Anda di halaman 1dari 15

Pengurus Besar

IKATAN DOKTER INDONESIA

RUU Kesehatan
(Omnibus Law)
Amanah konstitusi UUD 1945 UU No.29/2004 tentang
Praktik Kedokteran
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera Pasal 44
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang • (1) Dokter atau dokter gigi dalam
baik dan sehat serta berhak menyelenggarakan praktik kedokteran
memperoleh pelayanan kesehatan wajib mengikuti standar pelayanan
kedokteran atau kedokteran gigi.
Pasal 34 Pasal 51
(3) Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
kesehatan dan fasilitas pelayanan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
umum yang layak. a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;

Kode Etik dan Sumpah Dokter menjadi


domain utama organisasi profesi untuk
menjaga profesionalisme anggota dan
perlindungan kepada pasien

Peran OP tidak dominan,


yang terpenting sinergisitas
untuk menghadirkan dokter
yang bermutu di tengah
masyaraka dan
keselamatan pasien
POLEMIK RUU Kesehatan (Omnibus Law)

Beredar Naskah
Akademik dan
Draft RUU
Kesehatan dengan
400 pasal lebih
yang menimbulkan
kontroversi
PB IDI dan PDGI diundang oleh Pusat Pemantau Pelaksanaan
UU, pd 26 Juli 2022, diskusi terkait evaluasi UU Praktik
Kedokteran. Rekomendasi PB IDI untuk tidak melakukan
perubahan dulu dari UU Praktik Kedokteran
Mencabu
9 Undang-Undang
t

Pada tanggal 20 September 2022, disetujui 32 RUU Prolegnas Perubahan Prioritas Tahun 2022, No.16 RUU
tentang Kesehatan (Omnibus law) Dalam Prolegnas Perubahan Ketiga tahun 2020-2024 tertulis RUU tentang
Sistem Kesehatan Nasional. File RUU tidak ada di website DPR RI
Namun masih ada RUU lain yang lex specialis tetap masuk Prolegnas.
.

Tentang Tenaga Kesehatan ASING

RUU KESEHATAN No …. Hlm 75. UU No 36 Tahun 2014 tentang TENAKES


Dokter dimasukkan Kembali kedalam kelompok Tenaga
Kesehatan “Pengguna Tenaga Kesehatan” dapat
mendatangkan tenaga kesehatan asing
atas dasar permintaan
Seharusnya pemanfaatan tenaga
kesehatan asing harus tetap
mempertimbangkan kebutuhan pelayanan
secara nasional, dan mempertimbangkan
distribusi dan pemanfaatan Dokter dan
Tenaga Kesehatan lain WNI
Bagaimana kesejahteraan dokter
Indonesia di masa depan?
.

Tentang STR
RUU KESEHATAN No …. Hlm 75. UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK
Dokter dimasukkan Kembali kedalam kelompok Tenaga
Kesehatan

STR berlaku tanpa jangka waktu,


bagaimana penjagaan mutu dokter selama
berpraktik? Di banyak negara Lisensi
tidak ada yang berlaku seumur hidup.
Tentang SIP
RUU KESEHATAN No …. Hlm 75.
UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK

Tidak ada lagi peran IDI di daerah untuk


memberikan rekomendasi. Pembinaan dan
pengawasan tidak ada melibatkan
organisasi profesi (berlaku ke semua
profesi). Bagaimana penjaminan mutu
pelayanan kepada masyarakat?
Tentang Majelis Penegakkan Disiplin
Tentang KKI dan KTKI (ad hoc)
RUU KESEHATAN No …. Hlm 75. UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK RUU KESEHATAN No …. Hlm 75. UU No 29 Tahun 2004 tentang PRADOK
Dokter dimasukkan Kembali kedalam kelompok Dokter dimasukkan Kembali kedalam kelompok
Tenaga Kesehatan Tenaga Kesehatan

KKI diposisikan di bawah Menteri, anggota akan dipilih oleh Menteri tanpa ada perwakilan dari unsur OP.
MKDKI diposisikan di bawah Menteri dalam bentuk Ad Hoc

Pernyataan Sikap 5 OP Kesehatan (IDI - PDGI - PPNI - IBI - IAI) bersama


YLKI terhadap RUU Kesehatan (Omnibus Law
25 September 202

Menolak penghapusan UU yang mengatur tentang Profesi Kesehatan


yang sudah ada dan mendorong penguatan UU tersebut
2

Organisasi Profesi Kesehatan diundang


Rapat Dengar Pendapat di BALEG DPR R
2-4 Oktober 2022
I

Audiensi ke Legislatif maupun ke


Eksekutif untuk menindaklanjuti sikap
terhadap RUU Kesehatan (Omnibus Law)
serta hal-hal lain berkaitan dengan
kepentingan masyarakat dan profesi
Hal paling urgent yang saat ini harus dilakukan pemerintah adalah
memperbaiki sistem kesehatan yang secara komprehensif berawal dari
pendidikan hingga ke pelayanan.

Sekian banyak tantangan seperti persoalan penyakit-penyakit yang belum


tuntas diatasi (mis. TBC, gizi buruk, kematian ibu-anak/KIA, penyakit-penyakit
triple burden yang memerlukan pembiayaan besar), peningkatan anggaran
kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah, pembiayaan kesehatan
melalui sistem JKN, dan pengelolaan data kesehatan di era kemajuan teknologi
serta rentannya kejahatan siber, haruslah dihadapi dengan melibatkan
stakeholder dan masyarakat.
IDI menolak RUU Kesehatan (Omnibus Law),
mendesak RUU ini dikeluarkan dari Prolegnas

Anda mungkin juga menyukai