Anda di halaman 1dari 8

Nama: Zulfikar Akbar

Nim: 190211100235

Identifikasi perubahan menggunakan Teori Lewin Terhadap study kasus Alarm


kebangkrutan BUMN karya

A. Perubahan Berdasarkan Teori Lewin’s ( Three Step Model )


Mengelola sebuah perubahan dalam organisasi tidaklah mudah, sehingga cukup sering
perusahaan/organisasi membutuhkan konsultan OD (organizational development)
untuk terlibat dalam melaksanakannya. Berbagai konsep atau model dalam
melaksanakan perubahan di sebuah organisasi juga banyak dikemukakan oleh para ahli.
Konsep – konsep tersebut berfokus pada bagaimana perubahan dapat
diimplementasikan di organisasi atau disebut “theories of changing”. Teori ini
menggambarkan aktifitas – aktifitas yang semestinya dilakukan atau diambil dalam
rangka menyukseskan perubahan organisasi (Cumming & Worley, 2005)

Kurt Lewin (Cameron&Green,2009) mengembangkan model atau konsep


pemikirannya tentang perubahan dalam organisasi berdasar dari perspektif metaphora
organisme. Model ini diketahui telah banyak diadopsi para manajer sampai pada hari
ini. Model yang ia kembangkan berupa atau sering disebut sebagai force field
analysis dengan three step model. Prinsip dasar dari model ini adalah kekuatan untuk
bergerak atau berubah harus lebih besar dibandingkan kekuatan yang menentangnya di
situasi apapun. Lewin menyarankan sebuah jalan untuk melihat proses keseluruhan dari
suatu perubahan organisasi yang terdiri dari 3 (tiga) langkah. Langkah pertama
adalah unfreezing, yaitu mendefiniskan bagaimana keadaan perusahaan sekarang (saat
perusahaan akan mulai melakukan perubahan) memetakan apa saja kekuatan penggerak
dan penentang perubahan serta menetapkan gambaran situasi akhir yang diinginkan
dari perubahan yang akan dilakukan. Kedua adalah move, yaitu mulai melakukan
pergerakan kepada keadaan baru yang diinginkan melalui partisipasi dan keterlibatan
secara aktif karyawan. Ketiga adalah refreezing, yaitu fokus kepada membekukan atau
menstabilkan kondisi yang baru melalui pengaturan kebijakan, penghargaan, dan
membangun standar – standar baru.

Dahlan Iskan, Mantan Menteri BUMN meyakini ramalan para ekonom mengenai
ketahanan BUMN Infrastruktur tinggal menunggu waktu akan terjadi. Posisi BUMN
Karya digambarkan akan Sulit atau bahkan sulit sekali. Sektor konstruksi memang
menjadi salah satu sektor yang paling Terdampak oleh pandemi Covid-19.
Membengkaknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor Konstruksi yang padat
modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang
Jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar. Hal ini tentu saja tercermin
dari laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di tahun 2020 yang
kinerjanya sangat tidak Memuaskan. Beberapa BUMN Karya laba bersihnya terpaksa
terpangkas hingga 90% (Company, 2021). Dari seluruh BUMN Karya, terdapat 1
emiten yang kerugiannya terbilang parah apabila Dibandingkan dengan emiten . Adalah
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa Membukukan rugi
bersih Rp 7,38 triliun. Rugi bersih yang sangat masif ini menyapu bersih seluruh laba
Ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada
tahun 1973 Sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih
dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun. Angka ini tentu
saja menunjukkan posisi kas perseroan yang sangat mini dan potensi gagal bayar Yang
cukup tinggi dan tentunya akan terbuka peluang perseroan akan terjadinya
kebangkrutan.Sejatinya tak hanya WSKT yang merugi, akan tetapi anak usahanya juga
terpantau membukukan rugi Bersih parah yang tentu saja memberatkan entitas induk.
Catat saja PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) tercatat mencetak rugi bersih Rp
4,75 triliun dan PT Waskita Toll Road yang merugi Rp 965 Miliar.

1. Unfreezing, yaitu perlunya kondisi perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara
tujuan dan kenyataan
Sektor Infrastruktur merupakan salah satu sektor yang paling terdampak adanya pandemi. PT
Waskita Karya merupakan salah atu perusahaan BUMN yang paling parah merasakan
dampaknya, asumsi awal proyek yang tidak sesuai telah menghantam sektor infrastruktur dari
PT Waskita Karya yang menyebabkan laju inflasi menjadi rendah. Buruknya laporan keuangan
PT Waskita Karya yang harus membukukan rugi bersih sebesar Rp. 7,38 Triliun dan bahkan
rugi burto sebesar Rp. 1,97 Triliun menimbulkan perkiraan omset yang tidak mampu menutupi
pendapatan perusahaan. Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba PT
Waskita Karya sekitar Rp. 7,53 Triliun yang terkumpul sejak awal perseroan berdiri. Alhasil,
kerugian WSKT menyebabkan kas dan setara kas perseroan tersapu habis. Tercatat per akhir
2019 perseroan memiliki kas dan setara kas sebanyak Rp 9,2 triliun, sedangkan di akhir 2020
kas dan setara kas perseroan hanya tersisa Rp 1,2 triliun atau penurunan sebesar 87%.
2. Movement, yakni mencermati program-program perubahan yang sesuai untuk dilakukan
agar dapat memberi solusi yang optimal untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Beberapa perusahaan-perusahaan BUMN lainnya yang terbilang ambisisus untuk memiliki tol
bahakan memilih untuk menahan diri dan menjadi bagian dari kontraktornya saja. Karena
perusahaan BUMN akan tetap membutuhkan suntikan dana dari pihak ketiga untuk suatu
proyek. Hal ini menimbulkan potensi perbaikan kinerja keuangan dari BUMN Karya dengan
harapan roda perekonomian dapat berputar dengan cepat. Kehadiran INA juga diharap mampu
membantu BUMN karya yang anjlok dalam hal keungan yang dimana dengan hadirnya SWF
ini mampu mengalami peningkatan likuiditas karena aliran uang masuk dan alternaif
pendaanaan dari sisi ekuitas yang anntinya dapat memperbaiki struktur permodalan dari
perusahaan ataupun BUMN PT Waskita Karya.
3. Refreezing, yakni fase dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu orang-
orang yang terkena dampak perubahan, mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah
berubah ke dalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Seagala upaya yang telah
dilewati tentu melewati berbagai evaluasi yang nantinya akan dijadikan acuan ataupun patokan
kedepannya. Hal ini yang nantinya memberi Multiplier Effect yang besar dari proyek yang
dijalankan, dimana nantinya akan menjadi katalis positif dari tekanan ekonomi yang terdampak
pandemi covid-19.
B. Langkah-Langkah Perubahan Alarm Kebangkrutan BUMN Waskita Karya Berdasarkan

Teori Kotter Eight Stage Change Process :Kotter memberikan urutan langkah-langkah
perubahan dimulai dengan menciptakan rasa Urgensi, merekrut kepemimpinan dalam
perubahan, membangun visi dan mengkomunikasikannya Secara efektif, mengatasi rintangan,
membuat kemenangan berkala, lalu terus mengarahkan Momentum perubahan. Berikut
rinciannya Kotter menyarankan, “Pelajaran Yang paling umum yang bisa dipelajari dari kasus-
kasus lebih sukses adalah bahwa proses Perubahan berjalan melalui serangkaian fase yang,
secara total, biasanya membutuhkan waktu yang Cukup lama. Melewatkan langkah hanya
menciptakan ilusi kecepatan saja dan tidak pernah Menghasilkan hasil yang memuaskan.
Pelajaran yang sangat umum kedua adalah bahwa kesalahan Kritis dalam setiap fase dapat
memiliki dampak yang menghancurkan, memperlambat momentum Dan meniadakan
keuntungan yang susah payah. Mungkin karena kita memiliki pengalaman relatif Sedikit dalam
memperbarui organisasi, bahkan sangat sering orang yang mampu membuat Setidaknya satu
kesalahan besar.”

Menganalisis dan mengidentifikasi alarm kebangkrutan BUMN Waskita Karya dengan


menentukan Langkah-langkah perubahan yang akan dilaksanakan berdasarkan 8 teori dari
Kotter, yakni :

1. Increase Urgency ( Meningkatkan Urgensi)


Mengembangkan rasa urgensi sekitar perlunya perubahan dapat membantu
meningkatkan Motivasi awal untuk mendapatkan sesuatu bergerak. Adapun cara
mengkaji kondisi BUMN dan Kenyataan-kenyaan yang dijumpai di persaingan,
identifikasi krisis atau kemungkinan krisis yang Dihadapi dan peluang-peluang yang
ada di bidang BUMN khususnya perusahaan Waskita Karya. Pada tahapan ini
setidaknya BUMN mencakup dan merasakan situasi krisis di bagian emiten Waskita
Karya, dimana banyak sekali kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan beserta
data-Data yang menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang bagus kepada seluruh
bagian emiten BUMN sehingga mereka menyadari perlunya melakukan perbaikan di
dalamnya sehingga akan Memberikan dorongan untuk melakukan perubahan.

2. Build The Guiding Team ( Membangun Tim Pemandu)


Individu yang merasa dilibatkan akan terpanggil untuk berkomitmen tinggi menindak-
lanjuti Rencana perubahan yang disepakati. Orang yang memiliki komitmen tinggi
akan serta merta Menindak-lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata menuju perubahan.
Sedangkan yang namanya Perubahan perlu adanya tindakantindakan nyata sehingga
sesuatu bisa dikatakan berubah bila sudah Ada tindakan. Tentu dengan adanya koalisi
di dalam konteks yang semangat positif untuk bersama-Sama menuju perubahan yang
diinginkan, bukan untuk memenangkan suatu golongan. Pihak BUMN harus dapat
menyatukan emiten satu dengan emiten lainnya agar dapat berkoalisi dan saling
Terjaga untuk menopang satu sama lain, sehingga minimnya kebangkrutan BUMN
dapat teratasi.

3. Get The Right Vision ( Menentukan Visi yang Tepat)


Menurut Kotter kejelasan terhadap visi yang akan dicapai dalam menggawangi
perubahan Merupakan hal yang tak boleh disepelekan. Visi mencakup hal terkait
dengan apa yang ingin dicapai Atau dirubah, belum mencakup bagaimana meraihnya.
Untuk itu perlu disusun strategi Pencapaiannya termasuk bagaimana menyusun strategi
perubahan untuk menuju kondisi yang Diinginkan. Strategi perubahan mencakup empat
komponen penting yang harus dipertimbangkan: Sasaran yang ingin dicapai, realitas
yang dihadapi, pilihan-pilihan yang ada, dan langkah tindak Lanjut. Dengan adanya
visi yang di realisasikan dan dijadikan nomer satu maka perusahaan BUMN Sudah
berhasil menetapkan alur perusahaan mereka sesuai tujuan awal. Perusahaan yang
memiliki Pedoman tentu akan selalu menjalani setiap perubahan yang ada dengan
pertimbangan pada Perusahaannya sendiri, hal ini tentu akan lebih mempersiapkan
BUMN untuk menuju tujuannya.

4. Communicating for Buy In ( Mengkomunikasikan Visi Perubahan )


Begitu pentingnya visi perubahan sehingga kegiatan mengkomunikasikannya menjadi
prinsip Ke empat yang harus diperhatikan untuk memastikan bahwa semua karyawan
memahaminya dengan Baik. Tujuan mengkomunikasikan visi ini bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang sama Bagi semua karyawan dan memotivasi mereka
untuk bekerjasama. Derajat kepentingan masalah Komunikasi ini sangat tinggi
mengingat keberhasilan sebuah perubahan adalah bila semakin banyak Orang yang
terlibat. Peran komunikasi yang melibatkan seluruh bagian perusahaan dan emiten dari
BUMN karya sangat diperlukan, mengingat salah satu emiten Waskita Karya yang
mengalami Pembukuan laba bersih besar-besaran diperlukan kerja sama lebih kuat
berdasarkan visi yang sudah Ada. Sehingga komunikasi tadi akan menimbulkan
kesadaran antar perusahaan BUMN yang satu Dengan BUMN yang lain.

5. Empower Action ( Memberdayakan Tindakan)


Membuang rintangan-rintangan yang ada untuk perubahan. Sistem perubahan atau
struktur Yang membangun visi. Mendorong untuk menghadapi tantangan dan ide-ide
pembaharuan, aktifitas-Aktifitas dan kegiatan-kegiatan. Ini merupakan hal yang umum
ditemui karena, umumnya di Indonesia, kita lebih sering dan rajin menyusun
perencanaan namun sangat lemah dalam Implementasi.

Sebabnya bisa beraneka ragam, misalnya rencana yang tadinya dibuat ternyata terlalu
Besar dan sulit diimplementasi sedangkan untuk mengulang lagi prosesnya akan
memerlukan waktu Yang lama. Seperti hal nya asumsi awal proyek setiap emiten
BUMN yang tidak sesuai karena Anjloknya perekonomian sehingg harus menguras
habis dana yang sudah di kumpulkan PT Waskita Karya sejak awal beroperasi. Hal ini
menyebabkan minimnya kekuatan modal. Mau tidak mau Pohak emiten BUMN Karya
yang lain juga harus turun tangan dan peranan dari SWF yakni INAYang telah
memperbaiki struktur permodalan BUMN karya telah dijadikan salah satu potensi
Perbaikan di BUMN Karya.

6. Create Short Term Win ( Membuat Kemenangan Jangka Pendek)


Menciptakan ide-ide perbaikan untuk perubahan, adanya pengakuan dan penghargaan
Karyawan-karyawan yang mau melakukan perubahan. Menggunakan sumber daya
yang ada, dan Memberikan dampak cukup signifikan terhadap perubahan. Dengan
adanya suatu proyek atau Pembangunan yang ternyata tidak sesuai dengan strategi awal
dan tidak memberikan perubahan Yang signifikan terhadap infrastruktur tentu harus
dijadikan pembelajaran bersama yang nantinya Akan menciptakan suatu keputusan
bersama dari pihak perusahaan BUMN dan terciptanya sistem Pekerjaan yang solid
diiringi kemenangan kecil ataupun keberhasilan di langkah awal.

7. Don’t Let Up ( Tidak Menyerah Membangun Perubahan yang Lebih Besar)


Mengkonsolidasi hasil dan mendorong perubahan yang lebih besar Penggunaan angka
kredit Untuk sistem perubahan, struktur dan kebijakan, perekrutan, promosi,
pengembangan karyawan Untuk perubahan. Inovasi terhadap proses-proses perubahan
dengan karya-karya baru, tema-tema Dan agen-agen perubahan. Manfaat perubahan
sedapat mungkin harus bisa dikuantifisir agar bisa Diukur dan kemudian dievaluasi.
Mengingat asumsi awal perusahaan BUMN Waskita Karya dimana Proyeknya tidak
sesuai karena bertabrakan dengan adaya pandemi tentu membuat mereka merasa Gagal
dan mengalami kerugian. Namun hal seperti ini perlu di ambil tindakan agar perubahan
yang Sifatnya mengancam tadi dapat berputar arah menjadi perubahan yang
menciptakan peluang.

8. Make Change Stick ( Kukuhkan Perubahan)


Perubahan harus menjadi bagian dari inti organisasi agar perubahan dapat memberikan
efek Manfaat yang lama. Menurut Kotter, Perubahan bukanlah proses yang mudah dan
cepat sehingga Memerlukan langkah-langkah perencanaan perubahan dan bahkan
ketika sebuah perubahan Dilaksanakan masih banyak lagi yang harus dilakukan untuk
memastikan keberhasilannya. Setiap Perubahan yang terjadi tentu akan membentuk
sistem dan struktur yang baru, sistem yang Memberikan dampak negatif tentunya harus
dipertahankan dan dijadikan kebudayaan tetap didalam Perusahaan BUMN Waskita
Karya nantinya.

Salah satu faktor kerugian karena penugasan proyek pemerintah dan asumsi awal yang
tidak sesuai. Penugasan itu sangat berat apalagi salah asumsi karena selalu pada saat uji
kelayakan modelnya optimistis. Ekonomi tumbuh 7-8%, kemudian akan terjadi
kenaikan permintaan industri dan daya beli masyarakat
Dalam asumsi makro pertumbuhan ekonomi, pemerintah memasang target di atas 5%.
Ada tiga hal yang dikejar Jokowi untuk merealisasikan asumsi tersebut yakni, iklim
investasi, regulasi, dan peningkatan ekspor berbasis industri.

Namun demikian, proyeksi itu tidak sesuai lantaran Indonesia masuk dalam jurang
resesi akibat pandemi Covid-19. Dimana, Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal III-
2020 minus 3,49% year on year (yoy). Kontraksi ini menyusul realisasi yang sama pada
kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32% secara tahunan.

Fakta lain sebelum pandemi, inflasi dalam negeri tercatat rendah karena permintaan
tertekan. akibatnya utilitas proyek konstruksi menjadi rendah.

Tidak sesuai proyeksi awal. Pemerintah masih saja optimis dan korbankan BUMN.
Akibatnya utilitas jalan tol dan proyek lain rendah. Bayangkan jalan tol dibangun tapi
angkutan logistik masih memilih jalan arteri, bandara sepi penumpang

Meski begitu, BUMN Karya dinilai tidak akan bangkrut. Sebab proyek yang digarap
akan dijamin negara

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mencatat, kinerja
BUMN Karya yang buruk di 2020 sudah diprediksi sejak awal. Periode 2020 adalah
periode buruk akibat Covid-19, dimana, pemerintah secara masif menerapkan PSBB.

Kebijakan itu berdampak pada ruang gerak bisnis seperti sektor properti dan
infrastruktur. Akibatnya hampir seluruh nilai sales terpangkas jatuh dan sebagian profit
turun tajam bahkan sebagiannya merugi.
Dia menilai, sebelum Covid-19, seluruh BUMN Karya ditugaskan untuk menggarap
proyek Infrastruktur. Problemnya penyediaan anggaran atau financing kegiatan ini
tidak sepenuhnya ditanggung pemerintah, tapi BUMN harus mencari sumber
pendanaan sendiri.

Hasil Penelitian
Sejarah Perusahaan BUMN Waskita Karya PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik
Negara Indonesia yang bergerak di bidang Konstruksi. BUMN ini didirikan pada tanggal 1
Januari 1961, bercikal bakal dari sebuah perusahaan Belanda bernama “Volker Aannemings
Maatschappij NV”, yang diambil alih berdasarkan Keputusan No.62 Pemerintah Tahun 1961.
Waskita Karya baru berstatus hukum Persero di tahun 1973. Sejak itu, Waskita yang awalnya
Fokus pada pembangunan sarana perairan mulai melakukan ekspansi ke sektor konstruksi jalan
raya, Bandara, pabrik semen, hingga fasilitas industri lainnya. Setelah melakukan beberapa
proyek Bersama perusahaan asing, Waskita mulai menggunakan banyak teknologi canggih
dalam proyek-Proyek mereka, tepatnya mulai tahun 1980. Beberapa proyek berhasil Waskita
yang terkenal saat itu Adalah Bandara Soekarno-Hatta, Reaktor Serba Guna Siwabessy, dan
PLTU Muara Karang di Jakarta.Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas telah
memungkinkan Waskita memperoleh Sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995.
Keberhasilan itu juga menjadi pengakuan internasional meyakinkan terhadap Sistem
Manajemen Mutu ISO diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era persaingan
Global. Pada bulan Juni 2003, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan
Mampu memperoleh sertifikasi ISO 9001: 2000. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang
bagaimana Perusahaan memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik
pelanggan.

Untuk memperkuat adanya pemahaman dan pengetahuan dari analisis ini, terdapat hasil dari
Salah satu penelitian dibidanh yang sama yakni BUMN. Teknik penelitian deskriptif yang
Digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil adalah data sekunder
yang Berupa laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik studi dokumen
dengan Menganalisis laporan keuangan yang ada. Hasil analisis Altman Z-Score menunjukkan
pada tahun 2015 – 2018 WSKT berada dalam grey zone (2.195, 2.261, 1.114, dan 1.509).
Tahun 2019, Perusahaan berada dalam distress zone (1,020). Semakin dekatnya perusahaan
dengan kebangkrutan Disebabkan karena likuiditas (X1), solvabilitas (X3), dan profitabilitas
(X4) perusahaan yang Memburuk.

Hasil perhitungan variabel Altman Z-Score didukung dari hasil analisis rasio keuangan yang
Menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tidak dalam kondisi yang sehat, di mana rasio
likuiditas Perusahaan memburuk, perusahaan semakin tidak solvabel, perusahaan semakin
tidak optimal Dalam menggunakan aset, dan menurunnya manajemen piutang. Perusahaan
masih dapat meraih Pendapatan dan laba, namun tingkat profitabilitas perusahaan semakin
menurun setiap tahunnya Karena adanya penurunan penjualan. Untuk dapat memperbaiki
kondisi finansial serta menjauhkan Perusahaan dari kebangkrutan, perusahaan dapat fokus
mengembangkan sektor jasa konstruksi,Penjualan precast, dan jalan tol dengan menambah
kontrak baru karena ketiga sektor tersebut Memiliki prospek yang baik selama tahun
mendatang. Perusahaan dapat merubah skema Pembayaran turnkey menjadi skema
pembayaran progress payment atau monthly payment untuk Menekan tingkat liabilitas.
Perusahaan juga dapat restrukturisasi liabilitas jangka pendek menjadiLiabilitas jangka
panjang atau melakukan divestasi beberapa proyek seperti jalan tol untuk Mengurangi tingkat
likuiditas perusahaan.

Daftar Reverensi :
Gian Asmara, Chandra. 2021. Dahlan Iskan & Alarm kebangkrutan BUMN karya yang
berbunyi. CNBC Indonesia.
Ramalan, Suparjo. 2021. BUMN Karya Rugi Karena Penugasan Tidak Sesuai. OkeZone.com.
Warta Silaban, Martha. 2021. Utang BUMN Karya Menggunung Karena Penugasan
Infrastruktur. Tempo.Co.
Cumming, T, 2006. Organizational Development and change. 8th edition. Prentice Hal.

Anda mungkin juga menyukai