghilangkan segala keluhan dan berperang dalam hati sanubari dengan

segala kegelisahan. Sabar juga diartikan sebagai sikap yang dapat

menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa

sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari

kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Sabar yang dimaksudkan di sini

adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar lalu diakhiri dengan ridha dan

ikhlas. (Mahyuddin, 2003) hal 10

1) Sabar dalam taat kepada Allah SWT

Dalam menaati perintah Allah, terutama dalam beribadah kepadanya

diperlukan kesabaran. Karena pada hakikatnya Allah menciptakan

makhluk di dunia ini untuk beribadah kepada Allah SWT. Adapun

sabar dalam menjalankan ibadah dasarnya adalah prinsip-prinsip

islam yang lazim dan pelaksanaannya perlu pelatihan. Misalnya


21

shalat, yaitu kewajiban yang diperlukan kesabaran dalam

menjalankannya. Firman Allah :

١٣٢ ..…‫ٱصطَبِ ۡر َعلَ ۡيهَ ۖا‬


ۡ ‫صلَ ٰو ِة َو‬ َ َ‫َو ۡأ ُم ۡر َأ ۡهل‬
َّ ‫ك بِٱل‬

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengajarkannya….. (QS. Thaha/20 : 132,

terjemahan Departemen Agama RI)

Allah menganjurkan kepada umat islam untuk menjaga diri dan

keluarganya dari api neraka. Salah satunya yaitu dengan cara

mendirikan shalat. Sabar disini merupakan sikap menahan diri dari

berbagai kesulitan dan rasa berat dalam menjalankan ibadah misalnya

shalat. Shalat harus dilakukan secara khusyuk dan penyerahan diri

secara total. Dalam hal ini pasti banyak ditemui berbagai rintangan

berupa godaan yang selalui menghantui pikiran sehingga sholat kita

tidak khusyuk atau hendak memulainya saja terasa berat dan kadang-

kadang ditunda-tunda.

2) Sabar dari keiinginan hawa nafsu

Hawa nafsu menginginkan segala macam kenikmatan hidup,

kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan semua itu

diperlukan kesabaran. Jangan sampai semua kesenangan hidup dunia

itu membuat seseorang lupa diri apalagi lupa Tuhan. Dewasa ini

banyak sekali godaan-godaan seperti pergaulan bebas, narkoba,


22

tawuran, dan lain sebagainya yang kerap memicu emosi diri. Oleh

Karena itu, sabar dalam hal ini yaitu dengan mengendalikan hawa

nafsu sehingga terwujud iman yang kokoh.

3) Sabar menerima cobaan hidup

Cobaan hidup baik fisik maupun non fisik akan menimpa semua

orang, baik berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-

orang yang dicintai, kerugian harta benda dan lain sebagainya.

Cobaan seperti itu bersifat alami dan manusiawi, oleh sebab itu tidak

ada seorangpun yang dapat menghindar. Yang diperlukan adalah

menerimanya dengan penuh kesabaran, seraya mengembalikan segala

sesuatunya kepada Allah SWT. (Ilyas, 2007) hal 134-136. Orang

yang sabar akan menerima penderitaan dan cobaan dengan penuh

ketabahan dan ia melihatnya sebagai bagian dari kenikmatan Allah.

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah menanggung dan memberi jawaban,

sebagaimana di dalam Bahasa inggris kita kenal responsibility, yaitu able

to respond. Dengan demikian pengertian takwa yang kita tafsirkan

sebagai tindakan bertanggung jawab dapat didefinisikan sebagai sikap

dan tindakan seseorang dalam menerima sesuatu sebagai amanah dengan

penuh rasa cinta ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan amal

shaleh. (Tasmara, 2001) hal 2-3. Allah berfirman :


23

ٓ
َ ‫لُّ ُأ ْو ٰلَِئ‬AA‫َؤ ا َد ُك‬A ُ‫ص َر َو ۡٱلف‬
‫ك‬ َ َ‫ك بِ ِهۦ ِع ۡل ۚ ٌم ِإ َّن ٱلسَّمۡ َع َو ۡٱلب‬
َ َ‫س ل‬ ُ ‫َواَل تَ ۡق‬
َ ‫ف َما لَ ۡي‬

٣٦ ‫سُٔواٗل‬
‍ۡ ‫ان َع ۡنهُ َم‬
َ ‫َك‬
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan

hati, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya (QS Al-Isra : 36,

terjemahan Departemen Agama RI)

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia harus bertanggung jawab

dengan segala yang diucapkannya dan diperbuatnya karena seluruh

anggota tubuh manusia akan diminta pertanggung jawaban kelak di

akhirat.

1) Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang

untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan

kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa

memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri

menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral namun

manusia juga seorang pribadi.

2) Tanggung jawab terhadap masyarakat/orang lain

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain,

sesuai dengan kedudukannya sebagai akhluk sosial. Karena

membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan


24

manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini

merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung

jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan

hidupnya dalam masyarakat tersebut.

3) Tanggung jawab terhadap Tuhan

Allah menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung

jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai

tanggung jawa langsung terhadap Allah. Sehingga dikatakan tindakan

manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. (Kohar, 2012) hal

e. Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan hal yang mesti dilakukan oleh sesama

manusia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Tolong menolong

sebagaimana yang dianjurkan dalam islam tidaklah membedakan

golongan. Sebagaimana diungkapkan oleh Moh. Rifa’i bahwa hendaknya

kita mengetahui bahwa islam menyuruh umatnya untuk tolong menolong,

bantu membantu dengan seluruh masyarakat dengan tidak membedakan

golongan. (Rifai, 1993) hal 26, Sebagaimana firman Allah :

… ‫د ٰ َو ۚ ِن‬Aۡ A‫وا َعلَى ٱِإۡل ۡث ِم َو ۡٱل ُع‬ ۖ


َ A‫وا َعلَى ۡٱلبِ ِّر َوٱلتَّ ۡق َو ٰى َواَل تَ َع‬
ْ ُ‫اون‬A ْ ُ‫اون‬
َ ‫… َوتَ َع‬

٢
25

“….Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan

pelanggaran…” (QS Al-Maidah : 2, terjemahan Departemen Agama RI)

Bentuk-bentuk tolong menolong dibedakan berdasarkan tingkat

pengorbanan pelaku ke dalam tiga bentuk tindakan (Evalina, 2010) hal

33, yaitu :

1) Favor

Favor dapat diartikan sebagai tindakan membantu orang lain, dimana

usaha membantu tersebut tidak banyak membutuhkan pengorbanan

(pengorbanan yang kecil). Pengorbanan yang dimaksudkan di sini

berupa pengorbanan tenaga/usaha dan waktu.

2) Donation

Perilaku ini disebut juga dengan perilaku menyumbang terhadap

seseorang atau organisasi yang memerlukan. Tindakan ini

memerlukan pengorbanan materi berupa uang atau barang.

3) Intervention of emergency

Intervention of emergency merupakan perilaku memberikan bantuan

kepada orang lain yang dilakukan dalam kondisi stressfull atau pada

situasi gawat darurat, dengan kemungkinan keuntungan yang sangat

kecil bagi yang melakukan. Dalam melakukan tindakan ini dapat

mengundang ancaman keselamatan diri.

f. Rendah Hati
26

Rendah hati yang sehat memberi perasaan bahwa kita adalah

pemain dalam drama besar dan membuat kita lebih sadar akan sifat-sifat

baik dan prestasi-prestasi orang lain yang membantu keberhasilan kita.

Berikut ini adalah sejumlah karakteristik atau ciri-ciri dari seseorang yang

memiliki sifat rendah hati : (Budhi, 2010) hal 18

1) Mau melayani

Manusia lebih cenderung ingin dilayani, diberi hak-hak istimewa,

diutamakan dan dihormati. Sifat mau melayani dimulai dari dalam

diri. Mau melayani menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan

perubahan karakter. Hal tersebut dimulai dari dalam dan kemudian

bergerak ke luar untuk melayani orang lain.

2) Rela Memaafkan

Rela memaafkan merupakan siri seseorang yang rendah hati. Bahkan

dalam setiap agama dikatakan bahwa kita harus mau mengampuni

kesalahan orang lain, Karena Tuhan juga maha pengampun. Rela

memaafkan justru lebih ditujukan kepada kepentingan kita sendiri,

untuk menghindarkan kita dari penyakit hati.

3) Memandang setiap individu unik, istimewa dan penting

Pribadi yang rendah hati biasanya justru memandang bahwa orang lain

sebagai ciptaan Tuhan memiliki keunikan dan keistimewaan, sehingga

dia senantiasa membuat orang lain merasa penting.

g. Kesadaran Diri
27

Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan

spiritual yang tinggi. (Danah Zohar, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan

Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai

Kehidupan, 2001) hal 252. Salah satu ukuran ketinggian spiritual kita

adalah sejauh mana kita dapat menjaga kesadaran diri kita setiap saat.

Inilah yang disebut mindfulness yaitu hidup dalam kesadaran dan

keterjagaan pikiran. Mindfulness membuat kita lebih fokus.

Tanpa kesadaran diri, manusia berjalan di rimba kehidupan tanpa

arah dan kembali. Hawa nafsu yang merajalela akan membuat kesadaran

diri terkalahkan secara mutlak. Kesadaran diri akan terus terjaga bilamana

akal budi selalu bersih dan seimbang. Orang-orang yang memiliki

kesadaran diri yang tinggi akan selalu berpikir beberapa kali salam

merespons setiap situasi, ia selalu bertindak penuh perhitungan,

pertimbangan dan hati-hati. (Sidharta, 2006) hal 45-46. Indikator

kesadaran diri diantaranya : (Nazirman, 2012)

1) Tahu dan mengerti dengan apa yang diucapkan dan yang dilakukan

2) Mengenal dan memahami serta menerima diri dengan berbagai

bentuk kelebihan dan kekurangan

6. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Beberapa fungsi kecerdasan spiritual, antara lain:

a. Mendidik hati menjadi benar


28

Ada 2 metode mendidik hati menjadi benar, antara lain:

1) Jika kita mendefinisikan diri kita sebagai bagian dari kaum beragama,

tentu kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana

kecerdasan spiritual bisa mendidik hati anak untuk menjalin hubungan

kemesraan kepada Allah SWT. (Sukidi, 2004) hal 28. Sebagaimana

dalam firman Allah surat Ar-Ra’d (13), ayat 28

‫ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ تَ ۡط َمِئ ُّن‬AAAِ‫ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ۗ ِ َأاَل ب‬AAAِ‫وبُهُم ب‬AAAُ‫وا َوتَ ۡط َمِئ ُّن قُل‬AAA
ْ ُ‫ين َءا َمن‬
َ ‫ٱلَّ ِذ‬

٢٨ ُ‫ۡٱلقُلُوب‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingati Allah-lah

hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d (13) : 28, terjemahan

Departemen Agama RI)

2) Implikasinya secara horizontal, yaitu kecerdasan spiritual mendidik

hati kita kedalam budi pekerti yang baik dan moral yang beradab.

b. Kecerdasan spiritual dapat mengantarkan kepada kesuksesan

c. Kecerdasan spiritual dapat membuat manusia memiliki hubungan yang

kuat dengan Allah SWT. Ini akan berdampak pada kepandaian dia

berinteraksi dengan manusia lainnya, karena dibantu oleh Allah yaitu hati

manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. (Abdullah, 2005) hal 181

d. Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk meraih kebahagiaan hidup

hakiki. (Sukidi, 2004) hal 103


29

e. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan

dengan kebermaknaan hidup agar hidup kita menjadi lebih bermakna.

f. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual, dalam pengambilan keputusan

cenderung akan melahirkan keputusan yang terbaik, yaitu keputusan

spiritual. Keputusan spiritual itu adalah keputusan yang diambil dengan

mengedepankan sifat-sifat Ilahiah dan menuju kesabaran mengikuti Allah

Ash-Shabuur atau tetap mengikuti suara hati untuk memberi atau taqarub

kepada Al-Wahhaab dan tetap menyayangi, menuju sifat Allah Ar-Rahim.

(Agustian, 2007) Hal 162. Allah menerangkan hal ini dalam firman-Nya

pada surat Al An’am, 6 : 57 sebagai berikut :

‫ون بِ ۚ ِٓۦه ِإ ِن‬


َ ُ‫تَ ۡع ِجل‬A‫ا تَ ۡس‬AA‫قُ ۡل ِإنِّي َعلَ ٰى بَيِّنَ ٖة ِّمن َّربِّي َو َك َّذ ۡبتُم بِ ِۚۦه َما ِعن ِدي َم‬

٥٧ ‫ين‬
َ ِ‫صل‬ َّ ۖ ‫ۡٱلح ُۡك ُم ِإاَّل هَّلِل ۖ ِ يَقُصُّ ۡٱل َح‬
ِ َ‫ق َوهُ َو َخ ۡي ُر ۡٱل ٰف‬
Katakanlah: “Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata (Al-

Qur’an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padauk

apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya.

Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang

sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yan paling baik”. (terjemahan

Departemen Agama RI)

g. Kecerdasan Spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dan kecerdasan spiritual ini


30

adalah kecerdasan tertinggi manusia. (Danah Zohar, SQ Kecerdasan

Spiritual, 2014) hal 20

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

a. Definisi Hasil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata hasil adalah

sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha

(tanam-tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dan sebagainya).

(Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat,

2008) hal 513

b. Definisi Belajar

Noehi Nasution (1998 : 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti

luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya

atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya

respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah

baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya

perubahan sementara karena sesuatu hal. (Wahab, 2016)


31

c. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan

yang tidak tahu menjadi tahu. (Hamalik, 2007) hal 30

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya

yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang

yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi

dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa

dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas

dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih

baik.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar atau prestasi

belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu :

a. Faktor-faktor intern, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Diantara faktor-

faktor intern yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah

antara lain :
32

1) Kecerdasan/intelegensi

2) Bakat

3) Minat

4) Motivasi

b. Faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Yang termasuk faktor-faktor ini antara lain :

1) Keadaan lingkungan keluarga

2) Keadaan lingkungan sekolah

3) Keadaan lingkungan masyarakat

Kedua uraian pendapat tersebut di atas kurang mempresentasikan ke

semua faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang.

Masih banyak faktor-faktor lain yang belum tercover di dalamnya. Oleh

karenanya, untuk melengkapi kedua pendapat tersebut, penulis sajikan

pandangan Muhibbin Syah mengenai hal tersebut. Menurut beliau, faktor-

faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah,

secara garis besar dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu :

a. Faktor Internal (Faktor dari dalam diri peserta didik), yakni,

b. keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-

faktor internal antara lain adalah :


33

1) Faktor fisiologis

Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan

dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang

kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

2) Faktor psikologis

Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah antara lain : inteligensi, perhatian, minat,

motivasi, dan bakat.

c. Faktor Eksternal, yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun

yang termasuk faktor-faktor ini antara lain :

1) Faktor sosial, yang terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, dan lingkungan masyarakat

2) Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah,

keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan

sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan

siswa.

d. Faktor Pendekatan Belajar (Approuch to learning), yakni jenis upaya

belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. (Wahab, 2016)


34

3. Pengukuran Hasil Belajar

Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi

atau menilai tingkat keberhasilan atau prestasi belajar, yakni 1) Norm-

referencing atau Norm-referenced assessment, dan 2) Criterion-referencing

atau Criterion-referenced assessment. Di Indonesia, pendekatan-pendekatan

tersebut lazim disebut dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian

Acuan Kriteria (PAK).

a. Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Assesment)

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan PAN (Penilaian Acuan

Norma), hasil belajar seorang peserta didik diukur dengan cara

membandingkannya dengan hasil yang dicapai teman-teman sekelas atau

sekelompoknya. Penilaian didasarkan atas penilaian murid dibandingkan

dengan hasil seluruh kelas.

b. Penilaian Acuan Kriteria (Criterion Referenced Assesment)

Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaian Acuan Kriteria) merupakan

proses pengukuran hasil belajar dengan cara membandingkan pencapaian

seorang peserta didik dengan berbagai ranah perilaku yang telah ditetapkan

secara baik (well-defined domain behaviour) sebagai patokan absolut. Oleh

karena itu, dalam mengimplementasikan dalam pendekatan PAK ini

diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran,

baik secara umum maupun khusus. (Wahab, 2016)


35

C. Definisi Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:742), kata

pengaruh yakni daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang

ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang.

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun

benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh

terhadap orang lain. (Poerwandaminta:731)

Bila ditinjau dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang

memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada.


36

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian tentang kecerdasan spiritual sebelumnya yaitu

sebagai berikut :

No Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan

1 Husnawati Pengaruh Hasil penelitian Teknik pengambilan


(2014) Kecerdasan menunjukkan bahwa sampel yang
Spiritual kecerdasan spiritual digunakan Husnawati
Terhadap mempunyai pengaruh menggunakan teknik
Prestasi Belajar yang sangat kuat Purposive Sampling,
Siswa Di (tinggi) terhadap hasil sedangkan dalam
Madrasah belajar siswa. Hal ini penelitian ini penulis
Aliyah Al- dapat dilihat dari menggunakan teknik
Mawaddah perolehan perhitungan Disproportionate
Jakarta Selatan korelasional antara Stratified Random
kecerdasan spiritual Sampling.
dengan prestasi belajar
yaitu sebesar 0,979 dan
setelah dikonsultasikan
pada table nilai “r”
berada di posisi 0,90-
1,00 yang berarti
terdapat korelasi yang
signifikan.

2 Jahyuni Hubungan Diperoleh angka Dokumentasi pada


(2010) antara korelasi dari variabel x penelitian ini penulis
kecerdasan dan y yaitu 0,347, hasil mengambil nilai rata-
37

spiritual dengan korelasi ini rata raport siswa dari


prestasi belajar menunjukkan bahwa seluruh mata pelajaran
bidang studi antara variabel x dan y semester genap,
akidah akhlak di memiliki korelasi yang sedangkan pada
Mts Nurul Iman lemah. Dengan penelitian yang
Rajeg demikian kecerdasan dilakukan Jahyuni
Tangerang spiritual mempengaruhi dokumentasinya
prestasi belajar tetapi mengambil nilai hasil
tidak erat hubungannya belajar pada bidang
dan tidak selalu studi akidah akhlak
menghasilkan prestasi saja
akidah akhlak yang
baik

3 Fatkhul Pengaruh Terdapat pengaruh Dalam penelitian


Munir kecerdasan kecerdasan intelektual tersebut Fatkhul
(2016) intelektual dan dan kecerdasan spiritual meneliti dua variabel
kecerdasan secara bersama independen sekaligus
spiritual terhadap prestasi belajar yaitu variabel
terhadap prestasi Bahasa Arab (nilai F kecerdasan intelektual
belajar Bahasa hitung 5.479, dan kecerdasan
Arab siswa Mts signifikansi 0.000, dan spiritual sehingga
Sudirman nilai Ftabel sebesar pada tahap analisis
Pracimantoro 2.03693). menggunakan analisis
Wonogiri regresi linier
berganda.
38

E. Kerangka Berpikir

Faktor internal yang berperan penting dalam ketercapaian keberhasilan

belajar adalah intelegensi atau kecerdasan. Menurut Slamento (2003:56)

intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.

Kecerdasan intelektual besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya

seseorang mempelajari suatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang

yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang

kurang cerdas.

Namun kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang berhasil

mempelajari sesuatu, tanpa adanya kecerdasan emosional. Karena kecerdasan

emosional ini merupakan suatu keterampilan yang mencakup kesadaran diri dan

kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, dan motivasi diri, empati dan

kecakapan sosial.

Landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional secara efektif adalah kecerdasan spiritual, sebab kecerdasan

spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan nilai dan makna.

Indikator kecerdasan spiritual adalah kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh

visi dan nilai, holisme, kepedulian, merayakan keragaman, independensi terhadap

lingkungan, kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental


39

“mengapa?”, kemampuan membingkai ulang, memanfaatkan kemalangan secara

positif, rendah hati dan rasa keterpanggilan.

Spiritualitas siswa yang cerdas mampu membantu dalam pemecahan

permasalahan-permasalahan dalam mencapai keberhasilan belajar, sehingga siswa

dapat bersikap tenang dalam menghadapi masalah-masalah atau kendala-kendala

tersebut sehingga kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap hasil belajar

siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

Husnawati (2014) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai

pengaruh yang sangat kuat (tinggi) terhadap hasil belajar siswa.

KECERDASAN SPIRITUAL
1. Jujur
2. Disiplin
3. Sabar Hasil Belajar
4. Tanggung Jawab Siswa
5. Tolong Menolong Berdasarkan Nilai
6. Rendah Hati Raport
7. Kesadaran Diri

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


40

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap

hasil belajar siswa

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap hasil

belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai