Anda di halaman 1dari 57

PERCOBAAN 1

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

1. TUJUAN
Untuk menentukan jenis/identitas senyawa di dalam campurannya.

2. PERCOBAAN
2.1. Pemerian
Lakukan pengamatan terhadap “penampilan” beberapa zat uji berikut :
a. Kaliumheksasianoferat (III) b. Kaliumheksasianoferat (II)
c. Besi(II)Sulfat d. Tembaga(II)Sulfat
e. Amoniumklorida f. Kaliumbikromat
g. Besi(III)klorida h. Nikel(II)nitrat
i. Aluminiumklorida j. Natriumhidroksida

Catat pengamatan saudara di dalam tabel yang sistematis !

2.2. Kelarutan
(a) Periksalah kelarutan beberapa bahan uji berikut di dalam air suling dingin,
kemudian dipanaskan. Catat pengamatan pada kedua kondisi tersebut.
(1) Natriumklorida
(2) Asam benzoat
(3) Tembaga(II)sulfat
(b) Dengan menggunakan bahan uji yang sama, periksalah kelarutannya di dalam
asam sulfat encer dingin, kemudian dipanaskan.
(c) Periksa juga kelarutan ketiga zat tersebut di dalam alkohol absolut. Awas!
Tidak perlu dipanaskan.
Catatlah semua data kelarutan bahan uji dalam satu tabel pengamatan.

2.3. Reaksi nyala


(a) Bersihkan kawat nikrom NiCr dengan menggunakan amplas, kemudian
celupkan dalam asamklorida pekat, lalu bakarlah kawat sampai memijar.
Kawat terus dibersihkan dalam asam klorida pekat, lalu bakarlah kawat sampai
memijar. Kawat terus dibersihkan sampai bebas pengotor (ditunjukan dengan
tidak berubahnya warna “asli” dari api spirtus/bunsen).

1
(b) Ambillah sedikit serbuk bahan uji (kira-kira) seujung bulatan kawat, kemudian
bakarlah dalam nyala oksidasi (warna biru), segera amati nyala “baru” yang
terjadi.
(c) Lakukan pengamatan reaksi nyala untuk bahan uji berikut :
Natriumklorida, kaliumklorida, kalsium klorida, stronsiumklorida, barium
klorida dan boraks/asam borat.
Catatlah data pengamatan dalam satu tabel yang komunikatif !

2.4. Pembentukan gas


(a) Gas karbondioksida
Siapkan dua buah tabung dan sebuah pipa penghubung. Isikan tabung I dengan
serbuk natriumkarbonat dan tabung II dengan larutan air barit (BaOH) 2.
Usahakan ujung pipa yang satu tercelup dalam air barit.
Tambahkan sekitar 2 ml asamklorida kedalam tabung I dan segera tutup mulut
tabung dengan pipa penghubung. Goyangkan kedua tabung perlahan-perlahan,
dan amati larutan dalam tabung II. Catat pengamatan saudara !

(b) Gas asam sulfida


Masukkan sedikit besi(II)sulfida kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan asam klorida encer. Panaskan campuran dengan api kecil, dan gas
yang terjadi ditampung dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan
timbal asetat.

(c) Gas amonia


Masukkan sedikit amoniumklorida kedalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan larutan natriumhidroksida. Panaskan campuran dengan hati-hati,
dan tampung gas yang terjadi dengan kertas lakmus merah. Catatlah
pengamatan saudara.

3. BAHAN ANALISA
(a) Bagaimana mekanisme terjadinya reaksi nyala ketika zat dibakar ? Jelaskan dengan
teori struktur atom ?
(b) Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada proses pembentukan gas !
(c) Bagaimana saudara menjelaskan perbedaan kelarutan bahan uji di dalam air dan
pelarut bukan air (pelarut organik) ?

2
PERCOBAAN 2
REAKSI-REAKSI KHAS KATION
I. TUJUAN
Mengetahui sifat/ciri khas suatu kation dalam suatu reaksi.
II. PERCOBAAN
(1) Kation Golongan I
Kedalam masing-masing 1 ml larutan kation golongan I (disebut bahan uji)
ditambahkan tetes demi tetas larutan pereaksi sampai terjadi perubahan secara
visual.
Proses kerja dan pengamatannya dilakukan sesuai dengan tabel berikut :
Hasil Pengamatan pada
No PROSEDUR KERJA Tabung Kation
Pb(II) Hg(I) Ag(I)
1. Tambahkan lar. As-klorida
Tambahkan lar.amonium-hidroksida
Tambahkan air panas
2. Tambahkan lar. Amonium hidroksida
Lanjutkan sampai berlebih
3. Tambahkan lar. K-Iodida
Lanjutkan sampai berlebih
4. Tambahkan larK-Kromat
Tambahkan lar.amonium hidroksida
5. Tambahkan hidr.sulfida
Tambahkan lar.asamnitrat.
Lanjutkan dg pendidihan

(2) Kation Golongan II


Hasil Pengamatan pada Tabung
No PROSEDUR KERJA Kation
Hg(II) Bi(II) Cu(II) As(III)
1. Tambahkan hidr.sulfida
2. Tambahkan lar.Natriumhidroksida
3. Tambahkan lar.amonium hidroksida
4. Tambahkan lar.K-Iodida
5. Tambahkan lar. K.Sianida
6. Tambahkan lar.Dinatriumhidrogenposfat.
7. Tambahkan lar.Kalium heksasianoferat
(II)
8. Tambahkan lar.K-tiosianat
9. Tambahkan lar.peraknitrat
10. Lakukan test gutzeit (khas untuk arsen)

3
Test Gutzeit (Vogel : jilid I, hal.244)
Masukkan sekitar 1-2 gram seng bebas arsen kedalam tabung uji, kemudian
tambahkan 5-5 ml asam sulfat encer. Sumbat mulut tabung (posisi longgar) dengan
kapas yang telah dimurnikan, kemudian letakkan selembar kertas saring yang telah
dibasahi dengan larutan peraknitrat 20% pada mulut tabung uji.
Panaskan tabung secara perlahan selama dua menit, kemudian singkirkan kertas
saring, biasanya akan terlihat bercak coklat akibat kontaminasi arsen pada pereaksi.

Langkah kedua : singkirkan sumbat kapas, masukkan sekitar 1 ml larutan uji,


kemudian tabung disumbat kapas dan kertas perak nitrat kembali (awas posisi
kertas digeser agar bercak coklat tadi tidak menutupi mulut tabung).
Tabung dipanaskan kembali sekitar dua menit, amati timbulnya bercak pada kertas
yang dibasahi peraknitrat. Bila bahan uji mengandung arsen, akan timbul bercak
hitam pada kertas peraknitrat.

(3) Kation golongan III


Terdapat lima jenis kation golongan III yang dapat saudara periksa dengan
menggunakan pereaksi khusus. Pengerjaan dan pengamatannya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Hasil Pengamatan pada Tabung Kation
No PROSEDUR KERJA
Fe(II) Fe(III) Al(III) Ni(II) Zn(II)
1. Tambahkan lar.natriumhidroksida
2. Tambahkan lar.amoniumhidroksida
3. Tambahkan hidr. Sulfida
4. Tambahkan lar.K-sianida
5. Tambahkan lar.K-heksasianoferat
6. Tambahkan lar. diNatrium-
hidrogenpospat

4
(4) Kation Golongan IV
Beberapa reaksi khusus untuk kation-kation adalah ::
Hasil Pengamatan pada
No PROSEDUR KERJA Tabung Kation
Ba(II) Sr(II) Ca(II)
1. Tambahkan lar.amoniumhidroksida
2. Tambahkan lar.amoniumkarbonat
3. Tambahkan lar. Amonium oksalat
4. Tambahkan asam sulfat encer
5. Tambahkan lar.K-kromat

(5) Kation Golongan V


Kation-kation pada golongan V tidak kesamaan sifat sehingga pereaksi yang
digunakan untuk identifikasinya berlainan.
a) Magnesium (II)
Lakukan pengamatan terhadap reaksi antara magnesium(II) dengan pereaksi :
- larutan amonium hidroksida
- larutan natrium hidroksida
- larutan amonium karbonat
- larutan dinatrium hidrogen pospat
- larutan titan kuning
b) Kalium(I)
Lakukan pengamatan terhadap reaksi antara kalium(I) dengan asam tartrat dan
asam perklorat.
c) Natrium(I)
Lakukan pengamatan terhadap reaksnya dengan pereaksi zink-uranilasetat.
d) Amonium(I)
Reaksi positif akan terjadi bila kation ini direaksikan dengan larutan
natriumhidroksida dan larutan Nessler.

III. BAHAN ANALISIS


1. Tuliskan persamaan reaksi pada kation-kation di atas.
2. Bagaimana membedakan kation-kation berikut :
a) Besi(II) dengan besi(III)
b) Aluminium (III) dengan seng(II)
c) Bismut(III) dengan tembaga(II)
d) Barium(II) dengan kal sium (II)

5
PERCOBAAN 3
REAKSI-REAKSI KHUSUS ANION

I. TUJUAN
Mengetahui sifat/ciri khas suatu anion dalam suatu reaksi.

II. PERCOBAAN
1. Anion bikarbonat
Tambahkan kedalam larutan uji masing-masing larutan raksa(II) klorida dan
magnesium sulfat. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
2. Anion klorida
Siapkan dua buah tabung yang telah diisi dengan larutan uji. Tabung I ditambahkan
larutan peraknitrat, catat perubahannya, kemudian tambahkan larutan
amoniumhidroksida dan catat kembali perubahannya.
Tabung II ditambahkan larutan asam sulfat encer, kemudian dipanaskan. Hasil
reaksi berupa gas, diperiksa dengan lakmus biru dan baunya (hati-hati).
3. Anion bromida
Lakukan pemeriksaan yang sama dengan anion klorida, catat perbedaan yang dapat
dihasilkan oleh kedua anion tersebut.
4. Anion nitrat
Isikan larutan uji kedalam dua buah tabung. Tabung I ditambahkan larutan asam
sulfat encer, catat pengamatannya, kemudian tambahkan asam sulfat pekat, catatlah
kembali perubahannya.
Tabung II ditambahkan larutan besi(II) sulfat (yang harus disiapkan segar) dan
tambahkan tetes demi tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Tanpa
mengocok campuran dalam tabung, amati dan catat perubahan yang terjadi.
5. Anion nitrit
Lakukan prosedur kerja yang sama dengan pemeriksaan anion nitrat.
Catat perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan hasil pengamatan nitrat.
6. Anion sulfat
Kedalam dua buah tabung yang telah berisi larutan uji, tambahkan masing-masing
laruan barium(II) klorida dan timbal(II) asetat. Catat perubahan yang terjadi.
7. Anion tiosulfat
Kedalam dua buah tabung yang telah berisi larutan uji ditambahkan masing-masing
larutan iodium dan larutan bariumklorida. Catat pengamatan pada kedua tabung.

6
8. Anion tiosianat
Kedaloam dua tabung yang berisi larutan uji ditambahkan masing-masing larutan
tembaga(II)sulfat dan besi(III)klorida. Catat pengamatannya.
9. Anion kromat
Masukkan sejumnlah sama larutan uji kedalam dua buah tabung, kemudian
masing-masing tabung ditambahkan larutan barium (II) klorida dan
timbal(II)asetat. Amati dan catat perubahannya.
10. Anion bikromat
Lakukan pekerjaan yang sama seperti pada anion kromat untuk bahan uji larutan
anion bikromat. Periksalah dengan teliti dan catat perubahan yang terjadi.
Bandingkan hasil pengamatannya dengan anion kromat!
11. Anion permanganat
Kedalam dua buah tabung berisi larutan uji tambahkan masing-masing larutan
hidrogenperoksida dan peraknitrat. Catat pengamatannya!
12. Anion asetat
Periksalah larutan ujinya dengan menambahkan masing-masing larutan asam sulfat
encer, besi(III)klorida dan peraknitrat. Catat pengamatannya!
13. Anion benzoat
Dengan prosedur kerja yang sama dengan anion asetat, periksalah larutan uji
benzoat. Catat hasilnya, kemudian bandingkan kedua anion tersebut.
14. Anion tartrat
Lakukan pengamatan terhadap larutan uji ketika ditambahkan masing-masing
larutan peraknitrat dan kalsium(II)klorida.

III. BAHAN DISKUSI


1. Tuliskan persamaan reaksi pada anion-anion tersebut.
2. Bagaimana membedakan campuran anion berikut :
a) klorida dengan bromida
b) nitrat dengan nitrit
c) asetat dengan benzoat
d) kromat dengan bikromat

7
PERCOBAAN 4
ANALISIS KUALITATIF ZAT ANORGANIK
DENGAN METODE H2S
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya kation dan anion dalam suatu senyawa tunggal atau
campuran.

II. PERCOBAAN
(1) Bagan kerja umum (Pemisahan kation kedalam golongan)

0,5 g bahan uji

+ HCL encer (2M) (sampai mengendap


sempurna) saring campuran.

Residu putih (Gol. I) Filtrat (1)

+ 1 ml hidrogen peroksida 3 % (konsentrasi HCL 0,3


Bagan analisis
M pH = 0,05 dg indikator metil lembayung) panaskan
kation Gol. I
hingga mendidih, jenuhan dengan hidrogensulfida,
saring campuran

Filtrat (2) Residu warna Gol. II

Didihkan dalam cawan sampai bebas H2S (tinggal Bagan analisis


sekitar 10 ml) kation Gol. II
+ 3-4 ml asam nitrat pekat, uapkan dg hati-hati sampai
kering, basahi dg 2-3 ml asam nitrat pekat, panaskan
perlahan-lahan. Tambahkan 1-2 amonium klorida
padat, panaskan sampai hampir mendidih, tambahkan
larutan amonia encer sampai basa lebihkan sekitar 1
ml, didihkan selama 1 menit saring campuran.

Residu Gol. III Filtrat (3)

+ 2-3 ml amonia encer, panaskan


+ hidrogensulfida selama 0,5 – 1 menit
saring campuran, cuci endapan

Residu Gol. III B Filtrat (4)

Filtrat (4)

8
Pindahkan pada cawan, asamkan dg asam asetat encer
uapkan sampai pasta, biarkan dingin.
+ 3-4 ml asamnitrat pekat, panaskan hati-hati (kering)
panaskan cepat, dinginkan.
+ 3 ml asam klorida encer dan 10 ml air panaskan, aduk,
saring bila perlu.
+ 0,25 g amonium klorida padat (2,5 ml lar. 20%) basakan
dengan amonia.
+ larutan amonium karbonat sambil diaduk, lebihkan.
Tempatkan diatas pengangas air pada 50-60 oC (3-5 menit)
saring campuran dg sedikit air panas

Residu putih (Gol. IV) Filtrat (5)

Bagan analisis Uapkan sampai spt pasta (dlm cawan)


kation Gol. IV + 3 ml asam nitrat pekat, uapkan hati-hati sampai
kering, panaskan terus sampai tidak keluar lagi
uap putih

Residu putih (Gol. V)

Bagan analisis
kation Gol. V

Catatan :
Setiap hasil tahapan proses harus disimpan untuk selanjutnya digunakan dalam
analisis kation golongan selanjutnya.

9
(2) Bagan kerja analisis kation golongan I

Residu putih (Gol.I)


Hg(I), PB(II), Ag(I)

Cuci endapan dg 2 ml asam klorida encer


Cuci 2-3 kali dg 1 ml air dingin (buang air
cucian)
Pindahkan endapan pd tabung pendidihan.
Didihkan dg 5-10 ml air.
Saring panas-panas

Residu Hg(I) Ag(I) Filtrat mungkin Pb(II)

dinginkan
Cuci beberapa kali dg air
panas sampai air cucian tidak
mengendap dg K-kromat
(bebas Pb(II)) Kristal putih filtrat
+ 3-4 ml amonia encer panas,
filtrat ditampung
Penetapan dg
Pb(II) positif pereaksi khas

Residu hitam Filtrat mungkin


Hg(I) Ag(I)
Pb(II) positif

As. Nitrat + kalium


encer iodida

Endapan putih Endapan kuning muda

Ag(I) positif

Catatan :
Dugaan adanya kation golongan I atau II harus dipastikan dengan menggunakan reaksi
penetapan khusus.

10
(3) Bagan kerja analisis kation golongan II (Metode kaliumhidroksida)

Residu warna gol II


A : Hg(II) Bi(III) Cu(I)
B : As(III) Sb(III) Sn(II)

Cuci endapan dg amonium klorida yang telah dijenuhkan dg


hidrogensulfida
pindahkan pada cawan.
+ 10 ml kalium hidroksida 2M, didihkan sambil diaduk selama
2-3 menit (hati-hati “bumping”)
+ 3 ml air yang telah dijenuhkan dg hidr.sulfida
aduk, saring, cuci residu dg air, tampung airnya.

Residu mengandung Filtrat mengandung


Hg(II) Bi(III) Cu(II) As(III) Sb(III) Sn(II)

+ asam klorida pekat sampai asam (uji dg lakmus


biru)
Gol. II A positif + hidrogensulfida selama 2 menit
saring endapan, cuci dg sedikit air.

Endapan berarti ada :


As(III) Sb(II) Sn(II)

Gol. II B positif

11
(3a) Bagan analisis kation golongan IIA (metode asam sulfat)

Residu gol IIA

Pindahkan kedalam cawan


+ 5-10 ml asam nitrat encer
didihkan perlahan, saring, cuci endapan

Residu hitam : Hg(II) Filtrat : Bi(III) Cu(II) Cd(II)

+ asam sulfat encer, pekatkan


Gol. II A positif dinginkan, + 10 ml air, aduk,
diamkan 2-3 menit, saring cuci dg
sedikit air.

Filtrat : Bi(III) Cu(II) Cd(II)

+ amonia pekat sampai basa


(periksa dg lakmus merah)
saring campuran

Residu putih : Bi(III) Filtrat : Cu(II) Cd(II)

+ asam asetat encer


+ K-heksasianoferat(II)
Reaksi khusus : Bi(III)
Endapan coklat: Cu(II)

Reaksi khusus Cu(II)

(3b) Bagan analisis kation golongan II B (Metode kaliumhidroksida)

Residu mengandung
As(III) Sb(III) Sn(IV)

Pindahkan kedalam erlenmeyer


+ asamklorida pekat, panaskan hati-hati sampai
mendidih, biarkan 3-5 menit (dlm lemari asam), aduk
terus, encerkan dg sedikit air, saring.

Residu kuning :As(III) Filtrat :Sb(III) Sn(IV)

Reaksi khusus As(III) Reaksi khusus Sb, Sn


(4) Bagan analisis kation golongan III

12
Kation gol III terbagi atas gol III A : Fe(II), Fe(III), Cr(III), Al(III)
dan gol III B : Co(II), Ni(II), Mn(II), dan Zn(II)
pemisahan antara gol III A dan III B sudah dimulai dari awal, yaitu gol III A
merupakan hasil pengendapan filtrat 2 dan III B hasil pengendapan filtrat 3. Jadi
langkah selanjutnya langsung menuju analisis golongan III A atau III B.
(4a) Bagan Analisis kation golongan III A

Residu golongan III A


Fe(OH)3 Cr(OH)3 Al(OH)3 MnO2

Cuci dg lar. Amoniumklorida 1% (yg panas),


Pindahkan endapan dg bantuan 5-10 ml air, tambahkan
5 ml lar. Natriumhidroksida dan 5 ml lar.
Hidrogenperoksida 3%, didihkan perlahan sampai
oksigen habis (2-3 menit), saring campuran

Residu : Fe(OH)3 Filtrat kuning Filtrat tidak berwarna


MnO2.X H2O (ada ion kromat) (ada ion alumirat

Cuci dg sedikit Asam asetat Asam klorida encer (asam


air panas Timbal asetat dg lakmus).
Amonia encer (basa dg
Endapan kuning : lakmus) panaskan, saring.
Residu 1 Residu 2
Cr(III)
Tambahkan 1 ml asam Endapan putih spt
nitrat (1:1), bil aperlu Tambahkan gelatin: Al(III)
tambahkan 3-4 tetes asam klorida Reaksi khas
hidrogenperoksida 3% encer Cr(III)
didihkan, dinginkan. Reaksi khas
Al(III)
Larutan ungu
Mn(II) positif
Lar.merah : Fe(III) Endapan biru Fe(II)

Reaksi .khas Mn(II) Reaksi khas Fe(III) Reaksi khas Fe(II)

(4b) Bagan analisis kation golongan III B

13
Residu gol. III B
CoS NiS MnS ZnS

Cuci dg amoniumklorida 1%, buang air cucian


Pindahkan endapan pada cawan, tambah 5 ml
air, tambah 5 ml lar. Asamklorida 2M, aduk baik-
baik, diamkan 2-3menit, saring campuran.

Residu hitam : Filtrat : Mn(II) Zn(II)


CoS, NiS sisa Co(II) Ni(II)

+ 2 ml amoniumklorida, Didihkan sampai bebas H2S (uji dg kertas Pb-


+ amonia sampai basa, asetat), dinginkan, tambahkan larutan
+ dimetil glioksim natriumhidroksida berlebihan, tambah 1 ml
hidrogenperoksida 3%, didihkan selama 3
menit, saring campuran.

Endpn merah : Tidak bereaksi :


Ni(II) Co(II)

Residu : Filtrat mengandung


Reaksi khas Reaksi khas MnO2 Ni Co Zn(II)
Ni(II) Co(II)
Larutkan dlm 5 ml
Tambahkan asam
asam nitrat (1:1),
tambah beberapa tetes asetat (asam dg
lakmus), tambahkan
hidrogen peroksida 3%
didihkan (bila perlu) gas hidrogensulfida.

Larutan ungu : Mn(II) Endapan putih : Zn(II)

Reaksi khas : Mn(II) Reaksi khas : Zn(II)

(5) Bagan analisis kation golongan IV

14
Kation golongan IV tidak dapat diendapkan langsung dari filtrat yang diperoleh setelah
pengendapan kation golongan III, karena mengandung garam-garam amonium dengan
konsentrasi tinggi.
Pemisahannya menurut metode sulfat sebagai berikut :

Residu putih gol. IV


karbonat : Ba, Sr, Ca

Cuci dengan sedikit air panas, buang air cucian,


larutkan dalam 5 ml asam asetat 2M panas (tuang
sedikit demi sedikit melalui kertas saring.

larutan

Kalium bikromat

Endapan kuning : Ba(II) Larutan

2 ml amonium sulfat jenuh


Reaksi khas Ba(II) 0,2 gram natrium tiosulfat,
panaskan dalam air mendidih
selama 5 menit, diamkan 1-2 menit,
saring campuran.

Residu : SrSO4 Filtrat: Ca(II)

Amonium oksalat
Reaksi khas Sr(II) 2 ml asam asetat 2M
panaskan dalam air mendidih

Residu putih : Ca(II)

Reaksi khas Ca(II)

(6) Bagan analisis kation golongan V

15
Kation-kation golongan V dapat diidentifikasikan satu per satu tanpa pemisahan
pendahuluan. Walaupun demikian di bawah ini akan diberikan bagan alir pemisahan
kation tersebut agar analisis lebih terarah.

Residu putih :
Mg(I) Na(I) K(I) NH4(I)

Tambahkan 4 ml air, aduk, panaskan 1


menit, saring.
Bila larut sempurna tambahkan air
sampai volume 6 ml.

Residu : Mg(II) Filtrat : Na(I) K(I) NH4

Reaksi khas Mg(II)

Reaksi utk Reaksi utk Reaksi utk


natrium kalium amonium

Catatan :
Pemeriksaan terhadap kation amonium dapat dilakukan langsung dari bahan uji atau
melalui reaksi pendahuluan.

16
PERCOBAAN 4

TITRASI ASAM-BASA (PROTOLIT KUAT)

I. TUJUAN
Dapat melakukan metode titrasi yang telah diketahui terlebih dahulu konsentrasinya
dengan tepat.

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar asam klorida dalam sample
a. Pipet 10 ml larutan asam klorida (sampel) kedalam labu titrasi.
b. Tambahkan 2 – 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
c. Titrasi dengan larutan natriumhidroksida pentiter sampai terbentuk warna
merah muda.
d. Lakukan dua kali titrasi (duplo) dengan selisi volume tidak lebih dari 0,2 ml.
Bila selisih volume dua kli titrasi lebih besar dari 0,2 ml, maka harus dilakukan
titrasi yang ketiga.
II.2 Pembakuan larutan pentiter
a. Pipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat (garam natriumnya)
b. Tambahkan 2 – 3 larutan fenolftalein.
c. Titrasi dengan larutan natrium hidroksida pentiter sampai terjadi warna merah
muda.
d. Lakukan tiga kali titrasi untuk setiap kelompok.

III. PERHITUNGAN
Dianggap titrasi dilakukan dengan benar, sehingga titik ekivalen akan berhimpit
dengan titik akhir titrasi.
Pada akhir titrasi berlaku kesetimbangan berikut :

Jumlah mekiv asam = jumlah mekiv basa


(ml asam analit) (N analit) = (ml pentiter basa) (N basa)

Rumus umum ini berlaku untuk menghitung N (normalitas) larutan basa pentiter dan
asam analit.

IV. BAHAN ANALISIS


1. Apakah arti istilah : baku primer dan baku sekunder, berikan contohnya.
2. Apakah yang menjadi persyaratan untuk suatu baku primer ?
3. Apakah arti istilah indikator ? Berikan contohnya !
4. Mengapa pada titrasi yang melibatkan protolit kuat digunakan indikator
fenolftalein ? Adakah indikator lain yang setara dengan fenolftalein ?

17
PERCOBAAN 5
TITRASI ASAM-BASA POLIVALEN

I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar campuran basa bikarbonat dan karbonat
b. Dapat menentukan konsentrasi asam klorida
c. Dapat menentukan konsentrasi natriumhidroksida

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar campuran basa bikarbonat dan karbonat
a) Penetapan kadar total basa
1) Pipet 25 ml sampel kedalam labu titrasi.
2) Tambahkan 3 tetes indikator metil jingga.
3) Titrasi dengan larutan asam klorida pentiter sampai warna merah jingga.
4) Lakukan dua kali titrasi.
5) Hitung kadar basa total.

b) Penetapan kadar bikarbonat


1) Pipet 25 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi
2) Tambahkan tepat 25 ml larutan natrium hidroksida pentiter (dengan pipet)
3) Tambakan 10 ml larutan barium klorida 10 % kemudian campuran digoyang
sampai reaksi sempurna.
4) Tambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
5) Titrasi “suspensi” dengan larutan asam klorida sampai warna merah muda
hilang, catat volume asam klorida yang digunakan.
6) Lakukan dua kali titrasi
7) Hitung kadar bikarbonat dalam sampel.
8) Kadar karbonat merupakan selisih kadar basa total dan bikarbonat.

c) Titrasi blanko
1) Pipet 25 ml larutan natrium hidroksida pentiter dan tambahkan 20 ml air.
2) Tambahkan 10 ml larutan barium klorida 10 %.
3) Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
4) Titrasi dengan larutan asam klorida sampai warna merah muda hilang.
5) Catat volume asam klorida yang digunakan.

18
II.2 Penetapan konsentrasi asam klorida pentiter
1) Keringkan natrium karbonat pada suhu 260 – 270 C selama setengah jam.
2) Timbang 100 ml natrium karbonat anhidrat, masukkan labu titrasi.
3) Tambahkan 25 ml air dan 3 tetes indikator metil jingga.
4) Titrasi dengan larutan asam klorida pentiter sampai timbul warna jingga.
5) Lakukan tiga kali titrasi setiap kelompok.
6) Hitung normalitas asam klorida pentiter.

II.3 Penetapan konsentrasi natrium hidroksida pentiter


Lakukan pekerjaan titrasi seperti pada titrasi asam-basa (protolit kuat)

III. BAHAN ANALISIS


1. Bagaimana rumus perhitungan kadar asam/basa polivalen ?
2. Apakah maksud penambahan larutan barium klorida dan melakukan titrasi blanko ?
Jelaskan jawaban saudara !
3. Apa yang menjadi kendala pada titrasi senyawa polivalen ?

19
PERCOBAAN 6
TITRASI ARGENTOMETRI

I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Mohr)
b. Dapat menentukan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Volhard)

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Mohr)
1) Pipet tepat 10 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi.
2) Tambahkan 1 ml larutan indikator kalium kromat 5 %.
3) Titrasi dengan larutan perak nitrat pentitrasi (normalitas diketahui tepat 0,05 N)
sampai terbentuk endapan coklat kemerahan yang tetap.
Jangan lupa selalu menggoyang labu titrasi agar pengendapan sempurna.
4) Hitung kadar natrium klorida dalam sampel (% b/v)
5) Jangan lupa : mencatat normalitas larutan peraknitrat pentiter yang disediakan.

II.2 Penetapan kadar Natrium klorida dalam sample (cara Volhard)


1) Pipet 10 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi
2) Tambahkan 5 ml larutan asamnitrat 6 N
3) Tambahkan larutan peraknitrat pentitrasi berlebihan (sekitar 15 ml)
Normalitas peraknitrat diketahui dengan tepat, sekitar 0,05 N
4) Endapan yang terbentuk di saring, kemudian dicuci dengan larutan asamnitrat
encer (0,02 N). Kumpulkan larutan hasil penyaringan dan air pencucinya.
5) Kedalam kumpulan larutan diatas, tambahkan 1 ml larutan besi(III) amonium
sulfat 40%.
6) Titrasi dengan larutan amoniumtiosianat 0,05 N sampai timbul warna merah
jingga kecoklatan yang tetap pada pengocokan.
7) Hitung kadar natrium klorida dalam sampel.

III. BAHAN ANALISIS


1. Tuliskan reaksi kimianya, dan bagaimana rumus perhitungan kadarnya ?
2. Apa kelemahan metode ini ?
3. Apakah ada perbedaan kadar zat yang dianalisis cara Mohr dan Volhard ?
Metode mana yang lebih baik ?

20
PERCOBAAN 7
TITRASI PERMANGANOMETRI

I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar besi (II) sulfat dalam sampel
b. Pembakuan larutan kaliumpermanganat

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar besi(II)sulfat dalam sampel
1) Pipet 10 ml larutan sampel kedalam labu titrasi.
2) Tambahkan 5 ml asam sulfat (1 : 5)
3) Panaskan labu sampai suhu 70 – 80 C (seakan labu berkeringat).
4) Titrasi dengan larutan kalium permanganat (dalam keadaan panas) sampai
timbul warna merah muda yang tetap.
5) Hitung normalitas besi(II) dalam sampel.

II.2 Pembakuan larutan kalium permanganat pentiter


1) Keringkan kristal natrium oksalat pada 105 – 110 oC sampai bobot tetap (sekitar
satu jam).
2) Timbang sebanyak 150 mg (siapkan tiga buah) natrium oksalat kering.
3) Tambahkan 30 ml air dan 10 ml asam sulfat (1:5).
4) Panaskanlarutan pada 70 – 80 oC (seakan labu “berkeringat”).
5) Titrasi dengan larutan kalium permannganat pentiter secara perlahan-lahan
sampai terbentuk warna merah muda yang tetap pada pengocokan (stabil).

III. BAHAN ANALISIS


1. Catatlah konsentrasi larutan natrium tiosulfat pentiter!
2. Mengapa titrasi permanganometri harus dilakukan pada suhu tinggi ?
3. Bagaimana persamaan reaksi redoks yang terlibat pada percobaan ?
4. Tuliskan rumus perhitungan kadar sampel !

21
PERCOBAAN 8
TITRASI IODOMETRI

I. TUJUAN
a. Dapat menetapan kadar tembaga (II) sulfat dalam sampel
b. Dapat membakukan larutan natriumtiosulfat

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar tembaga(II) sulfat dalam sampel
1) Pipet sebanyak 20 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi.
2) Tambahkan 10 ml larutan asam sulfat 1 N dan 2 gram kalium iodida.
3) Labu cepat ditutup dengan plastik, dikocok dengan baik dan diamkan selama
beberapa waktu untuk menyempurnakan proses reaksi.
4) Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat pentiter sampai berwarna kuning muda,
catat dulu volume pentiter yang dipakai.
5) Tambahkan 2,5 ml indikator amilum (yang dibuat segar), dan dilanjutkan titrasi
sampai warna biru hilang. Catat volume pentiter akhir (total).

II.2 Pembakuan larutan natrium tiosulfat pentiter


1) Keringkan serbuk kalium pada suhu 120 oC selama 1 jam.
2) Timbang sebanyak 150 mg, larutkan dalam 25 ml air, lalu tambahkan 2 gram
kalium iodida dan 10 ml asam klorida 1 N.
3) Tutup labiu titrasi, kocok merata dan langsung titrasi dengan larutan pentiter
sampai berwarna kuning muda.
4) Tambahkan 2,5 ml indikator amilum, dan lanjutkan titrasi sampai warna biru
hilang.
5) Lakukan 3 kali titrasi untuk setiap kelompok.
6) Bila tidak disediakan serbuk kaliumiodat, dapat digunakan larutannya sebanyak
10 ml.

III. BAHAN ANALISIS


1. Bagaimana persamaan reaksi redoks untuk proses pembakuan dan penetapan
kadar?
2. Bagaimana perhitungan normalitas pentiter dan kadar sampel ?
Berapa harganya ?
3. Mengapa perlu digunakan zat baku dalam bentuk serbuk dan bukan larutannya ?
4. Bagaimana bila indikator amilum ditambahkan pada saat awal titrasi ? Dan
mengapa perlu mencatat volume pada saat menambahkan indikator ?

22
PERCOBAAN 9
TITRASI KOMPLEKSOMETRI

I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar ion kalsium dalam sampel
b. Dapat membakukan larutan komplekson II

II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar ion kalsium dalam sampel
1) Pipet 25 ml larutan sampel, tambahkan 25 ml air dan 5 ml larutan dapar amonia
(pH = 10).
2) Tambahkan 50 mg indikator EBT (Eriochrome Black T) yang telah diencerkan
1 : 100 (b/b) dengan natrium klorida.
3) Titrasi dengan larutan komplekson III 0,05 M sebagai pentiter sambil dikocok
kuat. Titik akhir titrasi tercapai ketika terbentuk warna biru.
4) Hitunglah normalitas larutan komplekson III.

II.2 Pembakuan larutan komplekson III


1) Pipet 25 ml larutan baku seng(II)sulfat 0,05 N.
2) Tambahkan 25 ml air, 5 ml dapat amonia dan 50 mg indikator EBT.
3) Titrasi dengan larutan komplekson III sampai terbentuk warna biru.
4) Hitunglah normalitas larutan komplekson III.

III. BAHAN ANALISIS


1. Gambarkan senyawa komplekson III (dinatrium-etilendiamina-tetraasetat) !
2. Bagaimanakah gambaran ikatan antara ion zeng atau ion kalsium dengan senyawa
komplekson III ?
3. Apakah yang terjadi pada struktur EBT ketika titik akhir titrasi terjadi ?
4. Bagaimanakah peran dapar amonia / salmiak (pH = 10) pada titrasi ini ?
5. Tuliskan zat pentiter dan indikator lain yang dapat digunakan dalam titrasi ini !

23
DAFTAR PUSTAKA

- Putranti Adirestuti, S.Si, M.Si., (2002), Petunjuk Praktikum Analisis Kimia untuk
Mahasiswa Farmasi UNJANI Angkatan 2001, Program Studi Farmasi Fakultas
MIPA UNJANI, Cimahi.
- W. Haryadi, 1990, Imu Kimia Analisis Dasar, Jakarta : Gramedia
- Team Kimia Analisis, 1997, Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Dasar, Semarang :
UNNES

24
BAB I
ANALISA KUALITATIF

Ilmu kimia analitik ialah ilmu kimia yang mendasari pemisahan- pemisahan dan analisa
bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan, baik secara kualitatif atau
kuantitatif maupun secara struktural. Susunan kuantitatif ialah berapa banyak setiap
komponen tersebut dan stuktur ialah bagaimana rumus molekul zat itu dan juga rumus
bangunnya.
Analisa kualitatif ialah jenis analisa yang menentukan macam atau jenis zat atau sifat
komponen – komponen bahan yang dianalisis yaitu apa yang terkandung di dalam bahan
atau zat tersebut.

Analisa Kualitatif
Ada dua macam reaksi yang penting untuk analisa , yaitu:
1. Reaksi spesifik atau reaksi khas untuk bahan tertentu
2. Reaksi sensitif yang mampu menunjukkan bahan yang hanya sedikit sekali.
Dapat pula disebut reaksi selektif ialah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang
berbeda–beda, misalnya bila ion Cl- ditambahkan kepada kation, maka dapat terjadi
endapan, reaksi ini tidak spesifik, sebab yang dapat mengendap dengan Cl - itu tidak
hanya satu macam kation, tetapi 3 macam yaitu Ag +, Pb 2+
, dan Hg+dan jika tidak
mengendap, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan Ag+, Pb2+ dan Hg+ tidak
terdapat bahan analisa.
A. Pemeriksaan Pendahuluan
Didasarkan baik pada pemeriksaan sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimia yang
dibedakan menjadi pemeriksaan pendahuluan kering dan pemeriksaan pendahuluan
basah.
A.1. Cara Kering
Dalam pemeriksaan ini bahan kering diperiksa tanpa penambahan bahan-bahan lain
baik itu dipanaskan ataupun tidak dan kemudian dilihat peristiwa perubahan-perubahan
yang terjadi.
Peristiwa-peristiwa yang dapat diamati antara lain :
a. Perubahan warna
b. Meleleh atau tidak meleleh
c. Sublimasi (menguap tanpa mencair terlebih dahulu)
d. Terjadi uap air

25
e. Terjadi asap atau gas
Sedangkan reaksi nyala api dimaksudkan untuk menganalisis analat dengan
menggunakan kawat nikrom dan nyala api yang menyebabkan api berwarna dan warna
api tersebut tergantung dari jenis kationnya.
A.2. Cara Basah
Pemerikasaan ini bertujuan untuk memperoleh petunjuk tentang sisa asam dalam analat
dengan menambahkan H2SO4 encer, kemudian pekat kalau perlu dengan pemanasan
bila tidak langsung terbentuk gas dan gas-gas yang terjadi diperiksa, seperti reaksi di
bawah ini :
A. H2SO4 encer
Sedikit zat dicampurkan dengan asam sulfat encer 1 M dapat dipanaskan bila
diperlukan, akan terjadi :
1. Gas tak berwarna
SO 2 Bau merangsang
Kertas bikromat + H2SO4 hijau berarti sulfit

H2S Bau telur busuk


Kertas Pb-acetat menjadi hitam adanya sulfida

CO2 Mengeruhkan setetes Ba(OH)2 adanya karbonat

HOAc Lakmus biru menjadi merah ada acetat

2. Gas Berwarna
NO 2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas benzidine ada nitrit
Br2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipobromit
Cl2 Warna kuning-hijaudan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipoklorit

B. H2SO4 pekat
Sedikit zat dicampur dengan 0,5 mL H 2SO4 pekat, jika perlu dipanaskan akan
terjadi:
1. Gas tak berwarna
HCl bau merangsang dan dengan batang pengaduk yang
Telah dicelupkan ke dalam NH4OH akan memberikan

26
Uap putih NH4Cl garam-garam klorida
CO2 mengeruhkan setetes Ba(OH)2 garam karbonat
Dan oksalat
H2S menghitamkan kertas PbAc sulfida

HF bau merangsang, dalam keadaan dingin seperti bermi-


Nyak.

2. Gas Berwarna
HBr dan Br2 bau merangsang dan berwarna coklat dan
membirukan kertas KI + kanji garam-
garam bromida
NO2 bau merangsang dan warna coklat dan
membirukan kertas KI + kanji garam-garam
nitrit
I2 berwarna ungu dan bau merangsang serta
membirukan kertas kanji menunjukkan adanya garam
iodida.
Cl2 berwarna kuning dan bau merangsang serta
memutihkan kertas lakmus dan membirukan kertas
KI+kanji menunjukkan adanya garam-garam klorida.`
B. Penggolongan Kation dan Anion
B.1 Penggolongan Kation
Cara lain untuk analisa selektif ialah dengan menggunakan reaksi- reaksi selektif yang
tujuan ialah menunjukkan segolongan kation dari yang lain. Misal bila analat
direaksikan dengan pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sisanya
tetap larut, maka setelah endapan disaring, terdapat dua kelompok campuran yang
isinya masing-masing kurang dari sebelumnya dan seterusnya seperti pada bagan
berikut ini :

analat

+ pereaksi

+ pereaksi + pereaksi

27
= Filtrat

= Endapan
dan seterusnya dan seterusnya
Keuntungan-keuntungan cara pemisahan dengan mengunakan pereaksi selektif ini ialah
antara lain :
a. Analat tidak terbagi-bagi seperti pada cara reaksi spesifik
b. Dapat menunjukkan bahwa suatu kelompok tertentu tak ada dalam analat yaitu apabila
tidak terjadi endapan kelompok tersebut.
Dengan jalan ini, kita melakukan analisis secara sistematis, reaksi-reaksi di sini
menyebabkan terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan dikenali dari
perbedaan sifat fisiknya, antara lain:
a. membentuk endapan dari suatu larutan
b. melarutkan zat yang berbentuk padat atau endapan
c. zat yang berwarna lain
d. pembentukan gas
e. bentuk kristal yang khas
Oleh karena itulah, maka diperlukan pengetahuan fakta tentang bahan-bahan yang larut
atau tidak larut dalam air dan dalam asam keras encer, warna-warna zat, reaksi-reaksidan
pengetahuan teori yaitu pengertian yang cukup mengenai kesetimbangan, sebab proses
pengendapan dan melarutkan ditentukan oleh hukum-hukum kesetimbangan.
Metode H2S
Cara yang dulu mungkin paling luas penggunaannya ialah cara hidrogen sulfida atau
metode H2S yang disususn oleh Bergmann dan disempurnakan oleh Fresenius dan Noyes
untukanalisa kation.
Menurut cara ini, kation dibagi menjadi 5 golongan yang mengendap sebagai berikut :

Golongan I (Golongan Khlorida) : PbCl2, AgCl, HgCl semuanya berwarna putih

Golongan II (Golongan H2S) : garam-garam sulfida dari Bi3+, Cu++, Cd++, Pb++
Dan As(III,IV), Sb(III,IV), Sn(II,IV) dan Hg++

Golongan III(Golongan (NH4)2S) : garam-garam sulfida dari Co++, Ni++, Fe++, Mn++,
Zn++, dan Al(OH)3 dan Cr(OH)3

Golongan IV (Golongan (NH4)2CO3): CaCO3, SrCO3 dan BaCO3

Golongan V(Golongan sisa) : berisi ion-ion Mg++, K+, Na+ yang tetap merupakan
Larutan.

28
Bagan analisa metode H2S

analat

+ HCl

+H2S
Golongan I

Golongan II +(NH4)2S +NH4OH+NH4Cl

Golongan III +(NH4)2CO3+NH4OH

Golongan IV Golongan V (golongan sisa)

Prosedur Pemisahan Metode H2S


1. Analat dilarutkan, kemudian ditambah dengan HCl 6M sampai agak berlebihan. Bila
terjadi endapan maka disaring, dan dicuci kemudian dianalisa untuk menentukan
kationnya menurut “analisa Golongan Khlorida” ; filtrat dikerjakan seperti tertera pada
nomor 2 di bawah. Bila tidak ada endapan (berarti Ag+, Pb++, Hg++ tidak terdapat dalam
analat , maka selanjutnya larutan ini dikerjakan menurut langkah ke 2.
2. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 1 ditambah HCl sampai konsentrasinya ± 0,2 M
dipanaskan dan dialiri gas H2S ke dalamnya. Bila terjadi endapan disaring dan dicuci
dan filtratnya dikerjakan pada langkah nomor 3 . Endapan dianalisis untuk penentuan
kationnya. Bila tidak terjadi endapan berarti tidak ada kation-kation golongan H 2S dan
larutan yang sudah dialiri H2S selanjutnya dikerjakan menurut langkah no 3.
3. Filtrat atau larutan dari langkah ke 2 didihkan kemudian ditambahkan dengan NH 4Cl
kemudian NH4OH sampai larutdan selanjutnya ditambahkan (NH4)2S didihkan sebentar

29
dan endapan disaring kemudian dicuci, selanjutnya dikerjakan menurut langkah ke 4
endapan untuk menentukan kationnya.
4. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 3 didihkan kemudian ditambahkan dengan
NH4OH dan (NH4)2CO3 dan campuran dipertahankan untuk beberapa lama pada suhu
60 o kemudian didihkan lagi sebentar dan endapan disaring dan dicuci serta dianalisis
untuk penentuan kationnya,kemudian filtrat yang diperoleh dikerjakan pada langkah ke
5. Bila tidak terjadi endapan maka kation golongan (NH4)2CO3 tidak ada.
5. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 4 dipakai untuk menunjukkan ion-ion golongan
sisa.

B.2 Penggolongan Anion


Bila bahan padat untuk analisa kation harus dilarutkan (dalam air atau HCl), maka
untuk penentuan anion, bahan tidak perlu dilarutkan dahulu. Penentuan anion berlaku
dalam dua bagian : untuk penentuan ion CO3= atau HCO3- dan untuk penentuan anion-
anion yang lain.
Untuk penentuan ion CO3= atau HCO3- , bahan bahan dalam keadaan aslinya ditambah
HCl encer, kalau perlu disertai pemanasan. Akan terbentuk H2CO3yang terurai karena
pemanasan, menghasilkan gas CO2.
Sedangkan untuk menentukan anion-anion yang lain, bahan diberi larutan Na2CO3,
kemudian dipanaskan. Bila tidak terjadi endapan, maka campuran ini langsung digunakan
dan bila terjadi endapan maka disaring dan dicuci, dan filtrat yang digunakan. Untuk setiap
anion diambil sebagian dari cairan tersebut dan dilakukan reaksi-reaksi yang membedakan
anion yang sedang dicari dari anion-anion yang lain. Di bawah ini dijelaskan bagan garis
besar analisa metoda Dames sebagai berikut:
Identifikasi Anion
A. HCO3- dan CO3= sebagai berikut:
Sedikit dari bahan asal (ANU) dibubuhi HCl berlebihan. Apabila terjadi gas (reaksi 1)
maka gas itu dialirkan ke dalam air barit (larutan Ba(OH) 2 ). Apabila air barit itu menjadi
putih maka benar gas itu adalah CO2 dan ANU itu berisi HCO3-atau CO3= (reaksi 2). Jika
endapan ditambahkan sedikit HCl, maka endapan akan larut lagi (reaksi 3), seperti pada
reaksi berikut :
CO3= + 2H+ H2CO3 H2O + CO2 (reaksi 1)
CO2 + Ba(OH)2 BaCO3 (putih) + H2O (reaksi 2)
BaCO3 + 2H+ Ba++ + H2O + CO2 (reaksi 3)
B. Anion-anion yang lain
Untuk menunjukkan anion-anion yang lain, sebagian dari bahan dipanaskan dengan
Na2CO3 yang berlebihan, bila menghasilkan endapan maka disaring. Dengan demikian

30
kation-kation yang mungkin mengganggu (misalnya ion-ion Fe, Al, dan Ca) pada
waktu pemeriksaan dapat dihilangkan, karena Fe3+ dan Al3+ diendapkan sebagai
hidroksida dan Ca++, Mn++ dan Mg++ diendapkan sebagai karbonatnya. Endapan yang
terjadi dibuang dan filtratnya untuk analisa mencari Cl -, NO3-, SO4= dan PO43-. Apabila
tidak terjadi endapan, maka campuran (cairan) tadi yang akan digunakan kita sebut
sebagai “cairan A”.
A. Identifikasi anion Cl-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO3 tetes demi tetes sampai tidak terjadi
CO2 lagi (sampai tidak terjadi gelembung gas), kemudian ditambahkan dengan
beberapa tetes larutan AgNO3 dan endapan putih menandakan adanya ion Cl-, endapan
ini dapat larut dalam NH4OH dan reaksinya adalah sebagai berikut:
CO3= + 2H+ H2O + CO2
Cl- + Ag+ AgCl (putih)
AgCl + 2NH4OH [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O
B. Identifikasi NO3-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan larutan H 2SO4 encer (cara : seperti pada ion
Cl-)kemudian ditambahkan dengan H2SO4 pekat yang cukup banyak dan didinginkan.
Dalam tabung lain membuat larutan FeSO4 yang jenuh dan kemudian menuangkan
larutan FeSO4 ini dengan hati-hati ke dalam campuran yang diperiksa (kedua tabung di
pegang miring dan kedua larutan tidak boleh bercampur atau dikocok, tetapi hanya
saling menumpang). Gelang coklat pada batas kedua larutan menandakan NO 3- seperti
reaksi berikut:
2NO3- + 8H+ + 6Fe++ 6Fe3+ + 2 NO + 4H2O
NO

NO + FeSO4 Fe

SO4

(kompleks berupa larutan coklat)

C. Identifikasi SO4=
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HCl (cara seperti untuk Cl -), kemudian
ditambahkan dengan beberapa tetes BaCl2. Endapan putih menandakan ion SO4= dan
endapan ini tidak larut dalam HCl.
SO4= + Ba++ BaSO4

31
D. Identifikasi PO43-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO 3 (cara seperti untuk Cl-), kemudian
ditambahkan dengan pereaksi Lorenz agak banyak , yaitu (NH4)2MoO4 panaskan
sedikit, (jangan sampai mendidih). Endapan kuning menunjukkan adanya ion PO 43- dan
endapan ini dapat larut dalam NH4OH.
H3PO4+12(NH4)2MoO4+21HNO3 (NH4)3PO4.12MoO3.6H2O +21NH4NO3 +H2O

BAB II

32
ANALISIS KUANTITATIF

1. Titrasi Volumetri
Ialah suatu titrasi dimana analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari volume
larutan pereaksi atau volume suatu reaksi.
Didalam volumetri dibedakan menjadi :
a. Gasometri
Ialah analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas. Jumlah zat atau komponen yang
dicari dihitung dari volume gas tersebut. Contoh gasometri ialah penentuan karbonat,
dimana CO2 yang terjadi ditangkap dan diukur volumenya. Contoh lan ialah penentuan
nitrat , yaitu dengan mereduksinya dengan Hg dalam ruangan tertutup, lalu mengukur
volume NO yang dihasilkan berdasarkan reaksi:
2HNO3 + 3H2SO4 + 6Hg 2NO + 3Hg2SO4 + 4H2O
b. Titrimetri
Ialah analat yang direaksikan suatu pereaksi sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang
berreaksi itu sama atau ekivalen. Ekivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan itu tepat
saling menghabiskan, sehingga tidak ada yang tersisa.
Untuk mudahnya kita ambil contoh penentuan jumlah asam dalam larutan cuka. Sejumlah
larutan asamn ini direaksikan dengan NaOH. NaOH ditambahkan sebagai larutan sedikit
demi sedikit, sampai terlihat tanda bahwa asam tepat habis. Pada saat itu penambahan
NaOH dihentikan dan volume larutan yang digunakan diukur (larutan ditambahkan dengan
menggunakan buret). Disamping itu konsentrasi, larutan NaOH sudah diketahui, jadi NaOH
yang terpakai dan selanjutnya jumlah asam yang dicari dapat dihitung.
Contoh Soal :
1. Suatu bubuk diketahui terdiri dari campuran NaCl dan Na2SO4 . Suatu sampel dari
bubuk ini seberat 1,224 gram dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan dengan
larutan Ba(NO3)2 sampai seluruh BaSO4 mengendap. Campuran reaksi ini disaring
secara hati-hati agar tidak ada endapan yang hilang , kemudian BaSO4 nya dikeringkan,
kemudiaan ditimbang beratnya 0,851 gram. Berapa % berat dari Na2SO4 dalam sampel
asal ?
2. Suatu larutan NaOH dibuat kira-kira mempunyai konsentrasi 0,1 M. Untuk mengetahui
konsentrasi yang pasti dari larutan NaOH ini, dipipet sebanyak 20 mL larutan HCl 0.1 M
kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes
fenolftalin. Buret diisi dengan larutan NaOH di atas, kemudian dipakaiuntuk menitrasi
larutan HCl. Dan titrasi ini memerlukan 18,47 mL NaOH sampai titik ekivalen tercapai.
Berapa molaritas larutan NaOH tersebut ?

33
2. SYARAT-SYARAT TITRASI
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi, baik itu zat yang
ditambahkan dari burat disebut titrant, sedangkan zat yang ditambahkan titrant itu disebut
titrat. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas
b. Reaksi berjalan cepat. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu
banyak. Lebih-lebih menjelang titik akhir, reaksi akan semakin lambat
karena konsentrasi titran mendekati nol.
c. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator). Petunjuk ini dapat berupa :
1. Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat
dan asam sulfat oleh KMnO4, selama titrasi belum selesai titrat tidak
berwarna , tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna
karena kelebihan setetes saja dari titrant menyebabkan warna yang jelas.
2. Berasal dari luar, dan dapat berupa suatau zat atau alat yang dimasukkan
ke dalam titrat. Zat ini disebut dengan indikatordan menunjukkan akhir
titrasi karena menyebabkan perubahan warna titrat.
3. Penggolongan Titrasi
A. Titrasi berdasarkan reaksi-reaksi metatetik
Yaitu reaksi penukaran ion. Disini tidak ada unsur yang berubah tingkat oksidasinya.
Contohnya ialah titrasi asam kuat oleh basa kuat atau sebaliknya, misalnya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Yang dimaksud dengan penukaran ion adalah ion Cl- yang semula bergabung dengan
H+ bertukar dengan OH- yang semula berikatan dengan Na+, semua unsur setelah reaksi
masih sama tingkat bilangan oksidasinya.
Macam titrasi jenis ini dibedakan menjadi:
1. Titrasi asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam atau basa. Dalam titrasi
ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan
ialah perubahan pH titrat.
Reaksi –reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
a) Asam dengan Basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif , maka asam atau basa yang
bersangkutan harus kuat
b) Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif, maka asam
harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
Contohnya:
2HCl + Na2CO3 H2CO3 + 2Na
c). Basa dengan garam (reaksi pembentukan basa lemah), agar kuantitatif, maka basa
harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah.

34
Contohnya:
NaOH + NH4Cl NaCl + NH4OH

4. KENORMALAN
Dalam hitungan titrasi, konsentrasi titrat dan titrant sering kali dinyatakan dalam N
(Kenormalan = normality = normalitas), tidak dalam M (kemolaran = molarity = molaritas).
Molaritas menyatakan jumlah mol perliter sedangkan Normalitas menyatakan jumlah
ekivalen per liter.
Satu ekivalen dari suatu asam didefinisikan sebagai jumlah asam yang mengandung 1 mol
H+, sedangkan satu ekivalen basa mengandung 1 mol OH-.
Pada reaksi antara H2SO4 dengan NaOH :

H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O

Dalam reaksi ini 1mol H2SO4 menghasilkan 2 mol H+, maka 1 mol H2SO4 sama dengan 2
eq H2SO4. Untuk basanya 1 mol NaOH menghasilkan 1 mol OH -, jadi 1 mol NaOH = 1eq
NaOH. Untuk asam dan basa jumlah ekivalen permol sama seperti jumlah H + yang
dihasilkan 1 molekul asam atau jumlah OH- yang dihasilkan 1 molekul basa. Dengan
demikian :
Jumlah eq = jumlah mol x n

Dimana n merupakan bilangan bulat adalah jumlah H+ yang dihasilkan oleh satu molekul
asam atau jumlah OH- yang dihasilkan oleh satu molekul basa.
Contoh soal
1. Berapa banyak ekivalen terdapat dalam 0,4 mol H3PO4, bila asam ini dinetralkan
sempurna membentuk PO43- ? dan berapa ekivalennya bila diubah menjadi HPO42- ?

Bilangan yang dipakai dalam banyak perhitungan stoikiometri yang berhubungan dengan
ekivalen adalah berat ekivalen, yaitu massa dari satu ekivalen. Bila dihubungkan dengan
bilangan bulat n maka : massa dari 1 mol
Berat Ekivalen (B.E) =
n
Misalnya, untuk netralisi sempurna dari H 2SO4, n = 2, berat ekivalen dari H 2SO4 adalah
massa rumus (B.M.) dibagi 2.
B.E. H2SO4 = 98,0 gram 2 = 49,0 gram
Dengan demikian 1 eq H2SO4 = 49,0 gram H2SO4
5. NORMALITAS

35
Telah dikemukakan bahwa normalitas adalah satuan konsentrasi lain yang dapat dipakai
dalam memecahkan soal stoikiometri larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya
ekivalen per liter larutan.
Jumlah ekivalen
Normalitas =
1 liter larutan

Jika digunakan pengertian bahwa jumlah ekivalen yang sama dari oksidator dan reduktor
akan berreaksi sempurna, karena hasil dari volume (V) x normalitas (N) adalah ekivalen,
maka bila dua zat dalam larutan (misalnya zat A dan B) akan berreaksi sempurna maka
dapat dinyatakan :

VANA = VBNB
Yang berarti : Jumlah ekivalen A = jumlah ekivalen B
Contoh soal:
1. 4,9 gram H2SO4 (BM = 98) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 400 mL.
hitunglah kenormalan dan kemolaran larutan tersebut !
2. 10 mL larutan HCl diencerkan menjadi 50 mL. Bila hasil dari pengenceran ini diambil
5 mL larutan HCl ini memerlukan 41 mL NaOH 0,255 N untuk menetralkannya,
berapakah konsentrasi HCl mula-mula ?
Latihan Soal
1. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,200 mol Ba(OH)2 ?

2. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,14 mol H3AsO4, bila dinetralkan membentuk
HAsO4-2 ?

3. Berapa berat ekivalen dari :


a. H3PO4 bila dinetralisis menjadi HPO4-2?
b. HClO4 bila berreaksi sebagai asam
c. NaIO3 bila direduksi menjadi I-
d. Al(OH)3
4. Berapa normalitas dari larutan-larutan berikut:
a. 22 gram Sr(OH)2 dalam 800 mL larutan
b. 500 mL H2SO4 0,25 M untuk netralisasi sempurna
c. H3PO4 0,15 M bila dinetralisasi menjadi HPO42-
d. 41,7 gram K2Cr2O7 dalam 600 mL larutan bila direaksikan dan salah satu hasilnya
adalah Cr3+

5. Dalam larutan asam 45 mL KMnO4 berreaksi dengan 50 mL H2C2O4 0,25 N


menghasilkan Mn2+ dan CO2. Berapa mL larutan KMnO4 yang sama diperlukan untuk
mengoksidasi 25,0 mL K2C2O4 0,250 N untuk menghasilkan MnO2 dan CO2 ?

6. Berapa mL K2Cr2O7 0,5000 N yang harus digunakan untuk mengoksidasi 120,00 mL


H2C2O4 0,8500 N ?
BAB III
KOMPLEKSOMETRI

36
A. KOMPLEKSOMETRI

Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, jadi

membentuk hasil berupa kompleks yang dapat berdiri sendiri tetapi membentuk ikatan

yang baru dalam kompleks itu.

Suatu kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion sentral atau

inti dan komponen lainnya yang berupa ion negatif yang dinamakan ligan (dari kata

latin ligare = mengikat). Jumlah ligand dalam sebuah kompleks berbeda-beda, dari dua

sampai dengan delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi

yang biasanya merupakan bilangan genap dan terutama 4 dan 6. Ion logam univalen

biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua. Muatan sebuah kompleks dapat positif,

negatif atau nol. Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang

diikatnya.

Ikatan antara inti dan ligand bersifat kovalen, yaitu terjadi karena sepasang elektron

dipakai bersama antara kedua atom yang berikatan. Dalam ikatan kovalen biasa, dan

kedua pihak masing-masing memberikan satu elektron sehingga terbentuklah pasangan

elektron tersebut. Dalam membentuk kompleks, ion logam tidak memberikan elektron,

karena sebagai ion positif ia tidak mempunyai elektron bebas untuk keperluan tersebut

maka kedua elektron disediakan oleh ligand. Kedua elektron dari pasangan yang

diberikan oleh satu pihak saja disebut ikatan kovalen koordinat. Ligan sebagai

pemberi disebut donor pasangan elektron dan inti bersifat akseptor pasangan elektron.

Yang biasa menjadi ligan ialah :

1. Ion halogenida (F-, Cl-, Br-, I-,); OH- baik dari basa maupun dalam persenyawaan

organik; CN-; gugus karbonil (>C = O), dan karboksil (-COOH).

2. Basa nitrogen (NH3)

3. Beberapa gugus atom yang berisi S, P, dan As.

37
4. Dari semua ligand itu yang merupakan donor pasangan elektron hanyalah atom-

atom tertentu, yaitu N, O, S, P, As, dan halogen yang kesemuanya mempunyai

keelektronegatifan yang cukup tinggi.

Ligan monodentat dan ligan polidentat

Ligan-ligan seperti I-, NH3, CN- di atas, semuanya hanya berisi satu atom donor

pasangan elektron, ligan demikian dinamakan monodentat atau unidentat. Ada ligan

yang mempunyai atom donor lebih dari satu, dan disebut polidentat atau multidentat;

kalau punya dua donor disebut bidentat, tridentat bila tiga, kuadridentat, pentadentat

dan seterusnya bila punya atom donor pasangan elektron sebanyak 4, 5, 6 dan

seterusnya.

B. KONSTANTA PEMBENTUKAN KOMPLEKS LOGAM

Ion-ion logam adalah akseptor pasangan elektron dan dengan demikian merupakan

asam lewis polifungsional. Reaksi ion logam dan basa Lewis dituliskan sebagai reaksi

pembentukan kompleks dan bukan sebagai reaksi disosiasi seperti yang biasanya

dituliskan untuk asam dan basa Bronsted. Sebagai contoh,

M2+ + L- ML+ ………………………untuk mencari kf1

ML+ + L- ML2 ……………………….untuk mencari kf2

[ML+] [ML2]
kf1 = dan kf2 =
[M2+][L-] [ML+][L-]

Konstanta pembentukan kf1 dan kf2 melibatkan reaksi spesies yang mengandung logam

M2+ atau ML+ dengan L- , yaitu bentuk terionisasi tertinggi dari ligan HL, yang dalam

hal ini adalah asam monoprotik. Apabila ligan adalah suatu asam tetraprotik H 4L,

ungkapan konstanta pembentukan akan mengandung spesies L4- .

Konstanta kesetimbangan yang melibatkan spesies H4L, H3L-, H2L2-, atau HL3- adalah

konstanta penggantian proton (proton displecemen constans), Kpd adalah fungsi

konstanta pembentukan dan konstanta disosiasi asam Ka, sebagai contoh:

38
M2+ + HL ML+ + H+

ML+ + HL ML2 + H+

[ML+][H+] [ML2][H+]
Kpd1 = = kf1 x Ka , dan Kpd2 = = kf2 x Ka
[M2+][HL] [ML+][HL]
di mana Ka adalah konstanta disosiasi asam monoprotik HL.
1. Kompleks Perak – Amonia

Amonia berreaksi dengan Ag+ membentuk kompleks perak mono dan diamino :

Ag+ + NH3 Ag(NH3)+

Ag(NH3)+ + NH3 Ag(NH3)2+

[Ag(NH3)+] [Ag(NH3)2+]
kf1 = dan kf2 =
[Ag ][NH3]
+
[Ag(NH3)+][NH3]

[Ag(NH3)2+]
kf1kf2 =
[Ag][NH3]2

Konsentrasi Ag+ , Ag(NH3)+ , dan Ag(NH3)2+ dapat dihitung dari ungkapan-

ungkapan berikut :

[Ag(NH3)2+] [Ag(NH3)2+]
=
CAg [Ag+] + [Ag(NH3)+] + [Ag(NH3)2+]

Sehingga :

[Ag(NH3)2+] 1
=
CAg 1 1
+ + 1
kf1kf2[NH3] 2
kf2[NH3]

kf1kf2[NH3]2
= ……….1
1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3] 2

Dengan cara yang sama:

[Ag(NH3)+] kf1[NH3]
= …………2
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3] 2

Dan

39
[Ag+] 1
= …………..3
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3]2

Jika konsentrasi ligan bebas [NH3] diketahui, maka [Ag(NH3)2+], [Ag(NH3)+], dan

[Ag+] dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1 , 2 dan 3 .

Contoh soal:

Suatu larutan mempunyai komposisi AgNO3 1,00 x 10-3 dan NH3 6,00 M.

Hitunglah konsentrasi [Ag(NH3)2+] , [Ag(NH3)+] dan [Ag+] dalam larutan jika

diketahui harga kf1 = 10 3 dan kf2 = 104

Jawaban :

Persamaan neraca massa adalah

1,00 x 10-3 = [Ag+] + [Ag(NH3)+] + [Ag(NH3)2+]

6,00 = [NH3] + [Ag(NH3)+] + [Ag(NH3)2+] + [NH4+]

Anggap bahwa [NH3] tetap 6,00 ( karena [Ag+]<<<[NH3])

[Ag(NH3)2+] 107 x 36
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0

Sehingga

[Ag(NH3)2+] = X M

Pada :

[Ag(NH3)+] 103 x 6,00


=
1,00 x 10-3
1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0

[Ag(NH3)-] = Y M

Pada :

[Ag+] 1
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0

[Ag+] = Z M

40
2. Kompleks Tembaga – Amonia

Ion tembaga (II) berreaksi dengan amonia secara bertahap membentuk enam

kompleks amin :

Cu2+ + NH3 Cu(NH3)2+ + kf1 = 10 4,15

Cu(NH3)2+ + NH3 Cu(NH3)22++ kf2 = 10 3,50

Cu(NH3)22+ + NH3 Cu(NH3)32+ + kf3 = 10 2,89

Cu(NH3)32++ NH3 Cu(NH3)42+ + kf4 = 10 2,13

Cu(NH3)4 + NH3 Cu(NH3)52+ + kf5 = 10 -4,7

Cu(NH3)5 + NH3 Cu(NH3)62+ + kf6 = 10 -2,20

3. Kompleks Kloro – Merkuri

Berikut ini diberikan harga-harga konstanta pembentukan kompleks kloro merkuri

(II). Jelas bahwa spesies HgCl2 adalah spesies yang paling dominan dalam kisaran

konsentrasi ion klorida yang cukup luas. Hal ini ditunjukkan dalam reaksi berikut :

Hg2+ + Cl- HgCl+ kf1 = 106,74

HgCl+ + Cl- HgCl2 kf2 = 106,48

HgCl2 + Cl- HgCl3- kf3 = 100,85

HgCl3- + Cl- HgCl42- kf4 = 101,00

Contoh soal :

Pada saat konsentrasi ion klorida bebas adalah 1,0 x 10 -8 M, berapa persen Hg2+

akan berada dalam bentuk HgCl+ ?

Jawaban :

[HgCl+] kf1[Cl-]
=
CHg 1 + kf1[Cl-] + kf1kf2[Cl-]2 + kf1kf2kf3[Cl-]3 + kf1kf2kf3kf4[Cl-]4

0,05
= = 0,052
1,05

41
Dengan demikian pada saat konsentrasi ion Cl- bebas adalah

1 x 10-8 M. hanya 5,2 % dari total Hg 2+ berada dalam bentuk

HgCl-.

4. Jumlah Ligan Rata-Rata

Jumlah ligan rerata , n adalah jumlah mol NH 3 yang terikat oleh tiap mol Cu2+ dan

didefinisikan sebagai berikut:

CNH3 - [NH3]
N =
CCu

Contoh soal

Berapakah konsentrasi total NH3 yang harus ditambahkan kepada larutan Cu2+ 2,00

x 10-4 M sedemikian hingga spesies dominan adalah Cu(NH3)22+ dengan

konsentrasi NH3 bebas untuk n = 2 adalah 10 –3 M?

Jawaban:

Ketika dalam larutan tersebut spesies Cu(NH3)22+ menjadi spesies yang paling

domanan, maka n = 2. Konsentrasi NH3 (yaitu CNH3) yang harus ditambahkan dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

CNH3 = n x CCu + [NH3]

= 2 x 2,00 x 10-4 + 10-32

= 4,00 x 10-4 + 6,31 x 10-4

= 1,03 x 10-3 M

Latihan Soal

1. Hitung konsentrasi bebas Cu2+ dan NH3 bebas dalam larutan yang diperoleh dari

pencampuran Cu2+ dan NH 3 sedemikian rupa sehingga CCu = 0,01 M dan CNH3 =

0,03 M !

2. NH3 pekat ditambahkan secara bertetes-tetes ke dalam larutan AgNO 3 10-3 M

sampai konsentrasi NH3 mencapai 2,0 x 10-2M. . Hitunglah konsentrasi Ag(NH3)+

dalam larutan (kf1 = 10 3,31, kf2 = 103,91)

42
BAB IV

ARGENTOMETRI

Ialah titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO3. Penggunaan Argentometri

akan membentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan

indikator yang dipakai, diantaranya :

A. Cara MOHR

Dengan menggunakan indikator K2CrO4 dan titrannya ialah AgNO3, dimana

indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga

terbentuk endapan yang berwarna merah bata (ada juga membentuk kompleks) yang

menunjukkan titik akhir dikarenakan warnanya berbeda dari warna endapan analat

dengan Ag+.

Pada analisis Cl- mula-mula terjadi reaksi :

Ag+ + Cl- AgCl

Sedangkan pada titik akhir, titrant juga berreaksi menurut persamaan reaksi :

2Ag+ + CrO4= Ag2CrO4

Sehingga :

AgCl Ag+ + Cl-

Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4=

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO4=]

Konsentrasi CrO4= yang ditambahkan sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi

harus dihitung berdasarkan Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4.

Contoh :

Jika diketahui : Ksp AgCl = 1,78 x 10-10

Ksp Ag2CrO4 = 1,29 x 10-12

Berapakah CrO4= yang diperlukan agar endapan Ag2CrO4 terjadi tepat pada titik

ekivalen pada saat itu ?

43
Jawaban:

AgCl Ag+ + Cl-

Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]

Dimana [Ag+] = [Cl-] dimisalkan = x

Maka :

Ksp AgCl = [x] [x]

Ksp AgCl = x2

X2 = Ksp AgCl

X = Ksp AgCl

X = 1,78 . 10-10

X = 1,35 . 10-5

Sehingga [Ag+] = 1,35 .10-5

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4=

Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO4=]

Ksp Ag2CrO4 1,29.10-12


[CrO4 ] =
=
= = 0,0072 M
[Ag+]2 1,35.10-5

B. CARA VOLHARD

Cara ini menggunakan indikator Fe3+, dan titrant KSCN atau NH4SCN, sampai

dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dengan Ag+ membentuk

endapan putih.

AgCl + KSCN AgSCN + KCl

Sedikit kelebihan titrant kemudian berreaksi dengan indikator membentuk ion

kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)

SCN- + Fe3+ FeSCN++

Pada larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih, pada titrant KSCN, selain berreaksi

dengan Ag+ tersebut juga akan berreaksi dengan AgX

Sesuai dengan reaksi :

44
Ag+ + X- AgX ………………..1

Ag+ + SCN- AgSCN ………………..2

SCN- + AgX X- + AgSCN …………3

Denganb melihat persamaan 1 dan persamaan 2 , maka konstanta kesetimbangan :

Ksp AgX
K=
Ksp AgSCN

Misalkan dalam titrasi Cl-, endapan AgCl dapat berreaksi dengan titrant sebagai

berikut :

AgCl + SCN- AgSCN + Cl-

[Cl-] [Cl-] [Ag+] Ksp AgCl


K= = =
[SCN-] [SCN-][Ag+] Ksp AgSCN

Contoh soal:

Jika diketahui harga Ksp AgCl = 1,82 . 10-10

Ksp AgSCN = 1,10 . 10-12

Berapakah konsentrasi ion klorida yang terdapat dalam ion tiosianat Fe(SCN) ++ 6,4

. 10-6 M dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,01 M, jika harga kesetimbangan

pembentukan ion kompleks Fe(SCN)++ = 1,4 . 102

Jawaban :

Ksp AgCl [Cl-][Ag+] 1,82 . 10-10


= = K = = 1,7 .102
Ksp AgSCN [SCN ][Ag ]
- +
1,10 . 10 -12

[Cl-]
K= = 1,7 . 102
[SCN-]

Dalam ion tiosianat : Fe(SCN) ++ Fe3+ + SCN-

Ketetapan pembentukan ion kompleks :

Fe3+ + SCN- Fe(SCN) ++

45
[Fe(SCN)++]
= 1,4 . 102
[Fe ][SCN ]
3+ -

6,4 . 10-6
= 1,4 . 102
0,01 [SCN ] -

[SCN-] = 4,6 . 10-6

Maka konsentrasi ion Cl- adalah :

[Cl-]
K=
[SCN-]

[Cl-]
1,7 . 102 =
4,6 . 10-6
[Cl-] = 1,7 . 102 x 4,6 . 10-6

[Cl-] = 7,8 . 10-4 M

C. CARA FAJANS

Pada cara ini indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi yang merupakan

zat yang dapat diserap pada permukaan endapan yang menyebabkan timbulnya

warna.

Cara kerja indikator adsorbsi ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat

membentuk endapan dengan ion perak, misalnya fluorosien yang digunakan dalam

titrasi ion klorida dan dalam larutan fluorosien akan mengion seperti pada reaksi :

HFI H+ + FI-

Ion FI- ini yang akan diserap oleh AgX dan menyebabkan endapan merah muda dan

diusahakan agar FI- dalam jumlah yang besar, karena jika FI - terlalu kecil maka

perubahan warna akan kurang jelas dan titik akhir akan terlambat.

46
LATIHAN

1. Jika diketahui Ksp Ag2CrO4 = 1,29 . 10-12

Berapakah Ksp AgCl jika konsentrasi CrO 4= = 0,005 M agar endapan terjadi tepat

pada titik ekivalen pada saat itu ?

2. Jika diketahui : Ksp AgCl = 1,82 . 10-10

Ksp AgSCN = 1,10 . 10-12

Berapakah konsentrasi ion klorida dalam ion tiosianat Fe(SCN)++ 2 . 10-4 M

dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,1 M dan jika harga kesetimbangan pembentukan

ion kompleks Fe(SCN)++ = 1,2 . 104

3. Berapakah konsentrasi indikator yang diperlukan agar terjadi perubahan warna

tepat pada titik ekivalen jika diketahui konstanta kestabilan FeSCN++ = 142,

konsentrasi ion Ag+ = 11,01 . 10-6 M dan FeSCN++ = 6,4 . 10-6 M

47
BAB V

KESETIMBANGAN REDOKS

A. PERUBAHAN ENERGI BEBAS DALAM REAKSI KIMIA

Untuk reaksi kimia :

aA + bB cC + dD

Menurut persamaan Nernst :

0,059 aC C x aDd
Esel = E0sel - log [ ]
n aAa x aBb

dengan Esel adalah emf (electromotice force) sel dan E osel adalah emf sel ketika

semua pereaksi dan produk ada dalam keadaan standar.

B. SEL ELEKTROLISIS

1) Sel Galvani

Aturan berikut dimaksudkan untuk menghitung emf suatu sel elektrokimia, dimana

semua potensial elektrode standar (harga Eo) adalah potensial reduksi, dan reaksi

paronya ditulis sebagai reduksi, sesuai dengan perjanjian IUPAC

(International Union of Pure and Applied Chemistry) diantaranya :

1. Emf Sel ditulis seperti seolah-olah oksidasi terjadi pada elektrode sebelah kiri

dan reduksi pada elektrode sebelah kanan.

2. Esel = Ekanan (red) – Ekiri (oks) , karena emf sel adalah selisih antara potensial

elektrode kanan (Ekanan) dan elektrode sebelah kiri (Ekiri).

3. Jika Esel positif, maka reaksi sel berlangsung secara spontan pada arah

sebagaimana tertulis dan oksidasi terjadi pada elektrode kiri dan reduksi terjadi

pada elektrode kanan. Jika Esel negatif, maka reaksi berlangsung secara spontan

48
pada arah yang berlawanan dengan yang dituliskan dan reduksi terjadi pada

elektrode sebelah kiri dan oksidasi terjadi pada elektrode sebelah kanan.

Contoh soal

Hitung emf dari sel berikut dengan memberikan jembatan garam :

Zn/Zn2+ (1,0 x 10-2 M)// Cu2+ (2,0 x 10-2M)/Cu

Zno Zn2+ + 2e Eo = -0,76 V

Cu2+ + 2e Cuo Eo = +0,34 V

Jawaban :

Oksidasi pada elektrode sebelah kiri :

Zno Zn2+ + 2e

Reduksi pada elektrode sebelah kanan :

Cu2+ + 2e Cuo

Reaksi sel :

Zno + Cu2+ Zn2+ + Cuo

Eo sel = Eokanan – Eokiri = +0,34 - (-0,76) = +1,10 V

Persamaan Nernst :

0,059 [Zn2+]
Esel = E Sel -
o
log
2 [Cu2+]

[1,0 x 10-2]
= 1,10 - 0,0245 log
[2,0 x 10-2]
= 1,10 – 0,0245 x 0,3010

= 1,11 V

Contoh soal:

Hitung emf dari sel berikut (tanpa potensial sambungan cair) :

Pt, H2(1 atm) H+(1,00 x 10-2M)Cl-(1,00 x 10-2M) AgCl,Ag

EoAgCl, Ag, Cl- = + 0,222 V

Jawaban:

49
Oksidasi di sebelah kiri : ½ H2 H+ + e

Reduksi di sebelah kanan : AgClo + e Ago + Cl-

Reaksi sel :

Eosel = Eokanan – Eokiri = (0,222 – 0) = + 0,222 V

Persamaan Nernst :

0,059 [Cl-][H+]
Esel = E sel -
o
log
1 PH2 ½

0,059 [1,00 x 10-2][1,00 x 10-2]


= +0,222 - log
1 11/2

= +0,458 V

2) Sel Elektrokimia

Sel Elektrokimia Anoda Sel Elektrokimia Katoda

1. Ion SO42- dan Ion NO3- 1. Ion Ion golongan IA, IIA, Al3+, Mn2+

2H2O 4H+ + 4e + O2 2H2O + 2e 2OH- + H2

2. Ion Halogen F-, Cl-, Br-, I- 2. Ion-ion Logam yang lain

2X- X2 + 2e Mnn+ + ne M

3. Ion OH- 3. Ion H+ (asam)

4OH- 2H2O + 4e + O2 2H+ + 2e H2

4. Pada Pelapis atau penyepuhan logam 4. Ion pada nomor 1 dalam bentuk leburan

sebagai anoda adalah logam pelapis Mnn+ + ne M

Persamaan hukum Faraday secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Q It Dimana :
F = =
96500 96500 F : Faraday
Q : Muatan Listrik
Sedangkan : I : Kuat Arus (A – Ampere)
t : Waktu (s – Sekon)
e.Q eIt
Ar atau Mr
E=
Muatan 50
W=eF = =
96500 96500

C. PERHITUNGAN TETAPAN KESETIMBANGAN

Dimisalkan pada suatu reaksi :

Cu 2+ + Zno Cuo + Zn2+

EoCu2+, Cuo = +0,34 V

EoZn2+, Zno = - 0,76 V

nEosel 2 x (0,34 + 0,76)


log K = =
0,059 0,059

log K = 37,3

K = 10+37,3

Dengan demikian, jika Cu2+ dan logam Zn bersentuhan, satu dengan yang lain

atau jika sel elektrokimia Cuo/Cu2+//Zn2+/Zno dihubungkan, maka

reaksi sel seperti yang dituliskan di atas akan berlangsung sampai sempurna.

Contoh soal :

Hitunglah hasil kali kelarutan AgCl dari EoAg-,Ago = +0,80 V dan

EoAgClo,Ago,Cl- = +0,22 V

Jawaban :

Oksidasi : Ag o Ag+ + e (elektrode kiri)

Reduksi : AgClo Ago + Cl- (elektrode kanan)

Reaksi sel : AgClo Ag+ + Cl-

Esel = Eokanan - Eokiri = 0,22 – 0,80 = -0,58

nEosel –0,58
log Ksp = = = -9,83
0,059 0,059

Log Ksp = -9,83 = 10-9,83 = 1,5 x 10-10

D. PERHITUNGAN HARGA Eo

51
Pada cvontoh di atas harga Eo tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat

dihitung dari harga-haraga Eo lain yang sudah diketahui harganya.

Contoh soal :

Hitunglah harga Eo untuk Cu2+ + e Cu+ jika diketahui :

Cu2+ + 2e Cuo Eo = 0,34 M

Cu+ + e Cuo Eo = 0,52 M

Jawaban :

Cu+

Go1 Go2

Cu2+ Cuo
Go3

Skema diatas menunjukkan bahwa ada dua jalan untuk melakukan konversi dari

Cu2+ menjadi Cuo, tetapi perubahan tenaga bebas yang terlibat harus sama,

sehingga :

Go3 = Go1 + Go2

n3Eo3 = n1Eo1 + n2Eo2

2 x 0,34 = 1 x Eo1 + 1 x 0,52

Eo1 = 0,68 - 0,52

Eo1 = 0,16 V

D. TITRASI REDOKS

Sebelum titrasi redoks dilakukan, dapat disarankan agar dilakukan terlebih dahulu

penentuan sampai seberapa jauh reaksi redoks akan berlangsung melalui

perhitungan tetapan kesetimbangan. Sebagai contoh, jika hendak dilakukan titrasi

Fe3+ dengan Sn2+ , maka harus diperiksa apakah tetapan kesetimbangan untuk reaksi

52
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+

Cukup besar sehingga reaksi dapat berlangsung sempurna.

2Eosel 2 x 0,77 - 0,14


log K = =
0,59 0,59

log K = 21,4

K = 10 21,4

Dengan demikian reaksi reduksi Fe3+ dengan Sn2+ tersebut diatas akan berlangsung

sampai sempurna.

Contoh soal :

Lima puluh mililiter Fe3+ 0,02 M dititrasi dengan Sn2+ 0,050 M. Hitunglah potensial

elektrode platina terhadap elektrode hidrogen standar ketika telah dilakukan

penambahan Sn2+ sebanyak 5,0 ml ! (E oFe3+,Fe2+ = +0,77 V )

Jawaban :

Pada penambahan 5,0 mL Sn2+ (0,250 mmol Sn2+ ) :

2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+

Mula –mula 1,00 0,250 - -

Terurai 0,50 0,250 0,5 0,250

Setimbang (1,0 – 0,50) - 0,5 0,250

Tetapan kesetimbangan untuk reaksi di atas menunjukkan bahwa reaksi berlangsung

hampir sempurna dan 0,250 mmol Sn2+ berreaksi dengan 0,500 mmol Fe3+ untuk

membentuk o,500 mmol Fe2+ dan 0,250 Sn4+. Karena Sn2+ habis berreaksi maka

[Fe2+]/[Fe3+] dapat diketahui, maka persamaan nernst dapat digunakan untuk

menghitung emf sebagai berikut :

EHS Fe3+ , Fe2+ Pt

Oksidasi reduksi

Fe3+ Fe2+ Eo = +0,77 V

0,059 [Fe2+]
E Pt terhadap EHS = 0,77 - log = 0,77 V
1 [Fe ]3+

53
Latihan soal :

1. Hitunglah emf dari sel konsentrasi berikut :

Pt / H2 (0,75 atm) H+ (0,20 M) / H+ (0,040 M) H2 (0,80 atm) / Pt

2. Hitunglah tetapan kesetimbangan untuk reaksi :

Sn4+ + 2Cr2+ Sn2+ + 2Cr3+

EoSn4+,Sn2+ = 0,14 V dan EoCr3+,Cr2+ = -0,38 V

3. Hitunglah harga Eo untuk Au+ + e Auo jika diketahui:

Au3+ + 2e Au+ Eo = 1,41 V

Au3+ + 3e Auo Eo = 1,50 V

4. Hitunglah emf sel berikut :

Zn Zn2+ (0,25M) Cu2+ (0,35M) Cu

Zn2+ + 2e Zn0 Eo = -0,76 V

Cu2+ + 2e Cuo Eo = +0,34 V

54
Daftar Pustaka

James E. Brady, Diterjemahkan oleh Sukamariah Maun, Dra., Kamiati Anas,

Dra., Tilda S. Sally, Dra., 1999, Kimia Universitas, Jakarta : Bina

Akasara.

W. Harjadi, 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Jakarta : PT. Gramedia.

Quintus Fernando, Michael D. Ryan, Diterjemahkan oleh Wisnu

Susetyo, PhD. 1997, Ilmu Kimia Analitik Kuantitatif, Yogyakarta :

Andi Perss.

Nurkhasanah. S.Si. Apt., Any Guntari, Dra. Apt., 1999, Kimia Analisis,

Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

55
SOAL KIMIA ANALISA
SEMESTER III
1. Sebutkan jenis-jenis ion yang biasa menjadi ligan berikut contohnya !

2. Suatu larutan mempunyai komposisi AgNO3 1,00 x 10-3 dan NH3 6,00

M. Hitunglah konsentrasi [Ag(NH 3)2+] , [Ag(NH3)+] dan [Ag+] dalam


3
larutan jika diketahui harga kf1 = 10 dan kf2 = 104

3. Berapakah konsentrasi total NH 3 yang harus ditambahkan kepada

larutan Cu2+ 2,00 x 10-4 M sedemikian hingga spesies dominan adalah

Cu(NH3)22+ dengan konsentrasi NH3 bebas untuk n = 2 adalah 10 –32


M?

4. Jika diketahui : Ksp AgCl = 1,82 . 10-10

Ksp AgSCN = 1,10 . 10-12

Berapakah konsentrasi ion klorida dalam ion tiosianat Fe(SCN) ++ 2 .

10-4 M dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,1 M dan jika harga

kesetimbangan pembentukan ion kompleks Fe(SCN)++ = 1,2 . 104

5. Hitunglah harga Eo untuk Cu 2+ + e Cu + jika

diketahui :

Cu2+ + 2e Cuo Eo = 0,34 M

Cu+ + e Cuo Eo = 0,52 M

6. Lima puluh mililiter Fe3+ 0,02 M dititrasi dengan Sn2+ 0,050 M.

Hitunglah potensial elektrode platina terhadap elektrode hidrogen

standar ketika telah dilakukan penambahan Sn2+ sebanyak 5,0 ml ! (E


o
Fe3+,Fe2+ = +0,77 V )

7. . Hitunglah emf dari sel konsentrasi berikut :

Pt / H2 (0,75 atm) H+ (0,20 M) / H+ (0,040 M) H2 (0,80 atm) / Pt

56
MATERI KULIAH KIMIA ANALIS
OLEH BAMBANG KARSIDIN
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON
2003

57

Anda mungkin juga menyukai