LP LK TB
LP LK TB
DAN
LAPORAN KASUS
OLEH :
A. KONSEP MEDIS
1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-3 setelah India dan
Cina yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil Survey Prevalensi TB di
Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya
perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan)
(Depkes, 2011). Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus. Saat ini setiap
menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan,
sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan informasi lengkap tentang
penyakit TBC . Untuk itu sebagai seorang tenaga kesehatan kita harus lebih memahami
lebih lanjut tentang penyakit TBC.
2. Definisi
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis
menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut
berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar
sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab (Muttaqin, 2021).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paruparu yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus,
droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2021).
Menurut Depkes (2011), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
3. Penyebab
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang berukuran
dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M.
tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat
aerob yaitu menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi.
Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri,
2020).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan
tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyerang kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke),
keduanya ini dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang
kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang
yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul,
2020).
Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor lingkungan :
a. Faktor host terdiri dari:
1) Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena TB.
2) Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki peran penting dalam aktivasi makrofag dan
membatasi pertumbuhan Mycobacterium. Penurunan kadar vitamin D dalam serum
akan meningkatkan risiko terinfeksi TB.
3) Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit seperti keganasan, gagal
ginjal, diabetes, ulkus peptikum memiliki risiko untuk terkena TB.
4) Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV memiliki risiko untuk terkena TB
primer ataupun reaktifasi TB. Selain itu, pengguna obat-obatan seperti kortikosteroid
dan TNF-inhibitor juga memiliki risiko untuk terkena TB.
5) Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih banyak terjadi pada
orang tua daripada dewasa muda dan anak anak.
b. Faktor lingkungan
Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB akan berisiko untuk terkena TB.
Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki
risiko lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu sosio ekonomi juga berpengaruh terhadap
risiko untuk terkena TB dimana sosio ekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk
terkena TB.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagisewaktu (SPS).
1) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pada pagi hari kedua
2) P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi hari.
Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis
biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan
mikroskopis fluoresens di mana `pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin
(khususnya untuk penapisan)
‘
b. Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.
Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan
CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah
satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah dengan memakai Mycobacteria
Growth Indicator Tube (MGIT)
c. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan
untuk diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun luar paru sesuai dengan organ yang terlibat.
d. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda:
1) Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral
berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.
2) Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikro bakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum
penderita, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM
dalam jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul
perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah.
3) ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik
untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT tuberculosis
merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen
tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping
garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 µl diteteskan ke bantalan
warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum
mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan
dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila
setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran.
5. Gejala Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2011).
a) Gejala sistemik/umum
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
b) Gejala khusus
Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan
struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau dapat ditemukan
tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat
berupa: fokal fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya
ronkhi terutama di apeks paru Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti :
deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada
cavitas atau tanda adanya penebalan pleura.
6. Tatalaksana
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding). 1) pemeriksaan kontak,
yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA
positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif,
maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila
masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes
tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis. 2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal
terhadap kelompokkelompok populasi tertentu misalnya: a) Karyawan rumah
sakit/Puskesmas/balai pengobatan. b) Penghuni rumah tahanan. 3) Vaksinasi BCG Tabrani
Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15 tahun
sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin. Dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah
berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila tetap
negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi,
maka pengobatan harus diberikan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang
menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas
pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin : TB paru bisa terjadi pada pria dan wanita
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun.
d. Pekerjaan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendapatan, jenis pekerjaan
Pengkajian Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau
hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru atau penyakit lain yang memperberat TB Paru.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga:
secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
penularan di dalam rumah.
d. Riwayat Tumbuh Kembang:
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang
yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
Keadaan umum pada klien dengan TB Paru dapat dilakukan secara selintas pandang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang
kesadaran klien yang terdiri dari compos mentis, apatis, somnolen, sopo, soporokoma, atau
koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB Paru biasanya di dapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak
nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernafasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit seperti
hipertensi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB Paru meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem
dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan
pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
B1 (Breathing) : pemeriksaan fisik pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien dengan TB Paru
biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari Tb Paru
seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada,
pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang disertai etelektasis paru
membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami
penyempitan intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.
Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukan-meskipun tetapi tidak
spesifik-penyakit dari lobus atau paru. Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura masif
dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukanpalpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang
antara kiri dan kanan.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan
tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran
dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.
Perkusi
Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.
Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada sisi yang
sakit. Penting bagi perawat pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien
berbicara disebut sebagai resonan vokal.
Analisa Data
Tabel 2.1 Konsep Analisa Data
No Data Masalah Etiologi Paraf
1. DO : Ketidakefektif Ketidakefektifan IS
an bersihan bersihan jalan
1. pasien tampak batuk
jalan nafas nafas
2. suara terdengar serak
DS :
Spasme jalan
1. pasien mengatakan batuk
nafas
berdahak
2. pasien mengatakan dahak
tidak bisa keluar. Perubahan
3. Pasien mengatakan sesak frekuensi nafas
nafas
4. Auskultasi paru : Terdengar
suara ronkhi pada paru kanan
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap
gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien dengan TB Paru, yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspresi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
6. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)
7. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.
3. Perencanaan Keperawatan
Konsep Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Domain 11 : Keamanan/perlindungan.
Kelas 2. Cedera fisik (00031)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas
untuk mempertahankan jalan nafas.
NOC
Kriteria Hasil :
Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran gas.
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal)
Kriteria Hasil :
setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah ketidakefektifan pola nafas
dapat teratasi.
1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
2. Tekanan parsial karbondioksida didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari
kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala
4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan
ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
Definsi: fasilitas kepatenan jalan nafas.
Aktivitas-aktivitas:
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
3. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
4. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya.
Diagnosa :
Domain 2: Nutrisi
Kelas 1. Makan (00002) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
(1009) status nutrisi : asupan nutrisi.
Definisi:
asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan metabolik
6. Asupan zat besi dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4
(sebagian besar adekuat)
5. Evalausi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.
LAPORAN KASUS
TUBERKULOSIS PARU
IDENTITAS KLIEN
Nama : ............................................ Suami/Isteri/Ortu :
Umur : ............................................ Nama : ......................................
Jenis Kelamin : ............................................ Pekerjaan : ......................................
Agama : ............................................ Alamat : ......................................
Suku/ bangsa : ............................................ ......................................
Bahasa : ............................................ Penanggung : ......................................
Jawab
Pendidikan : ............................................ Nama : ......................................
Pekerjaan : ............................................ Alamat : ......................................
Status : ............................................ ......................................
Alamat : ............................................
............................................
KELUHAN UTAMA
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Genogram :
3. Pola eliminasi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
4. Pola aktivitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum :
Kesadaran : ................................................. GCS : ......................................
BB sebelum sakit : ................................................. TB : ......................................
BB saat ini : .................................................
BB ideal : .................................................
Perkembangan BB : .................................................
Status gizi : .................................................
Status Hidrasi : .................................................
Tanda-tanda vital :
TD : ............... mmHg Suhu : .................. 0C
N : ............... x/mnt RR : .................. x/mnt
2. Kepala
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Leher
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
4. Thorak (dada)
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
5. Abdomen
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
6. Tulang belakang
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
7. Ekstremitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
9. Pemriksaan neurologis
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
2. Radiologi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
TERAPI
1. Oral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
2. Parenteral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
.PENULIS
NAMA...............................................
............................................................
..
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN