Identifikasi Perubahan Menggunakan Teori Lewin Terhadap Study Kasus Alarm Kebangkrutan BUMN Karya
Identifikasi Perubahan Menggunakan Teori Lewin Terhadap Study Kasus Alarm Kebangkrutan BUMN Karya
Nim: 190211100235
Dahlan Iskan, Mantan Menteri BUMN meyakini ramalan para ekonom mengenai
ketahanan BUMN Infrastruktur tinggal menunggu waktu akan terjadi. Posisi BUMN
Karya digambarkan akan Sulit atau bahkan sulit sekali. Sektor konstruksi memang
menjadi salah satu sektor yang paling Terdampak oleh pandemi Covid-19.
Membengkaknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor Konstruksi yang padat
modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang
Jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar. Hal ini tentu saja tercermin
dari laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di tahun 2020 yang
kinerjanya sangat tidak Memuaskan. Beberapa BUMN Karya laba bersihnya terpaksa
terpangkas hingga 90% (Company, 2021). Dari seluruh BUMN Karya, terdapat 1
emiten yang kerugiannya terbilang parah apabila Dibandingkan dengan emiten . Adalah
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa Membukukan rugi
bersih Rp 7,38 triliun. Rugi bersih yang sangat masif ini menyapu bersih seluruh laba
Ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada
tahun 1973 Sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih
dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun. Angka ini tentu
saja menunjukkan posisi kas perseroan yang sangat mini dan potensi gagal bayar Yang
cukup tinggi dan tentunya akan terbuka peluang perseroan akan terjadinya
kebangkrutan.Sejatinya tak hanya WSKT yang merugi, akan tetapi anak usahanya juga
terpantau membukukan rugi Bersih parah yang tentu saja memberatkan entitas induk.
Catat saja PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) tercatat mencetak rugi bersih Rp
4,75 triliun dan PT Waskita Toll Road yang merugi Rp 965 Miliar.
1. Unfreezing, yaitu perlunya kondisi perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara
tujuan dan kenyataan
Sektor Infrastruktur merupakan salah satu sektor yang paling terdampak adanya pandemi. PT
Waskita Karya merupakan salah atu perusahaan BUMN yang paling parah merasakan
dampaknya, asumsi awal proyek yang tidak sesuai telah menghantam sektor infrastruktur dari
PT Waskita Karya yang menyebabkan laju inflasi menjadi rendah. Buruknya laporan keuangan
PT Waskita Karya yang harus membukukan rugi bersih sebesar Rp. 7,38 Triliun dan bahkan
rugi burto sebesar Rp. 1,97 Triliun menimbulkan perkiraan omset yang tidak mampu menutupi
pendapatan perusahaan. Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba PT
Waskita Karya sekitar Rp. 7,53 Triliun yang terkumpul sejak awal perseroan berdiri. Alhasil,
kerugian WSKT menyebabkan kas dan setara kas perseroan tersapu habis. Tercatat per akhir
2019 perseroan memiliki kas dan setara kas sebanyak Rp 9,2 triliun, sedangkan di akhir 2020
kas dan setara kas perseroan hanya tersisa Rp 1,2 triliun atau penurunan sebesar 87%.
2. Movement, yakni mencermati program-program perubahan yang sesuai untuk dilakukan
agar dapat memberi solusi yang optimal untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Beberapa perusahaan-perusahaan BUMN lainnya yang terbilang ambisisus untuk memiliki tol
bahakan memilih untuk menahan diri dan menjadi bagian dari kontraktornya saja. Karena
perusahaan BUMN akan tetap membutuhkan suntikan dana dari pihak ketiga untuk suatu
proyek. Hal ini menimbulkan potensi perbaikan kinerja keuangan dari BUMN Karya dengan
harapan roda perekonomian dapat berputar dengan cepat. Kehadiran INA juga diharap mampu
membantu BUMN karya yang anjlok dalam hal keungan yang dimana dengan hadirnya SWF
ini mampu mengalami peningkatan likuiditas karena aliran uang masuk dan alternaif
pendaanaan dari sisi ekuitas yang anntinya dapat memperbaiki struktur permodalan dari
perusahaan ataupun BUMN PT Waskita Karya.
3. Refreezing, yakni fase dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu orang-
orang yang terkena dampak perubahan, mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah
berubah ke dalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Seagala upaya yang telah
dilewati tentu melewati berbagai evaluasi yang nantinya akan dijadikan acuan ataupun patokan
kedepannya. Hal ini yang nantinya memberi Multiplier Effect yang besar dari proyek yang
dijalankan, dimana nantinya akan menjadi katalis positif dari tekanan ekonomi yang terdampak
pandemi covid-19.
B. Langkah-Langkah Perubahan Alarm Kebangkrutan BUMN Waskita Karya Berdasarkan
Teori Kotter Eight Stage Change Process :Kotter memberikan urutan langkah-langkah
perubahan dimulai dengan menciptakan rasa Urgensi, merekrut kepemimpinan dalam
perubahan, membangun visi dan mengkomunikasikannya Secara efektif, mengatasi rintangan,
membuat kemenangan berkala, lalu terus mengarahkan Momentum perubahan. Berikut
rinciannya Kotter menyarankan, “Pelajaran Yang paling umum yang bisa dipelajari dari kasus-
kasus lebih sukses adalah bahwa proses Perubahan berjalan melalui serangkaian fase yang,
secara total, biasanya membutuhkan waktu yang Cukup lama. Melewatkan langkah hanya
menciptakan ilusi kecepatan saja dan tidak pernah Menghasilkan hasil yang memuaskan.
Pelajaran yang sangat umum kedua adalah bahwa kesalahan Kritis dalam setiap fase dapat
memiliki dampak yang menghancurkan, memperlambat momentum Dan meniadakan
keuntungan yang susah payah. Mungkin karena kita memiliki pengalaman relatif Sedikit dalam
memperbarui organisasi, bahkan sangat sering orang yang mampu membuat Setidaknya satu
kesalahan besar.”
Sebabnya bisa beraneka ragam, misalnya rencana yang tadinya dibuat ternyata terlalu
Besar dan sulit diimplementasi sedangkan untuk mengulang lagi prosesnya akan
memerlukan waktu Yang lama. Seperti hal nya asumsi awal proyek setiap emiten
BUMN yang tidak sesuai karena Anjloknya perekonomian sehingg harus menguras
habis dana yang sudah di kumpulkan PT Waskita Karya sejak awal beroperasi. Hal ini
menyebabkan minimnya kekuatan modal. Mau tidak mau Pohak emiten BUMN Karya
yang lain juga harus turun tangan dan peranan dari SWF yakni INAYang telah
memperbaiki struktur permodalan BUMN karya telah dijadikan salah satu potensi
Perbaikan di BUMN Karya.
Salah satu faktor kerugian karena penugasan proyek pemerintah dan asumsi awal yang
tidak sesuai. Penugasan itu sangat berat apalagi salah asumsi karena selalu pada saat uji
kelayakan modelnya optimistis. Ekonomi tumbuh 7-8%, kemudian akan terjadi
kenaikan permintaan industri dan daya beli masyarakat
Dalam asumsi makro pertumbuhan ekonomi, pemerintah memasang target di atas 5%.
Ada tiga hal yang dikejar Jokowi untuk merealisasikan asumsi tersebut yakni, iklim
investasi, regulasi, dan peningkatan ekspor berbasis industri.
Namun demikian, proyeksi itu tidak sesuai lantaran Indonesia masuk dalam jurang
resesi akibat pandemi Covid-19. Dimana, Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal III-
2020 minus 3,49% year on year (yoy). Kontraksi ini menyusul realisasi yang sama pada
kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32% secara tahunan.
Fakta lain sebelum pandemi, inflasi dalam negeri tercatat rendah karena permintaan
tertekan. akibatnya utilitas proyek konstruksi menjadi rendah.
Tidak sesuai proyeksi awal. Pemerintah masih saja optimis dan korbankan BUMN.
Akibatnya utilitas jalan tol dan proyek lain rendah. Bayangkan jalan tol dibangun tapi
angkutan logistik masih memilih jalan arteri, bandara sepi penumpang
Meski begitu, BUMN Karya dinilai tidak akan bangkrut. Sebab proyek yang digarap
akan dijamin negara
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mencatat, kinerja
BUMN Karya yang buruk di 2020 sudah diprediksi sejak awal. Periode 2020 adalah
periode buruk akibat Covid-19, dimana, pemerintah secara masif menerapkan PSBB.
Kebijakan itu berdampak pada ruang gerak bisnis seperti sektor properti dan
infrastruktur. Akibatnya hampir seluruh nilai sales terpangkas jatuh dan sebagian profit
turun tajam bahkan sebagiannya merugi.
Dia menilai, sebelum Covid-19, seluruh BUMN Karya ditugaskan untuk menggarap
proyek Infrastruktur. Problemnya penyediaan anggaran atau financing kegiatan ini
tidak sepenuhnya ditanggung pemerintah, tapi BUMN harus mencari sumber
pendanaan sendiri.
Hasil Penelitian
Sejarah Perusahaan BUMN Waskita Karya PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik
Negara Indonesia yang bergerak di bidang Konstruksi. BUMN ini didirikan pada tanggal 1
Januari 1961, bercikal bakal dari sebuah perusahaan Belanda bernama “Volker Aannemings
Maatschappij NV”, yang diambil alih berdasarkan Keputusan No.62 Pemerintah Tahun 1961.
Waskita Karya baru berstatus hukum Persero di tahun 1973. Sejak itu, Waskita yang awalnya
Fokus pada pembangunan sarana perairan mulai melakukan ekspansi ke sektor konstruksi jalan
raya, Bandara, pabrik semen, hingga fasilitas industri lainnya. Setelah melakukan beberapa
proyek Bersama perusahaan asing, Waskita mulai menggunakan banyak teknologi canggih
dalam proyek-Proyek mereka, tepatnya mulai tahun 1980. Beberapa proyek berhasil Waskita
yang terkenal saat itu Adalah Bandara Soekarno-Hatta, Reaktor Serba Guna Siwabessy, dan
PLTU Muara Karang di Jakarta.Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas telah
memungkinkan Waskita memperoleh Sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995.
Keberhasilan itu juga menjadi pengakuan internasional meyakinkan terhadap Sistem
Manajemen Mutu ISO diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era persaingan
Global. Pada bulan Juni 2003, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan
Mampu memperoleh sertifikasi ISO 9001: 2000. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang
bagaimana Perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik
pelanggan.
Untuk memperkuat adanya pemahaman dan pengetahuan dari analisis ini, terdapat hasil dari
Salah satu penelitian dibidanh yang sama yakni BUMN. Teknik penelitian deskriptif yang
Digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil adalah data sekunder
yang Berupa laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik studi dokumen
dengan Menganalisis laporan keuangan yang ada. Hasil analisis Altman Z-Score menunjukkan
pada tahun 2015 – 2018 WSKT berada dalam grey zone (2.195, 2.261, 1.114, dan 1.509).
Tahun 2019, Perusahaan berada dalam distress zone (1,020). Semakin dekatnya perusahaan
dengan kebangkrutan Disebabkan karena likuiditas (X1), solvabilitas (X3), dan profitabilitas
(X4) perusahaan yang Memburuk.
Hasil perhitungan variabel Altman Z-Score didukung dari hasil analisis rasio keuangan yang
Menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak dalam kondisi yang sehat, di mana rasio
likuiditas Perusahaan memburuk, perusahaan semakin tidak solvabel, perusahaan semakin
tidak optimal Dalam menggunakan aset, dan menurunnya manajemen piutang. Perusahaan
masih dapat meraih Pendapatan dan laba, namun tingkat profitabilitas perusahaan semakin
menurun setiap tahunnya Karena adanya penurunan penjualan. Untuk dapat memperbaiki
kondisi finansial serta menjauhkan Perusahaan dari kebangkrutan, perusahaan dapat fokus
mengembangkan sektor jasa konstruksi,Penjualan precast, dan jalan tol dengan menambah
kontrak baru karena ketiga sektor tersebut Memiliki prospek yang baik selama tahun
mendatang. Perusahaan dapat merubah skema Pembayaran turnkey menjadi skema
pembayaran progress payment atau monthly payment untuk Menekan tingkat liabilitas.
Perusahaan juga dapat restrukturisasi liabilitas jangka pendek menjadiLiabilitas jangka
panjang atau melakukan divestasi beberapa proyek seperti jalan tol untuk Mengurangi tingkat
likuiditas perusahaan.
Daftar Reverensi :
Gian Asmara, Chandra. 2021. Dahlan Iskan & Alarm kebangkrutan BUMN karya yang
berbunyi. CNBC Indonesia.
Ramalan, Suparjo. 2021. BUMN Karya Rugi Karena Penugasan Tidak Sesuai. OkeZone.com.
Warta Silaban, Martha. 2021. Utang BUMN Karya Menggunung Karena Penugasan
Infrastruktur. Tempo.Co.
Cumming, T, 2006. Organizational Development and change. 8th edition. Prentice Hal.