PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
1. TUJUAN
Untuk menentukan jenis/identitas senyawa di dalam campurannya.
2. PERCOBAAN
2.1. Pemerian
Lakukan pengamatan terhadap “penampilan” beberapa zat uji berikut :
a. Kaliumheksasianoferat (III) b. Kaliumheksasianoferat (II)
c. Besi(II)Sulfat d. Tembaga(II)Sulfat
e. Amoniumklorida f. Kaliumbikromat
g. Besi(III)klorida h. Nikel(II)nitrat
i. Aluminiumklorida j. Natriumhidroksida
2.2. Kelarutan
(a) Periksalah kelarutan beberapa bahan uji berikut di dalam air suling dingin,
kemudian dipanaskan. Catat pengamatan pada kedua kondisi tersebut.
(1) Natriumklorida
(2) Asam benzoat
(3) Tembaga(II)sulfat
(b) Dengan menggunakan bahan uji yang sama, periksalah kelarutannya di dalam
asam sulfat encer dingin, kemudian dipanaskan.
(c) Periksa juga kelarutan ketiga zat tersebut di dalam alkohol absolut. Awas!
Tidak perlu dipanaskan.
Catatlah semua data kelarutan bahan uji dalam satu tabel pengamatan.
1
(b) Ambillah sedikit serbuk bahan uji (kira-kira) seujung bulatan kawat, kemudian
bakarlah dalam nyala oksidasi (warna biru), segera amati nyala “baru” yang
terjadi.
(c) Lakukan pengamatan reaksi nyala untuk bahan uji berikut :
Natriumklorida, kaliumklorida, kalsium klorida, stronsiumklorida, barium
klorida dan boraks/asam borat.
Catatlah data pengamatan dalam satu tabel yang komunikatif !
3. BAHAN ANALISA
(a) Bagaimana mekanisme terjadinya reaksi nyala ketika zat dibakar ? Jelaskan dengan
teori struktur atom ?
(b) Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada proses pembentukan gas !
(c) Bagaimana saudara menjelaskan perbedaan kelarutan bahan uji di dalam air dan
pelarut bukan air (pelarut organik) ?
2
PERCOBAAN 2
REAKSI-REAKSI KHAS KATION
I. TUJUAN
Mengetahui sifat/ciri khas suatu kation dalam suatu reaksi.
II. PERCOBAAN
(1) Kation Golongan I
Kedalam masing-masing 1 ml larutan kation golongan I (disebut bahan uji)
ditambahkan tetes demi tetas larutan pereaksi sampai terjadi perubahan secara
visual.
Proses kerja dan pengamatannya dilakukan sesuai dengan tabel berikut :
Hasil Pengamatan pada
No PROSEDUR KERJA Tabung Kation
Pb(II) Hg(I) Ag(I)
1. Tambahkan lar. As-klorida
Tambahkan lar.amonium-hidroksida
Tambahkan air panas
2. Tambahkan lar. Amonium hidroksida
Lanjutkan sampai berlebih
3. Tambahkan lar. K-Iodida
Lanjutkan sampai berlebih
4. Tambahkan larK-Kromat
Tambahkan lar.amonium hidroksida
5. Tambahkan hidr.sulfida
Tambahkan lar.asamnitrat.
Lanjutkan dg pendidihan
3
Test Gutzeit (Vogel : jilid I, hal.244)
Masukkan sekitar 1-2 gram seng bebas arsen kedalam tabung uji, kemudian
tambahkan 5-5 ml asam sulfat encer. Sumbat mulut tabung (posisi longgar) dengan
kapas yang telah dimurnikan, kemudian letakkan selembar kertas saring yang telah
dibasahi dengan larutan peraknitrat 20% pada mulut tabung uji.
Panaskan tabung secara perlahan selama dua menit, kemudian singkirkan kertas
saring, biasanya akan terlihat bercak coklat akibat kontaminasi arsen pada pereaksi.
4
(4) Kation Golongan IV
Beberapa reaksi khusus untuk kation-kation adalah ::
Hasil Pengamatan pada
No PROSEDUR KERJA Tabung Kation
Ba(II) Sr(II) Ca(II)
1. Tambahkan lar.amoniumhidroksida
2. Tambahkan lar.amoniumkarbonat
3. Tambahkan lar. Amonium oksalat
4. Tambahkan asam sulfat encer
5. Tambahkan lar.K-kromat
5
PERCOBAAN 3
REAKSI-REAKSI KHUSUS ANION
I. TUJUAN
Mengetahui sifat/ciri khas suatu anion dalam suatu reaksi.
II. PERCOBAAN
1. Anion bikarbonat
Tambahkan kedalam larutan uji masing-masing larutan raksa(II) klorida dan
magnesium sulfat. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
2. Anion klorida
Siapkan dua buah tabung yang telah diisi dengan larutan uji. Tabung I ditambahkan
larutan peraknitrat, catat perubahannya, kemudian tambahkan larutan
amoniumhidroksida dan catat kembali perubahannya.
Tabung II ditambahkan larutan asam sulfat encer, kemudian dipanaskan. Hasil
reaksi berupa gas, diperiksa dengan lakmus biru dan baunya (hati-hati).
3. Anion bromida
Lakukan pemeriksaan yang sama dengan anion klorida, catat perbedaan yang dapat
dihasilkan oleh kedua anion tersebut.
4. Anion nitrat
Isikan larutan uji kedalam dua buah tabung. Tabung I ditambahkan larutan asam
sulfat encer, catat pengamatannya, kemudian tambahkan asam sulfat pekat, catatlah
kembali perubahannya.
Tabung II ditambahkan larutan besi(II) sulfat (yang harus disiapkan segar) dan
tambahkan tetes demi tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Tanpa
mengocok campuran dalam tabung, amati dan catat perubahan yang terjadi.
5. Anion nitrit
Lakukan prosedur kerja yang sama dengan pemeriksaan anion nitrat.
Catat perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan hasil pengamatan nitrat.
6. Anion sulfat
Kedalam dua buah tabung yang telah berisi larutan uji, tambahkan masing-masing
laruan barium(II) klorida dan timbal(II) asetat. Catat perubahan yang terjadi.
7. Anion tiosulfat
Kedalam dua buah tabung yang telah berisi larutan uji ditambahkan masing-masing
larutan iodium dan larutan bariumklorida. Catat pengamatan pada kedua tabung.
6
8. Anion tiosianat
Kedaloam dua tabung yang berisi larutan uji ditambahkan masing-masing larutan
tembaga(II)sulfat dan besi(III)klorida. Catat pengamatannya.
9. Anion kromat
Masukkan sejumnlah sama larutan uji kedalam dua buah tabung, kemudian
masing-masing tabung ditambahkan larutan barium (II) klorida dan
timbal(II)asetat. Amati dan catat perubahannya.
10. Anion bikromat
Lakukan pekerjaan yang sama seperti pada anion kromat untuk bahan uji larutan
anion bikromat. Periksalah dengan teliti dan catat perubahan yang terjadi.
Bandingkan hasil pengamatannya dengan anion kromat!
11. Anion permanganat
Kedalam dua buah tabung berisi larutan uji tambahkan masing-masing larutan
hidrogenperoksida dan peraknitrat. Catat pengamatannya!
12. Anion asetat
Periksalah larutan ujinya dengan menambahkan masing-masing larutan asam sulfat
encer, besi(III)klorida dan peraknitrat. Catat pengamatannya!
13. Anion benzoat
Dengan prosedur kerja yang sama dengan anion asetat, periksalah larutan uji
benzoat. Catat hasilnya, kemudian bandingkan kedua anion tersebut.
14. Anion tartrat
Lakukan pengamatan terhadap larutan uji ketika ditambahkan masing-masing
larutan peraknitrat dan kalsium(II)klorida.
7
PERCOBAAN 4
ANALISIS KUALITATIF ZAT ANORGANIK
DENGAN METODE H2S
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya kation dan anion dalam suatu senyawa tunggal atau
campuran.
II. PERCOBAAN
(1) Bagan kerja umum (Pemisahan kation kedalam golongan)
Filtrat (4)
8
Pindahkan pada cawan, asamkan dg asam asetat encer
uapkan sampai pasta, biarkan dingin.
+ 3-4 ml asamnitrat pekat, panaskan hati-hati (kering)
panaskan cepat, dinginkan.
+ 3 ml asam klorida encer dan 10 ml air panaskan, aduk,
saring bila perlu.
+ 0,25 g amonium klorida padat (2,5 ml lar. 20%) basakan
dengan amonia.
+ larutan amonium karbonat sambil diaduk, lebihkan.
Tempatkan diatas pengangas air pada 50-60 oC (3-5 menit)
saring campuran dg sedikit air panas
Bagan analisis
kation Gol. V
Catatan :
Setiap hasil tahapan proses harus disimpan untuk selanjutnya digunakan dalam
analisis kation golongan selanjutnya.
9
(2) Bagan kerja analisis kation golongan I
dinginkan
Cuci beberapa kali dg air
panas sampai air cucian tidak
mengendap dg K-kromat
(bebas Pb(II)) Kristal putih filtrat
+ 3-4 ml amonia encer panas,
filtrat ditampung
Penetapan dg
Pb(II) positif pereaksi khas
Ag(I) positif
Catatan :
Dugaan adanya kation golongan I atau II harus dipastikan dengan menggunakan reaksi
penetapan khusus.
10
(3) Bagan kerja analisis kation golongan II (Metode kaliumhidroksida)
Gol. II B positif
11
(3a) Bagan analisis kation golongan IIA (metode asam sulfat)
Residu mengandung
As(III) Sb(III) Sn(IV)
12
Kation gol III terbagi atas gol III A : Fe(II), Fe(III), Cr(III), Al(III)
dan gol III B : Co(II), Ni(II), Mn(II), dan Zn(II)
pemisahan antara gol III A dan III B sudah dimulai dari awal, yaitu gol III A
merupakan hasil pengendapan filtrat 2 dan III B hasil pengendapan filtrat 3. Jadi
langkah selanjutnya langsung menuju analisis golongan III A atau III B.
(4a) Bagan Analisis kation golongan III A
13
Residu gol. III B
CoS NiS MnS ZnS
14
Kation golongan IV tidak dapat diendapkan langsung dari filtrat yang diperoleh setelah
pengendapan kation golongan III, karena mengandung garam-garam amonium dengan
konsentrasi tinggi.
Pemisahannya menurut metode sulfat sebagai berikut :
larutan
Kalium bikromat
Amonium oksalat
Reaksi khas Sr(II) 2 ml asam asetat 2M
panaskan dalam air mendidih
15
Kation-kation golongan V dapat diidentifikasikan satu per satu tanpa pemisahan
pendahuluan. Walaupun demikian di bawah ini akan diberikan bagan alir pemisahan
kation tersebut agar analisis lebih terarah.
Residu putih :
Mg(I) Na(I) K(I) NH4(I)
Catatan :
Pemeriksaan terhadap kation amonium dapat dilakukan langsung dari bahan uji atau
melalui reaksi pendahuluan.
16
PERCOBAAN 4
I. TUJUAN
Dapat melakukan metode titrasi yang telah diketahui terlebih dahulu konsentrasinya
dengan tepat.
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar asam klorida dalam sample
a. Pipet 10 ml larutan asam klorida (sampel) kedalam labu titrasi.
b. Tambahkan 2 – 3 tetes larutan indikator fenolftalein.
c. Titrasi dengan larutan natriumhidroksida pentiter sampai terbentuk warna
merah muda.
d. Lakukan dua kali titrasi (duplo) dengan selisi volume tidak lebih dari 0,2 ml.
Bila selisih volume dua kli titrasi lebih besar dari 0,2 ml, maka harus dilakukan
titrasi yang ketiga.
II.2 Pembakuan larutan pentiter
a. Pipet 10 ml larutan baku primer asam oksalat (garam natriumnya)
b. Tambahkan 2 – 3 larutan fenolftalein.
c. Titrasi dengan larutan natrium hidroksida pentiter sampai terjadi warna merah
muda.
d. Lakukan tiga kali titrasi untuk setiap kelompok.
III. PERHITUNGAN
Dianggap titrasi dilakukan dengan benar, sehingga titik ekivalen akan berhimpit
dengan titik akhir titrasi.
Pada akhir titrasi berlaku kesetimbangan berikut :
Rumus umum ini berlaku untuk menghitung N (normalitas) larutan basa pentiter dan
asam analit.
17
PERCOBAAN 5
TITRASI ASAM-BASA POLIVALEN
I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar campuran basa bikarbonat dan karbonat
b. Dapat menentukan konsentrasi asam klorida
c. Dapat menentukan konsentrasi natriumhidroksida
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar campuran basa bikarbonat dan karbonat
a) Penetapan kadar total basa
1) Pipet 25 ml sampel kedalam labu titrasi.
2) Tambahkan 3 tetes indikator metil jingga.
3) Titrasi dengan larutan asam klorida pentiter sampai warna merah jingga.
4) Lakukan dua kali titrasi.
5) Hitung kadar basa total.
c) Titrasi blanko
1) Pipet 25 ml larutan natrium hidroksida pentiter dan tambahkan 20 ml air.
2) Tambahkan 10 ml larutan barium klorida 10 %.
3) Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein.
4) Titrasi dengan larutan asam klorida sampai warna merah muda hilang.
5) Catat volume asam klorida yang digunakan.
18
II.2 Penetapan konsentrasi asam klorida pentiter
1) Keringkan natrium karbonat pada suhu 260 – 270 C selama setengah jam.
2) Timbang 100 ml natrium karbonat anhidrat, masukkan labu titrasi.
3) Tambahkan 25 ml air dan 3 tetes indikator metil jingga.
4) Titrasi dengan larutan asam klorida pentiter sampai timbul warna jingga.
5) Lakukan tiga kali titrasi setiap kelompok.
6) Hitung normalitas asam klorida pentiter.
19
PERCOBAAN 6
TITRASI ARGENTOMETRI
I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Mohr)
b. Dapat menentukan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Volhard)
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar natrium klorida dalam sampel (cara Mohr)
1) Pipet tepat 10 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi.
2) Tambahkan 1 ml larutan indikator kalium kromat 5 %.
3) Titrasi dengan larutan perak nitrat pentitrasi (normalitas diketahui tepat 0,05 N)
sampai terbentuk endapan coklat kemerahan yang tetap.
Jangan lupa selalu menggoyang labu titrasi agar pengendapan sempurna.
4) Hitung kadar natrium klorida dalam sampel (% b/v)
5) Jangan lupa : mencatat normalitas larutan peraknitrat pentiter yang disediakan.
20
PERCOBAAN 7
TITRASI PERMANGANOMETRI
I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar besi (II) sulfat dalam sampel
b. Pembakuan larutan kaliumpermanganat
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar besi(II)sulfat dalam sampel
1) Pipet 10 ml larutan sampel kedalam labu titrasi.
2) Tambahkan 5 ml asam sulfat (1 : 5)
3) Panaskan labu sampai suhu 70 – 80 C (seakan labu berkeringat).
4) Titrasi dengan larutan kalium permanganat (dalam keadaan panas) sampai
timbul warna merah muda yang tetap.
5) Hitung normalitas besi(II) dalam sampel.
21
PERCOBAAN 8
TITRASI IODOMETRI
I. TUJUAN
a. Dapat menetapan kadar tembaga (II) sulfat dalam sampel
b. Dapat membakukan larutan natriumtiosulfat
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar tembaga(II) sulfat dalam sampel
1) Pipet sebanyak 20 ml larutan sampel ke dalam labu titrasi.
2) Tambahkan 10 ml larutan asam sulfat 1 N dan 2 gram kalium iodida.
3) Labu cepat ditutup dengan plastik, dikocok dengan baik dan diamkan selama
beberapa waktu untuk menyempurnakan proses reaksi.
4) Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat pentiter sampai berwarna kuning muda,
catat dulu volume pentiter yang dipakai.
5) Tambahkan 2,5 ml indikator amilum (yang dibuat segar), dan dilanjutkan titrasi
sampai warna biru hilang. Catat volume pentiter akhir (total).
22
PERCOBAAN 9
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
I. TUJUAN
a. Dapat menentukan kadar ion kalsium dalam sampel
b. Dapat membakukan larutan komplekson II
II. PERCOBAAN
II.1 Penetapan kadar ion kalsium dalam sampel
1) Pipet 25 ml larutan sampel, tambahkan 25 ml air dan 5 ml larutan dapar amonia
(pH = 10).
2) Tambahkan 50 mg indikator EBT (Eriochrome Black T) yang telah diencerkan
1 : 100 (b/b) dengan natrium klorida.
3) Titrasi dengan larutan komplekson III 0,05 M sebagai pentiter sambil dikocok
kuat. Titik akhir titrasi tercapai ketika terbentuk warna biru.
4) Hitunglah normalitas larutan komplekson III.
23
DAFTAR PUSTAKA
- Putranti Adirestuti, S.Si, M.Si., (2002), Petunjuk Praktikum Analisis Kimia untuk
Mahasiswa Farmasi UNJANI Angkatan 2001, Program Studi Farmasi Fakultas
MIPA UNJANI, Cimahi.
- W. Haryadi, 1990, Imu Kimia Analisis Dasar, Jakarta : Gramedia
- Team Kimia Analisis, 1997, Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Dasar, Semarang :
UNNES
24
BAB I
ANALISA KUALITATIF
Ilmu kimia analitik ialah ilmu kimia yang mendasari pemisahan- pemisahan dan analisa
bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan, baik secara kualitatif atau
kuantitatif maupun secara struktural. Susunan kuantitatif ialah berapa banyak setiap
komponen tersebut dan stuktur ialah bagaimana rumus molekul zat itu dan juga rumus
bangunnya.
Analisa kualitatif ialah jenis analisa yang menentukan macam atau jenis zat atau sifat
komponen – komponen bahan yang dianalisis yaitu apa yang terkandung di dalam bahan
atau zat tersebut.
Analisa Kualitatif
Ada dua macam reaksi yang penting untuk analisa , yaitu:
1. Reaksi spesifik atau reaksi khas untuk bahan tertentu
2. Reaksi sensitif yang mampu menunjukkan bahan yang hanya sedikit sekali.
Dapat pula disebut reaksi selektif ialah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang
berbeda–beda, misalnya bila ion Cl- ditambahkan kepada kation, maka dapat terjadi
endapan, reaksi ini tidak spesifik, sebab yang dapat mengendap dengan Cl - itu tidak
hanya satu macam kation, tetapi 3 macam yaitu Ag +, Pb 2+
, dan Hg+dan jika tidak
mengendap, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan Ag+, Pb2+ dan Hg+ tidak
terdapat bahan analisa.
A. Pemeriksaan Pendahuluan
Didasarkan baik pada pemeriksaan sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimia yang
dibedakan menjadi pemeriksaan pendahuluan kering dan pemeriksaan pendahuluan
basah.
A.1. Cara Kering
Dalam pemeriksaan ini bahan kering diperiksa tanpa penambahan bahan-bahan lain
baik itu dipanaskan ataupun tidak dan kemudian dilihat peristiwa perubahan-perubahan
yang terjadi.
Peristiwa-peristiwa yang dapat diamati antara lain :
a. Perubahan warna
b. Meleleh atau tidak meleleh
c. Sublimasi (menguap tanpa mencair terlebih dahulu)
d. Terjadi uap air
25
e. Terjadi asap atau gas
Sedangkan reaksi nyala api dimaksudkan untuk menganalisis analat dengan
menggunakan kawat nikrom dan nyala api yang menyebabkan api berwarna dan warna
api tersebut tergantung dari jenis kationnya.
A.2. Cara Basah
Pemerikasaan ini bertujuan untuk memperoleh petunjuk tentang sisa asam dalam analat
dengan menambahkan H2SO4 encer, kemudian pekat kalau perlu dengan pemanasan
bila tidak langsung terbentuk gas dan gas-gas yang terjadi diperiksa, seperti reaksi di
bawah ini :
A. H2SO4 encer
Sedikit zat dicampurkan dengan asam sulfat encer 1 M dapat dipanaskan bila
diperlukan, akan terjadi :
1. Gas tak berwarna
SO 2 Bau merangsang
Kertas bikromat + H2SO4 hijau berarti sulfit
2. Gas Berwarna
NO 2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas benzidine ada nitrit
Br2 berwarna coklat dan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipobromit
Cl2 Warna kuning-hijaudan bau merangsang
Membirukan kertas KI + kanji ada hipoklorit
B. H2SO4 pekat
Sedikit zat dicampur dengan 0,5 mL H 2SO4 pekat, jika perlu dipanaskan akan
terjadi:
1. Gas tak berwarna
HCl bau merangsang dan dengan batang pengaduk yang
Telah dicelupkan ke dalam NH4OH akan memberikan
26
Uap putih NH4Cl garam-garam klorida
CO2 mengeruhkan setetes Ba(OH)2 garam karbonat
Dan oksalat
H2S menghitamkan kertas PbAc sulfida
2. Gas Berwarna
HBr dan Br2 bau merangsang dan berwarna coklat dan
membirukan kertas KI + kanji garam-
garam bromida
NO2 bau merangsang dan warna coklat dan
membirukan kertas KI + kanji garam-garam
nitrit
I2 berwarna ungu dan bau merangsang serta
membirukan kertas kanji menunjukkan adanya garam
iodida.
Cl2 berwarna kuning dan bau merangsang serta
memutihkan kertas lakmus dan membirukan kertas
KI+kanji menunjukkan adanya garam-garam klorida.`
B. Penggolongan Kation dan Anion
B.1 Penggolongan Kation
Cara lain untuk analisa selektif ialah dengan menggunakan reaksi- reaksi selektif yang
tujuan ialah menunjukkan segolongan kation dari yang lain. Misal bila analat
direaksikan dengan pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sisanya
tetap larut, maka setelah endapan disaring, terdapat dua kelompok campuran yang
isinya masing-masing kurang dari sebelumnya dan seterusnya seperti pada bagan
berikut ini :
analat
+ pereaksi
+ pereaksi + pereaksi
27
= Filtrat
= Endapan
dan seterusnya dan seterusnya
Keuntungan-keuntungan cara pemisahan dengan mengunakan pereaksi selektif ini ialah
antara lain :
a. Analat tidak terbagi-bagi seperti pada cara reaksi spesifik
b. Dapat menunjukkan bahwa suatu kelompok tertentu tak ada dalam analat yaitu apabila
tidak terjadi endapan kelompok tersebut.
Dengan jalan ini, kita melakukan analisis secara sistematis, reaksi-reaksi di sini
menyebabkan terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan dikenali dari
perbedaan sifat fisiknya, antara lain:
a. membentuk endapan dari suatu larutan
b. melarutkan zat yang berbentuk padat atau endapan
c. zat yang berwarna lain
d. pembentukan gas
e. bentuk kristal yang khas
Oleh karena itulah, maka diperlukan pengetahuan fakta tentang bahan-bahan yang larut
atau tidak larut dalam air dan dalam asam keras encer, warna-warna zat, reaksi-reaksidan
pengetahuan teori yaitu pengertian yang cukup mengenai kesetimbangan, sebab proses
pengendapan dan melarutkan ditentukan oleh hukum-hukum kesetimbangan.
Metode H2S
Cara yang dulu mungkin paling luas penggunaannya ialah cara hidrogen sulfida atau
metode H2S yang disususn oleh Bergmann dan disempurnakan oleh Fresenius dan Noyes
untukanalisa kation.
Menurut cara ini, kation dibagi menjadi 5 golongan yang mengendap sebagai berikut :
Golongan II (Golongan H2S) : garam-garam sulfida dari Bi3+, Cu++, Cd++, Pb++
Dan As(III,IV), Sb(III,IV), Sn(II,IV) dan Hg++
Golongan III(Golongan (NH4)2S) : garam-garam sulfida dari Co++, Ni++, Fe++, Mn++,
Zn++, dan Al(OH)3 dan Cr(OH)3
Golongan V(Golongan sisa) : berisi ion-ion Mg++, K+, Na+ yang tetap merupakan
Larutan.
28
Bagan analisa metode H2S
analat
+ HCl
+H2S
Golongan I
29
dan endapan disaring kemudian dicuci, selanjutnya dikerjakan menurut langkah ke 4
endapan untuk menentukan kationnya.
4. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 3 didihkan kemudian ditambahkan dengan
NH4OH dan (NH4)2CO3 dan campuran dipertahankan untuk beberapa lama pada suhu
60 o kemudian didihkan lagi sebentar dan endapan disaring dan dicuci serta dianalisis
untuk penentuan kationnya,kemudian filtrat yang diperoleh dikerjakan pada langkah ke
5. Bila tidak terjadi endapan maka kation golongan (NH4)2CO3 tidak ada.
5. Filtrat atau larutan dari langkah nomor 4 dipakai untuk menunjukkan ion-ion golongan
sisa.
30
kation-kation yang mungkin mengganggu (misalnya ion-ion Fe, Al, dan Ca) pada
waktu pemeriksaan dapat dihilangkan, karena Fe3+ dan Al3+ diendapkan sebagai
hidroksida dan Ca++, Mn++ dan Mg++ diendapkan sebagai karbonatnya. Endapan yang
terjadi dibuang dan filtratnya untuk analisa mencari Cl -, NO3-, SO4= dan PO43-. Apabila
tidak terjadi endapan, maka campuran (cairan) tadi yang akan digunakan kita sebut
sebagai “cairan A”.
A. Identifikasi anion Cl-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO3 tetes demi tetes sampai tidak terjadi
CO2 lagi (sampai tidak terjadi gelembung gas), kemudian ditambahkan dengan
beberapa tetes larutan AgNO3 dan endapan putih menandakan adanya ion Cl-, endapan
ini dapat larut dalam NH4OH dan reaksinya adalah sebagai berikut:
CO3= + 2H+ H2O + CO2
Cl- + Ag+ AgCl (putih)
AgCl + 2NH4OH [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O
B. Identifikasi NO3-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan larutan H 2SO4 encer (cara : seperti pada ion
Cl-)kemudian ditambahkan dengan H2SO4 pekat yang cukup banyak dan didinginkan.
Dalam tabung lain membuat larutan FeSO4 yang jenuh dan kemudian menuangkan
larutan FeSO4 ini dengan hati-hati ke dalam campuran yang diperiksa (kedua tabung di
pegang miring dan kedua larutan tidak boleh bercampur atau dikocok, tetapi hanya
saling menumpang). Gelang coklat pada batas kedua larutan menandakan NO 3- seperti
reaksi berikut:
2NO3- + 8H+ + 6Fe++ 6Fe3+ + 2 NO + 4H2O
NO
NO + FeSO4 Fe
SO4
C. Identifikasi SO4=
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HCl (cara seperti untuk Cl -), kemudian
ditambahkan dengan beberapa tetes BaCl2. Endapan putih menandakan ion SO4= dan
endapan ini tidak larut dalam HCl.
SO4= + Ba++ BaSO4
31
D. Identifikasi PO43-
Sebagian dari “cairan A” diasami dengan HNO 3 (cara seperti untuk Cl-), kemudian
ditambahkan dengan pereaksi Lorenz agak banyak , yaitu (NH4)2MoO4 panaskan
sedikit, (jangan sampai mendidih). Endapan kuning menunjukkan adanya ion PO 43- dan
endapan ini dapat larut dalam NH4OH.
H3PO4+12(NH4)2MoO4+21HNO3 (NH4)3PO4.12MoO3.6H2O +21NH4NO3 +H2O
BAB II
32
ANALISIS KUANTITATIF
1. Titrasi Volumetri
Ialah suatu titrasi dimana analat direaksikan dan jumlahnya dihitung dari volume
larutan pereaksi atau volume suatu reaksi.
Didalam volumetri dibedakan menjadi :
a. Gasometri
Ialah analat direaksikan sehingga terbentuk suatu gas. Jumlah zat atau komponen yang
dicari dihitung dari volume gas tersebut. Contoh gasometri ialah penentuan karbonat,
dimana CO2 yang terjadi ditangkap dan diukur volumenya. Contoh lan ialah penentuan
nitrat , yaitu dengan mereduksinya dengan Hg dalam ruangan tertutup, lalu mengukur
volume NO yang dihasilkan berdasarkan reaksi:
2HNO3 + 3H2SO4 + 6Hg 2NO + 3Hg2SO4 + 4H2O
b. Titrimetri
Ialah analat yang direaksikan suatu pereaksi sedemikian rupa sehingga jumlah zat-zat yang
berreaksi itu sama atau ekivalen. Ekivalen berarti bahwa zat-zat yang direaksikan itu tepat
saling menghabiskan, sehingga tidak ada yang tersisa.
Untuk mudahnya kita ambil contoh penentuan jumlah asam dalam larutan cuka. Sejumlah
larutan asamn ini direaksikan dengan NaOH. NaOH ditambahkan sebagai larutan sedikit
demi sedikit, sampai terlihat tanda bahwa asam tepat habis. Pada saat itu penambahan
NaOH dihentikan dan volume larutan yang digunakan diukur (larutan ditambahkan dengan
menggunakan buret). Disamping itu konsentrasi, larutan NaOH sudah diketahui, jadi NaOH
yang terpakai dan selanjutnya jumlah asam yang dicari dapat dihitung.
Contoh Soal :
1. Suatu bubuk diketahui terdiri dari campuran NaCl dan Na2SO4 . Suatu sampel dari
bubuk ini seberat 1,224 gram dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan dengan
larutan Ba(NO3)2 sampai seluruh BaSO4 mengendap. Campuran reaksi ini disaring
secara hati-hati agar tidak ada endapan yang hilang , kemudian BaSO4 nya dikeringkan,
kemudiaan ditimbang beratnya 0,851 gram. Berapa % berat dari Na2SO4 dalam sampel
asal ?
2. Suatu larutan NaOH dibuat kira-kira mempunyai konsentrasi 0,1 M. Untuk mengetahui
konsentrasi yang pasti dari larutan NaOH ini, dipipet sebanyak 20 mL larutan HCl 0.1 M
kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes
fenolftalin. Buret diisi dengan larutan NaOH di atas, kemudian dipakaiuntuk menitrasi
larutan HCl. Dan titrasi ini memerlukan 18,47 mL NaOH sampai titik ekivalen tercapai.
Berapa molaritas larutan NaOH tersebut ?
33
2. SYARAT-SYARAT TITRASI
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi, baik itu zat yang
ditambahkan dari burat disebut titrant, sedangkan zat yang ditambahkan titrant itu disebut
titrat. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas
b. Reaksi berjalan cepat. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu
banyak. Lebih-lebih menjelang titik akhir, reaksi akan semakin lambat
karena konsentrasi titran mendekati nol.
c. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator). Petunjuk ini dapat berupa :
1. Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat
dan asam sulfat oleh KMnO4, selama titrasi belum selesai titrat tidak
berwarna , tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna
karena kelebihan setetes saja dari titrant menyebabkan warna yang jelas.
2. Berasal dari luar, dan dapat berupa suatau zat atau alat yang dimasukkan
ke dalam titrat. Zat ini disebut dengan indikatordan menunjukkan akhir
titrasi karena menyebabkan perubahan warna titrat.
3. Penggolongan Titrasi
A. Titrasi berdasarkan reaksi-reaksi metatetik
Yaitu reaksi penukaran ion. Disini tidak ada unsur yang berubah tingkat oksidasinya.
Contohnya ialah titrasi asam kuat oleh basa kuat atau sebaliknya, misalnya:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Yang dimaksud dengan penukaran ion adalah ion Cl- yang semula bergabung dengan
H+ bertukar dengan OH- yang semula berikatan dengan Na+, semua unsur setelah reaksi
masih sama tingkat bilangan oksidasinya.
Macam titrasi jenis ini dibedakan menjadi:
1. Titrasi asidi-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam atau basa. Dalam titrasi
ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan
ialah perubahan pH titrat.
Reaksi –reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
a) Asam dengan Basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif , maka asam atau basa yang
bersangkutan harus kuat
b) Asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif, maka asam
harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
Contohnya:
2HCl + Na2CO3 H2CO3 + 2Na
c). Basa dengan garam (reaksi pembentukan basa lemah), agar kuantitatif, maka basa
harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah.
34
Contohnya:
NaOH + NH4Cl NaCl + NH4OH
4. KENORMALAN
Dalam hitungan titrasi, konsentrasi titrat dan titrant sering kali dinyatakan dalam N
(Kenormalan = normality = normalitas), tidak dalam M (kemolaran = molarity = molaritas).
Molaritas menyatakan jumlah mol perliter sedangkan Normalitas menyatakan jumlah
ekivalen per liter.
Satu ekivalen dari suatu asam didefinisikan sebagai jumlah asam yang mengandung 1 mol
H+, sedangkan satu ekivalen basa mengandung 1 mol OH-.
Pada reaksi antara H2SO4 dengan NaOH :
Dalam reaksi ini 1mol H2SO4 menghasilkan 2 mol H+, maka 1 mol H2SO4 sama dengan 2
eq H2SO4. Untuk basanya 1 mol NaOH menghasilkan 1 mol OH -, jadi 1 mol NaOH = 1eq
NaOH. Untuk asam dan basa jumlah ekivalen permol sama seperti jumlah H + yang
dihasilkan 1 molekul asam atau jumlah OH- yang dihasilkan 1 molekul basa. Dengan
demikian :
Jumlah eq = jumlah mol x n
Dimana n merupakan bilangan bulat adalah jumlah H+ yang dihasilkan oleh satu molekul
asam atau jumlah OH- yang dihasilkan oleh satu molekul basa.
Contoh soal
1. Berapa banyak ekivalen terdapat dalam 0,4 mol H3PO4, bila asam ini dinetralkan
sempurna membentuk PO43- ? dan berapa ekivalennya bila diubah menjadi HPO42- ?
Bilangan yang dipakai dalam banyak perhitungan stoikiometri yang berhubungan dengan
ekivalen adalah berat ekivalen, yaitu massa dari satu ekivalen. Bila dihubungkan dengan
bilangan bulat n maka : massa dari 1 mol
Berat Ekivalen (B.E) =
n
Misalnya, untuk netralisi sempurna dari H 2SO4, n = 2, berat ekivalen dari H 2SO4 adalah
massa rumus (B.M.) dibagi 2.
B.E. H2SO4 = 98,0 gram 2 = 49,0 gram
Dengan demikian 1 eq H2SO4 = 49,0 gram H2SO4
5. NORMALITAS
35
Telah dikemukakan bahwa normalitas adalah satuan konsentrasi lain yang dapat dipakai
dalam memecahkan soal stoikiometri larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya
ekivalen per liter larutan.
Jumlah ekivalen
Normalitas =
1 liter larutan
Jika digunakan pengertian bahwa jumlah ekivalen yang sama dari oksidator dan reduktor
akan berreaksi sempurna, karena hasil dari volume (V) x normalitas (N) adalah ekivalen,
maka bila dua zat dalam larutan (misalnya zat A dan B) akan berreaksi sempurna maka
dapat dinyatakan :
VANA = VBNB
Yang berarti : Jumlah ekivalen A = jumlah ekivalen B
Contoh soal:
1. 4,9 gram H2SO4 (BM = 98) dilarutkan ke dalam air sehingga volume larutan 400 mL.
hitunglah kenormalan dan kemolaran larutan tersebut !
2. 10 mL larutan HCl diencerkan menjadi 50 mL. Bila hasil dari pengenceran ini diambil
5 mL larutan HCl ini memerlukan 41 mL NaOH 0,255 N untuk menetralkannya,
berapakah konsentrasi HCl mula-mula ?
Latihan Soal
1. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,200 mol Ba(OH)2 ?
2. Berapa ekivalen terdapat dalam 0,14 mol H3AsO4, bila dinetralkan membentuk
HAsO4-2 ?
36
A. KOMPLEKSOMETRI
Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, jadi
membentuk hasil berupa kompleks yang dapat berdiri sendiri tetapi membentuk ikatan
Suatu kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion sentral atau
inti dan komponen lainnya yang berupa ion negatif yang dinamakan ligan (dari kata
latin ligare = mengikat). Jumlah ligand dalam sebuah kompleks berbeda-beda, dari dua
sampai dengan delapan. Jumlah ikatan dengan ligan itu disebut bilangan koordinasi
yang biasanya merupakan bilangan genap dan terutama 4 dan 6. Ion logam univalen
biasanya mempunyai bilangan koordinasi dua. Muatan sebuah kompleks dapat positif,
negatif atau nol. Muatan tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang
diikatnya.
Ikatan antara inti dan ligand bersifat kovalen, yaitu terjadi karena sepasang elektron
dipakai bersama antara kedua atom yang berikatan. Dalam ikatan kovalen biasa, dan
elektron tersebut. Dalam membentuk kompleks, ion logam tidak memberikan elektron,
karena sebagai ion positif ia tidak mempunyai elektron bebas untuk keperluan tersebut
maka kedua elektron disediakan oleh ligand. Kedua elektron dari pasangan yang
diberikan oleh satu pihak saja disebut ikatan kovalen koordinat. Ligan sebagai
pemberi disebut donor pasangan elektron dan inti bersifat akseptor pasangan elektron.
1. Ion halogenida (F-, Cl-, Br-, I-,); OH- baik dari basa maupun dalam persenyawaan
37
4. Dari semua ligand itu yang merupakan donor pasangan elektron hanyalah atom-
Ligan-ligan seperti I-, NH3, CN- di atas, semuanya hanya berisi satu atom donor
pasangan elektron, ligan demikian dinamakan monodentat atau unidentat. Ada ligan
yang mempunyai atom donor lebih dari satu, dan disebut polidentat atau multidentat;
kalau punya dua donor disebut bidentat, tridentat bila tiga, kuadridentat, pentadentat
dan seterusnya bila punya atom donor pasangan elektron sebanyak 4, 5, 6 dan
seterusnya.
Ion-ion logam adalah akseptor pasangan elektron dan dengan demikian merupakan
asam lewis polifungsional. Reaksi ion logam dan basa Lewis dituliskan sebagai reaksi
pembentukan kompleks dan bukan sebagai reaksi disosiasi seperti yang biasanya
[ML+] [ML2]
kf1 = dan kf2 =
[M2+][L-] [ML+][L-]
Konstanta pembentukan kf1 dan kf2 melibatkan reaksi spesies yang mengandung logam
M2+ atau ML+ dengan L- , yaitu bentuk terionisasi tertinggi dari ligan HL, yang dalam
hal ini adalah asam monoprotik. Apabila ligan adalah suatu asam tetraprotik H 4L,
Konstanta kesetimbangan yang melibatkan spesies H4L, H3L-, H2L2-, atau HL3- adalah
38
M2+ + HL ML+ + H+
ML+ + HL ML2 + H+
[ML+][H+] [ML2][H+]
Kpd1 = = kf1 x Ka , dan Kpd2 = = kf2 x Ka
[M2+][HL] [ML+][HL]
di mana Ka adalah konstanta disosiasi asam monoprotik HL.
1. Kompleks Perak – Amonia
Amonia berreaksi dengan Ag+ membentuk kompleks perak mono dan diamino :
[Ag(NH3)+] [Ag(NH3)2+]
kf1 = dan kf2 =
[Ag ][NH3]
+
[Ag(NH3)+][NH3]
[Ag(NH3)2+]
kf1kf2 =
[Ag][NH3]2
ungkapan berikut :
[Ag(NH3)2+] [Ag(NH3)2+]
=
CAg [Ag+] + [Ag(NH3)+] + [Ag(NH3)2+]
Sehingga :
[Ag(NH3)2+] 1
=
CAg 1 1
+ + 1
kf1kf2[NH3] 2
kf2[NH3]
kf1kf2[NH3]2
= ……….1
1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3] 2
[Ag(NH3)+] kf1[NH3]
= …………2
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3] 2
Dan
39
[Ag+] 1
= …………..3
CAg 1 + kf1[NH3] + kf1kf2[NH3]2
Jika konsentrasi ligan bebas [NH3] diketahui, maka [Ag(NH3)2+], [Ag(NH3)+], dan
Contoh soal:
Suatu larutan mempunyai komposisi AgNO3 1,00 x 10-3 dan NH3 6,00 M.
Jawaban :
[Ag(NH3)2+] 107 x 36
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0
Sehingga
[Ag(NH3)2+] = X M
Pada :
[Ag(NH3)-] = Y M
Pada :
[Ag+] 1
=
1,00 x 10-3 1 + 103 x 6,00 + 107 x 36,0
[Ag+] = Z M
40
2. Kompleks Tembaga – Amonia
Ion tembaga (II) berreaksi dengan amonia secara bertahap membentuk enam
kompleks amin :
(II). Jelas bahwa spesies HgCl2 adalah spesies yang paling dominan dalam kisaran
konsentrasi ion klorida yang cukup luas. Hal ini ditunjukkan dalam reaksi berikut :
Contoh soal :
Pada saat konsentrasi ion klorida bebas adalah 1,0 x 10 -8 M, berapa persen Hg2+
Jawaban :
[HgCl+] kf1[Cl-]
=
CHg 1 + kf1[Cl-] + kf1kf2[Cl-]2 + kf1kf2kf3[Cl-]3 + kf1kf2kf3kf4[Cl-]4
0,05
= = 0,052
1,05
41
Dengan demikian pada saat konsentrasi ion Cl- bebas adalah
HgCl-.
Jumlah ligan rerata , n adalah jumlah mol NH 3 yang terikat oleh tiap mol Cu2+ dan
CNH3 - [NH3]
N =
CCu
Contoh soal
Berapakah konsentrasi total NH3 yang harus ditambahkan kepada larutan Cu2+ 2,00
Jawaban:
Ketika dalam larutan tersebut spesies Cu(NH3)22+ menjadi spesies yang paling
domanan, maka n = 2. Konsentrasi NH3 (yaitu CNH3) yang harus ditambahkan dapat
= 1,03 x 10-3 M
Latihan Soal
1. Hitung konsentrasi bebas Cu2+ dan NH3 bebas dalam larutan yang diperoleh dari
pencampuran Cu2+ dan NH 3 sedemikian rupa sehingga CCu = 0,01 M dan CNH3 =
0,03 M !
42
BAB IV
ARGENTOMETRI
akan membentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan
A. Cara MOHR
indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah bata (ada juga membentuk kompleks) yang
menunjukkan titik akhir dikarenakan warnanya berbeda dari warna endapan analat
dengan Ag+.
Sedangkan pada titik akhir, titrant juga berreaksi menurut persamaan reaksi :
Sehingga :
Konsentrasi CrO4= yang ditambahkan sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi
Contoh :
Berapakah CrO4= yang diperlukan agar endapan Ag2CrO4 terjadi tepat pada titik
43
Jawaban:
Maka :
Ksp AgCl = x2
X2 = Ksp AgCl
X = Ksp AgCl
X = 1,78 . 10-10
X = 1,35 . 10-5
B. CARA VOLHARD
Cara ini menggunakan indikator Fe3+, dan titrant KSCN atau NH4SCN, sampai
dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dengan Ag+ membentuk
endapan putih.
Pada larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih, pada titrant KSCN, selain berreaksi
44
Ag+ + X- AgX ………………..1
Ksp AgX
K=
Ksp AgSCN
Misalkan dalam titrasi Cl-, endapan AgCl dapat berreaksi dengan titrant sebagai
berikut :
Contoh soal:
Berapakah konsentrasi ion klorida yang terdapat dalam ion tiosianat Fe(SCN) ++ 6,4
Jawaban :
[Cl-]
K= = 1,7 . 102
[SCN-]
45
[Fe(SCN)++]
= 1,4 . 102
[Fe ][SCN ]
3+ -
6,4 . 10-6
= 1,4 . 102
0,01 [SCN ] -
[Cl-]
K=
[SCN-]
[Cl-]
1,7 . 102 =
4,6 . 10-6
[Cl-] = 1,7 . 102 x 4,6 . 10-6
C. CARA FAJANS
Pada cara ini indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi yang merupakan
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan yang menyebabkan timbulnya
warna.
Cara kerja indikator adsorbsi ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak, misalnya fluorosien yang digunakan dalam
titrasi ion klorida dan dalam larutan fluorosien akan mengion seperti pada reaksi :
HFI H+ + FI-
Ion FI- ini yang akan diserap oleh AgX dan menyebabkan endapan merah muda dan
diusahakan agar FI- dalam jumlah yang besar, karena jika FI - terlalu kecil maka
perubahan warna akan kurang jelas dan titik akhir akan terlambat.
46
LATIHAN
Berapakah Ksp AgCl jika konsentrasi CrO 4= = 0,005 M agar endapan terjadi tepat
dengan konsentrasi ion Fe3+ 0,1 M dan jika harga kesetimbangan pembentukan
tepat pada titik ekivalen jika diketahui konstanta kestabilan FeSCN++ = 142,
47
BAB V
KESETIMBANGAN REDOKS
aA + bB cC + dD
0,059 aC C x aDd
Esel = E0sel - log [ ]
n aAa x aBb
dengan Esel adalah emf (electromotice force) sel dan E osel adalah emf sel ketika
B. SEL ELEKTROLISIS
1) Sel Galvani
Aturan berikut dimaksudkan untuk menghitung emf suatu sel elektrokimia, dimana
semua potensial elektrode standar (harga Eo) adalah potensial reduksi, dan reaksi
1. Emf Sel ditulis seperti seolah-olah oksidasi terjadi pada elektrode sebelah kiri
2. Esel = Ekanan (red) – Ekiri (oks) , karena emf sel adalah selisih antara potensial
3. Jika Esel positif, maka reaksi sel berlangsung secara spontan pada arah
sebagaimana tertulis dan oksidasi terjadi pada elektrode kiri dan reduksi terjadi
pada elektrode kanan. Jika Esel negatif, maka reaksi berlangsung secara spontan
48
pada arah yang berlawanan dengan yang dituliskan dan reduksi terjadi pada
elektrode sebelah kiri dan oksidasi terjadi pada elektrode sebelah kanan.
Contoh soal
Jawaban :
Zno Zn2+ + 2e
Cu2+ + 2e Cuo
Reaksi sel :
Persamaan Nernst :
0,059 [Zn2+]
Esel = E Sel -
o
log
2 [Cu2+]
[1,0 x 10-2]
= 1,10 - 0,0245 log
[2,0 x 10-2]
= 1,10 – 0,0245 x 0,3010
= 1,11 V
Contoh soal:
Jawaban:
49
Oksidasi di sebelah kiri : ½ H2 H+ + e
Reaksi sel :
Persamaan Nernst :
0,059 [Cl-][H+]
Esel = E sel -
o
log
1 PH2 ½
= +0,458 V
2) Sel Elektrokimia
1. Ion SO42- dan Ion NO3- 1. Ion Ion golongan IA, IIA, Al3+, Mn2+
2X- X2 + 2e Mnn+ + ne M
4. Pada Pelapis atau penyepuhan logam 4. Ion pada nomor 1 dalam bentuk leburan
Q It Dimana :
F = =
96500 96500 F : Faraday
Q : Muatan Listrik
Sedangkan : I : Kuat Arus (A – Ampere)
t : Waktu (s – Sekon)
e.Q eIt
Ar atau Mr
E=
Muatan 50
W=eF = =
96500 96500
log K = 37,3
K = 10+37,3
Dengan demikian, jika Cu2+ dan logam Zn bersentuhan, satu dengan yang lain
reaksi sel seperti yang dituliskan di atas akan berlangsung sampai sempurna.
Contoh soal :
EoAgClo,Ago,Cl- = +0,22 V
Jawaban :
nEosel –0,58
log Ksp = = = -9,83
0,059 0,059
D. PERHITUNGAN HARGA Eo
51
Pada cvontoh di atas harga Eo tidak dapat diukur secara langsung, tetapi dapat
Contoh soal :
Jawaban :
Cu+
Go1 Go2
Cu2+ Cuo
Go3
Skema diatas menunjukkan bahwa ada dua jalan untuk melakukan konversi dari
Cu2+ menjadi Cuo, tetapi perubahan tenaga bebas yang terlibat harus sama,
sehingga :
Eo1 = 0,16 V
D. TITRASI REDOKS
Sebelum titrasi redoks dilakukan, dapat disarankan agar dilakukan terlebih dahulu
Fe3+ dengan Sn2+ , maka harus diperiksa apakah tetapan kesetimbangan untuk reaksi
52
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+
log K = 21,4
K = 10 21,4
Dengan demikian reaksi reduksi Fe3+ dengan Sn2+ tersebut diatas akan berlangsung
sampai sempurna.
Contoh soal :
Lima puluh mililiter Fe3+ 0,02 M dititrasi dengan Sn2+ 0,050 M. Hitunglah potensial
Jawaban :
hampir sempurna dan 0,250 mmol Sn2+ berreaksi dengan 0,500 mmol Fe3+ untuk
membentuk o,500 mmol Fe2+ dan 0,250 Sn4+. Karena Sn2+ habis berreaksi maka
Oksidasi reduksi
0,059 [Fe2+]
E Pt terhadap EHS = 0,77 - log = 0,77 V
1 [Fe ]3+
53
Latihan soal :
54
Daftar Pustaka
Akasara.
Andi Perss.
Nurkhasanah. S.Si. Apt., Any Guntari, Dra. Apt., 1999, Kimia Analisis,
55
SOAL KIMIA ANALISA
SEMESTER III
1. Sebutkan jenis-jenis ion yang biasa menjadi ligan berikut contohnya !
2. Suatu larutan mempunyai komposisi AgNO3 1,00 x 10-3 dan NH3 6,00
diketahui :
56
MATERI KULIAH KIMIA ANALIS
OLEH BAMBANG KARSIDIN
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON
2003
57