Anda di halaman 1dari 24

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Oleh :

Dimas Rama Aditya 210207007

Devinta Viki Andarista 210207013

Diah Khoirunnisah 210207014

Diandra Davina Orlando 210207015

Diyah Ayu Setiyawati 210207016

Fadhilia Adityani Cahyaningrum 210207023

Ivanisa Nur Fatimah 210207031

Mita Fidiya Wati 210207035

Umi Nur Muamalah 210207049

Frisca Nova Ramadhani 210207058

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKATA

PRODI D3 KEPERAWATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Anak, dengan judul
“Hiperbilirubinemia”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta, 23 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hiperbilirubin merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi barulahir.
Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik akibat tingginya kadar bilirun dalam darah.
Bilirubin merupakan hasil pemecahan hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak.
Hiperbilirubin dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara fisiologis bayi mengalami
kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada derajat satu dan dua (<12mg/dl), dapat diatasi
dengan pemberian intake ASI yang adekuat dan sinar matahari pagi kisaran jam 7.00-9.00
selama 15menit. Secara patologis bayi akan mengalami kining diseluruh tubuh atau derajat
tiga sampai lima (>12mg/dl), di indikasikan untuk pemberian fototerapi, jika kadar bilirubin
>20mg/dl maka bayi akan di indikasikan untuk transfusi tukar. Pemberianfototerapi akan
berdampak pada bayi, karena fototerapi memancarkan sinar intensitas tinggi yang dapat
berisiko cedera bagi bayi yaitu padamata dan genitalia, juga bayi dapat berisiko mengalami
kerusakan intensitas kulit, dan hipertermi. Perawat berperan penting dalam pemberian
fototerapi untuk mencegah terjadinya dampak fototerapi pada bayi, yaitu monitor intake ASI
yang adekuat, memasangkan penutup mata dan genitalia bayi. komplikasi dari
hiperbilirrubinemia yaitu kern ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi
yang timbul sebagai akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga otak
mengalami kerusakan, hal ini dapat menyebabkan kejang-kejang dan penurunan kesadaran
serta bisa berakhir dengan kematian.
Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan oleh
kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir, kelainan kongenital
hyperbilirubin. Bayi baru lahir di sebut juga neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intraurine ke kehidupan ekstrauterine.
Sekitar 60% neonatus yang sehat mengalami ikterus. Pada umumnya, peningkatan kadar
bilirubin tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun beberapa kasus
berhubungan dengan dengan beberapa penyakit, seperti penyakit hemolitik, kelainan
metabolisme dan endokrin, kelainan hati dangdut infeksi. Pada kadar lebih dari 20 mg/dL,
bilirubin dapat menembus sawar otak sehingga bersifat toksik terhadap sel otak. Kondisi
hiperbilirubinemia yang tak terkontrol dan kurang penanganan yang baik dapat menimbulkan
komplikasi yang berat seperti kern ikterus akibat efek toksik bilirubin pada sistem saraf pusat.
Pada bayi dengan hiperbilirubinemia, harus dapat perhatian yang tepat. Dalam keadaan
tersebut penatalaksanaan untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai
nilai yang dapat menimbulkan hiperbilirubinema, dapat dilakukan dengan Monitor ikterik
pada sclera dan kulit bayi, identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gentasi dan berat
badan, monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali, monitor efek samping fototerapi
(mis. hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8-10%), siapkan
lampu fototerapi dan ikubator atau kotak bayi, lepaskan pakian bayi kecuali popok, berikan
penutup mata (eye protector/biliband), ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi
(30cm atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi), biaran
tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara berkelanjutan, ganti segera alas dan popok bayi
jika BAB/BAK, gunakan linen berwarna putih agar memantulkan cahaya sebanyak mungkin,
anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit, anjurkan ibu menyusui sesering mungkin,
kolaborasi pemeriksaan darah bilirubin direk dan indirek (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia, 2018).

Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darah
sehingga melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami
hiperbilirubinemia pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir disebabkan oleh meningkatnya produksi
bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya albumin sebagai alat pengangkut,
penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan
ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan proses fisiologis atau patologis dan dapat
juga disebabkan oleh kombinasi keduanya. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi
baru lahir tampak kuning, keadaan tersebut timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin
(4Z, 15Z bilirubin IX alpha) yang berwarna ikterus atau kuning pada sklera dan kulit
(Kosim, 2012).

B. Etiologi
Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin karena
tingginya jumlah sel darah merah, dimana sel darah merah mengalami pemecahan sel
yang lebih cepat. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan karena
penurunan uptake dalam hati, penurunan konjugasi oleh hati, dan peningkatan
sirkulasi enterohepatik (IDAI, 2013).
Menurut Nelson (2011) secara garis besar etiologi ikterus atau
hiperbilirubinemia pada neonatus dapat dibagi menjadi :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan neonatus untuk
mengeluarkan zat tersebut. Misalnya pada hemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G6-PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi
protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel
hepar.
c. Gangguan transportasi bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin
kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi
oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar
atau diluar hepar. Kelainan diluar heparbiasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab
lain.

C. Patofisiologi
Patofisiologi hiperbilirubinemia berkaitan erat dengan proses metabolisme
bilirubin. Hiperbilirubinemia dapat terjadi bila hepar tidak dapat menjalankan
metabolisme atau ekskresi bilirubin dengan baik.
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin darah lebih dari 3
mg/dL. Secara klinis, hiperbilirubinemia tampak sebagai ikterus pada jaringan seperti
sklera, mukosa, dan kulit, karena penumpukan bilirubin di jaringan-jaringan tersebut.
a. Metabolisme Bilirubin
Eritrosit memiliki masa hidup kurang lebih 120 hari. Setelah 120 hari, eritrosit
difagositosis oleh makrofag pada sistem retikuloendotelial (RES). Hemoglobin (Hb)
dari eritrosit dipecah menjadi heme dan globin, sementara heme mengalami
degradasi oleh heme oxygenase menjadi biliverdin IX alfa, karbon monoksida, dan
Fe. Biliverdin IX alfa kemudian direduksi oleh biliverdin reduktase menjadi
bilirubin tidak terkonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke plasma,
kemudian berikatan secara reversibel dengan albumin. Bilirubin tidak terkonjugasi
kemudian dibawa ke hepar.
b. Hiperbilirubinemia Ekstrahepatik dan Intrahepatik
Ikterus adalah kondisi yang terjadi karena deposisi bilirubin akibat gangguan
metabolisme atau ekskresi bilirubin yang menyebabkan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena kondisi intrahepatik maupun ekstrahepatik.
c. Hiperbilirubinemia Intrahepatik
Hiperbilirubinemia intrahepatik dapat terjadi karena berbagai kondisi, salah
satunya adalah kerusakan pada hepatosit. Kerusakan hepatosit dapat disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis A, hepatitis B, atau hepatitis C. Virus lain juga dapat
menyebabkan kerusakan hepatosit, seperti virus Epstein-Barr.
d. Hiperbilirubinemia Ekstrahepatik
Hiperbilirubinemia ekstrahepatik disebabkan oleh obstruksi bilier. Beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan obstruksi antara lain adalah koledokolitiasis dan
keganasan pada pankreas, duktus koledokus, atau ampulla vater. Adenokarsinoma
pankreas dapat menyebabkan obstruksi bilier. Obstruksi bilier pada pasien-pasien
ini seringkali tanpa nyeri, dan disebabkan karena striktur. Striktur juga dapat
disebabkan oleh kondisi jinak, seperti primary sclerosing cholangitis, pankreatitis,
kolangitis autoimun, ischemia reperfusion injury setelah transplantasi, ataupun
infeksi seperti tuberkulosis dan askariasis. Sindrom Mirizzi dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia akibat kompresi eksternal batu empedu pada duktus hepatikus
komunis.

D. Klasifikasi
a. Hiperbilirubinemia Fisiologis
Hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi baru lahir tidak muncul pada 24 jam
pertama setelah bayi dilahirkan. Biasanya pada hiperbilirubinemia fisiologis
peningkatan kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL per hari. Pada bayi cukup
bulan, hiperbilirubinemia fisiologis akan mencapai puncaknya pada 72 jam setelah
bayi dilahirkan dengan kadar serum bilirubin yaitu 6 – 8 mg/dL. Selama 72 jam
awal kelahiran kadar bilirubin akan meningkat sampai dengan 2 – 3 mg/dL
kemudian pada hari ke-5 serum bilirubin akan turun sampai dengan 3mg/dL
(Hackel, 2004). Setelah hari ke-5, kadar serum bilirubin akan turun secara perlahan
sampai dengan normal pada hari ke-11 sampai hari ke-12. Pada Bayi dengan Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kurang bulan (premature) bilirubin mencapai
puncak pada 120 jam pertama dengan peningkatan serum bilirubin sebesar 10 – 15
mg/dL dan akan menurun setelah 2 minggu (Mansjoer, 2013)
b. Hiperbilirubinemia Patologis
Hiperbilirubinemia patologis atau biasa disebut dengan ikterus pada bayi baru
lahir akan muncul dalam 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Pada
hiperbilirubinemia patologis kadar serum bilirubin total akan meningkat lebih dari 5
mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar serum bilirubin akan meningkat
sebanyak 12 mg/dL sedangkan pada bayi kurang bulan (premature) kadar serum
bilirubin total akan meningkat hingga 15 mg/dL. Ikterus biasanya berlangsung
kurang lebih satu minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari dua minggu pada
bayi kurang bulan (Imron, 2015).

E. Tanda dan Gejala


Gejala pada bayi yang mengalami ikterik neonatorum yaitu warna kulit pada
bayi menjadi warna kuning atau yang sering disebut dengan bayi kuning.
Warna kadang-kadang dimulai pada wajah dan kemudian menyebar ke dada, perut,
kaki, dan telapak kaki. Terkadang, bayi dengan ikterus parah bertubuh lemah dan tidak
mau menyusu.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bilirubin serum Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai
puncakkira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas 10
mg/dlyang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin pada bayi prematur
mencapaipuncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin
yanglebih dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada bayi
cukupbulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang pada
harike 4 dan ke 5 dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12
mg/dl,sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek munculnya sampai
3sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin yang
mencapaipuncak 15 mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih
dari5 mg/dl perhari.
b. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
c. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis
danatresia biliary. (Ihsan,2017)

G. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2010) penatalaksanaan terapeutik pada bayi baru lahir
dengan hiperbilirubinemia yaitu :
a. Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
disebabkan oleh infeksi.
b. Fototerapi
Tindakan fototerapi dapat dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbiliribunemia
pada bayi baru lahir bersifat patologis. Fototerapi berfungsi untuk menurunkan
bilirubin dalam kulit melaui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada bilirubin dari
biliverdin.
c. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen dalam
empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat
bilirubin. Akan tetapi fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan untuk mengatsi
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
d. Transfusi Tukar
Transfusi tukar dilakukan apabila hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir sudah
tidak dapat ditangani dengan fototerapi.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, suku bangsa.
Identitas orang tua berupa: nama ayah dan ibu, usia ayah dan ibu, pendidikan ayah dan
ibu, pekerjaan/sumber penghasilan ayah dan ibu, agama ayah dan ibu, alamat ayah
dan ibu.
Identitas saudara kandung berupa: nama saudara kandung, usia saudara kandung,
hubungan dan status kesehatan saudara kandung.
Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama.
Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/
predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan,
toksin/allergen, infeksi).
Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus
menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yang
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain yang
berhubungan.
Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
Riwayat masa lampau
Prenatal
Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan
(preterm, aterm, post term), kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.
Natal
Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, penolong persalinan,
komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan, obat-obatan yang digunakan.
Post natal
Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly
kongenital.
Penyakit waktu kecil
Pernah dirawat di rumah sakit
Penyakit yang diderita, respon emosional
Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)
Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.
Allergi
Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk rumah
tangga.
Imunisasi
Jenis imunisasi seperti: BCG, DPT (I,II,III), Polio (I,II,III,IV), Campak, Hepatitis.
Waktu pemberian, frekuensi, reaksi setelah pemberian, dan frekuensinya.
Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan / tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
Riwayat sosial
Yang mengasuh anak dan alasannya
Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan menghisap
jari, membawa gombal, ngompol)
Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak, ventilasi,
letak barang-barang)
Keadaan kesehatan saat ini
Diagnosis medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan, hasil
laboratorium, data tambahan.
Pengkajian pola fungsi Gordon
Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit
yang menyebabkan anak absen dari sekolah, praktek pencegahan kecelakaan
(pakaian, menukar popok,dll), kebiasaan merokok orang tua, keamanan tempat
bermain anak dari kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan,ddl).
Nutrisi metabolik
Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, makanan yang disukai /
tidak disukai, makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan
tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir dan BB saat ini, masalah dikulit:rash,
lesi,dll.
Pola eliminasi
Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti pakaian dalam /
diapers (bayi), pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan
keluarnya urin, bau, warna).
Aktivitas dan pola latihan
Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan), kebersihan
sehari-hari, aktivitas sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain, penampilan
anak saat bermain, dll), tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi
terhadap kekuatan, kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll.)
Pola istirahat tidur
Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia,
posisi tidur anak, gerakan tubuh anak.
Pola kognitif-persepsi
Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan,
apakah anak mengikuti objek dengan matanya, respon untuk meraih mainan, vocal
suara, pola bicara kata-kata, kalimat, menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan
untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, kemampuan anak untuk
mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.
Persepsi diri – pola konsep diri
Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap identitas diri,
kompetensi, banyak/tidaknya teman.
Pola peran – hubungan
Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota keluarga dan
anak, respon anak/bayi terhadap perpisahan, ketergantungan anak dengan orang tua.
Sexualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar sexuality
bagaimana respon orang tua.
Koping – pola toleransi stress
Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi stress, pola
penanganan masalah, keyakinan agama.
Nilai – pola keyakinan
Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan,
keyakinan agama.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, fatigue
Tanda – tanda vital
Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu
Ukuran anthropometric
Berat badan, panjang badan, lingkar kepala

Mata
Konjungtiva, sclera, kelainan mata
Hidung
Kebersihan, kelainan
Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis
Telinga
Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
Dada
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)
Abdomen
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
Punggung
Ada/tidak kelainan
Genetalia
Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
Ekstremitas
Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan.
Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan.
Pemeriksaan tumbuh kembang
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
kejadian-kejadian penting; usia anak saat pertama kali mengangkat kepala, berguling,
duduk sendiri, berdiri, berjalan, berbicara/kata-kata bermakna atau kalimat,
gangguan mental perilaku.
Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan
Pengukuran Berat badan
Pengukuran Tinggi badan
Pengukuran lingkar lengan atas
Pengukuran lingkar kepala
Kecepatan tumbuh
Pelaksanaan DDST
Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening Test)
untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur dalam 4 kelompok besar yang
disebut sektor perkembangan yang meliputi:
Kemandirian dan bergaul
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain seperti:
Menatap muka
Membalas senyum pemeriksa
Tersenyum spontan
Mengamati tangannya
Berusaha menggapai mainan
Makan sendiri
Tepuk tangan
Menyatakan keinginan
Daag-daag dengan tangan
Main bola dengan pemeriksa
Menirukan kegiatan
Minum dengan cangkir
Membantu di rumah
Menggunakan sendok dan garpu
Membuka pakaian
Menyuapi boneka
Memakai baju
Gosok gigi dengan bantuan
Cuci dan mengeringkan tangan
Menyebut nama teman
Memakai T-shirt
Berpakaian tanpa bantuan
Bermain ular tangga / kartu
Gosok gigi tanpa bantuan
Mengambil makan
Motorik halus
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot
halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu koordinasi yang lebih kompleks
seperti:
Mengikuti ke garis tengah
Mengikuti lewat garis tengah
Memegang icik-icik
Mengikuti 1800
Mengamati manik-manik
Tangan bersentuhan
Meraih
Mencari benang
Menggaruk manik-manik
Memindahkan kubus
Mengambil dua buah kubus
Memegang dengan ibu jari dan jari
Membenturkan 2 kubus
Menaruh kubus di cangkir
Mencoret-coret
Ambil manik-manik ditunjukkan
Menara dari 2 kubus
Menara dari 4 kubus
Menara dari 6 kubus
Meniru garis vertikal
Menara dari kubus
Menggoyangkan dari ibu jari
Mencontoh O
Menggambar dengan 3 bagian
Mencontoh (titik)
Memilih garis yang lebih panjang
Mencontoh O yang ditunjukkan
Menggambar orang 6 bagian
Mencontoh O
Kognitif dan bahasa
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat melalui pengucapan
kata-kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain serta berfikir
seperti:
Bereaksi
Bersuara
Oooo ? Aaaah
Tertawa
Berteriak
Menoleh ke bunyi icik-icik
Menoleh ke arah suara
Satu silabel
Meniru bunyi kata-kata
Papa/mama tidak spesifik
Kombinasi silabel
Mengoceh
Papa/mama spesifik
1 kata
2 kata
3 kata
6 kata
Menunjuk 2 gambar
Kombinasi kata
menyebut 1 gambar
Menyebut bagian badan
Menunjuk 4 gambar
Bicara dengan dimengerti
Menyebut 4 gambar
Mengetahui 2 kegiatan
Mengerti 2 kata sifat
Menyebut satu warna
Kegunaan 2 benda
Mengetahui
Bicara semua dimengerti
Mengerti 4 kata depan
Menyebut 4 warna
Mengartikan 6 kata
Mengetahui 3 kata sifat
Menghitung 6 kubus
Berlawanan 2
Mengartikan 7 kata.
Motorik kasar
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar bagian tubuh
dan biasanya memerlukan tenaga seperti:
Gerakan seimbang.
Mengangkat kepala.
Kepala terangkat ke atas.
Duduk kepala tegak.
Menumpu badan pada kaki.
Dada terangkat menumpu satu lengan.
Membalik.
Bangkit kepala tegak.
Duduk tanpa pegangan.
Berdiri tanpa pegangan.
Bangkit waktu berdiri.
Bangkit terus duduk.
Berdiri 2 detik.
Berdiri sendiri.
Membungkuk kemudian berdiri.
Berjalan dengan baik.
Berjalan dengan mundur.
Lari.
Berjalan naik tangga.
Menendang bola ke depan.
Melompat.
Melempar bola, lengan ke atas.
Loncat.
Berdiri satu kaki 1 detik.
Berdiri satu kaki 2 detik.
Melompat dengan satu kaki.
Berdiri satu kaki 3 detik.
Berdiri satu kaki 4 detik.
Berjalan tumit ke jari kaki.
Berdiri satu kaki 6 detik.
Jika usia > 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umur sebagai berikut:
Berat badan lahir, 1 tahun, dan saat ini
Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah gigi, masalah dengan pertumbuhan gigi
Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
Perkembangan sekolah, lancer, masalah disekolah
Interaksi dengan publik dan orang dewasa
Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, olahraga,dsb)
Reaksi Hospitalisasi
Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Seperti: alasan ibu membawa anak ke rumah sakit, apakah dokter menceritakan
tentang kondisi anak, perasaan orang tua saat ini, apakah orang tua selalu
berkunjung ke rumah sakit, yang akan selalu tinggal dan mendampingi anak.
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu lingkungan dan
tubuh akibat fototerapi.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
IWL (insensible water loss) akibat fototerapi dan kelemahan menyusui.
Resiko injury berhubungan dengan masuknya bilirubin dalam jaringan otak.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.

Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan

1.Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu lingkungan


dan tubuh akibat fototerapi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bayi tidak mengalami
instabilitas suhu dengan kriteria hasil:
Suhu aksila 36,5 C – 37,5 C
Frekuensi nafas 40-60 kali per menit
Denyut jantung 120-180 kali per menit
Warna kulit bayi coklat kemerahan
Akral hangat
Pengisian kapiler < 3 detik
Konservasi integritas struktural
Letakkan bayi dalam inkubator untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh.
Ukur suhu aksila bayi secara teratur.
Pantau tanda dan gejala terjadinya hipotermia seperti akral dingin, peningkatan denyut
jantung, penurunan saturasi oksigen, pucat, dan pengisian kapiler > 3 detik.
Pantau adanya hipertemi.
Konservasi Energi
Minimalkan kehilangan kalor melalui proses konduksi, konveksi, evaporasi, dan
radiasi.
Pantau suhu inkubator dan lampu fototerapi.
Tutup kepala bayi dengan topi untuk menghindari kehilangan panas akibat radiasi.
Lakukan perawatan bayi dalam inkubator bukan radian warmer karena radian warmer
terjadi kehilangan panas karena radiasi, konveksi, peningkatan IWL pada bayi serta
menimbulkan dehidrasi.
Tingkatkan pemberian cairan.
Tingkatkan pemberian ASI.

2.Resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan


IWL (insensible water loss) akibat fototerapi dan kelemahan menyusui.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, menunjukkan keseimbangan
cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil :
Turgor kulit elastis
Membran mukosa lembab
Intake cairan normal
Perfusi jaringan baik
Urien tidak pekat
Tekana darah dalam batas normal (80/45 mmHg)
Nadi dalam batas normal (120-160x/menit)
Suhu dalam batas normal (36,5-37,5ºC)
Mata tidak cekung.
Konservasi integritas struktural
Monitor berat badan
Monitor intake dan output
Monitor pemberian ASI.
Monitor serum elektrolit
Monitor serum albumin dan protein total.
Monitor tekanan darah, frekuensi nadi, dan status respirasi.
Monitor membran mukosa, turgor kulit.
Catat dan hitung balance cairan.
Monitor warna dan jumlah urin
Monitor ketat cairan dan elektrolit jika bayi menjalani terapi yang meningkatkan IWL
seperti fototerapi, pemakaian radiant warmer.
Konservasi Energi
Lakukan upaya untuk meminimalkan IWL seperti penutup plastik atau meningkatkan
kelembaban.
Monitor dan hitung kebutuhan cairan.
Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan parenteral.

3.Resiko injury berhubungan dengan masuknya bilirubin dalam jaringan otak.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bayi tidak memperlihatkan
tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikuler dengan
kriteia hasil:
Suhu aksila 36,5-37,5 C
Tidak kejang
Bilirubin normal < 8 mg/dl
Tidak ikterus, kulit merah normal
Toleransi minum baik
Konservasi integritas struktural
Kaji kulit akan adanya tanda-tanda ikterik yang menandai peningkatan bilirubin
Pantau kadar bilirubin total, direk dan indirek
Lakukan penutupan mata pada bayi
Kaji status umum bayi: hipoksia, hipotermi, hipoglikemia dan asidosis metabolik
untuk meningkatkan resiko kerusakan otak karena hiperbilirubinemia
Tempatkan bayi dibawah sinar dengan jarak antara lampu dengan bayi 35-40 cm
Pantau suhu tubuh
Ubah posisi bayi dengan sering terutama selama beberapa jam pertama pengobatan
untuk meningkatkan pemajanan permukaan tubuh.
Konservasi Energi
Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi sinar blue green
Pastikan masukan cairan adekuat untuk mencegah dehidrasi
Monitor pemberian ASI.
Berikan makanan awal untuk meningkatkan eksresi bilirubin dalam feses
Konservasi integritas sosial dan personal
Jelaskan kepada orang tua untuk pemberian terapi sinar kepada bayinya.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit
kembali baik/normal dengan kriteia hasil:
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Monitor pemberian ASI secara adekuat
Oleskan lotion/ minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Implementasi keperawatan
merupakan komponen dari proses keperawatan, kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry,
2010)
Implementasi pada bayi dengan hiperbilirubin sesuai dengan diagnosa yang telah di
susun perencanaannya adalah sebagai berikut:
Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu lingkungan
dan tubuh akibat fototerapi. Implementasinya adalah:
Meletakkan bayi dalam inkubator untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh.
Mengukur suhu aksila bayi secara teratur
Memantau tanda dan gejala terjadinya hipotermia seperti akral dingin, peningkatan
denyut jantung, penurunan saturasi oksigen, pucat, dan pengisian kapiler >3 detik
Memantau adanya hipertermi.
Memantau suhu incubator dan lampu fototerapi
Menutup kepala bayi dengan topi untuk menghindari kehilangan panas akibat radiasi.
Meningkatkan pemberian cairan.
Meningkatkan pemberian ASI.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
IWL (insensible water loss) akibat fototerapi dan kelemahan menyusi.
Implementasinya adalah:
Memonitor berat badan
Memonitor intake dan output
Memonitor pemberian ASI.
Memonitor serum elektrolit
Memonitor serum albumin dan protein total
Memonitor frekuensi nadi dan status respirasi
Memonitor membran mukosa, dan turgor kulit
Menghitung balance cairan
Memonitor warna dan jumlah urin
Memberikan cairan parenteral dengan kolaborasi dokter
Resiko injury berhubungan dengan masuknya bilirubin dalam jaringan otak.
Implementasinya adalah:
Mengkaji kulit akan adanya tanda-tanda ikterik yang menandai peningkatan bilirubin
Memantau kadar bilirubin total, direk, dan indirek
Memonitor pemberian ASI.
Melakukan penutupan mata pada bayi
Mengkaji status umum bayi: hipoksia, hipotermi, hipoglikemi, dan asidosis metabolic
yang dapat meningkatkan resiko kerusakan otak karena hiperbilirubinemia
Menempatkan bayi dibawah sinar dengan jarak antara lampu dan bayi 35-40 cm
Memantau suhu tubuh
Mengubah posisi bayi dengan sering terutama selama beberapa jam pertama
pengobatan untuk meningkatkan pemajanan permukaan tubuh
Memberikan terapi sinar blue green dengan kolaborasi dokter
Memberikan makanan awal untuk meningkatkan eksresi bilirubin dalam feses
Memastikan masuknya cairan adekuat untuh mencegah dehidrasi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi. Implementasinya
adalah:
Melonggarkan pakaian pasien
Menghindari adanya kerutan pada tempat tidur
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Memobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
Memonitor kulit akan adanya kemerahan
Memonitor pemberian ASI secara adekuat
Mengoleskan lotion/ minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau
diubah (Kozier, 2011). Evaluasi keperawatan ada dua macam yaitu:
Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan dan observasi), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan
pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan.
Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien
menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajauan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

Anda mungkin juga menyukai