Anda di halaman 1dari 1

Godo Wiromo_20120037_Manajemen Pagi_Strategi Manajemen

Program restrukturisasi perusahaan di Indonesia yang mengalami kegagalan yakni pada


Astra Internasional Tbk (ASII) yang laba bersihnya terkoreksi hingga 22% menjadi Rp 3.1 triliun
di akhir bulan Maret 2016. Laba turun akibat pendapatan berkurang. Menurut Presiden Direktur
Astra, Prijono Sugiarto, Grup Astra mengalami penurunan pendapatan alat berat dan
pertambangan serta agribisnis. Bersamaan dengan itu, terdapat penurunan kontribusi pendapatan
bersih dari Toyota Sales Operations, setelah pelaksanaan restrukturisasi model distribusi dua
tingkat (two-tiered), (Kusuma, 2016). Hal yang sama juga dialami oleh PT. Holcim Indonesia
Tbk yang telah menyelesaikan restrukturisasi dan integrasi dengan PT. Lafarge Cement
Indonesia pada tahun 2015, yang berdampak penurunan pendapatan 2.6% menjadi Rp 9.2 triliun
dari Rp 9.484 triliun pada tahun 2014. Perusahaan mencatat laba sebesar Rp 175 milyar, turun
dari Rp 660 milyar pada tahun 2014 (Alexander, 2016).
Restrukturisasi portofolio merupakan perubahan bentuk kepemilikan dengan melakukan
sell-off atau jenis aset lain yang tidak diinginkan dengan mengganti aset yang diinginkan (Maria
et al., 2015). Restrukturisasi portofolio yang mengarah pada menjual lini bisnis yang kurang
penting. Restrukturisasi portofolio sebenarnya rekonstruksi lini bisnis perusahaan baik dengan
meningkatkan atau menurunkan melalui diversifikasi atau divestasi. Contoh perusahaan di
Indonesia yang melakukan restrukturisasi portofolio antara lain adalah PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk, PT. Bank CIMB Niaga dan PT. Holcim Indonesia Tbk.
Restrukturisasi organisasi berawal dari adanya perubahan kebijakan sumber daya
manusia (Bowman & Singh, 2013). Kebijakan sumber daya manusia di organisasi saat ini perlu
diubah sesuai dengan skenario perubahan. Departemen sumber daya manusia perlu mengaktifkan
manajemen perubahan. Burnes (2004) menunjukkan bahwa rasionalisasi struktur pembayaran
harus dilakukan untuk menjaga ekuitas internal dan eksternal di antara karyawan, serta
memotivasi mereka untuk menjadi lebih produktif.
Pada dasarnya setiap perusahaan dapat memilih dan menerapkan salah satu jenis
restrukturisasi, namun bisa juga melakukan beberapa jenis restrukturisasi secara keseluruhan
disaat yang sama, karena aktifitas restrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum
melakukan restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan penilaian secara
komprehensip atas semua permasalahan yang dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum
disebut sebagai due diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil penilaian ini sangat
berguna untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala
prioritasnya.

Anda mungkin juga menyukai