Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL INOVASI DAERAH

PUSKESMAS SUNGAI SARIAK


KABUPATEN PADANG PARIAMAN

1. Nama inovasi daerah*;


LAYANAN INTEGRASI POSBINDU/LANSIA DENGAN TANAMAN
OBAT GARAPAN KELUARGA ATASI PTM
~LAPIS MANGGA~

2. Tahapan inovasi*;
Tahapan inovasi berupa :
 Inisiatif

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu pilihan bagi


masyarakat dalam mencari pengobatan atau mengatasi masalah
kesehatannya. Pelayanan kesehatan tradisional sudah lama dikenal sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Tren menggunakan hal-hal yang bersifat
alamiah atau yang biasa dikenal dengan kembali ke alam (back to nature)
menjadi alasan bagi masyarakat untuk memanfaatkan bahan alam termasuk
untuk pengobatan (Sambara, Yuliani and Emerensiana, 2016). Dalam 20
tahun terakhir pemakaian obat-obatan tradisional terus meningkat baik di
negara maju maupun negara berkembang. Pilihan menggunakan bahan
herbal sebagai obatobatan tradisional telah diterima luas oleh masyarakat
sejak dulu. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa hingga
65% dari penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional dan
obat-obat dari bahan alami

 Ujicoba

Telah dilakukan ujicoba layanan terintegrasi pembinaan penggunaan


tanaman obat Garapan keluarga sejak tahun 2018, kemudian diteruskan
hingga saat ini untuk memaksimalkan pemanfaatan obat keluarga ini untuk
mencegah penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus dan
penyakit tidak menular lainnya.

 Penerapan
Sudah di terapkan pada 11 posbindu dan 15 posyandu lansia dengan
meracik tanaman obat tradisional tersebut menjadi minuman seduh ataupun
berupa jamu, serta dipadukan dengan pijat akupresur yang diajarkan pada
kader yang mendamping kegiatan posbindu maupun posyandu lansia
3. Inisiator inovasi daerah*;
Inisiator sebuah inovasi daerah dapat berasal dari :
a) ASN yaitu pemegang program YANKESTRAD: Pera Nurmalinda,
STr.Keb
b) Anggota Masyarakat yakni Kader

4. Jenis inovasi*;
Jenis inovasi berupa Inovasi non digital

5. Bentuk inovasi*;
Inovasi Daerah dapat berbentuk : Inovasi Pelayanan Publik pada
pelaksanaan Posbindu PTM dan Posyandu Lansia

6. COVID 19 atau Non COVID 19*;


Inovasi ini sangat menunjang penanggulangan/pencegahan covid 19
karena penderita PTM akan menjadi Komorbid yang memiliki tingkat
keparahan yang tinggi bila terkena COVID 19, maka perlu pengendalian
PTM dengan berbagai Langkah salah satunya pemanfaatan TOGA

7. Urusan inovasi daerah*;


Inovasi ini sangat terkait terhadap kewenangan daerah karena penyakit
tidak menular seperti Hipertensi dan Diabetes Mellitus merupakan
indicator Standar Pelayanan Minimal yang merupakan kewenangan
OPD

8. Waktu uji coba inovasi daerah*;


Inovasi ini di ujicobakan pada 15 Desember 2021 di Posbindu Lubuk
Puar

9. Waktu inovasi daerah diterapkan*;


Pada tanggal 3 Januari 2022 inovasi ini telah efektif diterapkan

10. Rancang bangun inovasi daerah dan pokok perubahan yang akan
dilakukan (minimal 300 kata)*;

LAPIS MANGGA (LAYANAN INTEGRASI POSBINDU/LANSIA DENGAN


TANAMAN OBAT GARAPAN KELUARGA ATASI PTM) adalah suatu inovasi
dari Puskesmas Sungai Sariak yang dimulai pada bulan Januari 2022. LAPIS MANGGA
merupakan inovasi pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan tanaman obat dan
mengembangkan keterampilan akupresur di setiap Nagari untuk mendukung GERMAS
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) di masa pandemi. Inovasi ini merupakan kegiatan
kolaborasi antara program kesehatan tradisional, promosi kesehatan, gizi dan kesehatan
lingkungan.

Sebagai pilot project, pada awalnya inovasi ini dilakukan di ASMAN SITAWA. Pada
bulan Januari 2022 terbentuk Kelompok ASMAN TOGA “SITAWA” di Nagari Balah Aie
Utara. Tim Puskesmas melakukan pembinaan dibantu oleh berbagai lintas sektor dan
melaksanakan 4 jenis kegiatan pokok. Kegiatan yang dilakukan dalam inovasi LAPIS
MANGGA, yaitu :
a.     LAPENDER (Kolaborasi Pembinaan Kesehatan pada Kader)

LAPENDER merupakan kegiatan pembinaan kader Kelompok ASMAN TOGA dalam


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan pelayanan kesehatan
tradisional. Pembinaan internal dilakukan oleh program kesehatan tradisional, promosi
kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan Puskesmas VII KOTO Sungai Sariak.
Sementara pembinaan eksternal dilakukan oleh TP PKK Kecamatan VII KOTO Sungai
Sariak khususnya POKJA 4, Camat VII KOTO Sungai Sariak.

b.     AKASIA (Atasi Keluhan atau Sakit Ringan dengan Akupresur)

AKASIA merupakan kegiatan pelayanan akupresur untuk mengatasi keluhan atau sakit
ringan yang diberikan oleh Kader yang sudah terlatih.

c.     KENANGA (Kebun Obat Andalan Warga)

KENANGA merupakan sebuah wujud dari TOGA atau Taman Obat Keluarga yakni
penanaman tanaman obat baik di kebun kelompok maupun kebun kecil yang ditanam di
halaman rumah warga.

d.     KAMBOJA (Kembangkan Produk dan Jamu Andalan)

KAMBOJA merupakan upaya tim LAPIS MANGGA dalam mendukung Nagari untuk
mengembangkan produk dan jamu andalan dengan berbahan dasar tanaman obat atau
menjadi pemasok tanaman obat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Nagari.

Nantinya, inovasi ini juga akan mulai diterapkan di Nagari lain di Kecamatan VII KOTO
Sungai Sariak agar program ini terjamin keberlanjutannya. Maka dari itu, tim LAPIS
MANGGA melakukan koordinasi dengan Bidan Desa, Pemerintah Kecamatan dan
Pemerintah Nagari. Sehingga terdapat 7 Nagari yang menyusul menjadi project LAPIS
MANGGA selanjutnya yakni Nagari Sungai Sariak, Nagari Ambung Kapur, Nagari Balah
Aie, Nagari Limpato, Nagari Bisati, Nagari Balah aie timur, Ke tujuh Nagari tersebut telah
menyusul mengantongi SK Pembentukan ASMAN TOGA dari pemerintah Nagari dan
siap untuk dilakuan pembinaan dari tim LAPIS MANGGA.

10. Tujuan inovasi daerah*;

1) Tujuan umum
Terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer
untuk lansia dan peserta posbindu ptm di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai
Sariak
2) Tujuan khusus
- Mengenalkan tanaman obat (TOGA) pada lansia dan posbindu ptm yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai Sariak
- Mengenalkan ramuan obat tradisional kepada lansia dan peserta PTM di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Sungai Sariak
11. Manfaat yang diperoleh*;

1. Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah lansia dan peserta PTM di wilayah kerja
Puskesmas mengenal Tanaman Obat ( TOGA ), mengetahui cara meramu/membuat
Obat Tradisional.
2. Sebagai model cara pengolahan TOGA untuk keluarga, sehingga bisa dicontoh oleh
semua lansia dan peserta PTM diwilayah kerja UPTD Puskesmas Sungai Sariak

12. Hasil inovasi*;

Untuk di UPTD Puskesmas Rami pemanfaatan TOGA ini sendiri berinovasi dengan
melakukan kegiatan yang kita sebut “ Lapis Mangga “. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari
selasa sehabis kegiatan Posyandu Lansia dan Posbindu PTM di UPTD Puskesmas Sungai
Sariak dan 2 kali sebulan (kamis minggu pertama dan ketiga) di Nagari Balah Aie Utara.
Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Memperkenalkan tanaman obat (TOGA)
2. Memperkenalkan manfaat dan cara pengolahan tanaman obat
Petugas Battra mendemonstrasikan cara pembuatan ramuan di depan lansia,
pengunjung puskesmas yang kebetulan datang ke puskesmas dan petugas
Puskesmas. Setiap kegiatan ramuan obat yang didemonstrasikan berganti-ganti
sesuai daftar menu ramuan obat yang tersedia. Daftar menu ramuan obat
disesuaikan dengan jenis tanaman obat yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sungai Sariak.
Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis
tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat di daerah pemukiman.
b. Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah pemukiman.
c. Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya : buah-
buahan dan bumbu masak.

13. Anggaran, jika diperlukan; dan


Sumber pendanaan inovasi melalui Program Yankestrad dengan dan
BOK dan bantuan dari donatur

14. Profil bisnis,

Hasil produksi tanaman bahan jamu merupakan bahan baku untuk indrustri obat obat
tradisional baik sekala besar dan menengah –seperti Indrustri Jamu Ny.Meneer, Cap Jago,
dan lain-lain- juga indrustri kecil obat tradisional dan indrustrirumah tangga jamu tradisional
( jamu gendong). Bahan dari tanaman yang digunakan sebagai obat baik dalam bentuk
bahan asli atau yang sudah dikeringkan disebut sebagai simplisia.Selain sebagai
simplisia,hasil produksi tanaman bahan obat juga digunakan sebagai bahan bumbu masakan
baik ditingkat rumah tangga atau rumah makan.Sebagai pengguna simplisia, pada tahun
2002 terdapat sejumlah 118 Indrustri Obat Tradisional dan 917 IndrustriKecil Obat
Tradisional( Badan POM,2003). Perdagangan tanaman obat di Indonesia pada tahun 1990
saja menurut Roekmiyanto,mencapai 38.230,9 ton. Berdasarkan Badan
POM(2003),penggunaan simplisia untuk 20 jenis bahan baku jamu dan obat yang digunakan
oleh 9 unit IOT skala besar berjumlah 1.841.802 ton. Sebanyak 15 jenis di antara 20 jenis
simplisia tersebut berjumlah 1.658.262 ton.
Beberapa jenis tanaman bahan jamu, terutama jahe dan kunyit sudah merupakan
komoditi ekspor, baik dalam bentuk rimpang ( segar dan kering ) maupun olahannya. Ekspor
dalam bentuk segar relative mengalami penurunan, namun ekspor dalam bentuk hasil olahan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai gambaran sektor hasil produksi tanaman
bahan jamu Produk tanaman bahan jamu telah diekspor ke lebih 24 negara,namun beberapa
negara tercatat belum dilakukan secara kontinu. Beberapa negara yang relatif kontinu
sebagai pasaran ekspor produk bahan jamu adalah negara Bangladesh,Belanda, India,
Jepang, Jerman, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Singapura, Thailand, Uni Emirat Arab dan
USA.Pangsa pasar terbesar adalah ke Negara Malaysia, Singapura, Jepang dan Saudi
Arabia.
Penggunaan tanaman obat tradisional hingga sekarang masih sangat diwarnai oleh
penggunaan sendiri oleh masyarakat,yakni untuk “ self medication”. Bentuknya adalah yang
langsung dapat diminum,seperti jamu gendong atau jamu dari penjual di kios-kios. Selain itu,
juga jamu berbungkus yang di buat oleh indrustri rumah tangga. Diantara tumbuhan obat
tradisional banyak yang hamper punah, sehingga kalau sewaktu-waktu dibutuhkan sulit
diperoleh.Padahal khusus meningkatkan penggunaan tumbuhan obat tradisional, pemerintah
telah menggalakkan Tanaman Obat Keluarga ( TOGA ) yang telah dimasyarakatkan oleh
Lembaga Tanaman Obat Keluarga yang telah dimasyarakatkan oleh Lembaga Swadaya
Masyarakat ( LSM ) dalam hal ini antara lain oleh PKK yang sekaligus berfungsi menhijaukan
lingkungan atua melestarikan sumberdaya hayati. Namun program TOGA nampaknya masih
belum berhasil, sehingga perlu ditingkatkan permasyarakatannya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai