Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. S


DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PEKAN GEDANG

OLEH :

IDRA YOGA PRATAMA, Am.Kep

PESERTA RETAKER KOMPETEN BERSYARAT

DPW PPNI PROVINSI JAMBI


TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S


KASUS INI BENAR TELAH DILAKSANAKAN

Kepala Puskesmas Pekan Gedang Dibuat Oleh,

Darimi, SKM Idra Yoga Pratama, Am.Kep


NIP. 196809101989031004

KETUA DPD PPNI KAB SAROALNGUN

Ns. Jamaludin, S.Kep


NIRA. 15030545423
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

A. KONSEP MEDIS
1. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-3 setelah India dan
Cina yang menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil Survey Prevalensi TB di
Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya
perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan)
(Depkes, 2011). Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus. Saat ini setiap
menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia.  Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan,
sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan informasi lengkap tentang
penyakit TBC . Untuk itu sebagai seorang tenaga kesehatan kita harus lebih memahami
lebih lanjut tentang penyakit TBC.

2. Definisi
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis
menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman tersebut
berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar
sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab (Muttaqin, 2021).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paruparu yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus,
droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2021).
Menurut Depkes (2011), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.
tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
 TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
 TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

3. Penyebab
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang berukuran
dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M.
tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat
aerob yaitu menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi.
Daerah tersebut menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri,
2020).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan
tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyerang kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke),
keduanya ini dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang
kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post
primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang
yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul,
2020).
Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor lingkungan :
a. Faktor host terdiri dari:
1) Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena TB.
2) Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki peran penting dalam aktivasi makrofag dan
membatasi pertumbuhan Mycobacterium. Penurunan kadar vitamin D dalam serum
akan meningkatkan risiko terinfeksi TB.
3) Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit seperti keganasan, gagal
ginjal, diabetes, ulkus peptikum memiliki risiko untuk terkena TB.
4) Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV memiliki risiko untuk terkena TB
primer ataupun reaktifasi TB. Selain itu, pengguna obat-obatan seperti kortikosteroid
dan TNF-inhibitor juga memiliki risiko untuk terkena TB.
5) Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih banyak terjadi pada
orang tua daripada dewasa muda dan anak anak.
b. Faktor lingkungan
Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB akan berisiko untuk terkena TB.
Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki
risiko lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu sosio ekonomi juga berpengaruh terhadap
risiko untuk terkena TB dimana sosio ekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk
terkena TB.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagisewaktu (SPS).
1) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan
dahak pada pagi hari kedua
2) P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3) S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi hari.
Pemeriksaan mikroskopisnya dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis
biasa di mana pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan
mikroskopis fluoresens di mana `pewarnaannya dilakukan dengan auramin-rhodamin
(khususnya untuk penapisan)

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (International Union


Against Tuberculosis and lung Tuberculosis) yang merupakan rekomendasi dari WHO.


b. Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.
Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan
CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah
satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan
melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah dengan memakai Mycobacteria
Growth Indicator Tube (MGIT)
c. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
standar. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan
untuk diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun luar paru sesuai dengan organ yang terlibat.
d. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda:
1) Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral
berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.
2) Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikro bakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum
penderita, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM
dalam jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul
perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah.
3) ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik
untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT tuberculosis
merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen
tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran
immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping
garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 µl diteteskan ke bantalan
warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum
mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan
dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila
setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen
pada membran.

e. Pemeriksaan Cairan Pleura


Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada
penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis
yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat,
serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah
f. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsi paru dengan trans
bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi
pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluar paru. Dapat pula dilakukan
biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan biopsi
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama pada tuberkulosis ekstra paru.
Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaan histopatologi pada jaringan paru
atau jaringan diluar paru memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan.
g. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini
sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik
penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita
serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula
kadar limfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderita , yaitu dalam
keadaan supresi / tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah
yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
h. Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi
dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat
besar sekali. Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutama pada
malnutrisi dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi positif jika
diulang 1 bulan kemudian. Sebenarnya secara tidak langsung reaksi yang ditimbulkan
hanya menunjukkan gambaran reaksi tubuh yang analog dengan ; a) reaksi peradangan dari
lesi yang berada pada target organ yang terkena infeksi atau b) status respon imun individu
yang tersedia bila menghadapi agent dari basil tahan asam yang bersangkutan
(M.tuberculosis).

5. Gejala Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2011).
a) Gejala sistemik/umum
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
b) Gejala khusus
 Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Tanda-tanda yang di temukan pada pemeriksaan fisik tergantung luas dan kelainan
struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat normal atau dapat ditemukan
tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru. Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat
berupa: fokal fremitus meingkat, perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya
ronkhi terutama di apeks paru Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti :
deviasi trakea ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada
cavitas atau tanda adanya penebalan pleura.

6. Tatalaksana
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding). 1) pemeriksaan kontak,
yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA
positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif,
maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila
masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes
tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis. 2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal
terhadap kelompokkelompok populasi tertentu misalnya: a) Karyawan rumah
sakit/Puskesmas/balai pengobatan. b) Penghuni rumah tahanan. 3) Vaksinasi BCG Tabrani
Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15 tahun
sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin. Dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah
berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila tetap
negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi,
maka pengobatan harus diberikan.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang
menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas
pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin : TB paru bisa terjadi pada pria dan wanita
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun.
d. Pekerjaan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendapatan, jenis pekerjaan
Pengkajian Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau
hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru atau penyakit lain yang memperberat TB Paru.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga:
secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
penularan di dalam rumah.
d. Riwayat Tumbuh Kembang:
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang
yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk.

e. Riwayat Sosial Ekonomi:


Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang yang likungan atau tempat tinggalnya
padat dan kumuh karena kebanyakan orang yang terkena TB Paru berasal dari likungan
atau tempat tinggalnya padat dan kumuh itu.
f. Riwayat Psikologi:
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian, karena pada pasien dengan TB Paru dimungkinkan terjadi perubahan tingkah
laku seperti halnya berhubungan dengan aib dan rasa malu dan juga ada rasa kekhawatiran
akan dikucilkan dari keluarga dan lingkungan akibat penyakitnya sehingga dapat
mengakibatkan orang tersebut menjauhkan diri dari semua orang.

Pengkajian Berdasarkan NANDA


a. Domain Promosi Kesehatan
1) Arti sehat dan sakit bagi pasien.
2) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
3) Perlindungan terhadap kesehatan: program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan, diet, latihan dn olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi.
4) Pemeriksan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan.
5) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.
6) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
b. Domain Nutrisi
1) Kebiasaan jumlah makanan.
2) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
3) Pola makan 3 hari terakhir/ 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan.
4) Kepuasaan akan berat badan.
5) Persepsi akan kebutuhan metabolic
6) Faktor pencernaan: nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa
mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan.
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)
c. Domain Eliminasi dan Pertukaran
1) Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), wana, bau, nyeri, mokturia,
kemampuan menontrol BAK, adanya perubahan lain.
2) Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia,
kemampuan mengontrol BAK, adanya perubhana lain.
3) Keyakinan budaya dan kesehatan.
4) Kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri.
5) Penggunaan bantuan untuk ekskresi
6) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdmen, genetalia, rectum, prostat)
d. Domain Aktivitas / Istirahat
1) Aktivitas kehidupan sehari-hari
2) Olahraga: tipe, frekuensi, durasi, da inetensitas.
3) Aktivitas menyenangkan
4) Keyakinan tentang latihan dan olahraga
5) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi)
6) Mandiri, bergantung atau perlu bantuan.
7) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
8) Data pemeriksaan fisik (pernapasan, kardiovaskular, muskoloskeletal, neurologi)
9) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual
menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
10) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan)
11) Jadwal istirahat dan relaksasi
12) Gejala gangguan pola tidur
13) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
14) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
e. Domain Persepsi / Kognisi
1) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman, pendengar, perasa,
peraba)
2) Penggunaan ketidaknyaman nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
3) Keyakinan budaya terhadap nyeri
4) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan
mengatasi nyeri
5) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
f. Domain Persepsi Diri
1) Keadan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial.
2) Identitas Personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki
3) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang disukai dan tidak)
4) Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri.
5) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran).
6) Riwayat berhubungan denan masalah fisik dan tau psikologi.
7) Data meneriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau
berintaksi)
g. Domain Hubungan Peran
1) Gambaran tentang peran berkaitan degan keluarga, teman, kerja
2) Kepuasan/ ketidak puasaan menjalankan peran
3) Efek terhadap status kesehatan
4) Petingnya keluarga
5) Struktur dan dukungan keluarga
6) Proses pengambilan keputusan keluarga
7) Pola membesarkan anak
8) Hubungan dengan orang lain
9) Orang terdekat dengan klien
10) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
h. Domain seksualitas
1) Masalah atau perhatian seksual
2) Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami/istri
3) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, peukan, sentuhan, dll)
4) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reprosuksi
5) Efek terhadap kesehatan
6) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologi
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)
i. Domain Koping / Toleransi Stress
1) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
2) Tingkat stress yang dirasakan
3) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
4) Strategi mengatsai stress yang biasa digunakan dan keefektifannya.
5) Strategi koping yang biasa digunakan
6) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
7) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga.
j. Domain Prinsip Hidup
1) Latar belakang budaya/ etnik
2) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/ etnik
3) Tujuan kehidupan bagi pasien
4) Pentingnya agama/ spiritualitas
5) Dmapak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
6) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, larangan, adat) yang dpat
mempengaruhi kesehatan

k. Domain Keamanan / Perlindungan


1) Infeksi
2) Cedera fisik
3) Perilaku kekerasan
4) Bahaya lingkungan
5) Proses pertahanan tubuh
6) Temoregulasi
l. Domain Kenyamanan
1) Berisikan Kenyamanan fisik, lingkungan dan sosial pasien
m. Domain Pertumbuhan / Perkembangan
1) Berisi tentang pertumbuhan dan perkembangan klien

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
Keadaan umum pada klien dengan TB Paru dapat dilakukan secara selintas pandang
dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang
kesadaran klien yang terdiri dari compos mentis, apatis, somnolen, sopo, soporokoma, atau
koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB Paru biasanya di dapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak
nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernafasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit seperti
hipertensi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB Paru meliputi pemeriksaan fisik umum per sistem
dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan
pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
B1 (Breathing) : pemeriksaan fisik pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien dengan TB Paru
biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari Tb Paru
seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada,
pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang disertai etelektasis paru
membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami
penyempitan intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.
Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukan-meskipun tetapi tidak
spesifik-penyakit dari lobus atau paru. Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura masif
dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukanpalpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang
antara kiri dan kanan.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan
tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran
dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.

Perkusi
Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.
Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada sisi yang
sakit. Penting bagi perawat pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien
berbicara disebut sebagai resonan vokal.

1. B2 (Blood) : pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi :


Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru dengan efusi pleura
masif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
2. B3 (Brain) : kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan
wajah mringis, menangis,merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB Paru
dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan
fungsi hati.
3. B4 (Bladder): pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Olek
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna
jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi
karena meminum OBAT terutama rifampisin.
4. B5 (Bowel) : klien biasanya mengalami mual,muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
5. B6 (Bone) : aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga menjadi tak teratur.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
2. Pemeriksaan CT Scan
3. Radiologi TB paru militer
a. TB paru militer akut
b. TB paru militer subakut (kronis)
4. Pemeriksaan Laboratorium

Analisa Data
Tabel 2.1 Konsep Analisa Data
No Data Masalah Etiologi Paraf
1. DO : Ketidakefektif Ketidakefektifan IS
an bersihan bersihan jalan
1. pasien tampak batuk
jalan nafas nafas
2. suara terdengar serak
DS :
Spasme jalan
1. pasien mengatakan batuk
nafas
berdahak
2. pasien mengatakan dahak
tidak bisa keluar. Perubahan
3. Pasien mengatakan sesak frekuensi nafas
nafas
4. Auskultasi paru : Terdengar
suara ronkhi pada paru kanan

2. DO : Nyeri akut Nyeri akut

1. Pasien meringis kesakitan


Agen cedera
2. TTV : TD : 110/70 mmHg, biologis
suhu: 36C, Nadi: 84x/menit,
RR: 28x/menit.
Mengekspresikan
DS :
prilaku
1. pasien mengatakan nyeri
pada dada saat batuk.
2. Pengkajian nyeri P: batuk
menetap Q: menusuk R:
dada, S: 5, T: timbul kadang-
kadang saat batuk.
3. DO : Ketidakseimban Ketidakseimbang IS
gan : kurang an : kurang dari
1. Pasien mengalami penurunan dari kebutuhan kebutuhan tubuh
berat badan tubuh.
2. Pasien tampak lemah Kurang asupan
3. Makan tampak tidak habis 1 makanan
porsi
4. Pasien mengalami penurunn Berat badan 20%
berat badan ± 6 kg atau lebih
dibawah rentang
berat badan ideal.
DS :

1. Pasien mengatakan nafsu


makan menurun
2. Pasien mengeluh mual
3. Pasien mengatakan badan
terasa lemas
4. DO: Risiko tinggi Risiko tinggi
1. Pasien sering batuk di depan penyebaran penyebaran infeksi
orang lain tanpa menutup infeksi
mulut. Kurangnya
2. BTA positif pengetahuan
DS: untuk
1. Pasien mengatakan sering menghindari
kontak dengan orang lain pemajanan
2. Pasien mengatakan bahwa patogen
saat batuk di depan orang
lain tidak menutup mulut
3. Membuang dahak pada
plastik yang diikat dan
dibuang ketempat sampah
5. DO: Gangguan Gangguan IS
1. klien terlihat sesak, Pertukaran Pertukaran Gas
pernafasan takipnea dan Gas
ortopnoe,menggunakan Perubahan
otot bantu pernafasan , membran
retraksi dinding dada, batuk alveolar-kapiler.
berdahak dan kental,
menggunakan nafas cuping Pola pernafasan
hidung abnormal.
DS:
1. klien mengatakan nafasnya
terasa sesak
2. Klien mengeluh susah tidur.
3. Klien mengatakan anaknya
batuk-batuk , berdahak.
6. DO : Gangguan pola Gangguan pola tidur IS
1. Kantong mata bawah hitam. tidur
2. Konjungtiva anemis.
imobilisasi
3. Pasien tampak lemas.
4. Pasien sering terbangun pada
penurunan
malam hari.
kemampuan
DS :
1. Pasien mengatakan tidak berfungsi
dapat tidur nyenyak dan
sering terbangun karena
batuk.
2. Pasien tidur ± 6-7 jam sehari
dan tidur siang ± 1-2 jam
7. DO: Intoleransi Intoleransi IS
1. Klien tampak memanggil
Aktivitas Aktivitas
keluarga saat butuh sesuatu
2. Klien tampak lemas
imobilisasi
DS :
1. Klien mengatakan badannya
lemas sehingga susah keletihan
beraktivitas.
2. Pasien mengatakan
kepalanya pusing.
3. Pasien mengatakan sesak
nafas

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap
gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas (Herdman, 2015). Diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien dengan TB Paru, yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mukus yang kental,
hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema trakheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan menurunnya ekspresi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
6. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah)
7. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.
8. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah.

3. Perencanaan Keperawatan
Konsep Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Domain 11 : Keamanan/perlindungan.
Kelas 2. Cedera fisik (00031)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas
untuk mempertahankan jalan nafas.

NOC

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam masalah ketidakefektifan bersihahan


jalan nafas dapat teratasi.

(0410) status pernafasan : kepatenan jalan nafas

Definisi : saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran gas.

1. Frekuensi pernafasan dari skala 1(deviasi berat dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

2. kedalaman inspirasi dari skala 1(deviasi berat dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)


NIC
(3160) penghisapan lendir pada jalan nafas
Definisi : membuang sekret dengan memasukkan kateter suksion kedalam mulut,
nasofaring atau trakhea pasien
1. Lakukan tindakan cuci tangan.
2. Lakukan tindakan pencegahan umum.
3. Gunakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan.
4. Tentukan perlunya suktion mulut atau trakhea.
5. Aukultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction.
6. Aspirasi nasopharingeal dengan kanul suction sesuai dengan kebutuhan
7. Berikan sedatif sebagaimana mestinya.
8. Masukan nasopharingeal airway untuk melakukan suction nasotracheal sesuai
kebutuhan
9. Instruksikan pada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan
suction nasotracheal dan gunakan oksigen sesuiai kebutuhan.
Diagnosa :
Domain 4: Aktivitas/ Istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal (00032) Ketidakefektifan pola
nafas.
Definisi: Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
NOC

Kriteria Hasil :

setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah ketidakefektifan pola nafas
dapat teratasi.

(0403) status pernafasan : ventilasi.

Definisi : keluar masuknya udara dari dan kedalam paru.

1. Frekuensi pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

2. Irama pernafasan dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal)

ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)

3. Kedalaman inspirasi dari sekala 1 (deviasi berat dari kisaran normal)


ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)
NIC
3140 manajemen jalan nafas
Definisi: fasilitas kepatenan jalan nafas.
1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana
mestinya.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas.
4. Masukkan alat (NPA) atau (OPA) sebagaimana mestinya.
5. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya.
Diagnosa :
Domain 3: Eliminasi dan pertukaran
Kelas 4. Fungsi respirasi (00030) Gangguan pertukaran gas
Definisi: kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida
pada membran alveolar-kapiler
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam gangguan pertukaran gas kembali
normal.
(0402) status pernafasan : pertukaran gas
Definisi:
pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk mempertahankan
konsentrasi darah arteri.

1. Tekanan parsial oksigen didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).

2. Tekanan parsial karbondioksida didarah arteri dari skala 1 (deviasi berat dari
kisaran normal) ditingkatkan ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).

3. PH arteri dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan ke skala
4 (deviasi ringan dari kisaran normal).

4. Saturasi oksigen dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) ditingkatkan
ke skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal).
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
Definsi: fasilitas kepatenan jalan nafas.
Aktivitas-aktivitas:
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
3. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
4. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana mestinya.
Diagnosa :
Domain 2: Nutrisi
Kelas 1. Makan (00002) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
(1009) status nutrisi : asupan nutrisi.
Definisi:
asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan metabolik

1. Asupan protein dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4


(sebagian besar adekuat)

2. Asupan lemak dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4


(sebagian besar adekuat)

3. Asupan karbohidrat dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala


4 (sebagian besar adekuat)

4. Asupan vitamin dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4


(sebagian besar adekuat)

5. Asupan mineral dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4


(sebagian besar adekuat)

6. Asupan zat besi dari skala 1 (tidak adekuat) ditingkatkan menjadi skala 4
(sebagian besar adekuat)

7. Asupan kalsium dari skala 1 (tidak adekuat)ditingkatkan menjadi skala 4


(sebagian besar adekuat)
NIC
(1100) manajemen nutrisi
Definisi: menyediakan dan meningkatkan intake nurisi yang seimbang.
akvifitas-aktivitas:
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya elergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
3. Tentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien.
4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
6. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan yang
lebih sehat.
Diagnosa :
Domain 4: aktivitas/istirahat
Kelas 1. Tidur/istirahat (000198) Gangguan pola tidur
Definisi: interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam masalah gangguan pola tidur dapat
teratasi.
(0003) istirahat
Definisi: berkurangnya kuantitas dan pola aktifitas untuk memulihkan mental dan
fisik.
1. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
(tidak terganggu)
2. kualitas istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi skala 5
(tidak terganggu)
3. beristirahat secara fisik dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi
skala 5 (tidak terganggu)
4. beristirahat secara mental dari skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan menjadi
skala 5 (tidak terganggu)
NIC
(1850) peningkatan tidur
Definisi: memfasilitasi tidur/siklus bangun teratur.
Aktivitas-aktivitas:
1. tentukan pola tidur pasien
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama penyakit dan lain-lain
3. monitor pola tidur pasien dan catat kondisi fisik.
4. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur.
5. Mulai/terapkan langkah-langkah kenyamanan seperti pijat,pemberian posisi
dan sentuhan efektif.
6. Bantu meningkatkan jumlah jam tidur.
7. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur.
Diagnosa :
Domain 4: aktifitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal (00092) Intoleran aktivitas
Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin
dilakukan.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktifitas
tercapai.
(0002) konservasi energi
Definisi: tindakan individu dalam mengelola energi untuk memulai dan
mempertahankan aktivitas.

1. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat dari skala 1 (tidak pernah


menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)

2. Menyadari keterbatasan energi dari skala 1 (tidak pernah menunjukan)


ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)

3. Menggunakan teknik konservasi energi dari skala 1(tidak pernah


menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)

4. Mengatur aktivitas untuk konservasi energi dari skala 1(tidak pernah


menunjukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukan)
NIC
(4310) terapi aktivitas
Definisi: peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi,
sosial dan spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi aktivitas kelompok.
1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas
spesifik.
2. Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan jarak
aktifitas.
3. Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan (yang dimilikinya)
dibandingkan dengan kelemahan (yang dimilikinya)
4. Dorong aktivitas kreatif yang tepat.
5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan.
6. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level
aktivitas tertentu.
7. Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat.
8. Bantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien terhadap
pencapaian tujuan
Diagnosa :
Domain 9 : koping/toleransi stres Kelas 2. Respons koping
(00147) Ansietas Kematian
Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar atau yang ditimbulkan
oleh persepsi tentang ancaman nyata atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam klien mampu memahami dan
menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Ansietas
Definisi: perasaan tidak nyaman atau gelisah yang samar yang ditimbulkan oleh
persepsi ancaman nyawa atau imajinasi terhadap eksistensi seseorang.

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

2. Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik


untuk mengontrol cemas.

3. Postur tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.


NIC
(5820) pengurangan kecemasan
Definisi: mengurangi tekanan, kekuatan, firasat, maupun ketidaknyamanan terkait
dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi.
Aktivitas-aktivitas:
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien.
3. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.
5. Dengarkan klien
6. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan.
7. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
8. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Diagnosa :
Domain 5:
Persepsi/kognisi Kelas 4. Kognisi (00126) defisiensi pengetahuan
Definisi: ketidaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
NOC
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam klien mampu melaksanakan apa
yang telah diinformasikan.
(1803) pengetahuan : proses penyakit
Definisi: tingkat pemahaman yang disampaikan tentang proses penyakit tertentu
dan komplikasinya.
1. Karakter spesifik penyakit dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
2. Faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi dari skala 1 (tidak ada
pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
3. Faktor resiko dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi skala
4 (pengetahuan banyak)
4. Tanda dan gejala dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan menjadi
skala 4 (pengetahuan banyak)
5. Proses perjalanan penyakit biasanya dari skala 1 (tidak ada pengetahuan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
6. Strategi untuk meminimalkan
Perkembangan penyakit dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
NIC
(5602) pengajaran: proses penyakit
Definisi: membantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan dengan
proses penyakit secara spesifik.
Aktivitas-aktivitas:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik.
2. Review pengetahuan pasien mengenai kondisinya.
3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan.
4. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
5. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisi, sesuai kebutuhan.
6. Berikan informasi kepada keluarga yang penting bagi pasien mengenai
perkembangan pasien sesuai kebutuhan.
7. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol/meminimalkan gejala
sesuai kebutuhan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada
pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat di atas.

5. Evalausi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.
LAPORAN KASUS
TUBERKULOSIS PARU

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal/ jam masuk RS : .......................................................


Ruang : ........................................................
No. Register : .......................................................
Diagnosa Medis : .......................................................
Tanggal Pengkajian : .......................................................

IDENTITAS KLIEN
Nama : ............................................ Suami/Isteri/Ortu :
Umur : ............................................ Nama : ......................................
Jenis Kelamin : ............................................ Pekerjaan : ......................................
Agama : ............................................ Alamat : ......................................
Suku/ bangsa : ............................................ ......................................
Bahasa : ............................................ Penanggung : ......................................
Jawab
Pendidikan : ............................................ Nama : ......................................
Pekerjaan : ............................................ Alamat : ......................................
Status : ............................................ ......................................
Alamat : ............................................
............................................

KELUHAN UTAMA
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Upaya yang telah dilakukan : ....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Terapi yang telah diberikan : .....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

Genogram :

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

2. Pola nutrisi dan metabolisme


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

3. Pola eliminasi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

4. Pola aktivitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

5. Pola istirahat tidur


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
7. Pola konsep diri
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

8. Pola hubungan peran


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

9. Pola fungsi seksual-seksualitas


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

10. Pola mekanisme koping


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

11. Pola nilai dan kepercayaan


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum :
Kesadaran : ................................................. GCS : ......................................
BB sebelum sakit : ................................................. TB : ......................................
BB saat ini : .................................................
BB ideal : .................................................
Perkembangan BB : .................................................
Status gizi : .................................................
Status Hidrasi : .................................................

Tanda-tanda vital :
TD : ............... mmHg Suhu : .................. 0C
N : ............... x/mnt RR : .................. x/mnt

2. Kepala
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

3. Leher
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

4. Thorak (dada)
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
5. Abdomen
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

6. Tulang belakang
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

7. Ekstremitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

8. Genitalia dan anus


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

9. Pemriksaan neurologis
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

2. Radiologi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

TERAPI
1. Oral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

2. Parenteral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

.PENULIS

NAMA...............................................
............................................................
..
ANALISA DATA

NO DATA K.PENYEBAB MASALAH

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


RENCANA KEPERAWATAN

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN RENCANA PARAF


JAM KEPERAWATAN KEPERAWATAN
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

NO.DK TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


EVALUASI

MASALAH TGL/JAM CATATAN KEPERAWATAN PARAF


KEPERAWATAN
FOT0 – FOTO KEGIATAN (LAMPIRKAN)

Anda mungkin juga menyukai