Anda di halaman 1dari 9

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI TANAH AIR

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk mengikuti event lomba

Open Access Indonesia: Essay Competition For Open Issues Awareness Raising in 2020

Dengan sub teman:

“Pentingnya Sains Terbuka Di Tanah Air”

Ditulis oleh :

MUHAMMAD SHIDDIQ NUR FATTAH

Asal Instuisi:
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Muslim Indonesia
Sulawesi Selatan
PENTINGNYA SAINS TERBUKA DI TANAH AIR

Oleh: Muhammad Shiddiq Nur Fattah

Secara konseptual „sains terbuka‟ adalah ilmu pengetahuan yang transparan dan dapat diakses,
yang tersebar dan berkembang melalui jaringan kerjasama. Dalam pengertiannya sebagai sebuah
aksi, „sains terbuka‟ adalah sebuah gerakan yang bertujuan agar penelitian ilmiah dalam bentuk
data dan publikasi dapat diakses oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan yang
membutuhkan. Sains terbuka juga menjadi istilah generic untuk beberapa konsep terbuka
lainnya, yaitu, Akses terbuka (Open Access), Data terbuka (Open Data), Sumber terbuka (Open
Source).

Sains terbuka adalah anti-tesis dari sains komersial yang eklusif. Telah lama ada anggapan
bahwa ilmuwan hidup di menara gading, terisolasi dari realitas di sekitarnya. Sebab, tidak mudah
bagi kita mengakses secara luas hasil karya dan pemikiran mereka, akibat dominasi penerbit
komersial yang mengkapitalisasi ilmu pengetahuan.

Masyarakat awam yang memiliki keterbatasan finansial di Negara-negara berkembang misalnya,


tidak mampu mengakses hasil penelitian dari Negara maju karena terhalang biaya akses
(paywall) yang amat mahal. Biaya akses satu artikel di Elsevier Belanda, misalnya, sekitar
US$30 per view (tayang). Maksudnya, pembelian per tayang ini hanya berlaku satu kali dengan
hak akses selama 24 jam dan kesempatan mencetak artikel yang di beli dalam durasi tersebut.
Bahkan para ilmuwan pun harus membayar untuk membaca karya mereka sendiri.

Selain itu, keterbatasan sumber daya dan infrastruktur membuat Negara-negara berkembang sulit
mengimbangi perkembangan riset dan inovasi Negara-negara maju. Kondisi kesenjangan ini
yang melahirkan gagasan bahwa ilmu pengetahuan tidak seharusnya dikomersilkan, sehingga
melahirkan gerakan Sains Terbuka (Open Science).

Maka dari itu, peranan sains terbuka di era modernisasi di dunia khususnya Indonesia sangat di
butuhkan dalam dunia ilmiah maupun penelitian lebih lanjut oleh para ilmuwan yang mana
sumber daya yang berkaitan dapat di akses dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang
membutuhkan. Seberapa pentingkah peranan sains terbuka di tanah air ?
Open Science ini sebenarnya bukan barang baru. Tapi menjadi sangat baru di Indonesia karena
gempuran kapitalisasi ilmu mulai mencengkram kita. Sebut saja beberapa PTN/PTS mewajibkan
indeksasi „Scopus‟. Dan urusan ini hanya untuk mengejar ukuran metric. Memang angka itu
penting, tapi esensi hitungan angka kadang tidak selalu berkorelasi dengan etika publikasi dan
etika ilmiah itu sendiri. Belajar beretika publikasi kita merujuk pada COPE. Disitu dijelaskan
bagaimana seorang „author‟ dan „editor‟ bahkan „publisher‟ melakukan pekerjaan terkait
publikasi ilmiah. Tentu saja saya baru membaca sebagian, karena sebagai ilmuwan pemula-
sekali-masih banyak yang perlu di pelajari. Saya ada di tahap itu.

“Science 2.0‟ describes the on-going evolution in the modus operandi of doing research and
organizing science. These changes in the dynamics of science and research are enabled by
digital technologies and driven by the globalization of the scientific community, as well as the
increasing societal demand to address the Grand Challenges of our times. They have an impact
on the entire research cycle, from the inception of research to its publication, as well as the way
in which this cycle is organized” : (Sains 2.0‟ menggambarkan evolusi yang sedang berlangsung
dalam modus operandi melakukan penelitian dan mengorganisir ilmu. Perubahan-perubahan
dalam dinamika ilmu pengetahuan dan penelitian ini di mungkinkan oleh teknologi digital dan
didorong oleh globalisasi komunitas ilmiah, serta meningkatnya permintaan masyarakat untuk
mengatasi tantangan besar di zaman kita. Mereka memiliki dampak pada seluruh siklus
penelitian hingga publikasi, serta pada cara dimana siklus ini diselenggarakan).

Tahun 2014, Komisi Uni Eropa sudah membicarakan ini dalam Document Public Consultation
yang menghasilkan sebuah pemikiran tentang perubahan konsep ilmu pengetahuan terutama di
era web 2.0. Definisi diatas kemudian menjadi rujukan bagi pengembangan Open Science.

Kemudian 2015 OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development)


mengeluarkan sebuah policy paper no. 25 yang menjelaskan berjudul making open science a
reality. “Open science commonly refers to efforts to make the output of publicly funded research
more widely accessible in digital format to the scientific community, the business sector, or
society more generally. Open science is the encounter between the age-old tradition of openness
in science and the tools of information and communications technologies (ICTs) that have
reshaped the scientific enterprise and require a critical look from policy makers seeking to
promote long-term research as well as innovation‟ : (Sains terbuka biasanya mengacu pada
upaya untuk membuat output dari penelitian yang didanai public lebih mudah diakses dalam
format digital untuk komunitas ilmiah, sector bisnis, atau masyarakat secara lebih umum. Sains
terbuka adalah pertemuan antara tradisi lama keterbukaan dalam sains dan alat teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang telah membentuk kembali perusahaan ilmiah dan
membutuhkan pandangan kritis dari para pembuat kebijakan yang ingin mempromosikan
penelitian jangka panjang serta inovasi).

Puncak dari perkembangan mengenai open science sendiri terjadi setahun setelahnya, 2016
setelah muncul definisi baru oleh Komisi Uni Eropa. “Open science represents a new approach
to the scientific process based on coorperative work and new ways of diffusing knowledge by
using digital technologies and new collaboratve tools. The idea captures a systematic change to
the wa science and research have been carried out for the last fifty years: shifting from standard
practice of publishing research results in scientific publications towards sharing and using all
available knowledge at an earlier stage in research process” : (Sains Terbuka mewakili
pendekatan baru untuk proses ilmiah berdasarkan kerja koorperatif dan cara-cara baru
penyebaran pengetahuan dengan menggunakan teknologi digital dan alat kolaborasi baru.
Gagasan ini menangkap perubahan sistematik pada cara sains dan penelitian telah dilakukan
selama lima puluh tahun terakhir: bergeser dari praktik standar penerbitan hasil penelitian dalam
publikasi ilmiah kea rah berbagi dan menggunakan semua pengetahuan yang tersedia pada tahap
awal dalam proses penelitian).

Singkatnya, Open Innovation, Open Science, Open to the World. Karena definisi yang pasti dan
baku tentang open science tidak ada sampai saat ini. Public mengartikan secara enak dengan
menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan itu milik semua orang. Bukan komoditi ekonomi saja,
bukan juga milik elitis.

Apa manfaat Sains Terbuka? Masyarakat luas harus dapat merasakan hasil penelitian yang
didanai oleh public. Dalam Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 46, ayat 2: “Hasil penelitian wajib disebarluaskan..” ( UU RI tentang Pendidikan Tinggi,
No. 12 Tahun 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia No. 158 (2012)). Selanjutnya, dalam
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, Pasal 27 dinyatakan: “Setiap orang berhak untuk
… turut mersakan kemajuan dan manfaat ilmu pengetahuan” (Deklarasi HAM Tahun. 1948).
Manfaat sains terbuka:

- Bagi ilmu pengetahuan, sains terbuka meciptakan proses riset yang lebih transparan,
lebih mudah diverifikasi, lebih cepat, lebih efisien, lebih reproduktif dan berkelanjutan.
Dan oleh karena itu mendorong akselerasi pengembangan pengetahuan.
- Bagi kalangan usahawan, sains terbuka meningkatkan kapasitas inovatif karena mereka
mendapatkan manafaat langsung dari informasi public dan memanfaatkannya, kemudian
memadukannya dengan pengetahuan mereka untuk mengembangkan produk dan proses
yang inovatif.
- Bagi masyarakat umum, organisasi sosial, pemerintah, para guru, praktisi medis, pasien,
dan kelompok maupun individu yang berada diluar lingkup sains akan mendapatkan
manafaat dari sains terbuka karena mereka dapat mengakses dan memanfaatkan
informasi limiah secara langsung.

Sains terbuka memberikan kebebasan bagi peneliti dan mendorong kreativitas mereka
(Frankenhuis & Nettle, 2108).

Jika bermanfaat, apa hambatannya? Salah satu alasan yang membuat ilmuwan enggan
membagi karyanya adalah kekhawatiran bahwa ide atau data mereka “dicuri” lalu dipublikasikan
oleh orang lain. Jika itu terjadi, mereka menganggap riset mereka tidak lagi mengandung unsur
kebaruan dan berujung pada tertolaknya artikel mereka di jurnal bereputasi.

Gagal dimuat di jurnal kredibel akan mengurangi peluang mereka untuk mendapatkan dana
penelitian, insentif, dan promosi. Tanpa dana, penelitian tidak akan berjalan dan pada akhirnya
akan berakibat buruk pada jenjang karir mereka.

Kekhawatiran ini sebenarnya tidak beralasan karena justru dengan membaginya maka akan
banyak orang yang tahu ide-ide kita. Keterbukaan justru semakin menegaskan jejak bahwa karya
itu milik kita.

Hambatan lain penerapan sains terbuka di Indonesia, seperti hasil telaah oleh Irawan dan
koleganya (jurnakis UGM), adalah rendahnya kepercayaan diri peneliti, praktek penelitian yang
meragukan, motivasi meneliti dan menulis yang lebih didominasi oleh keinginan untuk
mendapatkan keuntungan finansial dan jenjang karir ketimbang pengembangan keilmuwan.
Apa keuntungannya? Dalam konteks Indonesia, hamper semua penelitian didanai oleh
pemerintah dank arena itu wajib dipublikasikan. Saya berpandangan bahwa pembiyaan riset yang
berasal dari pajak masyarakat, harus dibagikan secara terbuka dan tidak seharusnya disimpan di
balik dinding komersialisasi.

Penerbit komersial seperti Elsevier Belanda, misalnya sudah lama mendapatkan kritik keras dari
komunitas akademik karena melakukan hiperkomersialisasi. Hasil penelitian yang dibiayai oleh
public, dijual kembali kepada perpustakaan dengan biaya langganan yang sangat tidak masuk
akal. Harga berlangganan sebuah jurnal Thin Solid Films, misalnya bisa mencapai US$16.000
per tahun.

Perpustakaan punya peran besar dalam gerakan keterbukaan dengan melepaskan cengkraman
penerbit komersial. Sejak 2008, misalnya tidak kurang dari 40 perpustakaan perguruan tinggi
besar dunia di Amerika dan Eropa telah membatalkan langganan jurnalnya dengan beberapa
penerbit komersial.

Bagi para ilmuwan, penerapan sains terbuka memberikan keuntungan berupa peningkatan sitasi,
visibilitas, peluang kerja sama dan kesempatan untuk mendapatkan dana penelitian menjadi lebih
transparan dan mudah diverifikasi.

Transparansi penelitian dapat diverifikasi melalui proses replikasi yang dapat dilakukan, baik
oleh peneliti itu sendiri maupun peneliti lain. Dengan demikian kecurangan dalam penelitian
seperti pemalsuan data dan praktik penelitian yang meragukan dapat dihindari.

Bagi masyarakat awam, manfaat sains terbuka dapat memacu pengembangan inovasi dan
produksi. Sementara bagi para jurnalis, ini akan memudahkan mereka mendapatkan bahan berita
terkait perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Dengan dana riset yang belum besar, sudah saatnya pemerintah Indonesia mengadopsi kebijakan
sains terbuka untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimliki dengan kolaborasi dan
mendorong perubahan yang lebih besar.

Sebaiknya masyarakat memiliki kapasitas yang unggul agar dapat menelaah sains terbuka di era
revolusi industry ini dengan cermat dan dapat memanfaatkan ilmu yang telah disebar luaskan
oleh para ilmuwan. Karena telah terbukti bahwa sains terbuka sangatlah penting di tanah air kita
ini. Tanpa adanya sains terbuka yang telah di sebar luaskan, perkembangan zaman pun akan
semakin terhambat. Cukup sekian dari makalah essay yang saya buat, semoga dapat bermanfaat
bagi kehidupan khususnya kaum millennial agar dapat membangun bangsa kita lebih maju
sehingga hal tersebut menjadikan bangsa ini tidak hanya bangsa yang konsumtif saja namun
beranjak kejenjang produktif secara bertahap dan berproses untuk kedepan lebih baik.
Daftar Pustaka

http://id.m.wikipedia.org/wiki.Sains_terbuka

Vicente-Saez, R., & Martinez-Fuentes, C. (2018). Open Science now: A systemtic literature
review for an integrated definition. Journal of Business Research, 88, 428-436.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jbusres.2017.12.043

Irawan, D. E., Rachmi, C. N., Irawan, H., Abraham, J., Kusno, K., Multazam, M. T., … Holidin,
D. (2107). Penerapan Open Science di Indonesia agar riset lebih terbuka, mudah diakses, dan
meningkatkan dampak Saintifik. Berkala ilmu Perpustakaan dan Informasi, 13(1), 25-36.
http://dx.doi.org/10.22146/bip.17054

UU RI tentang Pendidikan Tinggi, Nomor 12 Tahun 2012 Lembaran Negara Republik Indonesia
No. 158 (2012). Retrived from
http//ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/In/2012/uu12 -2012bt.pdf

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia


http//www.komnasham.go.id/files/1475231326 -deklarasi-universal-hak-asasi--
$R48R63.pdf

http://www.openscience.nl.en.open-science/why-open-science/index

Frankenhuis, W. E., & Nettle, D. (2018). Open Science Is Liberating and Can
Foster Creativity. Perspectives on Psychological Science, 13(4), 439 -447.
http//dx.doi.org/10.1177/1745691618767878

Khaeruddin Kiramang. (2019). “Sains terbuka, mengapa penting bagi


Indonesia yang dan risetnya kecil”. TheConversation.com, 25 Februari 2019. Curtin
University, AU.

http://www.google.com.sg/amp/s/theconversation.com/amp/sains-terbuka-
mengapa-penting-bagi-indonesia-yang-dana-risetnya-kecil-111069
Ilham Akhsanu Ridlo. (2018). “Zaman Sains Terbuka”. Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNAIR, 06 November 2018. Surabaya, Jawa Timur.
http://fkm.unair.ac.id/zaman-sains-terbuka/

Anda mungkin juga menyukai