Anda di halaman 1dari 408

Prediksi UKMPPD

Periode
I
Dilaporkan adanya mayat laki-laki di sebuah kosan, dilakukan pemeriksaan terhadap
mayat tersebut pada hari Kamis, jam 12.00-15.00 WIB. Pada pemeriksaan, didapatkan
lebam mayat yang tidak hilang dengan penekanan, kaku otot hampir di semua sendi
kecuali jari tangan dan kaki, dan adanya warna kuning kehijauan di perut bagian kanan
bawah. Diperkirakan waktu kematian korban berkisar pada…
A. Rabu, jam 12.00-24.00 WIB
B. Kamis, jam 00.00-04.00 WIB
C. Kamis, jam 10.00-12.00 WIB
D. Rabu, jam 00.00-12.00 WIB
E. Kamis, jam 04.00-10.00 WIB
Jawaban

D. Rabu, jam 00.00-12.00 WIB


Pembahasan
Waktu kematian?
• Dilaporkan mayat laki-laki  pemeriksaan terhadap
mayat tersebut pada hari Kamis, jam 12.00-15.00 WIB.
• Pemeriksaan Fisik:
– didapatkan lebam mayat yang tidak hilang dengan
penekanan, kaku otot hampir di semua sendi
kecuali jari tangan dan kaki, dan adanya warna
kuning kehijauan di perut bagian kanan bawah
Tanda Pasti Kematian
• Lebam mayat/livor mortis
– Muncul  30 menit-2 jam post-mortem

– Hilang dengan penekanan  setelah 2-8 jam

– Menetap  setelah 8-12 jam

• Kaku mayat/rigor mortis


– Muncul  2 jam post-mortem, mulai dari sendi kecil menyebar sentripetal

– Masih bisa dilawan  dalam 2-12 jam

– Lengkap (seluruh sendi)  setelah 12 jam

– Menghilang  setelah 24 jam, sesuai urutan muncul

• Pembusukan/putrefaksi
– Mulai  setelah 24 jam

– Warna kuning kehijauan di perut kanan bawah (katup ileocaecal)

– Setelah 36 jam  menyebar ke seluruh perut dan dada


Analisis Soal
• Hasil pemeriksaan mayat tersebut:
– Lebam mayat yang tidak hilang dengan penekanan  lebam mayat lengkap dan
menetap setelah 8-12 jam

– Kaku otot hampir di semua sendi kecuali jari-jari tangan dan kaki (kaku mayat
telah lengkap dan mulai menghilang lagi)  kematian telah berlangsung diatas 24 jam

– Kaku mayat mulai muncul sekitar 2 jam kematian, menyebar mulai dari otot distal dan
kecil kearah dalam (sentripetal). Dalam 12 jam lengkap, dipertahankan selama 12 jam,
kemudian menghilang bertahap sesuai urutan munculnya.

– Adanya warna kuning kehijauan di perut bagian kanan bawah  dekomposisi,


muncul sekitar 24 jam pasca kematian

– Sehingga, pada soal kita dapat memperkirakan kematian telah berlangsung lebih
dari 24 jam
A. Rabu, jam 12.00-24.00 WIB

B. Kamis, jam 00.00-04.00 WIB

C. Kamis, jam 10.00-12.00 WIB

D. Rabu, jam 00.00-12.00 WIB

E. Kamis, jam 04.00-10.00 WIB


2
Seorang laki-laki, usia 27 tahun datang ke IGD RS tempat anda bekerja bersama dengan pihak kepolisian dikarenakan
adanya luka pada kepala pasca penyerangan oleh sekelompok orang 1 jam SMRS. Pihak kepolisian meminta untuk
dilakukan pembuatan Visum et Repertum. Pada hasil pemerisaan fisik didapatkan pada kepala belakang sisi kiri,
sembilan sentimeter dari garis pertengahan belakang, sepuluh koma lima sentimeter di atas batas tumbuh rambut
belakang, terdapat luka terbuka tepi rata, dasar jaringan bawah kulit, jika dirapatkan berbentuk garis dan pada bagian
dahi terdapat luka terbuka dasar jaringan bawah kulit, tepi tidak rata dan terdapat jembatan jaringan. Berdasarkan hal
tersebut, kesimpulan dari VeR yang tepat adalah?

A. Terdapat luka akibat benda tumpul pada kepala belakang dan luka akibat benda tajam pada dahi

B. Terdapat luka akibat benda tumpul pada kepala belakang dan dahi

C. Terdapat luka akibat benda tajam pada kepala belakang dan dahi

D. Terdapat luka akibat benda tajam pada kepala belakang dan luka akibat benda tumpul pada dahi

E. Tidak dapat disimpulkan


D. Terdapat luka akibat benda tajam
pada kepala belakang dan luka akibat
benda tumpul pada dahi
Pembahasan
• Laki-laki, usia 27 tahun
– Luka pada kepala pasca penyerangan oleh sekelompok
orang 1 jam SMRS
– Perminataan pembuatan VeR
• Pada kepala belakang sisi kiri,  luka terbuka tepi rata, dasar
jaringan bawah kulit, jika dirapatkan berbentuk garis
• Pada bagian dahi  luka terbuka dasar jaringan bawah kulit, tepi
tidak rata dan terdapat jembatan jaringan

– Kesimpulan VeR?
Perbedaan Luka Akibat Kekerasan
Tajam dan Tumpul

Trauma Tumpul Tajam

Bentuk luka Tidak teratur Teratur

Tepi luka Tidak rata Rata

Jembatan jaringan Ada Tidak ada

Rambut Tidak terpotong Terpotong

Dasar luka Tidak teratur Teratur

Sekitar luka Ada luka lecet atau Tak ada luka lain
memar
Perlu DIINGAT!

• Pada pendeskripsian luka TIDAK BOLEH


ditulis benda yang digunakan, hanya jenis
kekerasan seperti kekerasan tajam atau tumpul
A. Terdapat luka akibat benda tumpul pada kepala belakang dan luka
akibat benda tajam pada dahi

B. Terdapat luka akibat benda tumpul pada kepala belakang dan dahi

C. Terdapat luka akibat benda tajam pada kepala belakang dan dahi

D. Terdapat luka akibat benda tajam pada kepala belakang dan


luka akibat benda tumpul pada dahi

E. Tidak dapat disimpulkan


3
Seorang pria, 57 tahun dibawa ke IGD tidak sadarkan diri dan saat
pemeriksaan di dapatkan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan respons pupil yang lambat disertai dengan nystagmus. Selain itu
tercium bau acetone-apple like dari napas pasien. Penyebab kondisi tersebut
adalah…
A. Keracunan sianida
B. Keracunan fosfat
C. Keracunan deoksihemoglobin
D. Keracunan timbal
E. Keracunan alkohol
Jawaban

E. Keracunan alkohol
Pembahasan

• Pria, 57 tahun
– Penurunan kesadaran

– Pemeriksaan fisik: Slow, delayed, sluggish orabsent


pupil response dengan nystagmus dan bau acetone-
apple like

Penyebab kondisi?
Intoksikasi Alkohol
• Pada intoksikasi alkohol, dapat terjadi fenomena yang disebut dengan
blackout, yaitu amnesia akan kejadian yang terjadi selama intoksikasi.

• Pada intoksikasi ringan (setelah meminum 10-12 gram etanol yang


menaikkan konsentrasi alkohol darah sekitar 20 mg/dL), terjadi:
– Ingin berbicara (talkative)

– Sensasi bugar

– Mood yang ekspansif dan cerah


Intoksikasi Alkohol
• Setelah konsentrasi alkohol darah menurun, maka individu tersebut
merasa lebih depresi, menarik diri, dan terganggu kognisinya.
• Pada kadar alkohol darah sangat tinggi (misalnya 200-300 mg/dL),
individu yang belum mengalami toleransi terhadap alkohol
cenderung akan jatuh tertidur dan memasuki tahapan awal anestesi.
• Pada kadar alkohol darah yang lebih tinggi lagi (melebihi 300-400
mg/dL), dapat terjadi inhibisi respirasi dan denyut nadi, bahkan
kematian pada individu yang belum mengalami toleransi.
Intoksikasi Alkohol

• Durasi intoksikasi dipengaruhi oleh jumlah


alkohol yang diminum.

• Secara umum, tubuh dapat memetabolisme


alkohol, dengan kecepatan penurunan kadar
alkohol darah 15-20 mg/dL per jam.
VITAL SIGN dalam Kasus Keracunan

Chandravanshi L. Assessment and Diagnosis of Poisoning with Characteristics Features in Living or Dead. The Open Forensic
Science Journal. 2018. 10(5):12
VITAL SIGN dalam Kasus Keracunan

Chandravanshi L. Assessment and Diagnosis of Poisoning with Characteristics Features in Living or Dead. The Open Forensic
Science Journal. 2018. 10(5):12
Pilihan Lain
• Keracunan sianida
– Aritmia, gangguan sirkulasi, sesak, kelemahan, dll
– Kulit: normal, sianosis, atau cherry red

• Keracunan fosfat
– Biasanya berasal dari pupuk atau insektisida
– Kejang, bradikardi, hipotensi, paralisis
Pilihan Lain

• Keracunan timbal
– Biasanya terpapar saat bekerja atau limbah pabrik

– Nyeri perut, mual, muntah, diare, konstipasi, dll

• Keracunan deoksihemoglobin

– Hipoksia, tidak spesifik


A. Keracunan sianida

B. Keracunan fosfat

C. Keracunan deoksihemoglobin

D. Keracunan timbal

E. Keracunan alkohol
4
Saat dilakukan pendakian di sebuah gunung ditemukan jenazah laki-laki di salah
satu jurang dekat dengan puncak. Pada pemeriksaan luar didapatkan banyak
luka lecet dan seluruh tubuh jenzaha telah kaku. Apa penyebab kakunya
tubuh jenazah tersebut?
A. Kurangnya ATP
B. Rigor mortis
C. Cadaveric spasm
D. Koagulasi protein oleh suhu tinggi yang membuat serat otot
memendek
E. Membekunya cairan tubuh
E. Membekunya cairan tubuh
Pembahasan
Jenazah laki-laki
• Ditemukan di salah satu jurang dekat dengan puncak
gunung
• Pada pemeriksaan luar didapatkan banyak luka lecet
dan seluruh tubuh jenzaha telah kaku

Apa penyebab kakunya tubuh jenazah?


Tanda Kematian
• Tanda kematian tidak pasti
– Pernapasan berhenti, terhentinya sirkulasi, kulit pucat, tonus otot
menghilang dan relaksasi, refleks cahaya dan kornea mata hilang,
segmentasi pembuluh darah retina, dan pengeringan kornea
(xerosis kornea)
• Tanda kematian pasti
– Livor mortis, rigor mortis, cadaveric spasm, algor mortis,
dekomposisi, adiposera, mumifikasi, putrefaksi (pembusukan)
Tanda Kematian Pasti
• Livor mortis (lebam mayat)
– Terjadi akibat pengendapan eritrosit akibat berhentinya
sirkulasi dan adanya gravitasi bumi.
– Eritrosit menempat bagian terbawah tubuh yang bebas dari
tekanan, menimbulkan warna merah keunguan.
– Muncul pada menit ke-30 hingga 2 jam, tetapi masih bisa
hilang dengan penekanan.
– Lebam menetap setelah 8-12 jam.
Tanda Kematian Pasti
• Rigor mortis (kaku mayat)
– ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan miosin sehingga
terjadi relaksasi otot. Pada kematian, ATP berkurang/habis sehingga
ikatan aktin dan miosin menjadi menetap.
– Muncul 2 jam setelah kematian, semakin bertambah hingga mencapai
maksimal (seluruh tubuh) pada 12 jam post-mortem.
– Kaku dimulai di otot rahang  leher  badan  tungkai.
– 24 jam post-mortem, kaku jenazah menghilang maksimal. Urutan
hilangnya sama dengan urutan muncul.
Tanda Kematian Pasti
• Cadaveric spasm
– Mirip dengan rigor mortis, tetapi tidak sama.
– Kekakuan hanya terjadi lokal atau otot tertentu saja
– Cadaveric spasm terjadi segera setelah kematian (tidak seperti
rigor mortis yang perlahan-lahan)
– Terjadi karena faktor psikis atau nyeri hebat
– Dapat dijumpai pada kasus: bunuh diri dengan pistol/senjata
tajam, tenggelam, korban yang menggenggam robekan pakaian
pembunuh, dll
Tanda Kematian Pasti

• Heat stiffening
– Umumnya terjadi pada kasus mati terbakar.

– Terjadi akibat koagulasi protein oleh suhu tinggi


yang membuat serat otot memendek.

– Bila terbakar seluruh tubuh, bisa ditemukan posisi


pugilistic attitude/boxer houding/coitus houding.
Tanda Kematian Pasti

• Cold stiffening
– Terjadi akibat membekunya cairan tubuh, terutama
pada sendi sehingga sendi menjadi kaku.

– Bila digerakkan, akan terdengar krepitasi/ice


cracking.
Tanda Kematian Pasti
• Algor mortis (penurunan suhu)
– Penurunan suhu jenazah dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, konstitusi tubuh, dan pakaian. Semakin
rendah suhu, semakin kurus tubuh jenazah, dan
semakin tipis pakaiannya, maka suhu jenazah akan
lebih cepat turun hingga akhirnya sama dengan
suhu lingkungan.
Tanda Kematian Pasti
• Decomposition/putrefaksi (pembusukan)
– Dimulai 24 jam post-mortem.
– Ditandai dengan warna kehijauan dari daerah sekum, menyebar
ke seluruh dinding perut dan berbau busuk.
– Pembusukan membuat rambut mudah tercabut, wajah
membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak,
dan lidah terjulur.
– Lebih mudah terjadi bila suhu lingkungan hangat/panas dan
kelembaban tinggi.
Tanda Kematian Pasti
• Mumifikasi
– Terjadi pada suhu panas dan kering yang menyebabkan
jenazah terdehidrasi dengan cepat.

– Terjadi pada 12-24 minggu.

– Jaringan berubah menjadi lebih kering, keras, warna


coklat gelap, berkeriput, dan tidak membusuk. Organ
dalam tidak membusuk.
Tanda Kematian Pasti
• Adiposera/saponifikasi
– Terbentuknya bahan kuning keputihan, lunak seperti sabun, berbau
tengik, berminyak, dan meleleh bila dipanaskan di jaringan lunak tubuh
jenazah postmortem.
– Terjadi akibat tubuh mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi pada
jaringan lemak. Asam lemak bebas terbentuk, membuat pH menjadi
rendah sehingga pembusukan terhambat.
– Membutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga
bertahun-tahun.
– Terjadi bila suhu rendah, lembap, ada air, dan ada alkali.
A. Kurangnya ATP
B. Rigor mortis
C. Cadaveric spasm
D. Koagulasi protein oleh suhu tinggi yang
membuat serat otot memendek
E. Membekunya cairan tubuh
5
Anak laki-laki 2 tahun dibawa ke IGD dalam kondisi death on arrival. Pasien ditemukan
di dalam rumah kosong yang ditinggal oleh penghuninya beberapa waktu sebelum
pasien ditemukan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan luka lecet tekan pada hidung, dagu,
bibir dan gusi. Ditemukan kongesti pada wajah dan petekie pada konkungtiva.
Karakteristik jejas sesuai dengan?

A. Hanging

B. Suicidal hanging

C. Penjeratan

D. Pembekapan

E. Pencekikan
D. Pembekapan
Pembahasan
Anak laki-laki 2 tahun
• Death on arrival
• Pemeriksaan fisik didapatkan luka lecet tekan pada
hidung, dagu, bibir dan gusi.
• Ditemukan kongesti pada wajah dan petekie pada
konkungtiva.
Karakteristik jejas sesuai dengan?
Pembekapan

• Smothering: penutupan saluran napas sehingga


menghambat masuknya udara ke paru-paru

• Tanda: luka lecet tekan atau geser pada regio


hidung, bibir, dagu, permukaan gusi ataupun
sekitar gigi
Penjeratan vs Gantung
Pembunuhan Bunuh diri

Simpul Simpul mati Simpul terbuka

Jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih

Arah simpul Mendatar Serong ke atas

Jarak titik tumpu ke simpul Dekat Jauh

Jejas jerat Mendatar Meninggi ke arah simpul

Luka perlawanan Ada Tidak ada

Jarak dari lantai Jauh Dekat


Pilihan Lain
• Smothering  ada bekas tanda kekerasan di
sekitar mulut
• Choking  penjeratan dengan tangan
• Hanging  bekas tanda tali vertikal
• Gagging  penyumbatan saluran napas korban
dengan benda asing
• Strangulation  penjeratan, jejas mendatar
A. Hanging

B. Suicidal hanging

C. Penjeratan

D. Pembekapan

E. Pencekikan
6
Perempuan, 17 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari yang lalu. Selain
demam, muncul bercak-bercak di seluruh tubuh diawali dari kepala dan leher kemudian
menyebar ke badan dan ekstremitas. Ia juga mengalami batuk-batuk dan mata merah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi makulopapular yang tersebar di seluruh badan
dan ekstremitas. Penyakit tersebut bisa dicegah jika pasien mendapatkan vaksin yang
direkomendasikan diberikan pertama kali di usia…
A. 0 hari
B. 2 bulan
C. 9 bulan
D. 12 bulan
E. 9 tahun
Jawaban

C. 9 bulan
Pembahasan

Virus penyebab?

• Perempuan, 17 tahun
– Bercak - bercak di kepala dan leher, kemudian
menyebar ke badan dan ekstremitas.

– Demam, batuk, dan mata merah, lesi


makulopapular
Jangan terbalik!
ruBELA dari JERMAN
Demam + Rash Rubela = campak jerman
Rubeola = campak

Rubella / Campak Rubeola / Campak /


Roseola infantum
jerman Measles / Morbili

• Rubella virus • Measles virus • Pada batita


• Demam tidak terlalu • 3C: conjungtivitis, • Demam yang tiba-
tinggi cough (batuk), tiba tinggi
• Rash muncul dari coryza (pilek) • Rash muncul setelah
kepala  leher  • Koplik spot demam hilang
badan  • Rash muncul saat Badan  kepala
ekstremitas puncak demam
• Limfadenopati Kepala  leher 
servikal, ocipital, badan 
postaurikular ekstremitas
• Limfadenopati
Pilihan Lain
A. 0 hari  vaksin polio

B. 2 bulan  vaksin DPT-Hib, PCV, Rotavirus

C. 9 bulan

D. 12 bulan  vaksin Varicella

E. 9 tahun  vaksin dengue


A. 0 hari

B. 2 bulan

C. 9 bulan

D. 12 bulan

E. 9 tahun
7
Perempuan usia 32 tahun datang dengan keluhan timbul bentol-bentol pada wajah sejak
2 minggu yang lalu. Tidak ada rasa gatal atau nyeri. Pada pemeriksaan, ditemukan papul
berukuran lentikuler, tidak kemerahan, dan terdapat lekukan pada bagian tengah
sebagian benjolan. Pasien merasa terganggu dengan lesi di wajahnya. Apa pilihan
terapi yang tepat pada pasien ini?
A. TCA 25%
B. Tidak perlu terapi pada imunokompeten
C. Krim Acyclovir
D. TCA 90%
E. Podofilotoksin 0,5%
Jawaban

E. Podofilotoksin 0,5%
Pembahasan
Tatalaksana?
• Perempuan 32 tahun
– Bentol-bentol pada wajah sejak 2 minggu lalu.
– Tidak ada rasa gatal atau nyeri.
– Pasien merasa terganggu dengan lesi di wajah

• PF: papul berukuran lentikuler, tidak kemerahan, dan


terdapat lekukan pada bagian tengah sebagian benjolan.
Moluskum Kontagiosum
• Penyebab: Poxvirus
• Papul putih seperti lilin, berbentuk kubah
dengan lekukan di tengah (delle). Bila dipijat,
tampak keluar massa warna putih seperti nasi.
• Tatalaksana:
– Tidak perlu terapi karena dapat sembuh sendiri
(kecuali lesi banyak, imunokompromais, di daerah
genital)
– Mengeluarkan badan moluskum
• Ekstraktor komedo, kuret, elektrokauter, bedah beku
• Bisa juga dengan topical: kantaridin 0,7-0,9%; podofilin
(10-25% dalam resin atau 0,3/ 0,5% dalam krim),
perak nitrat 40%, KOH 10%, gel asam salisilat 12%, dll
• Indikasi lain: kosmetik (kemauan pasien)
Pilihan Lain
• TCA 25%
– Dosis untuk veruka vulgaris
• Krim Acyclovir
– Untuk Herpes simpleks
• TCA 90%
– Dosis untuk herpes genitalis
• Tidak perlu pada imunokompeten
– Memang benar, umumnya self limiting namun butuh waktu lama. Pengobatan
harus dilihat per kasus. Pada soal ini lesinya di wajah dan pasien seorang wanita
sehingga mungkin lebih baik ditatalaksana.
Diskusi

• Pada pasien indikasi adalah karena pasien


merasa terganggu dengan lesi
A. TCA 25%

B. Tidak perlu terapi pada imunokompeten

C. Krim Acyclovir

D. TCA 90%

E. Podofilotoksin 0,5%
8
Bayi laki-laki berusia 8 bulan dibawa ibunya karena muncul lepuh berisi nanah
dan keropeng pada punggung sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan, di
regio ketiak didapatkan bula multipel seperti gambar berikut. Pada
pemeriksaan pulasan gram, didapatkan kuman kokus bergerombol berwarna
biru keunguan. Diagnosis pasien ini adalah...
A. Impetigo krustosa
B. Impetigo bullosa
C. Eritrasma
D. Steven Johnson syndrome
E. Selulitis
Jawaban

B. Impetigo bullosa
Pembahasan
Diagnosis?
• Bayi laki-laki berusia 8 bulan
– Muncul lepuh berisi nanah dan
keropeng pada punggung sejak 1
bulan yang lalu.

• PF: di regio ketiak didapatkan bula


multipel seperti gambar berikut
• Mikroskopik: kuman kokus
bergerombol berwarna biru
keunguan
Impetigo
• Impetigo Krustosa
– Streptococcus β-hemolyticus: berderet
– Predileksi: sekitar lubang hidung dan mulut
– Lesi eritem dengan krusta kekuningan di atasnya.
Jika krusta diangkat, nampak erosi.

• Impetigo Bulosa
– Staphylococcus aureus: bergerombol
– Predileksi: aksila, dada, punggung
– Lesi eritema dengan bula
Bedakan.!

• Impetigo Krustosa
– Jika krusta diangkat, nampak EROSI

• Ektima
– Jika krusta diangkat, nampak ULKUS
Pilihan Lain
• Eritrasma
– Lampu wood: coral red
• Steven Johnson syndrome
– Riwayat minum obat sebelumnya
– Lepuh di kulit dan mukosa
• Selulitis
– Infeksi epidermis dan dermis
– Nyeri, bengkak, merah, berbatas tegas
– Gejala sistemik: demam
A. Impetigo krustosa

B. Impetigo bullosa

C. Eritrasma

D. Steven johnson syndrome

E. Selulitis
9
Laki-laki 70 tahun mengeluhkan nyeri dan bengkak kaki kanan yang memberat sejak sejak 2 hari yang lalu.
Tidak ada riwayat trauma. Riwayat penyakit pasien adalah hipertensi dan obesitas. Tekanan darah 140/90
mmHg, laju nadi 90 kali/menit, dan suhu 380C. Pada pemeriksaan fisis didapatkan eritema difus dari pedis
hingga pertengahan kruris kanan, nyeri tekan, edema, dan teraba hangat. Pada kulit interdigiti pedis kanan
terlihat maserasi dan fissure. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan neutrofilia dan USG Doppler
negatif untuk DVT. Etiologi yang paling mungkin adalah…
A. Streptococcus beta hemolitik
B. Clostridium perfringens
C. Staphylococcus epidermidis
D. Candida albicans
E. Tinea pedis
Jawaban

A. Streptococcus beta
hemolitik
Pembahasan
Etiologi?
• Laki-laki 70 tahun
– Kaki kanan bengkak dan berwarna kemerahan sejak 2 hari yang lalu
– Tidak ada riwayat trauma
• PF: demam, kaki kanan bengkak, eritema difus (berbatas tidak tegas),
edema, nyeri tekan +
• Laboratorium: neutrofilia
• USG Doppler: DVT –
Diagnosis: selulitis
Selulitis

• Infeksi jaringan subkutis


• Etiologi: Streptococcus beta hemolitik
(terutama S. pyogenes), S. aureus
• Gejala
– Konstitusional: malaise, demam
– Tanda radang akut (bengkak, eritema,
hangat, nyeri)
– Leukositosis
Bedakan!

Selulitis Erisipelas

• Infeksi subkutis • Infeksi dermis


• Batas tidak dan epidermis
jelas • Batas jelas
Pilihan Lain
A. Streptococcus beta hemolitik
B. Clostridium perfringens  menyebabkan gas gangrene
setelah trauma penetrasi kulit, lesi kulit biasanya berupa bulla
C. Staphylococcus epidermidis  virulensi rendah dan jarang
menyebabkan selulitis
D. Candida albicans  menyebabkan infeksi terutama di
lipatan kulit, jarang menyebabkan selulitis
E. Tinea pedis  infeksi superfisial (non-sistemik)
A. Streptococcus beta hemolitik

B. Clostridium perfringens

C. Staphylococcus epidermidis

D. Candida albicans

E. Tinea pedis
10
Laki-laki, 20 tahun, datang dengan keluhan gatal di kemaluan sejak 1 minggu
lalu. Pasien mengaku sering bertukar pakaian dengan teman seasramanya. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan makula serulae dan bintik hitam di celana dalam.
Tata laksana yang tepat untuk pasien adalah…
A. Permetrin 5%
B. Gameksan 1%
C. Ketoconazol krim 2%
D. Hidrokortison krim 2,5%
E. Asiklovir krim 2%
Jawaban

B. Gameksan 1%
Pembahasan
Tata laksana?
• Laki-laki, 22 tahun
– gatal di kemaluan sejak 1 minggu lalu
– sering bertukar pakaian dengan teman seasramanya

• Pemeriksaan fisis: makula serulae dan bintik hitam


di celana dalam
 Pedikulosis pubis
Pedikulosis
• Klasifikasi
– Pedikulosis kapitis: di kepala

– Pedikulosis korporis: di badan

– Pedikulosis pubis: di sekitar rambut pubis


Gejala
• Gatal  digaruk  muncul bekas garukan, erosi,
bahkan ekskoriasi yang dapat disertai krusta
• Pada pedikulosis pubis: makula serule (bercak
abu-abu atau kebiruan di kulit) dan black dot
(bercak hitam di celana dalam)
• PF: ditemukan kutu atau telur di antara rambut,
serat-serat pakaian
Tata Laksana

• Semua jenis pedikulosis: gameksan 1%, benzil


benzoat 25%, permethrin 1%

• Pedikulosis kapitis: dapat digunakan malathion


0,5-1%
Pilihan lain
A. Permetrin 5%  untuk skabies
B. Gameksan 1%
C. Ketoconazol krim 2%  untuk infeksi jamur
D. Hidrokortison krim 2,5%  untuk
dermatitis
E. Asiklovir krim 2%
A. Permetrin 5%

B. Gameksan 1%

C. Ketoconazol krim 2%

D. Hidrokortison krim 2,5%

E. Asiklovir krim 2%
11
Laki-laki 41 tahun mengeluh teraba benjolan pada area lipat paha sejak 3 hari lalu.
Benjolan tidak terlalu nyeri. Sekitar 2 minggu lalu, muncul luka pada kemaluan pasien
tetapi sembuh sendiri. Ada riwayat promiskuitas, terakhir 3 minggu lalu. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral
dengan nyeri tekan. Terapi untuk pasien ini adalah...
A. Benzatin penicillin 2,4 juta IU
B. Ciprofloksasin 2x500 mg
C. Doksisiklin 2x100 mg
D. Azitromisin 1 g dosis tunggal
E. Asiklovir 5x200 mg
Jawaban

C. Doksisiklin 2x100 mg
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki 41 tahun
– Benjolan yang sangat nyeri pada area lipat paha sejak 3 hari
– Riwayat luka pada kemaluannya 2 minggu lalu namun
sembuh sendiri
– Riwayat promiskuitas, terakhir 3 minggu lalu
• Pembesaran KGB inguinal unilateral, nyeri tekan 
bubo inguinalis
IMS

Duh tubuh Ulkus Benjolan

Uretritis Gonorea Human papiloma


Sifilis
& non-spesifik virus (HPV)

Moluskum
Candida Chancroid
contagiosum

Limfogranuloma
BV
venerum (LGV)

Trikomonas Herpes simplex


Etiologi Gejala Terapi
Benzatin penisilin 2,4 juta
Treponema Ulkus durum/bersih: dasar bersih,
Sifilis IU
pallidum keras, tidak nyeri, tepi rata
(IM), dosis tunggal
Siprofloksasin 2x500 mg (3
hari)
Haemophilu Ulkus mole/kotor: dasar kotor, Eritromisin 4x500 mg (7
Chancroid
s ducreyi nyeri, lunak, tepi tidak teratur hari)
Azitromisin 1g (dosis
tunggal)
Limfogranul Doksisiklin 2x100 mg
Chlamydia Ulkus yang tidak nyeri
oma (21 hari)
trachomat Pembesaran KGB unilateral
venerum Eritromisin 4x500 mg
is yang nyeri
(LGV) (21 hari)
Herpes Asiklovir 5x200 mg
Herpes Awalnya muncul vesikel multipel,
simplex - Primer 7 hari
simplex kemudian pecah menjadi ulkus
virus - Rekuren 5 hari
Jangan Terbalik
• Chancroid/ulkus mole
• Sifilis: ulkus durum
• Dasar kotor
– Dasar bersih • Nyeri
• Rata
– Tidak nyeri

– Tepi rata

Mole = tikus tanah =


ulkus kotor
Bedakan!

• Sifilis: • LGV/bubo inguinal


– Stadium 1: ulkus yang tidak • Stadium 1: papul multipel yang pecah
nyeri dan hilang sendiri menjadi ulkus yang bersih, berbatas tegas,
– Stadium 2: muncul lesi dan tidak nyeri. Ulkus akan hilang sendiri
pada kulit dan telapak • Stadium 2
tangan yang dapat diikuti • Sindrom inguiunal: pembesaran KGB
pembesaran KGB inguinal. unilateral dan nyeri

Pembesaran KGB • Sindrom anorectal: abses perirectal atau

bilateral dan tidak perianal pecah  terbentuk fistula


rektovagina, anal, atau ischiorektal 
nyeri
perluasan fistula  striktur rektal

NB: bubo = nyeri


Pilihan Lain
A. Benzatin penicillin 2,4 juta IU  sifilis
B. Ciprofloksasin 2x500 mg  chancroid
C. Doksisiklin 2x100 mg
D. Azitromisin 1 g dosis tunggal  urethritis non-
spesifik, chancroid
E. Asiklovir 5x200 mg  herpes simpleks
A. Benzatin penicillin 2,4 juta IU

B. Ciprofloksasin 2x500 mg

C. Doksisiklin 2x100 mg

D. Azitromisin 1 g dosis tunggal

E. Asiklovir 5x200 mg
12
Perempuan usia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada telapak kaki
kanan sejak 2 minggu yang lalu, gatal dirasakan saat kaki lembab atau terkena air. Pasien
bekerja sebagai buruh cuci. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan plak eritema
tertutup skuama tipis pada plantar pedis yang meluas sampai sepertiga dorsum pedis,
berbatas tegas dengan tepi eritem. Tata laksana yang tepat adalah…
A. Ketoconazol 2x200 mg selama 2 minggu
B. Griseofulvin 2x500 mg selama 2 minggu
C. Metronidazol 2x500 mg selama 2 minggu
D. Doksisiklin 1x100 mg selama 2 minggu
E. Asiklovir 2x200 selama 4 minggu
Jawaban

B. Griseofulvin 2x500 mg
selama 2 minggu
Pembahasan
Tata laksana?
• Perempuan 35 tahun
– gatal pada telapak kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu
– gatal memberat saat kaki lembab atau terkena air
– riwayat bekerja sebagai buruh cuci
• Pemeriksaan dermatologis
– plak eritema tertutup skuama tipis pada plantar pedis yang
meluas sampai sepertiga dorsum pedis, berbatas tegas
dengan tepi eritem
 Tinea pedis et korporis
Dermatofitosis

• Klasifikasi berdasarkan lokasi

Tinea kruris  pada


Tinea kapitis  pada
genitokrural, sekitar Tinea barbe  pada
rambut dan kulit
anus, bokong, perut dagu dan jenggot
kepala
bawah

Tinea pedis et Tinea unguium 


Tinea korporis 
manum  pada pada kuku jari tangan
selain 5 bagian di atas
tangan dan kaki dan kaki
Tinea Korporis
• Termasuk mikosis superfisialis (dermatofitosis)
• Etiologi  Microsporum,Tricophyton, Epidermatophyton yang
mencerna keratin
• Lesi  plakat eritematosa berbatas tegas dengan tepi aktif dan
central healing

Tinea Korporis
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 7th Ed. Philadelphia: McGraw Hill; 2013
Sediaan KOH pada dermatofitosis
Tata Laksana
• Topikal
– Krim terbinafin: 1x/hari selama 2 minggu
– Azol (mikonazol, ketokonazol, klotrimazol): 2x/hari selama 4-
6 minggu
• Sistemik
– Terbinafin 1x250 mg/hari selama 2 minggu
– Griseofulvin 1x500 mg/hari selama 2-4 minggu
– Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu
– Ketokonazol 200 mg/hari
Tinea Kapitis

• Gray patch: rambut rontok sehingga membentuk patch (pitak)


• Black dot: rambut patah tepat di perbatasan kulit
• Favus: bentuk severe dari tinea kapitis
• Kerion: plak disertai tanda radang (nyeri, eritema) dan pustul

Gray patch Black dot Favus Kerion


Pemeriksaan Penunjang

• Lampu Wood: kuning


kehijauan
• KOH (kerokan
rambut= 10% ; kulit=
20% ; kuku = 30%):
hifa panjang bersekat
+ artrospora
Hifa panjang bersekat
Tata Laksana
• Menggunakan terapi oral, bukan topikal:
– Griseofulvin: Dewasa 500 mg/hari ; Anak 10 mg/kgBB/hari (1 atau 2 kali
sehari)
– Ketokonazol: Dewasa 200 mg/hari ; Anak 3 mg/kgBB/hari
– Itrakonazol: Dewasa 100 mg/hari ; Anak (tidak dianjurkan)
– Terbinafin: Dewasa 250 mg/hari ; Anak (tidak dianjurkan)

• Sampo selenium sulfida  mencegah agar tidak menebar ke daerah


lain
Tinea Pedis et Manum

• Interdigitalis

– Bentuk yang paling sering, terutama di


antara jari ke-4 dan 5

– Eritema, maserasi, scalling

– Gatal

• Mocasin foot

– Di telapak kaki nampak hiperkeratosis,


eritema

– Tidak gatal
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan KOH (10%  kulit, 20%  rambut, 30%  kuku)
– Hifa panjang bersekat

– Artospora = spora berderet

• Lampu Wood = kuning kehijauan


Terapi

• Topikal
– Krim terbinafin: 1/hari selama 1-2 minggu
– Azol (mikonazol, ketokonazol, klotrimazol): 2x/hari selama 4-6
minggu
• Sistemik, untuk infeksi yang luas
– Terbinafin: 250 mg/hari selama 2 minggu; Anak (tidak dianjurkan)
– Griseofulvin 2x500 mg (sampai 2 minggu bebas lesi)
– Itrakonazol: 2x100 mg/hari selama 3 minggu; Anak (tidak dianjurkan)
– Flukonazol: 50mg/hari
A. Ketoconazol 2x200 mg selama 2 minggu

B. Griseofulvin 2x500 mg selama 2 minggu

C. Metronidazol 2x500 mg selama 2 minggu

D. Doksisiklin 1x100 mg selama 2 minggu

E. Asiklovir 2x200 selama 4 minggu


13
Perempuan berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan keputihan
sejak 4 hari lalu. Cairan keputihan berwarna kuning-kehijauan, berbusa,
dan berbau. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan serviks hiperemis.
Pada hasil pemeriksaan mikroskopik kemungkinan akan ditemukan…
A. Sel epitel yang diselubungi basil dengan gram bervariasi
B. Sel epitel dengan sedikit leukosit
C. Diplokokus intraselular gram negatif
D. Leukosit dan organisme berbentuk seperti buah pir
E. Pseudohifa dan leukosit
Jawaban

D. Leukosit dan organisme


berbentuk seperti buah pir
Pembahasan

Diagnosis?

• Perempuan 18 tahun
– Keputihan warna kuning-kehijauan, berbusa, dan
berbau.

• PF: serviks hiperemis (ada inflamasi)


IMS

Duh tubuh Ulkus Benjolan

Uretritis Gonorea Human papiloma


Sifilis
& non-spesifik virus (HPV)

Moluskum
Candida Chancroid
contagiosum

Limfogranuloma
BV
venerum (LGV)

Trikomonas Herpes simplex


Trikomoniasis
• Etiologi: Trichomonas vaginalis
• Vagina: bau ikan busuk, gatal, eritema, edema
• Duh tubuh kuning kehijauan dan berbusa
• Serviks strawberi
Bingung??
Uretritis Candida BV Trikomonas
Putih, kuning- Putih, Putih keabuan Kuning kehijauan,
Duh kehijauan bergumpal berbusa
tubuh seperti susu

Bau - Asam Amis Ikan busuk


- - Clue cell Serviks merah
Khas (strawberi)
Gonore: Nistatin Metronidazol Metronidazol
- Sefiksim 400mg intravagina 2x500mg (7hari) 2x500mg (7hari)
dosis tunggal 100.00 IU
(7hari)
Terapi Non-spesifik:
- Doksisiklin 2x10
mg (7hari)
- Azitromisin 1g
(tunggal)
A. Sel epitel yang diselubungi basil dengan gram bervariasi
 clue cell  BV
B. Sel epitel dengan sedikit leukosit  sekret normal
C. Diplokokus intraselular gram negatif  gonorea
D. Leukosit dan organisme berbentuk seperti buah pir
E. Pseudohifa dan leukosit  kandidiasis
A. Sel epitel yang diselubungi basil dengan gram bervariasi
B. Sel epitel dengan sedikit leukosit
C. Diplokokus intraselular gram negatif
D. Leukosit dan organisme berbentuk seperti
buah pir
E. Pseudohifa dan leukosit
14
Perempuan mengeluhkan gatal pada kemaluan. Kemudian keluar
keputihan yang berbau asam dan bergumpal seperti susu. Pasien
mengaku tidak pernah melakukan hububungan seksual bebas.
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan adalah ...
A. Vaginal swab
B. Pap smear
C. IVA
D. Biopsi
E. Whiff test dengan KOH 10%
Jawaban

A. Vaginal swab
Pembahasan

Pemeriksaan yang diperlukan?

• Gatal, keputihan, berbau asam, bergumpal


seperti susu, tidak pernah melakukan
hububungan seksual bebas
Infeksi Kandida

• Kandida dapat menginfeksi


– Kulit  kandidosis kutis

– Mukosa oral  kandidiasis oral

– Kelamin  kandidiasis vaginalis


IMS

Duh tubuh Ulkus Benjolan

Uretritis Gonorea Human papiloma


Sifilis
& non-spesifik virus (HPV)

Moluskum
Candida Chancroid
contagiosum

Limfogranuloma
BV
venerum (LGV)

Trikomonas Herpes simplex


Candida

• Gatal, bau asam

• Duh tubuh putih, kental, bergumpal seperti susu

• KOH10%: pseudohifa dan blastospora


Fisiologis Gonore BV Kandidiosis Trikomoniasi
s
Keluhan Tidak ada Sering Keputihan Sensasi gatal, Keputihan
utama asimtomatik berbau busuk, terbakar, berbau, disuria,
terutama keputihan pruritus,
setelah spotting, serviks
berhubungan stroberi

Keputihan Jernih Putih Tipis, putih Putih Kuning


kekuningan keabuan, jumlah menggumpal kehijauan,
>> jumlah >>
Whiff test (-) (-) (+) (-) Dapat (+)
Mikroskopis (-) diplokokus Clue cells, Hifa dan ragi Protozoa
Gram negatif leukosit berflagel
intraselular

Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams gynecology. 2nd ed. Texas: The McGraw-Hill; 2012
Pedoman IMS 2011. Kemenkes RI
Pilihan Lain
• Pap smear  skrining Ca cervix
• IVA  skrining Ca cervix
• Biopsi  diagnosis kanker
• Whiff test dengan KOH 10%  Pada Candida, tidak
dilakukan Whiff test. Tetapi dilakukan pemeriksaan
mikroskopik dengan menambahkan KOH 10% ke
preparat
A.Vaginal swab

B. Pap smear

C.IVA

D.Biopsi

E. Whiff test dengan KOH 10%


15
Laki-laki usia 40 tahun mengeluh gatal pada punggung kaki sejak
kemarin. Pasien adalah seorang petani. Pada pemeriksaan terlihat
lekukan berkelok kelok pada punggung kaki. Penatalaksanaan yang
tepat adalah...
A. Permethrin 5%
B. Ketokonazole 2%
C. Albendazole 400 mg
D. Pirantel pamoat 5mg/kgBB
E. Gameksan 5%
Jawaban

C. Albendazole 400 mg
Pembahasan
Tatalaksana?
• Laki-laki 40 tahun
– Gatal pada punggung kaki sejak kemarin
– Pasien adalah seorang petani

• PF: lekukan berkelok kelok pada punggung kaki


– Creeping eruptions
Creeping Eruptions
• Sinonim  cutaneous larva migrans
• Infeksi kulit yang disebabkan oleh cacing tambang seperti
Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, Uncinaria stenocephala,
Bunostomum phlebotomum.
• Lesi kulit biasanya muncul dalam 1-5 hari setelah pajanan berupa
plak eritematosa, vesikular berbentuk linear dan serpiginosa
• Faktor risiko: tidak menggunakan alas kaki
• Predileksi di kaki dan bokong
• Tatalaksana topikal
– Salep albendazol 10% 3 kali sehari selama 7-10 hari
– Salep thiabendaol 10-15% 3 kali sehari selama 5-7 hari
• Tatalaksana sistemik
– Albendazol 400 mg untuk anak usia >2 tahun atau >10 kg selama 3-7 hari
berturut-turut, atau
– Thiabendazol 50 mg/kg/hari selama 2-4 hari, atau
– Ivermektin 200 µg/kg dosis tunggal.
– Bedah beku dengan nitrogen cair atau etil klorida dapat dikombinasi
albendazol.
A. Permetrin 5%

B. Ketokonazole 2%

C. Albendazole 400 mg

D. Pirantel pamoat 5mg/kgBB

E. Gameksan 5%
16
Perempuan 20 tahun datang dengan keluhan gatal pada pergelangan lengan kiri.
Dua hari sebelumnya pasien menggunakan jam tangan pada tangan kiri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan makula eritema disertai papulovesikel kecil yang
berbentuk seperti lingkaran jam tangan. Terapi apa yang diberikan?

A. Gunakan jam tangan + krim antibiotik

B. Gunakan jam tangan + krim antihistamin

C. Gunakan jam tangan + krim kortikosteroid

D. Lepas jam tangan + krim antihistamin

E. Lepas jam tangan + krim kortikosteroid


Jawaban

E. Lepas jam tangan + krim


kortikosteroid
Pembahasan
Terapi ?

• Perempuan 20 tahun
• Gatal pada pergelangan tangan kiri

• Riwayat memakai jam tangan 2 hari yll

• Pemeriksaan fisik : Makula eritema disertai papulovesikel


kecil berbentuk lingkaran seperti jam tangan

• Diagnosis : Dermatitis Kontak Alergi (DKA)


Dermatitis Kontak Alergi
• Reaksi hipersensitivitas tipe lambat / 4

• Gatal kulit akibat reaksi alergi terhadap suatu


substansi yang berkontak dengan kulit.

 Reaksi kulit dapat terjadi beberapa jam,


hari, hingga tahun setelah kontak pertama

 Beratnya reaksi kulit tidak berbanding lurus


dengan jumlah allergen yang terpapar

• Karakteristik umum lesi DKA :

 Sebagian besar : lesi hanya mencakup area


kulit tempat kontak dengan allergen
Dermatitis Kontak Iritan
• Reaksi inflamasi yang non spesifik non alergen, tidak
perlu sensitiasi, aktivasi langsung sistem imun innate akibat
trauma barrier kulit akibat faktor iritan.

• Terjadi karena kulit rusak akibat friksi, faktor lingkungan


(suhu dingin), paparan berlebihan terhadap air, ataupun
bahan kimia seperti cairan asam, alkali, detergen, maupun
pelarut

• Tingkat keparahan dermatitis bergantung pada :

• Jumlah dan kekuatan zat iritan

• Durasi (seberapa lama) dan frekuensi (seberapa sering)


paparan terhadap iritan

• Kerentanan kulit asing-masing individual dipengaruhi


Pembahasan
Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak
Alergi Iritan
(DKA) (DKI)
Keluhan utama Gatal Rasa panas / terbakar
Bentuk lesi Besarnya sesuai tempat Besarnya melebihi tempat
paparan alergen paparan alergen
Contoh : bentuk sesuai jam
tangan / kalung
Penyebab Bahan yang tidak Bahan yang menimbulkan
menimbulkan iritan (tidak iritan (hampir semua orang
semua orang alergi) terkena)
Contoh : bahan kulit Contoh : deterjen
Tata Laksana
• Mencegah paparan dengan iritan / alergen pemicu

• Jika paparan pada kulit telapak tangan : gunakan sarung tangan

• Akibat iritan kuat yg menyebabkan luka bakar kimiawi : irigasi antidot topikal
spesifik

• Simptomatik : antihistamin oral utk ↓ gatal

• Prinsip umum :

 Penggunaan krim pelembab

 Steroid topikal utk ↓ inflamasi : secara umum potensi sedang (flucinolone


acetonide)

 Antibiotik apabila ada infeksi sekunder


A. Gunakan jam tangan + krim antibiotik

B. Gunakan jam tangan + krim antihistamin

C. Gunakan jam tangan + krim kortikosteroid

D. Lepas jam tangan + krim antihistamin

E. Lepas jam tangan + krim kortikosteroid


17
Laki-laki 26 tahun datang ke unit pelayanan primer dengan keluhan sangat gatal pada
punggung. Keluhan disertai dengan timbulnya bercak kemerahan yang awalnya hanya
satu, namun semakin hari-semakin banyak dan meluas. Pemeriksaan fisik: tanda vital
dalam batas normal, efloresensi: herald patch (+) dan disekililingnya terdapat lesi kecil
membentuk pola pohon cemara. Apakah terapi yang tepat diberikan untuk
pasien ini ?
A. Loratadin PO
B. Ketokonazole PO
C. Amoksisilin PO
D. Ranitidin PO
E. Selenium sulfida
Jawaban

A. Loratadin PO
Pembahasan
Terapi ?
• Laki-laki 26 tahun
– Sangat gatal pada punggung
– Bercak kemerahan yang awalnya hanya satu, namun semakin
hari-semakin banyak dan meluas
• Herald patch

• Efloresensi: herald patch (+) dan disekililingnya terdapat lesi


kecil membentuk pola pohon cemara  pitiriasis rosea
Pitiriasis Rosea

• Awalnya muncul lesi induk yang


disebut herald patch= lesi
eritema dengan skuama halus

• Self-limiting

• Kemudian muncul lesi-lesi lainnya


yang tersusun seperti cemara
terbalik

• Keluhan: gatal, malaise


Terapi

• Lesi ini sembuh sendiri setelah 3-8 minggu

• Dapat diberikan antihistamin dan bedak salisil


untuk mengurangi keluhan gatal
A. Loratadin PO

B. Ketokonazole PO

C. Amoksisilin PO

D. Ranitidin PO

E. Selenium sulfida
18
Laki-laki, 33 tahun, datang dengan keluhan kemerahan di kedua siku sejak 4
bulan lalu. Lesi kadang terasa gatal. Pasien memiliki riwayat alergi cokelat saat
masih anak-anak. Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan lesi seperti di gambar. Komplikasi ekstradermal
mana yang kemungkinan dialami pasien?
A. Asma bronkial
B. Neuropati perifer
C. Glomerulonefritis kronik
D. Glaukoma
E. Deformitas sendi
Jawaban

E. Deformitas sendi
Pembahasan
Komplikasi?
• Laki-laki, 33 tahun
• Keluhan
– Kemerahan di kedua siku sejak 4 bulan lalu
– kadang gatal

• Efloresensi: plak eritematosa dengan skuama putih


dan kasar
Psoriasis
• Bersifat kronik – residif (biasanya dicetuskan stres)
• Eritema berbatas tegas dengan skuama kasar yang berlapis-lapis di
atasnya
• Pemeriksaan khas
– Auspitz  jika skuama dikerok, muncul bintik perdarahan  inget aja
vampir itu AUS darah
– Fenomena tetesan lilin  jika skuama digores, akan menjadi putih 
inget aja lilin mati lampu itu putih
– Kobner  akan muncul lesi serupa di bagian tubuh lain jika terkena
trauma
• Pemeriksaan penunjang: biopsi histopatologi  hiperkeratosis dan
papilomatosis
Komplikasi Psoriasis
• Psoriatik artritis
– penyakit inflamasi sendi pada sekitar 30% penderita psoriasis
– Berhubungan dengan HLA-B27 positif
• Penyakit kuku psoriasis
– Ciri: terdapat nail pits, onikolisis, hiperkeratosis dasar kuku sisi distal
• Keterlibatan okular: konjungtivitis, uveitis, blefaritis
• Penyakit kardiovaskular
• Sindrom metabolik
• Depresi dan kecemasan
Pilihan Lain

A. Asma bronkial  kondisi yang berhubungan


dengan dermatitis atopi
B. Neuropati perifer  bukan komplikasi psoriasis
C. Glomerulonefritis kronik  komplikasi SLE,
lesi khas SLE adalah malar rash
D. Glaukoma  bukan komplikasi okular psoriasis
E. Deformitas sendi
A. Asma bronkial

B. Neuropati perifer

C. Glomerulonefritis kronik

D. Glaukoma

E. Deformitas sendi
19
Perempuan, G2P1A0 dengan usia kehamilan 30 minggu, datang dengan keluhan bercak
kecoklatan pada wajah. Awalnya bercaknya merah kecil lalu berubah jadi coklat dan
melebar. Keluhan muncul sejak akhir trimester I kehamilan. Pada pemeriksaan
ditemukan bercak kecoklatan pada pelipis, pipi, dagu, hingga leher. Status dermatologi
adalah: makula hiperpigmentasi, ukuran numular hingga plakat, sebagian diskret sebagian
konfluens, dan simetris. Diagnosis kasus ini adalah...
A. Hiperpigmentasi paska inflamasi
B. Lentigo
C. Melasma
D. Melanoma maligna
E. Keratosis seboroik
Jawaban

C. Melasma
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan, G2P1A0 UK 30 minggu
– Bercak kecoklatan di wajah
– Muncul sejak trimester I kehamilan

• Makula hiperpigmentasi nummular-plakat,


diskret-konfluens, simetris
Melasma
• Melasma  hipermelanosis didapat terutama di wajah dan leher
berwarna coklat muda sampai dengan coklat tua.
• Bentuk lesi  bercak numular/plakat kecoklatan, hiperpigmentasi,
simetris, ireguler, batas tegas.
• 3 Pola distribusi lesi:
– Pola sentro fasial: meliputi pipi, dahi, bibir atas, hidung dan dagu (63%)
– Pola malar: meliputi pipi dan hidung (21%)
– Pola mandibular: meliputi ramus mandibula (16%)
Melasma
• Dipengaruhi oleh faktor hormonal, pajanan sinar matahari, kehamilan, genetik,
pemakaian kontrasepsi oral, obat-obatan dan kosmetik
• Faktor pencetus
– Pajanan sinar ultraviolet
– Hormon seks perempuan (estrogen dan progesteron)
– Kontrasepsi (estradiol dietilstilbestrol)
– Terapi sulih hormon pada perempuan postmenopouse
– Kehamilan
– Kosmetik
– Disfungsi tiroid dan ovarium
– Obat: klorpromazin, hidantoin, minosiklin
Pilihan Lain
• Hiperpigmentasi paska inflamasi  ada riwayat inflamasi sebelum
munculnya hiperpigmentasi. Umumnya tidak meluas dari lesi awal.
• Lentigo
– Makula coklat atau coklat kehitaman berbentuk bulat atau polisiklik.
Terdistribusi di area yang terpajan cahaya matahari: wajah, lengan, tubuh bagian
atas, asimetris.
• Melanoma maligna  tumor ganas melanosit (A=asimetry, B= border tidak
teratur, C= colour bermacam2, D=diameter >6 mm, E=elevation)
• Keratosis seboroik  tumor jinak keratinosit. Lesi menimbul, plak
verukosa, papul atau nodus hiperpigmentasi
A. Hiperpigmentasi paska inflamasi

B. Lentigo

C. Melasma

D. Melanoma maligna

E. Keratosis seboroik
20
Perempuan, 65 tahun, datang dengan keluhan muncul bercak cokelat kehitaman
di punggung tangan kanan dan kiri sejak 2 tahun lalu. Riwayat sakit kulit
sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisis didapatkan makula
hiperpigmentasi multipel ukuran lenticular hingga nummular pada regio
antebrachii dextra et sinistra. Diagnosis yang mungkin adalah…
A. Hiperpigmentasi pasca-inflamasi
B. Hipopigmentasi pasca-inflamasi
C. Nevus pigmentosus
D. Melanoma maligna
E. Lentigo senilis
Jawaban

E. Lentigo senilis
Pembahasan
Diagnosis
• Perempuan 65 th
– muncul bercak cokelat kehitaman di punggung tangan
kanan dan kiri sejak 2 tahun lalu
– riwayat sakit kulit sebelumnya tidak ada
• Pemeriksaan fisis: makula hiperpigmentasi multipel
ukuran lenticular hingga nummular pada region
antebrachii dextra et sinistra
Lentigo

• Hiperpigmentasi pada kulit, kebanyakan pada


dewasa

• Akibat paparan sinar ultraviolet dari matahari


Pilihan Lain
A. Hiperpigmentasi pasca-inflamasi
B. Hipopigmentasi pasca-inflamasi
C. Nevus pigmentosus penyakit kulit non-karsinogen,
berupa makula, papul, atau papilomatosa dan bisa
bertangkai, akibat kelainan pada melanosit
D. Melanoma maligna  keganasan kulit
E. Lentigo senilis
A. Hiperpigmentasi pasca-inflamasi

B. Hipopigmentasi pasca-inflamasi

C. Nevus pigmentosus

D. Melanoma maligna

E. Lentigo senilis
21
Perempuan 18 tahun datang mengeluh muncul ruam-ruam di tengkuk dan
punggung kaki. Ruam biasanya muncul saat mau ujian. Pada pemeriksaan,
didapatkan lesi kulit berbentuk plakat, eritema, bersisik, dengan tepi menebal,
dan tampak relief kulit. Tata laksana yang sesuai untuk pasien ini
adalah...
A. Hidrokortison krim 1%
B. Mometason furoat krim 0,1%
C. Mometason furoat salep 0,01%
D. Desoksimetason krim 0,25%
E. Klobetasol salep 0,05%
Jawaban

E. Klobetasol salep 0,05%


Pembahasan
Tata laksana?
• Perempuan 18 tahun
– Ruam-ruam di tengkuk dan punggung kaki
– Ruam biasanya muncul saat mau ujian  stress

• PF: lesi kulit berbentuk plakat, eritem, bersisik,


dengan tepi menebal, dan tampak relief kulit
 neurodermatitis
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa

1. Menghindari stress psikis

Medikamentosa

1. Topikal :
– Emolien + kombinasi dengan kortikosteroid topikal atau pada lesi di vulva dapat diberikan terapi tunggal
krim emolien.

– Kortikosteroid topikal: salep klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.

– Calcineurin inhibitor topikal: salep takrolimus 0,1%, atau krim pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12
minggu.

– Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: mentol, pramoxine, dan doxepin.

2. Sistemik : Antihistamin sedatif, Antidepresan trisiklik.

3. Tindakan Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid).

Edukasi

1. Identifikasi riwayat psikologis yang ada sehingga pasien dapat mengurangi stres yang dialaminya

2. Kuku sebaiknya pendek


Kekuatan Steroid Topikal
Kategori Contoh

Superpoten Klobetasol propionate 0,05% salep, krim

Potensi tinggi Betametason dipropionat 0,05% salep


Mometason furoat 0,1% salep
Desoksimetason 0,25% krim

Potensi sedang Mometason furoat 0,1% krim


Triamsinolon asetonid 0,1% krim, salep

Potensi rendah Hidrokortison 1%


Desonide
Disadur dari Panduan
Praktik Klinis, Bagi Dokter
Spesialis Kulit Dan
Kelamin Di Indonesia, Tahun
2017
Pilihan Lain
A. Hidrokortison krim 1%  potensi lemah

B. Mometason furoat krim 0,1%  potensi sedang

C. Mometason furoat salep 0,01%  tidak ada

D. Desoksimetason krim 0,25%  potensi sedang

E. Klobetasol salep 0,05%


A. Hidrokortison krim 1%

B. Mometason furoat krim 0,1%

C. Mometason furoat salep 0,01%

D. Desoksimetason krim 0,25%

E. Klobetasol salep 0,05%


22
Seorang anak usia 2 tahun dibawa ke PKM dengan keluhan benjolan kemerahan pada
wajahnya. Benjolan tersebut sudah ada sejak usia 1 bulan dan berubah warna menjadi
gelap apabila menangis. Benjolan tersebut makin lama makin membesar, namun akhir-
akhir ini menjadi pucat. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan nodul eritomatosa yang
menonjol. Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Melanoma maligna
B. Squamous cell carcinoma
C. Hemangioma infantil
D. Port Wine stain
E. Basal cell carcinoma
Jawaban

C. Hemangioma infantil
Pembahasan
Diagnosis?
• Anak 2 tahun
– Benjolan kemerahan pada wajah
– Sudah ada sejak usia 1 bulan, berubah warna menjadi gelap
apabila menangis
– Makin lama makin membesar, namun akhir-akhir ini menjadi
pucat
• Nodul eritomatosa yang menonjol
Hemangioma
• Etiologi dan epidemiologi
– Terbentuk karena proliferasi jinak dari mesenkim angioblastik

– Tumor jinak tersering pada bayi

• Tahapan
– Fase proliferasi inisial  3-9 bulan, bertambah besar pada tahun pertama kehidupan

– Fase stabil  pertumbuhan cepat selama 6-12 bulan

– Fase involusi  pada usia 2-6 tahun, biasanya hilang pada usia 10 tahun

• Bentuk lesi
– Domed like shaped, lobular, plak, atau kombinasi ketiganya

– Superfisial  makula eritematosa yang terang, papul, maupun plak muncul pada usia 1-4 minggu.

– Dalam  berwarna ungu, biru, maupun sewarna kulit muncul pada usia 2-3 bulan

• Diaskopi
– Tidak sepenuhnya blanch
A  saat bayi
B  setelah balita
Penatalaksanaan
• Sebagian besar hemangioma dapat sembuh secara spontan
tanpa terjadi sekuele yang signifikan. Observasi tanpa pemberian
terapi dapat dilakukan pada kasus yang berukuran kecil, lokasi
jauh dari organ vital, dan tanpa penyulit.
• Indikasi diperlukannya tata laksana antara lain: bila terjadi ulkus,
lesi dapat mengganggu organ vital seperti mata, mulut, hidung,
genitalia, dan perianal, yang berpotensi menimbulkan kecacatan,
dan perdarahan.
Pilihan Lain

• Melanoma maligna, squamous cell carcinoma,


basal cell carcinoma  keganasan, kebanyakan
pada orang tua

• Port Wine stain  tanda lahir, lesi kemerahan


tidak menonjol
A. Melanoma maligna

B. Squamous cell carcinoma

C. Hemangioma infantil

D. Port Wine stain

E. Basal cell carcinoma


23
Perempuan 26 tahun datang dengan keluhan merah-merah pada punggung dan bahu. Pasien memiliki riwayat jerawatan di
wajah saat awal pubertas yang berkurang sendiri dan membaik setelah beberapa tahun. Selain itu tidak ada riwayat
penyakit lain. Saat ini pasien mengonsumsi pil kontrasepsi kombinasi. Selama 3 bulan terakhir, pasien berlatih untuk
persiapan maraton dan mengalami penurunan berat badan 3 kg. Untuk mendukung latihannya, pasien untuk sementara
pindah ke vila keluarga yang terletak di kaki gunung. Tanda vital dalam batas normal. Indeks massa tubuh pasien 22 kg/m2.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan komedo, papul, dan pustul di pundak dan punggung. Faktor apa yang kemungkinan
memperburuk kondisi acne pasien?

A. Tinggal di tempat yang suhunya lebih dingin

B. Penurunan berat badan

C. Penggunaan kontrasepsi oral

D. Penggunaan baju olahraga yang ketat

E. Obesitas
Jawaban

D. Penggunaan baju olahraga yang


ketat
Pembahasan
Faktor pemberat?
• Perempuan, 26 tahun
– Jerawat memberat
– Riwayat konsumsi pil kontrasepsi
– Berlatih untuk persiapan marathon
– Berat badan turun 3 kg
– Pindah rumah ke daerah kaki gunung  suhu lebih dingin
– Komedo, papul, pustul pada pundak dan punggung
Pembahasan

Akne Vulgaris merupakan penyakit yang dapat


sembuh sendiri berupa peradangan kronis folikel
pilosebesea dengan penyebab multifaktor dan
manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul,
nodus, serta kista.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketujuh, 2015.
Faktor Risiko
• Peningkatan kadar androgen di sirkulasi
– Fisiologis: pubertas
– Patologis: PCOS
• Penggunaan pakaian oklusif  menyebabkan trauma atau gesekan mekanis
• Obesitas
• Konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi (misalnya produk susu,
junk food, cokelat)
• Penggunakan kosmetik atau produk perawatan rambut berbahan dasar
minyak
• Paparan terhadap suhu tinggi lingkungan berlebihan

Sutaria AH, Masood S. Acne vulgaris. StatPearls Publishing; 2020.


Gradasi Derajat Akne
• Ringan:
– Komedo <20 atau lesi inflamasi <5, atau total lesi <30
• Sedang
– Komedo 20-100 atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-
125
• Berat
– Kista >5 atau komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau
total lesi >125

Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketujuh, 2015.
Pilihan Lain
A. Tinggal di tempat yang suhunya lebih dingin  suhu dingin tidak
berhubungan dengan acne

B. Penurunan berat badan  penurunan berat badan pada umumnya tidak


berhubungan dengan acne

C. Penggunaan kontrasepsi oral  pada umumnya tidak menyebabkan acne,


kontrasepsi oral kadang digunakan untuk mengobati acne dengan menekan
androgen

D. Penggunaan baju olahraga yang ketat

E. Obesitas  benar, tetapi tidak dialami pasien


A. Furunkulosis

B. Acne vulgaris ringan sedang

C. Acne vulgaris sedang

D. Acne vulgaris sedang berat

E. Acne vulgaris berat


24
Laki-laki 60 tahun mengeluhkan bintil-bintil hitam di wajah dan leher sejak 2 bulan yang
disertai rasa gatal. Bintil terlihat seperti massa yang menempel dan makin lama makin
meluas. Status dermatologis: papul hiperpigmentasi multipel, ukuran milier dan
lentikuler, dengan permukaan halus. Apa diagnosis pasien?
A. Nevus pigmentosus
B. Siringoma
C. Keratosis obturans
D. Keratosis seboroik
E. Papiloma kutis
Jawaban

D. Keratosis seboroik
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 60 tahun  lansia
– Bintil-bintil hitam di wajah dan leher sejak 2 bulan yang
disertai rasa gatal
– Bintil terlihat seperti massa yang menempel dan makin
lama makin meluas
• Status dermatologis: papul hiperpigmentasi multipel,
ukuran milier dan lentikuler, dengan permukaan halus
Keratosis Seboroik

• Tumor jinak kulit


pada lansia

• Ciri khas: stuck-on


appearance (Seperti
ditempel)
Pilihan Lain

• Nevus pigmentosus  biasanya hanya berupa


makula

• Siringoma  tumor jinak kelenjar keringat

• Keratosis obturans  tumor jinak MEA

• Papiloma kutis  kutil/veruka


A. Nevus pigmentosus

B. Siringoma

C. Keratosis obturans

D. Keratosis seboroik

E. Papiloma kutis
25
Seorang laki-laki, 38 tahun, datang dengan keluhan lesi kulit seperti pada gambar. Lesi
tidak terasa nyeri maupun gatal. Keluhan dirasakan muncul setelah pulang dari perjalanan
dinas di Surabaya untuk meninjau suatu perumahan padat penduduk 2 minggu lalu. Tidak
ada lesi di bagian tubuh lain. Pasien memiliki riwayat tiroiditis autoimun. Pada
pemeriksaan fisis tidak ditemukan gangguan sensoris maupun motorik pada tangan kanan.
Temuan histopatologi yang mungkin ditemukan adalah…
A. Penurunan produksi melanin oleh melanosit
B. Tidak ada melanosit di epidermis
C. Melanosit normal, penurunan transfer pigmen ke kertinosit
D. Reaksi granulomatosa yang tersusun atas sel datia Langhans
dan limfosit
E. Agregat melanosome dalam sitoplasma melanosit
Jawaban

B.Tidak ada melanosit di


epidermis
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki, 38 tahun
– bercak putih di tangan kanan sejak 2 minggu lalu
– Tidak gatal, tidak nyeri
– Riwayat tiroiditis autoimun
• Pemeriksaan fisis: tidak ditemukan gangguan sensoris
maupun motorik pada tangan kanan
Diagnosis  vitiligo
Vitiligo
• Depigmentasi kulit akibat faktor endogen dan eksogen (sinar matahari,
trauma, stress, keganasan, infeksi berat, dll.)
• Merupakan kelainan didapat, bukan kongenital
• Ada korelasi antara penyakit autoimun dengan vitiligo, misalnya DM tipe 1,
tiroiditis autoimun, penyakit Addison)
• Patogenesis vitiligo diperkirakan akibat respons autoimun yang mendorong
destruksi melanosit.
• Lesi berupa makula berwarna putih dan berbatas tegas
• Pada biopsi di kulit yang apigmentasi  tidak ditemukan melanosit

Baldini E, Odorisio T, Sorrenti S, Catania A, Tartaglia F, Carbotta G et al. Vitiligo and autoimmune thyroid disorders. Front. Endocrinol; 2017.
Pilihan Lain

A. Penurunan produksi melanin oleh melanosit  albinisme


B. Tidak ada melanosit di epidermis
C. Melanosit normal, penurunan transfer pigmen ke
kertinosit  hipopigmentasi pascainflamasi
D. Reaksi granulomatosa yang tersusun atas sel datia
Langhans dan limfosit  kusta tuberkuloid
E. Agregat melanosome dalam sitoplasma melanosit 
deskripsi lesi café-au-lait pada neurofibromatosa tipe 1
A. Penurunan produksi melanin oleh melanosit
B. Tidak ada melanosit di epidermis
C. Melanosit normal, penurunan transfer pigmen ke
kertinosit
D. Reaksi granulomatosa yang tersusun atas sel datia
Langhans dan limfosit
E. Agregat melanosome dalam sitoplasma melanosit
26
Seorang anak usia 16 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan terdapat
benjolan pada lutut yang makin lama makin membesar sejak 6 bulan lalu.
Pasien memiliki riwayat jatuh dari sepeda 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
didapatkan ROM sendi lutut terbatas. Pada pemeriksaan radiologi ditemukan
gambaran onion skin. Diagnosis yang paling tepat adalah?
A. Osteomielitis kronik
B. Osteomielitis akut
C. Osteosarkoma
D. Kondrosarkoma
E. Sarkoma Ewing
Jawaban

E. Ewing sarkoma
Pembahasan
Diangosis?
• Anak 16 tahun
– Benjolan pada lutut yang makin lama makin membesar sejak 6
bulan lalu  curiga ke arah keganasan, lutut sebagai predileksi. Pada
usia muda, diagnosis banding keganasan tulang: osteosarkoma, Ewing’s
sarcoma
– Pasien memiliki riwayat jatuh dari sepeda 1 tahun yang lalu
– Pada pemeriksaan ROM sendi lutut terbatas
– Pada pemeriksaan radiologi ditemukan gambaran onion skin  salah
satu jenis periosteal reaction  menunjukkan adanya iritasi periosteal 
“onion skin” = berlapis seperti bawang
Ewing’s Sarcoma
• Berasal dari sel endotelial di dalam
sumsum tulang. Umumnya di tulang
panjang, paling sering di middiafisis.
• Usia: 10-20 tahun. Tumor tersering
kedua pada anak dan remaja, setelah
osteosarkoma
• Klinis: nyeri yang bersifat throbbing dan
bengkak
• X-ray: yang khas adalah gambaran onion
skin yang sebenarnya merupakan lapisan-
lapisan tulang baru. Tampilan sunburst dan
Codman’s triangle (yang biasanya
ditemukan di osteosarkoma) juga bisa
ditemukan pada penyakit ini.
Osteosarkoma
• Tumor ganas, berasal dari dalam tulang, lalu
secara agresif menyebar ke periostium dan
jaringan lunak sekitarnya
• Tumor tulang tersering pada usia muda
• Predileksi: metafisis tulang panjang,
utamanya lutut (60% kasus) dan proximal
humerus
• Klinis: nyeri, memburuk pada malam hari.
Benjolan. Kadang bisa ditemui fraktur
patologis.
• X-ray: sunburst appearance dan Codman’s
triangle (paling sering), bisa ditemui
onion skin namun relatif jarang

Apley’s orthopaedics
https://radiopaedia.org/articles/osteosarcoma
Pilihan Lain
• Osteomielitis kronik  sequele dari osteomielitis akut,
sering juga terjadi pasca fraktur terbuka dan operasi. Klinis:
nyeri, demam, tanda inflamasi, bisa tampak sekret
seropurulen dan eksoriasi di sekitar kulit
• Osteomielitis akut  didahului trauma. Klinis: nyeri, malaise,
demam, tanda inflamasi di site trauma. Bisa tampak pus.
• Osteosarkoma  sunburst appearance dan Codman’s triangle
• Kondrosarkoma  tumor tulang pada usia tua, pada dekade
4 atau 6
A. Osteomielitis kronik

B. Osteomielitis akut

C. Osteosarkoma

D. Kondrosarkoma

E. Sarkoma Ewing
27
Anak 6 tahun dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan fraktur berulang. Hingga
waktu pemeriksaan, pasien sudah mengalami 5 fraktur tulang dan 2 di antaranya akibat
trauma minimal. Riwayat kelahiran pasien normal. Berat badan dan tinggi badan pasien
berdasarkan usia kini berada di persentil 50. Pada pemeriksaan fisis didapatkan gigi
pasien kecil dan tidak beraturan serta gambaran mata seperti digambar. Diagnosis
yang mungkin adalah...
A. Akondroplasia
B. Osteogenesis imperfecta
C. Defisiensi vitamin D
D. Leukemia limfoblastik akut
E. Osteopenia
Jawaban

B. Osteogenesis imperfecta
Pembahasan

Diagnosis?

• Anak 6 tahun
– Riw fraktur berulang

– Berat badan dan tinggi badan berdasarkan usia di


bawah normal

• PF  gigi kecil dan tidak beraturan, blue sclera


Osteogenesis Imperfecta

• Kelainan pembentukan tulang kongenital


• Gejala
– Tulang rapuh dan mudah patah  anak sulit duduk, merangkak, berdiri, atau
berjalan
– Lebam-lebam saat anak belajar merangkak
– Sklera biru
– Gangguan pertumbuhan gigi (dentinogenesis imperfecta)
– Xray: fraktur multipel, tulang panjang tumbuh melengkung
Pilihan Lain
Akondroplasia:
Kelainanan genetik, tidak terbentuknya kartilago, Dwarfisme, ekstremitas pendek

Osteopenia:
Berkurangnya kepadatan massa tulang tetapi tidak sampai tahap osteoporosis
A. Akondroplasia

B. Osteogenesis imperfecta

C. Defisiensi vitamin D

D. Leukemia limfoblastik akut

E. Osteopenia
28
Perempuan 25 tahun datang ke IGD dengan keluhan kaki pegal dan nyeri jika
berjalan jauh. Pasien juga sering mengeluhkan pegal dan nyeri pada betis sejak
kecil. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
gambaran seperti di bawah ini. Diagnosis pada pasien adalah…
A. Genu varum
B. Genu valgum
C. Pes planus
D. Claw foot
E. Drop foot
Jawaban

C. Pes planus
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 25 tahun
– Kaki pegal dan nyeri jika berjalan jauh
– Pegal dan nyeri pada betis sejak kecil. Tanda-tanda
vital dalam batas normal

• Tampak lengkung kaki datar


Pes Planus/Flat Foot
Pes Planus/Flat Foot
• Kelainan kongenital

• Gejala:
– Kaki telihat datar
– Nyeri saat berjalan
– Kesulitan berjalan
– Kaki nyeri atau bengkak
Pilihan Lain
• Genu varum dan genu valgum (cara ingat:
vaLgum: kaki berbentuk L)
Pilihan Lain

• Claw foot
Pilihan Lain

• Drop foot
A. Genu varum

B. Genu valgum

C. Pes planus

D. Claw foot

E. Drop foot
29
Perempuan, 50 tahun, datang ke Poliklinik RS dengan keluhan nyeri sendi di kedua tangan. Nyeri
dirasakan memberat dengan aktivitas dan kini menghambat kegiatan sehari-hari. Kadang ia merasa
kaku di sendi-sendi tangan di pagi hari selama 10-15 menit. Pasien sudah mencoba minum
paracetamol, tetapi keluhan hanya reda sebentar lalu kembali nyeri. Pasien memiliki riwayat
hipertensi dan DM. Pemeriksaan fisik lokalis terlihat seperti di gambar. Penyebab keluhan pasien
kemungkinan adalah….

A. Gout

B. Artritis septik

C. Osteoartritis

D. Rheumatoid artritis

E. Artritis reaktif
Jawaban

C. Osteoartritis
Pembahasan
• Perempuan, 50 tahun

• Nyeri sendi-sendi kedua tangan

• Memberat dengan aktivitas

• Kaku di pagi hari selama 10-15 menit

• Pada gambar terlihat Heberden nodes

• Apa diagnosis yang tepat?


Osteoarthritis
• Gejala:
– Nyeri pada sendi, terutama sendi yang menyangga
berat tubuh (seperti sendi lutut atau pinggang).
– Timbul rasa kaku di sendi pada pagi hari sesudah
bangun tidur, berlangsung kurang dari 30 menit
– Bila digerakkan bisa terdengar krepitus
– Gerak sendi terbatas karena nyeri

• Faktor risiko
– Usia tua, riwayat keluarga dengan OA, berat badan
berlebih
Osteoartritis
Penyakit degeneratif sendi (pada orang
tua). Faktor risiko = obesitas. Parasetamol
Osteoartritis Nyeri kronik progresif yang dipicu NSAID: meloksikam, Na
gerakan, krepitasi (+), kaku pagi hari < 1 diklofenak
jam. Biasanya pada lutut.

Penyakit autoimun sendi. Jika kambuh,


sendi menjadi bengkak, nyeri, kaku pagi
Reumatoid
hari > 1 jam, faktor reumatoid (+). NSAID
artritis
Komplikasi: boutunniere, swan neck, dan
deviasi ulnar. Biasanya pada jari tangan.

Sendi bengkak dan nyeri tiba-tiba.


Kambuh: kolkisin
Kambuh karena makanan yang
Gout Pencegahan: alopurinol,
mengandung asam urat tinggi (seafood,
probenesid
emping, sayur hijau). Biasanya pada jempol kaki
Pilihan Lain
A. Gout  nyeri sendi disertai bengkak dan eritema
B. Artritis septik  keluhan sendi mirip gout dan bisa
disertai gejala sistemik, jarang terjadi di sendi kecil seperti
jari tangan
C. Osteoartritis
D. Rheumatoid artritis
E. Artritis reaktif  biasanya disertai uveitis dan uretritis
A. Gout

B. Artritis septik

C. Osteoartritis

D. Rheumatoid artritis

E. Artritis reaktif
30
Perempuan 35 tahun datang dengan keluhan benjolan di bahu kanan yang
semakin membesar dan tidak nyeri sejak 1 tahun ini. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan massa lunak diameter 4 cm dan batas tegas. Tanda-tanda vital dalam
batas normal. Anjuran terapi untuk pasien adalah…
A. Ekstirpasi
B. Eksisi
C. Insisi dengan drainase
D. Antibiotik
E. Observasi
Jawaban

A. Ekstirpasi
Pembahasan
Terapi?
• Perempuan 35 tahun
– Benjolan di bahu kanan yg semakin membesar dan
tidak nyeri sejak 1 tahun
– PF massa lunak diameter 4 cm dan batas tegas 
lipoma

• Tanda-tanda vital dalam batas normal


Lipoma

• Tumor jinak berisi sel lemak


• Gejala dan tanda
– Nodul, lunak, mobile, batas tegas
– Asimptomatik
– Nyeri
• Tatalaksana
– Ekstirpasi: pengangkatan seluruh
tumor +kapsulnya
Pilihan Lain

• Eksisi
– Pengangkatan jaringan (baik sehat atau tumor)

• Insisi dengan drainase


– Insisi: luka yang dibuat tanpa mengambil jaringan

– Drainase: pengaliran cairan keluar dari rongga


tubuh
A. Ekstirpasi

B. Eksisi

C. Insisi dengan drainase

D. Antibiotik

E. Observasi
31
Laki-laki, 23 tahun, datang dengan keluhan nyeri berat di lutut kiri sejak 1 hari lalu. Tidak
ada riwayat trauma. Pada pemeriksaan fisis didapatkan efusi lutut kiri, eritema, dan nyeri
tekan. Gerakan sendi terbatas serta ada nyeri pada gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan
sendi-sendi lain dalam batas normal. Hasil analisis cairan synovial sendi menunjukkan
nilai leukosit 100.000 sel/mm3. Terapi terbaik untuk pasien ini adalah…
A. Alopurinol
B. Kolkisin
C. Indometasin
D. Antibiotik
E. Prednison
Jawaban

D. Antibiotik
Pembahasan
Terapi?
• Laki-laki, 23 tahun
– Nyeri lutut kiri sejak 1 hari lalu
– Pemeriksaan fisis
• Look: eritema
• Feel: Efusi (+), nyeri tekan
• Move: ROM terbatas, nyeri gerak aktif dan pasif
Artritis Septik
• Infeksi pada celah sendi oleh berbagai organisme
• Gejala
– Demam
– Nyeri sendi
– ROM menurun
– Gejala ekstraartikular atau riwayat infeksi di organ lainnya
• Etiologi
– N. gonorea, C. trachomatis
– Salmonella
– Pada anak-anak: S. aureus, H. influenza, dan E. coli
Bedakan!
• Septik artritis
– Infeksi celah sendi oleh mikrorganisme
• Reaktif artritis
– Inflamasi steril (tidak ditemukan mikroorganisme) pada
celah sendi. Inflamasi disebabkan oleh respon imun
terhadap infeksi di luar sendi
– Biasanya muncul beberapa minggu setelah infeksi di luar
sendi sembuh
Analisis Cairan Sinovial
Pilihan Lain

A. Alopurinol  terapi gout, biasanya tidak diberikan


pada gout akut kecuali sudah rutin mengonsumsi
B. Kolkisin  boleh diberikan pada gout akut
C. Indometasin  dapat diberikan sebagai analgesik
untuk artritis non-infeksius
D. Antibiotik
E. Prednison  dapat diresepkan untuk meredakan
gout akut jika ada kontraindikasi kolkisin dan NSAID
A. Alopurinol

B. Kolkisin

C. Indometasin

D. Antibiotik

E. Prednison
32
Laki-laki berusia 48 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri paha kiri dan
bengkak sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 120 kali/menit,
pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8C, seluruh ekstremitas teraba dingin, pucat dan
lembab. Apakah komplikasi awal dari keadaan pasien ini?

A. Sindrom kompartemen

B. Syok hipovolemik

C. Malunion

D. Emboli lemak

E. Emboli paru
Jawaban

B. Syok hipovolemik
Pembahasan
Komplikasi awal?
• Datang ke IGD dengan keluhan nyeri paha kiri dan bengkak
sejak 1 jam yang lalu  terdapat a. femoralis  salah satu
arteri besar.
• Riwayat kecelakaan sebelumnya (+)
• TTV: tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 120 kali/menit,
pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8C
• Ekstremitas teraba dingin, pucat dan lembab.
Syok Hipovolemik
• Syok merupakan suatu kumpulan gejala yang
muncul akibat perfusi jaringan yang tidak adekuat.

• Terlepas dari penyebabnya, hipoperfusi 


disfungsi tingkat selular  munculnya mediator
inflamasi pada mikrovaskular  perfusi 
Kegagalan organ multipel  kematian
• Syok hipovolemik bisa terjadi akibat
perdarahan atau dehidrasi yang tidak
ditatalaksana dengan tepat atau keadaan lain
yang berhubungan dengan kekurangan cairan.
Vaskularisasi Regio Femur
Derajat Syok Hemoragik
(ATLS edisi 10)
• Sindrom Kompartemen: muncul tanda 6p
pada satu ekstremitas saja.

• Malunion: riw. Kecelakaan baru saja

• Emboli Paru dan Lemak: takipneu (-)

• Emboli Paru: takipneu (-)


A. Sindrom kompartemen
B. Syok hipovolemik
C. Malunion
D. Emboli lemak
E. Emboli paru
33
Seorang anak, 6 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri pada kaki kiri sejak 5 hari
lalu. Ia terlihat pincang dan tidak mau menggunakan kaki kirinya untuk tumpuan
berjalan. Pasien juga mengalami demam tinggi dan malaise. Pada pemeriksaan fisis
didapatkan suhu 39,20C. Pada status lokalis ditemukan tungkai bawah kiri kemerahan,
edema, dan nyeri tekan (+). Tidak ada nyeri pada gerakan pasif dan tidak ada efusi sendi.
Mikroorganisme tersering yang menyebabkan penyakit tersebut adalah…
A. Coccus gram positif yang tersusun berkelompok
B. Coccus gram positif yang tersusun berantai
C. Coccus gram negatif yang tersusun berpasangan
D. Basil gram negatif dengan pigmen biru-kehijauan
E. Basil gram positif tahan asam
Jawaban

A. Coccus gram positif yang


tersusun berkelompok
Pembahasan
Etiologi?

• Anak, 6 tahun
– nyeri pada kaki kiri sejak 5 hari lalu

– tidak mau menggunakan kaki kiri untuk berjalan

– demam tinggi, malaise

• Pemeriksaan fisis
– Febris

• Pemeriksaan lokalis
– Look: tungkai bawah kiri kemerahan, edema

– Feel: nyeri tekan (+), tidak ada efusi sendi

– Move: gerakan pasif tidak nyeri


Osteomielitis

• Definisi
– Peradangan tulang karena infeksi bakteri

• Etiologi (terbanyak S. aureus)


– Kontaminasi dari luar

– Pemasangan prostese

– Bakteremia
Osteomielitis

• Klasifikasi (banyak sistem klasifikasi yang


dipakai)
– Akut  dalam 2 minggu

– Subakut  1 – beberapa bulan

– Kronis  setelah beberapa bulan


Osteomielitis
• Tanda dan gejala
– Demam (akut)

– Tanda-tanda radang di lokasi osteomielitis:


edema, nyeri, hangat

• Penunjang
– Leukositosis

– X-ray:
• Selulitis

• Sequestrum  serpihan tulang yang sudah mati

• Involucrum  tulang yang baru terbentuk


Pilihan Lain
A. Coccus gram positif yang tersusun berkelompok
B. Coccus gram positif yang tersusun berantai  Streptococcus, sangat
jarang menyebabkan osteomyelitis (biasanya pada neonatus)
C. Coccus gram negatif yang tersusun berpasangan  Neisseria, tidak
menyebabkan osteomielitis
D. Basil gram negatif dengan pigmen biru-kehijauan  Pseudomonas,
menyebabkan osteomielitis terutama pada penderita DM dengan ulkus
E. Basil gram positif tahan asam  Mycobacterium, kemungkinan bukan
etiologi pada pasien ini karena keluhan akut
A. Coccus gram positif yang tersusun
berkelompok

B. Coccus gram positif yang tersusun berantai

C. Coccus gram negatif yang tersusun berpasangan

D. Basil gram negatif dengan pigmen biru-kehijauan

E. Basil gram positif tahan asam


34
Perempuan usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lengan kanan
setelah jatuh saat menyapu halaman. Pasien terjatuh dengan posisi tangan
menahan badan. Saat dilakukan rontgen didapatkan fraktur pada 1/3 distal
radius dan lepasnya sendi radioulnar. Diagnosis pada pasien adalah …
A. Fraktur Galleazi
B. Fraktur Montegia
C. Fraktur Colles
D. Fraktur Smith
E. Fraktur reverse Colles
Jawaban

A. Fraktur Galleazi
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 35 tahun
– Nyeri pada lengan kanan setelah jatuh saat menyapu
halaman
– Terjatuh dengan posisi tangan menahan badan.

• Xray  fraktur pada 1/3 distal radius dan


lepasnya radioulna joint
Jenis Fraktur

• Galeazzi
• Montegia
• Colles
• Smith’s
Montegia vs Galeazzi

• Montegia
– Dislokasi head radius MU-GR = MAGER
– Fraktur ½ proksimal ulna Galeazzi fraktur Radius
• Galeazzi Montegia fraktur Ulna
– Dislokasi radioulnar
– Fraktur 1/3 distal radius
Colles vs Smith

Colle’s Smith’s

• Colle’s • Smith’s
– Terjatuh dengan tangan ekstensi – Terjatuh dengan tangan fleksi
– Fragmen distal yang mengalami fraktur, – Fragmen distal yang mengalami fraktur,
terletak pada bagian palm/punggung tangan terletak pada bagian volar/telapak
 mirip fork/garpu

• collES  EkStensi
• smIth  Inward/fleksi
A. Fraktur Galleazi

B. Fraktur Montegia

C. Fraktur Colles

D. Fraktur Smith

E. Fraktur reverse Colles


35
Laki-laki 20 tahun dibawa ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien
mengeluh rahang bawah bengkak dan tidak dapat membuka mulut. Dari
hasil pemeriksaan, kesan rahang bawah tidak stabil dan tampak
maloklusi. Kemungkinan kelainan pada pasien ini adalah...
A. Fraktur mandibula
B. Fraktur maxilla
C. Fraktur nasal
D. Fraktur orbita
E. Fraktur tripod
Jawaban

A. Fraktur mandibula
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 20 tahun
– Kecelakaan lalu lintas
– Rahang bawah bengkak dan tidak dapat membuka
mulut

• PF: kesan rahang bawah tidak stabil dan tampak


maloklusi
Fraktur Mandibula
Gejala
• Nyeri dan bengkak
• Sulit membuka mulut
• Maloklusi
• Gigi rusak atau hilang
• Deviasi dagu
• Laserasi atau hematom intraoral
• Baal pada daerah yang dipersarafi n. V3
• PF: teraba fraktur saat palpasi mandibula
Pilihan Lain

• Fraktur maxilla, nasal,


dan orbita terletak di
daerah rahang atas,
sedangkan keluhan
pasien pada rahang
bawah.
• Fraktur tripod:
A. Fraktur mandibula

B. Fraktur maxilla

C. Fraktur nasal

D. Fraktur orbita

E. Fraktur tripod
36
Seorang bayi berusia 1 hari dibawa ke rumah sakit karena anak tampak kuning sejak 10
jam yang lalu. Bayi lahir dengan berat badan 2800 dan APGAR skor 8/9 di tolong bidan.
Ibu bergolongan darah O rhesus (+) dan ayah bergolongan darah B rhesus (+) dan anak
bergolongan darah B. Bayi sudah diberikan ASI. Pemeriksaan penunjang menunjukkan
peningkatan retikulosit dan bilirubin total. Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
A. Inkompatibilitas Rhesus
B. Inkompatibilitas ABO
C. Atresia bilier
D. Breastfeeding jaundice
E. Leptospirosis
Jawaban

B. Inkompatibilitas ABO
Pembahasan

• Neonatus, 1hari, kuning sejak 10 jam


• Golongan darah B
• Ibu golongan darah O+, ayah B+
• Bilirubin total meningkat, retikulosit meningkat
Diagnosis?
Jaundice pada Neonatus
• Fisiologis
– Breastfeeding jaundice
• Patologis
– Hemolitik
• Autoimun
– Inkompatibilitas ABO, Rh
• Non autoimun
– Membranopati eritrosit, enzimopati

– Non Hemolitik
• Trauma lahir
• Polisitemia
• Peningkatan sirkulasi enterohepatik
• Infeksi
• Kelainan metabolik
Ikterus Neonatrum Fisiologis
• Umumnya pada bayi baru lahir
• Kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dl
• Bayi cukup bulan & mendapatkan ASI, mengalami peningkatan kadar
bilirubin yang lebih tinggi dan menurun lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula.
• Pengaruh ASI:
– bentuk early (breast feeding) dan
– bentuk late (behubungan dengan ASI)

Sukadi A. Bb IX Hiperblirubiemia. Daam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Saroa GI, Usman A. Buku ajar
nenatoloi. Jakarta: Iktan Dokter Ana Indonesia; 2011.
http://www.aafp.org/afp/2002/0215/a
fp20020215p599-f1.gif
Inkompatibilitas ABO
• Autoimun karena antibodi menyerang antigen

• Tidak memerlukan proses sensitisasi oleh kehamilan pertama


karena sdh terbentuk IgG. Dapat terjadi pada anak 1

• Inkompatibilitas ABO jarang sekali menimbulkan hidrops fetalis


dan biasanya tidak separah inkompatibilitas Rh
Pembahasan
• Pada kasus ini, ibu golongan darah O (memiliki antibodi anti- A dan anti-B).
Bayi golongan darah B (memiliki antigen B dan antibodi anti-A). Antibodi
anti-B ibu menyerang antigen B menyebabkan hemolisis (inkompatibilitas).
• Pilihan lain:
– Breastfeeding jaundice: biasanya terjadi setelah hari ke 3-4, bilirubin meningkat
tajam seiring bayi disusui
– Inkompatibilitas resus: orang tua sesama resus positif tidak menyebabkan
inkompatibilitas
– Atresia bilier: urin gelap, BAB terang
– Leptospirosis: terdapat gejala infeksi
A. Inkompatibilitas Rhesus
B. Inkompatibilitas ABO
C. Atresia bilier
D. Breastfeeding jaundice
E. Leptospirosis
37
Seorang pasien laki laki berusia 21 tahun datang dengan keluhan sakit kepala
sejak 3 bulan smrs. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD
120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu 37C. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 21.5, leukosit 20.000, trombosit 700.000.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Demam Rematik
B. Polisitemia Vera
C. Arthritis Reumatoid
D. SLE
E. DIC
Jawaban

B. Polisitemia Vera
Pembahasan

• Laki-laki 21 tahun
– Nyeri kepala 3 bulan

• Hb 21.5, leukosit 20.000, trombosit 700.000.


• Diagnosis?
Polisitemia Vera
• Kelainan mieloproliferatif dengan ciri profilerasi sel pendahulu
eritroid yang tidak terkendali.
• Penyakit kronik profresif dan sebagian penderita penyakitnya
berkembang menjadi leukemia akut dan sisanya menjadi fibrosis
sumsum tulang dan metaplasia mieloid.

• Etiologi Polisitemia
– Polisitemia vera (primer) terletak pada sel induk

– Polisitemia sekunder disebabkan oleh stimulasi eritropoietin berlebihan


dan respon tubuh terhadap oksigenasi jaringan yang berkurang.
Polisitemia Vera (Primer) Polisitemia Sekunder
Etiologi: hyperplasia sumsum tulang tanpa Etiologi: penurunan saturasi oksigen arteri
penyebab yang jelas (emfisema, fibrosis paru, penyakit jantung
kongenital) ฀ peningkatan produksi
Produksi berlebihan eritrosit, leukosit, eritropoietin
dan trombosit.
Produksi berlebihan eritrosit.

Gejala klinis polisitemia vera:


Akibat gangguan oksigenasi ringan seperti nyeri kepala, vertigo, tinnitus,
gangguan penglihatan, dan angina.
Terjadi trombosis vena atau arteritromboemboli
Tanda perdarahan dari petekiae hingga perdarahan saluran cerna.
Gatal karena lepasnya granulosit histamin
Neuropati perifer akibat degenerasi akson saraf.
Pemeriksaan fisis didapatkan splenomegali, hepatolmegali, hipertensi, dan
facial plethora
• Kriteria Diagnosis polisitemia vera
• Kriteria A:
– Red Cell Mass pria lebih dari 36 ml/kgBB dan perempuan lebih dari 32 ml/kgBB
– Saturasi oksigen lebih dari 92%
– Splenomegali
• Kriteria B:
– Trombositosis lebih dari 400.000 sel/mm3
– Leukositosis lebih dari 12.000 sel/mm3 tanpa tanda infeksi
– LAP score lebih dari 100 tanpa tanda infeksi
– Vitamin B12 serum lebih dari 900 pg/ml atau unsaturated B12 binding capacity
meningkat lebih dari 2200 pg/ml
• Diagnosis ditegakkan bila: Semua kriteria A terpenuhi atau 2 kriteria A + 2
kriteria B
Tatalaksana
A. Demam Rematik
B. Polisitemia Vera
C. Arthritis Reumatoid
D. SLE
E. DIC
38
Pasien laki-laki 28 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gusi berdarah sejak 1 jam yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan badan lemas dan terdapat memar di tubuh sejak 5 hari yang lalu. Pada
pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu
37C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan purpura di beberapa bagian tubuh. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 9, leukosit 1.000, trombosit 50.000. MCV dan MCH normal.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Anemia pernisiosa
B. Anemia hemolitik
C. Anemia defisiensi besi
D. Anemia pada penyakit kronis
E. Anemia aplastik
Jawaban

E. Anemia aplastik
Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 28 tahun
• Gusi berdarah, badan lemas dan terdapat memar di tubuh sejak 5
hari yang lalu
• Purpura di beberapa bagian tubuh ฀ tanda trombositopenia
• Hb 9, leukosit 1.000, trombosit 50.000. Hb ↓, leukosit ↓, eritrosit ↓,
trombosit ↓, ฀ pansitopenia
• MCV normal, MCH normal
ANEMI
A
Mikrositik Normositik Makrositik
Hipokrom Normokrom

Def. Fe Retikulosit↑ Retikulosit↓ Megaloblastik


Penyakit kronik
- Def. B12
Talasemia
- Def. As. folat
Non-megaloblastik
Perdarahan akut Aplastik
Hemolitik S.
- AIHA mielodisplasia
- Membranopati
Anemia Aplastik
• Gejala

– Pansitopenia

• Anemia

• Leukopenia ฀ infeksi ฀ demam

• Trombositopenia: perdarahan

– Hiposelularitas dari sumsum tulang


Gold Standart
• Bone Marrow Puncture : dry aspirate, hypocellular with
fat (>70% yellow marrow)
Pilihan Lain
• Anemia pernisiosa
– Disebabkan kekurangan B12 ฀ anemia makrositik
• Anemia hemolitik
– Organomegali, ikterik, urin gelap
• Anemia defisiensi besi
– Anemia mikrositik hipokrom
• Anemia pada penyakit kronis
– Didapatkan riwayat atau gejala penyakit kronis (TB, cacingan, dll)
– Tidak diikuti pansitopenia seperti pada kasus
A. Anemia pernisiosa
B. Anemia hemolitik
C. Anemia defisiensi besi
D. Anemia pada penyakit kronis
E. Anemia aplastik
39
Perempuan usia 19 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit karena tiba-tiba mengalami
kesulitan bernafas setelah makan kue yang mengandung kacang. Pasien diketahui alergi
pada kacang. Pada pemeriksaan fisik diperoleh sianosis, angioedema, tekanan darah
70/40 mmHg, nadi 130 kali/menit teraba lemah, frekuensi napas 38 kali/menit. Apakah
diagnosis yang paling mungkin dialami pasien tersebut?
A. Syok kardiogenik
B. Syok sepsis
C. Syok hipovolemik
D. Syok anafilaktik
E. Syok neurogenik
Jawaban

D. Syok anafilaktik
Pembahasan

Diagnosis?
• Perempuan 19 tahun
– Kesulitan bernafas setelah m)akan kacang (alergen

• Pemeriksaan fisik ฀ angioedema, sianosis,


hipotensi, takikardi dan teraba lemah, takipneu
Syok
• Syok adalah kumpulan gejala akibat perfusi seluler tidak cukup ฀ asupan O2 tidak cukup untuk
metabolisme

Syok distributif ฀ total cairan tubuh tidak berkurang namun volume


intravaskular relatif tidak seimbang dengan kapasitas vaskular
misalnya pada anafilaksis, sepsis, dan neurogenik
Syok kardiogenik ฀ masalah pada : fungsi sistolik, diastolik, preload
(volume & tekanan yang dialami ventrikel pada fase akhir
pengisian), afterload (tahanan yg harus dilawan ventrikel untuk
pengosongan), atau irama

Syok hipovolemik ฀ kekurangan cairan absolut (diare, muntah,


perdarahan) atau ekstravasasi (syok dengue)
Syok Anafilaktik
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
– Terjadi sistemik di seluruh tubuh
• Sistem saluran napas : hiperaktivitas bronkus, edema laring
• Sistem Kardiovaskular : perubahan vaskuler, vasodilatasi
sistemik
• Sistem saluran cerna : mual, muntah, diare
• Mata : angioedema, konjungtivitis
• Kulit : urtikaria, angioedema
A. Syok kardiogenik
B. Syok sepsis
C. Syok hipovolemik
D. Syok anafilaktik
E. Syok neurogenik
40
Perempuan usia 60 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis pneumonia, saat ini
keadaan pasien semakin memburuk. Sejak 8 jam lalu terjadi penurunan kesadaran pada
pasien, disertai dengan munculnya petekiae, ekimosis, hemoptisis, dan hematuria. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia, peningkatan D-dimer,
pemanjangan PT dan APTT. Diagnosis yang memungkinkan adalah?
A. Idiopatic trombositopenia purpura
B. Thrombotic thrombocytopenia purpura
C. Dysfibrinogenemia
D. Disseminated intravascular coagulation
E.Hemolytic uremic syndrome
Jawaban

D. Disseminated intravascular
coagulation
Pembahasan
Diagnosis?
• Perempuan 60 tahun
– Diagnosis pneumonia
– Keadaan pasien semakin memburuk
– Penurunan kesadaran pada pasien, disertai dengan petekie,
ekimosis, hemoptisis dan hematuria.
– Trombositopenia, peningkatan D-dimer, pemanjangan PT
dan APTT
DIC
• Sindroma klinikopatologis yang dikarakteristikkan
dengan aktivasi koagulasi secara sistemik yang
membentuk clot fibrin sehingga menyebabkan gagal
organ, disertai konsumsi trombosit dan faktor
koagulasi sehingga menyebabkan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation/
DIC
Sepsis
Produksi Aktivasi koagulasi
Kerusakan jaringan
tromboplastin secara sistemik
masif
Trauma endotel
Aktivasi Fibrinolisis sistemik
Trombus
Pendarahan
Kehabisan faktor koagulasi
dan trombosit Obstruksi

Nekrosis
- Trombositopenia organ
- PT ↓, aPTT ↓
- D-dimer ↑ Gagal
- Fibrinogen ↓ (tidak selalu) organ
Gejala
• Multiorgan failure (penurunan kesadaran, sesak, gagal
ginjal, dll)
• Perdarahan (petekiae, purpura, perdarahan GI tract, dll)
• Ditemukan etiologi
– Sepsis
– Trauma endotel
– Kerusakan jaringan masif (pasca operasi, dll)
Pilihan Lain
• Idiopatic trombositopenia purpura
– Non-palpable purpura, ptekiae, ekimosis, trombositopenia
– Biasanya dicetuskan oleh infeksi yang sudah sembuh

• Thrombotic thrombocytopenia purpura


– Trombus di pembuluh darah kecil
– Gejala: anemia hemolitik mikroangiopati, trombositopeni purpura, gangguan neurologis dan
ginjal, demam

• Dysfibrinogenemia
– Struktur molekul fibrinogen abnormal ฀ meningkatkan risiko perdarahan dan trombosis
– Biasanya ada riwayat serupa dalam keluarga

• Hemolytic uremic syndrome


– Gagal ginjal progresif disertai anemiahemolitik dan trombositopenia
A. Idiopatic trombositopenia purpura
B. Thrombotic thrombocytopenia purpura
C. Dysfibrinogenemia
D. Disseminated intravascular coagulation
E. Hemolytic uremic syndrome
41
Perempuan usia 27 tahun datang dengan perdarahan gusi, mimisan, dan memar
di ekstremitas. Pasien menjalani operasi SC 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan trombositopenia, PT dan aPTT memanjang,
fibrinogen menurun. Transfusi apa yang diberikan pada pasien?
A. Packed red cell
B.Washed red cell
C.Whole blood
D. Fresh frozen plasma
E.Thrombocyte concentrate
Jawaban

D. Fresh frozen plasma


Pembahasan
Transfusi?
• Perempuan 27 tahun
– Perdarahan gusi, mimisan, dan memar di ekstremitas
– SC 3 hari yang lalu
• Trombositopenia, PT dan APTT memanjang,
fibrinogen menurun ฀ koagulopati konsumtif
DIC
• Sindroma klinikopatologis yang dikarakteristikkan
dengan aktivasi koagulasi secara sistemik yang
membentuk clot fibrin sehingga menyebabkan gagal
organ, disertai konsumsi trombosit dan faktor
koagulasi sehingga menyebabkan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation/
DIC
Sepsis
Produksi Aktivasi koagulasi
Kerusakan jaringan
tromboplastin secara sistemik
masif
Trauma endotel
Aktivasi Fibrinolisis sistemik
Trombus
Pendarahan
Kehabisan faktor koagulasi
dan trombosit Obstruksi

Nekrosis
- Trombositopenia organ
- PT ↓, aPTT ↓
- D-dimer ↑ Gagal
- Fibrinogen ↓ (tidak selalu) organ
Gejala
• Multiorgan failure (penurunan kesadaran, sesak, gagal
ginjal, dll)
• Perdarahan (petekiae, purpura, perdarahan GI tract, dll)
• Ditemukan etiologi
– Sepsis
– Trauma endotel
– Kerusakan jaringan masif (pasca operasi, dll)
Tatalaksana

• Mengurangi perdarahan dengan memberikan


faktor pembekuan darah
• Sumber faktor pembekuan darah adalah FFP
dan cryoprecipitate
Fresh frozen plasma (FFP)
• Berisi semua faktor pembekuan, AT III, protein C dan S,
albumin serta imunoglobulin
• Indikasi:
– PT dan APTT >1,5 kali nilai kontrol
– Overdosis obat antikoagulan
– Diketahui menderita defisiensi faktor koagulasi dengan
perdarahan
– PT>16 detik atau INR>1,8 dengan perdarahan atau untuk
mengantisipasi tindakan invasif.
– DIC
– TTP
– Transfusi masif >10 unit PRC
– >1500 ml cell saver blood reinfused
– PT>35 detik dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi
tindakan invasif.
Cryoprecipitate

• Cryoprecipitate berisi kurang lebih setengah faktor VIII dan fibrinogen dari
kadarnya dalam darah lengkap : 56-75 IU/unit, fibrinogen 105-210 mg/unit
• Indikasi:
– Isolated Factor VIII, Factor IX, Factor XIII deficiency or von Willebrand’s disease
– Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen <80-100 g/dL) dan disfibrinogenemia
– Pasien dengan surgical coagulopathy
– Digunakan sebagai local factor coagulant selama pembedahan
Pilihan Lain
• Whole blood (WB) : fresh whole blood (FWB)
adalah darah lengkap dengan masa simpan ≤36
jam
• Packed red cell (PRC), indikasi :
– Penggantian sel darah merah pada perdarahan akut
disertai hipovolumia
– Transfusi tukar
Pilihan Lain
• Washed Red Cell (WRC) : indikasi untuk pasien yang
mengalami reaksi alergi terhadap protein plasma.
• Thrombocyte concentrate (TC), indikasi:
– Jumlah trombosit <15.000
– Jumlah trombosit <50.000 dengan perdarahan atau pembedahan
– Jumlah trombosit <100.000dengan perdarahan masif atau
perdarahan terus-menerus. Gangguan/kelainan kualitas
trombosit
– Kontraindikasi : ITP, TTP, DIC, hipersplenisme
A. Packed red cell
B. Washed red cell
C. Whole blood
D. Fresh frozen plasma
E. Trombocyte concentrate
42
Laki-laki usia 28 tahun dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran dan
kejang-kejang sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya, pasien sempat mengeluh
demam disertai menggigil dan berkeringat. Dua minggu lalu pasien melakukan
kunjungan ke Papua. Tanda vital: tekanan darah 110/70 mmHg dan 39 C.
Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Malaria serebral
B. Tetanus
C. Rabies
D. Stroke hemorhagik
E. Ensefalitis
Jawaban

A. Malaria serebral
Pembahasan
Diagnosis ?
• Laki-laki 28 tahun
– Penurunan kesadaran dan kejang-kejang sejak 1 hari
• Gangguan di sistem saraf pusat

– Sempat mengeluh demam disertai menggigil dan berkeringat


• Riwayat infeksi ฀ trias malaria

– Dua minggu lalu pasien melakukan kunjungan ke Papua


• Faktor risiko malaria (endemik)

• Tanda vital ฀ tekanan darah 110/70 mmHg dan suhu 39 C


– Hemodinamik stabil
– Demam ec malaria, ditambah gejala neurologis ฀ malaria serebral
Malaria
MALARIA KARAKTERISTIK MIKROSKOPIK

• Demam setiap hari


Tropikana • Trofozoit ฀ cincin, accole, titik Maurer
• Malaria serebral ฀
• P. falciparum • Gametosit ฀ sabit/pisang/sosis
koma

• Eritrosit membesar hingga 2x lipat


Tertiana
Demam setiap 2 hari • Titik Schuffner
• P. vivax
• Gametosit ฀ bulat

• Eritrosit membesar 1,25x lipat


Tertiana
Demam setiap 2 hari • Titik Schuffner
• P. ovale

Kuartana • Eritrosit ฀ ada semacam band


Demam setiap 3 hari
• P. malariae • Merozoit ฀ rosette
Klasifikasi
• Uncomplicated

• Severe (1 atau lebih)


– Penurunan kesadaran (GCS <11), kelemahan umum, kejang (>2 kali/24
jam)
– Asidosis, hipoglikemia, anemia (Hb <7 g/dL), Cr > 3 mg/dL, Ur >20
mmol/L, bilirubin > 3 mg/dL

– Edema paru, perdarahan signifikan ฀ hematemesis/melena, syok


– Hiperparasitemia
Terapi P. falciparum
Lini 1

• DHP atau Artesunat-Amodiakuin (3 hari) + Primakuin 0,25 mg/kgBB (1 hari)

Lini 2

• Kina 3x10 mg/kgBB (7 hari) + Doksisiklin 2x1,1-1,625 mg/kgBB (7 hari) ATAU

• Tetrasiklin 4x1 mg/kgBB (7 hari) + Primakuin (1 hari)

• Pada ibu hamil dan anak kecil, doksisiklin atan tetrasiklin diganti dengan klindamisin
2x5 mg/kgBB
Terapi P. vivaks dan P. ovale
Lini 1
• DHP /Arte-Amo (3 hari) + Primakuin 0,25 mg/kgBB
(14 hari) ATAU
• Klorokuin 25 mg/kgBB (3 hari) + Primakuin

Lini 2
• Kina 3x10 mg/kgBB (7 hari) + Primakuin (14 hari)
Terapi P. malariae
Lini 1
• DHP /Arte-Amo (3 hari) ATAU
• Klorokuin 25 mg/kgBB (3 hari)

Terapi Malaria Berat


• Artesunat IV 2,4 mg/kgBB pada jam ke- 0, 12, 24, kemudian
tiap 24 jam

• Untuk ibu hamil trimester 1 = kina (IV)


Terapi Profilaksis
• Doksisiklin 100 mg/hari
– 1-2 hari sebelum pergi ke daerah endemis
– Selama di tempat endemis
– Sampai 4 minggu setelah kembali
• Ibu hamil
– Sulfadoksin
– Pirimetamin
Pilihan Lain
• Tetanus ฀ infeksi C. Tetani, spastik, trismus, riwayat
kontaminasi luka
• Rabies ฀ infeksi Rhabdoviridae, paralisis, riwayat luka
karena hewan pembawa virus (anjing, kera, dll)
• Stroke hemorhagik ฀ hipoperfusi karena kehilangan
darah
• Ensefalitis ฀ defisit neurologis tidak spesifik
A. Malaria serebral
B. Tetanus
C. Rabies
D. Stroke hemorhagik
E. Ensefalitis
43
Laki-laki usia 24 tahun datang ke IGD dengan penurunan kesadaran. Sebelumnya pasien mengeluhkan
nyeri kepala sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merupakan penderita HIV sudah 1 tahun ini namun tidak
mendapatkan pengobatan anti retroviral. Menurut alloanamnesis dari rekannya, pasien kerap kali lupa dan
mudah bingung belakangan ini. Dari hasil pemeriksaan CT scan tidak ditemukan adanya lesi
hipo/hiperdens atau penyumbatan akan tetapi didapatkan adanya pengecilan kedua hemisfer. Tidak
terdapat riwayat trauma sebelumnya. Hasil pemeriksaan CD4 50/mm3. Apakah diagnosis pasien yang
paling mungkin pada kasus ini?
A. HIV ensefalopati
B. Sifilis serebral
C. Toxoplasmosis
D. Tumor intracranial
E. Malaria serebral
Jawaban

A. HIV ensefalopati
Pembahasan
• Laki-laki usia 24 tahun
• Penurunan kesadaran
• Nyeri kepala sejak 2 minggu yang lalu
• HIV sudah 1 tahun ini namun tidak mendapatkan pengobatan anti retroviral.
• Pasien kerap kali lupa dan mudah bingung belakangan ini
• CT scan tidak ditemukan adanya lesi hipo/hiperdens atau penyumbatan
• Ditemukan pengecilan kedua hemisfer.

• Diagnosis?
HIV Ensefalopati
Ensefalopati HIV: Dementia HIV

Atrofi difus
menyebabkan
pengecilan
kedua hemisfer
Diagnosis Banding
Toxoplasmosis Cerebral Neurosifilis
• Gaya berjalan abnormal
• Kebutaan
• Kebingungan
• Demensia
• Depresi
• Sakit kepala
• Ketidakmampuan untuk berjalan
• Lekas marah
• Mati rasa di jari kaki, kaki, atau tangan
• Sulit konsentrasi
• Kejang
• Kaku leher
• Gangguan Penglihatan
• Merasa lemah
A. HIV ensefalopati
B. Sifilis serebral
C. Toxoplasmosis
D. Tumor intracranial
E. Malaria serebral
44
Laki-laki usia 19 tahun, datang dengan keluhan badan terasa dingin sejak 6 jam yang lalu, disertai
dengan mual dan muntah. Demam sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu dan kemarin sempat
mimisan saat panas. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, HR 110 kali/menit, lemah,
Suhu : 38°C, Capilary refill time di atas 5 detik, hepatomegali dan nyeri perut. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 16 g/dL, leukosit 1500/uL, Hct 49%, trombosit 50.000/uL. Apa
kemungkinan diagnosis kasus di atas?
A. DBD grade I
B. DBD grade II
C. DBD grade III
D. DBD grade IV
E. Dengue fever
Jawaban

C. DBD grade III


Pembahasan
Diagnosis?
• Laki-laki 19 tahun
– Demam 4 hari
– Mimisan 1 hari yang lalu ฀ Manifestasi perdarahan
– Akral terasa dingin + mual muntah sejak 6 jam
• Pemeriksaan Fisik
– TD : 100/80 mmHg, HR 110x/menit, , Capilary refill time diatas 5 detik ฀
Tanda-tanda syok
– Hepatomegali dan nyeri perut
• Pemeriksaan Penunjang
– Hb 16 g/dL, leukosit 1500 /uL, Hct 49%, trombosit 50.000/uL
A. DBD grade I
B. DBD grade II
C. DBD grade III
D. DBD grade IV
E. Dengue fever
45
Perempuan berusia 19 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri pergelangan tangan hingga

sulit digerakan. Keluhan disertai demam dan penurunan BB sejak 1 bulan terakhir. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, pada status lokalis terdapat

makula eritematosa pada perinasal dan ulkus pada mukosa. Antibodi yang spesifik pada kasus

di atas adalah?

A. Anti RA

B. Antibodi antinuklear

C. Antibodi antifosfolipid

D. Anti RO

E. ds-DNA
Jawaban

E. ds-DNA
Pembahasan
Antibodi spesifik ?
• Perempuan 19 tahun
– Nyeri pergelangan tangan hingga sulit digerakan.
– Keluhan disertai demam dan penurunan BB sejak 1 bulan
terakhir.
• PF: status generalis dalam batas normal. Ditemukan
makula eritematosa pada perinasal dan ulkus pada
mukosa.
Tanda-Tanda SLE

• Dada
• Kepala dan wajah
• Pleuritis,
– Buterfly/malar rash pericarditis
• Lain-lain
– Gangguan mental (kejang,
• Gangguan ginjal
psikosis) • Arthritis
• Pansitopenia
– Ulkus mulut yang tidak
• ANA↑ dan ds-DNA (+)
nyeri
• Kulit
– Discoid
Ada berbagai macam cara
menghafal
• Malar rash • Blood abnormalities

• Discoid rash • Renal impairment

• Serositis • ANA antibodies (+)

• Oral ulcers • Immune abnormalities

• Arthritis • Neurologic

• PhotosensivityMD SOAP BRAIN


Autoantibodi Lupus
• ANA (antinuclear antibody) → untuk skrining

• Anti-dsDNA (double-stranded DNA) → spesifik

• Anti-Sm

• Anti-SSA (Ro) atau Anti-SSB (La)

• Anti-ribosomal P

• Anti-RNP

• Anticardiolipin

• Antikoagulan lupus

• Direct Coombs test

• Anti-histone
A. Anti RA

B. Antibodi antinuklear

C. Antibodi antifosfolipid

D. Anti RO

E. ds-DNA
46
Laki-laki 52 tahun datang dengan keluhan penurunan berat badan sejak 2 bulan lalu. Keluhan disertai
sering haus, peningkatan nafsu makan dan BAK malam 5 kali/hari. Urin banyak namun tidak nyeri dan
tidak keruh. Pasien juga mengeluhkan gatal pada sela paha dan kesemutan pada kedua tungkai. Pasien
merupakan seorang perokok. Pemeriksaan fisik menunjukkan IMT 29,7 kg/m2, tekanan darah 160/90
mmHg, tanda vital lain dalam batas normal. Pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibalis posterior
teraba lemah. Pemeriksaan GDS 220 mg/dL. Pasien sebelumnya belum pernah minum obat
antidiabetik. Tatalaksana yang paling tepat diberikan pada pasien ini adalah?
A. Insulin
B. Sulfonilurea
C. Biguanid
D. Akarbose
E. DPP-4 inhibitor
Jawaban

C. Biguanid
Pembahasan
Tatalaksana?
• Laki-laki 52 tahun
– Penurunan berat badan sejak 2 bulan lalu, sering haus,
peningkatan nafsu makan dan BAK malam 5 kali/hari. Urin
banyak namun tidak nyeri dan tidak keruh
• Gejala 3P (polidipsi, poliuri, polifagi) ฀ Diabetes mellitus
– Terdapat keluhan gatal pada sela paha dan kesemutan pada kedua
tungkai. Pasien merupakan seorang perokok
• Komplikasi mikrovaskular ฀ neuropati perifer
• Pemeriksaan fisik
– IMT 29,7 kg/m2, tekanan darah 160/90 mmHg. Pulsasi arteri
dorsalis pedis dan arteri tibalis posterior teraba lemah.
Pemeriksaan GDS 220 mg/dL. Pasien sebelumnya belum pernah
minum obat antidiabetik.
Diabetes Mellitus tipe 2

• Diagnosis

Pasien
sudah
terdiagnosi
s DM2

Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di


Terapi DM2

Metformin (biguanid) merupakan pilihan pertama untuk banyak kasus


Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
Metformin
• Dosis diturunkan pada pasien gangguan fungsi ginjal
(GFR 30 – 60 ml/menit/1.73 m2)
• Kontraindikasi
– GFR < 30 ml/menit/1.73 m2
– Gangguan hati
– Hati-hati pada pasien dengan kecenderungan
hipoksemia (sepsis, syok, PPOK)

Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di


Pilihan Lain
• Insulin ฀ pasien tidak memenuhi kriteria pemberian terapi insulin
pada DM
• Sulfonilurea ฀ memiliki efek samping yang lebih banyak
dibandingkan biguanids sehingga tidak digunakan sebagai terapi lini
pertama
• Akarbose ฀ termasuk golongan penghambat alfa glukosidase. Bukan
merupakan obat pilihan pertama pada terapi DM2
• DPP-4 inhibitor ฀ bukan terapi lini pertama pada DM2
A. Insulin

B. Sulfonilurea

C. Biguanid

D. Akarbose

E. DPP-4 inhibitor
47
Perempuan 58 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mual muntah sejak
3 hari yang lalu. Pasien mengaku sudah terdiagnosis DM sejak 2 tahun terakhir
dan telah diberi metformin 3x500 mg ac. Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital
dalam batas normal, TB 150 cm, BB 75 kg, GDP 210 mg/dL, GD2PP 260 mg/dL.
Apa tatalaksana selanjutnya?
A. Menambahkan omeprazole
B. Menambahkan metoklopramid
C. Mengganti dengan insulin
D. Mengganti dengan akarbose
E. Turunkan metformin
Jawaban

B. Menambahkan
metoklopramid
Pembahasan
Tatalaksana selanjutnya?
• Perempuan 58 tahun
– Mual muntah sejak 3 hari
– Terdiagnosis DM sejak 2 tahun
– Diberi metformin 3x500 mg ac
• TB 150 cm, BB 75 kg
• GDP 210 mg/dL
• GD2PP 260 mg/dL
Pembahasan
• Mual muntah juga dapat disebabkan efek samping
metformin, namun pasien sudah mengkonsumsinya sejak 2
tahun lalu
• Pasien memiliki DM, dengan glukosa yang belum terkontrol
• Gejala juga sesuai dengan gastroparesis DM
• Terapi prokinetic seperti metoklopramid dapat digunakan
Gastroparesis Diabetikum
• Sindrom perlambatan pengosongan lambung yang bukan
disebabkan oleh obstruksi mekanik dan berhubungan
dengan diabetes
• Gejala: rasa kenyang meski hanya makan sedikit atau setelah
makan, mual, muntah, kembung, nyeri perut bagian atas
• Tata laksana: cegah dehidrasi dan gangguan elektrolit, nutrisi,
optimalisasi kontrol glikemik
• Obat prokinetic lini pertama: metoklopramid
OHO
“OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah,
dapat diberikan sampai dosis optimal.”

Cara Kerja:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis: metformin
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
E. DPP-IV inhibitor

Cara Pakai:
1. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan. Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
2. Metformin : sebelum / pada saat / sesudah makan
3. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama suapan pertama
4. Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan
5. DPP-IV inhibitor: bersama makan dan atau sebelum makan
Terapi kombinasi (PERKENI 2011)

Terapi dengan OHO kombinasi harus dipilih dua


macam obat dengan mekanisme kerja berbeda.
Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai,
kombinasikan tiga OHO dari kelompok yang
berbed ATAU kombinasi OHO dengan insulin.
A. Menambahkan omeprazole
B. Menambahkan metoklopramid
C. Mengganti dengan insulin
D. Mengganti dengan acarbose
E. Turunkan metformin
48
Laki-laki usia 47 tahun datang untuk kontrol DM dan hipertensi. Saat ini
tekanan darah pasien 140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20 kali/menit,
suhu 36.5 C, BMI 26, dan GDS 210 mg/dL. Pemeriksaan penunjang apa
yang sebaiknya dilakukan untuk mengetahui salah satu komplikasi
kronik DM?
A. Mikroalbumin urin
B. SGOT
C. SGPT
D. USG ginjal
E. Biopsi ginjal
Jawaban

A. Mikroalbumin urin
Pembahasan
Pemeriksaan penunjang komplikasi kronik
DM?
• Laki-laki 47 tahun
– Kontrol DM dan hipertensi
• TD 140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi 20
kali/menit, suhu 36.5 C, BMI 26, GDS 210 mg/dl
฀ gula darah belum terkontrol baik
Komplikasi Kronik DM
Komplikasi Makro dan Mikrovaskular
DM
Pemeriksaan Penunjang untuk
Komplikasi DM
• Retinopati ฀ fundus, OCT
• Nefropati ฀ mikroalbumin urin
• Neuropati ฀ klinis
• Jantung koroner ฀ EKG
• Serebrovaskular ฀ klinis, angiografi
• Penyakit arteri perifer ฀ USG, angiografi
• Ulkus DM ฀ klinis
Diagnosis Nefropati DM

• Albumin >30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari


3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya.
A. Mikroalbumin urin
B. SGOT
C. SGPT
D. USG ginjal
E. Biopsi ginjal
49
Perempuan 50 tahun dibawa ke IGD RS dengan penurunan kesadaran.
Riwayat DM sejak 15 tahun. Pemeriksaan fisik TD 90/60 mmHg, nadi
105 kali/menit, RR 33 kali/menit, Suhu 38,2 C. Pemeriksaan GDS 34
mg/dL. Terapi yang tepat untuk kasus ini adalah?
A. Bolus dextrose 10%
B. Bolus dextrose 40%
C. Bolus dextrose 20%
D. Rehidrasi
E. Insulin
Jawaban

B. Bolus dextrose 40%


Pembahasan
Terapi?
• Perempuan 50 tahun
– Penurunan kesadaran
– Riwayat DM sejak 15 tahun
• TD 90/60 mmHg, Nadi 105 kali/menit, RR 33
kali/menit, Suhu 38,2°C
• GDS 34 mg/dl ฀ hipoglikemia berat
Hipoglikemia

• PERKENI 2015 ฀ hipoglikemia adalah


menurunnya kadar glukosa darah <70 mg/dl
atau >70 mg/dl dengan gejala klinis
Penyebab Hipoglikemia
• Dosis obat berlebihan, terutama insulin dan
obat hipoglikemia oral.
• Gagal ginjal kronik dan pascapersalinan.
• Asupan makan tidak kuat (kalori kurang atau
terlambat makan)
• Kegiatan jasmani berlebihan.
Diagnosis Hipoglikemia (Trias Whipple)

• Gejala sesuai dengan hipoglikemia


• Kadar glukosa plasma rendah
• Gejala membaik setelah kadar glukosa plasma
ditingkatkan
Gejala
Hipoglikemia
Penanganan Hipoglikemia pada Pasien Sadar

• Memberi gula murni 30 gram (2 sendok


makan) atau sirop/permen + makanan yang
mengandung karbohidrat
• Menghentikan sementara obat hipoglikemik
• Glukosa darah dipantau tiap 1-2 jam
Penanganan Koma Hipoglikemia
• Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (50 mL) bolus intravena.
• Dekstrosa 10% infus 6 jam/kolf
• Periksa GDS/1 jam setelah dekstrosa 40%:
– GDS <50 mg/dL ฀ bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
– GDS <100 mg/dL ฀ bolus dekstrosa 40% 25 mL IV
– GDS 100-200 mg/dL ฀ tidak diberi bolus dekstrosa 40%
– GDS >200 mg/dL ฀ pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
dekstrosa 10%
Penanganan Koma Hipoglikemia
• Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut,
GDS dipantau/2 jam. Ikuti protokol sebelumnya. Bila
GDS >200, pertimbangkan mengganti menjadi
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%

• Bila setelah itu GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali


berturut-turut, hentikan protokol hipoglikemia.
A. Bolus dextrose 10%
B. Bolus dextrose 40%
C. Bolus dextrose 20%
D. Rehidrasi
E. Insulin
50
Seorang bayi laki-laki lahir dengan berat badan 4300 gram. Ibu bayi ini mengidap diabetes yang
tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bayi cukup aktif, tidak ada kejang ataupun
kebiruan. Skrining pemeriksaan GDS didapatkan hasil 25 mg/dL. Bayi segera disusukan ke ibu dan
bayi menghisap efektif. Tiga jam kemudian dilakukan pemeriksaan ulang GDS didapatkan hasil 38
mg/dL, anak tetap aktif dan tidak ada tanda-tanda hipoglikemia. Apakah tindakan selanjutnya
yang paling tepat dilakukan?
A. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui seperti sebelumnya
B. Naikkan frekuensi atau volume pemberian ASI
C. Segera pasang infuse dan berikan D10% 60cc/kg/hari
D. Pasang infus dan bolus D10% 2cc/kgbb
E. Pemberian D10% 2cc/kgbb/NGT
Jawaban

B. Naikkan frekuensi atau


volume pemberian ASI
Pembahasan

Tatalaksana selanjutnya?
• Bayi baru lahir
– Hipoglikemia 25mg/dL ฀ Diberikan Asi dan
menghisap aktif ฀ GDS 38mg/dL tanpa gejala
Algoritma Versi PPM IDAI vol II th
Algoritma Versi PPK
Algoritma Versi AAP
2011
Pembahasan
• Perhatikan ketiga algoritma tersebut. Soal ini
cukup rumit karena tidak tahu algoritma mana
yang dipakai pembuat soal.
• Kasus ini termasuk hipoglikemi asimptomatik
pada at-risk infant (karena ibu DM tak
terkontrol)
Pembahasan
• Kalau menurut PPM IDAI: jika asimptomatik dan sadar maka glukosa oral
dulu, jika setelah 1 jam masih tidak respon ulangi langkah pertama (berarti
oral lagi)
• Versi PPK RSCM: kalau kurang atau sama dengan 25 mg/dl maka kasih
dekstrose 10% 2cc/kg BB (tapi anak kasus malah dikasih ASI dulu tahap
pertamanya, jadi tampaknya bukan ikut algoritma PPK RSCM), dan setelah
30 min kalau masih <47, maka tingkatkan dextrose
• Versi AAP: kalau at risk tapi asimptomatik cukup naikkan frekuensi feeding
kecuali gds <25 (untuk neonatus usia sampai 4 jam) dan <35 (untuk usia 4-
24 jam) baru kasih IV glucose. Pada soal ini tidak disebutkan usia neonatus.
A. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui seperti
sebelumnya
B. Naikkan frekuensi atau volume
pemberian ASI
C. Segera pasang infuse dan berikan D10%
60cc/kg/hari
D. Pasang infus dan bolus D10% 2cc/kgbb
E. Pemberian D10% 2cc/kgbb/NGT

Anda mungkin juga menyukai