Anda di halaman 1dari 93

PEMICU 04

“SIA-SIA MASA MUDA”


KELOMPOK 6
29 November 2019
• Tutor : dr. Norbert Tanto H, SpF
• Ketua : Jonathan Edbert Afandy (405160200)
• Sekretaris : Yovita Aldila Nurmaulida (405160106)
• Penulis : Gracelya Esther Liwanto (405160020)
• Anggota :
Maria Meilani Christina (405140127)
Jimmy Chua (405160003)
Danisa Alfiyanti Praja (405160008)
Anisa Rizmi Lausiri (405160023)
Adelia Budiman (405160074)
Kania Fidelia Widjaja (405169035)
Novilia Puspitasari (405160092)
Daniel Octavianus (405160117)
SIA-SIA MASA MUDA
• Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke IGD RS karena tidak sadarkan diri. Menurut pengantar, malam
sebelumnya mereka sedang berpesta sambil meminum berbagai macam minuman keras. Korban terakhir
terlihat masuk kamar kosnya sekitar pukul 01.00 WIB dengan membawa beberapa botol minuman keras.
Ketika dibangunkan oleh teman sebelah kamar sekitar pukul 08.00 WIB, korban tidak menjaab. Setelah
pintu dibukakan oleh pemilik kos, korban ditemukan dalam keadaan terbaring telentang di lantai dan di
dekatnya terdapat botol-botol minuman keras dan muntahan berupa cairan bercampur sisa makanan.
Dokter melakukan pemeriksaan dan menyatakan bahwa korban sudah meninggal. Hasil pemeriksaan
didapatkan lebam mayat berwarna merah keunguan gelap pada seluruh tubuh bagian belakang yang hilang
pada penekanan dan kaku mayat pada seluruh tubuh yang masih mudah dilawan. Wajah tampak berwarna
lebih gelap dari bagian tubuh lainnya dan pada pinggir mulut tampak bekas cairan yang mengering.
Keluarga korban yang sudah dihubungi menanyakan penyebab kematian dan meminta surat keterangan
kematian agar dapat segera mengurus jenazah.
• Tak berapa lama polisi datang membawa jenazah seorang laki-laki berusia 30 tahun disertai surat
permintaan visum. Laki-laki tersebut ditemukan dirumahnya oleh pembantu dalam keadaan tergantung
pada anak tangga kelima dari bawah. Pada meja ruang keluarga ditemukan beberapa pil, bubuk kristal
putih, dan alat suntik. Pada pemeriksaan luar ditemukan luka lecet didaerah leher bagian depan, wajah
tampak sembab dengan warna merah kebiruan, dan bintik bintik perdarahan pada konjungtiva. Jenazah
kemudian dibawa ke kamar mayat untuk diotopsi. Pemeriksaan dalam ditemukan memar dan resapan
darah pada jaringan bawah kulit dan otot leher bagian depan. Permukaan paru terdapat bintik perdarahan.
Dokter melakukan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebab kematian
Learning Issues
1. MM. ASFIKSIA DAN HIPOKSIA (JENIS, TANDA, MEKANISME)
2. MM. TOKSIKOLOGI
3. MM. VISUM ET REPERTUM
4. MM. SURAT KETERANGAN KEMATIAN
5. ANALISIS KASUS DAN VER KASUS
LI 1 : Asfiksia
Definisi
• gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen
darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbondioksida (hiperkapnea)  organ tubuh mengalami kekurangan
oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian
• Asfiksia adalah kondisi hipoksia yang disertai dengan hiperkapnea
• Hipoksia adalah suatu kondisi dimana sel mengalami kekurangan
oksigen pada tingkat sel yang dibuktikan melalui gambaran
histopatologi sel jaringan dan kadar oksigen dalam darah
Kondisi tertentu bisa, tapi umumnya tidak
Hipoksia
Merupakan suatu keadaan dimana tubuh sangat kekurangan oksigen
• Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 4 :
1.Hipoksia hipoksik
Yaitu keadaan yg disebabkan oksigen tidak dapat mencapai darah sebagai akibat kekurangan oksigen
yg masuk ke dalam paru-paru. Contoh : keracunan CO
2. Hipoksia anemik
Yaitu keadaan yg disebabkan Hb tidak dapat mengangkut oksigen.
3. Hipoksia stagnan
Yaitu keadaan yg disebabkan darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan spt heart failure dan
bradiaritmia
4. Hipoksia sitotoksik
Yaitu keadaan yg disebabkan sel tidak mampu menyerap oksigen spt keracunan sianida
• Hipoksia anemik,stagnan, dan histiostik disebabkan oleh penyakit/keracunan
• Hipoksia anoksik disebabkan disebabkan oleh kekurangan oksigen atau karena obstruksi mekanik
pada jalan nafas
Asfiksia
• Etiologi :
• Penyebab alamiah: penyakit yg menyumbat sal napas, spt :
laringitis
• Trauma mekanik : emboli udara vena, emboli lemak,
pneumotoraks bilateral, sumbatan / halangan pada sal napas.
• Keracunan
• Sengatan listrik
Classic signs
• Petechial haemorrhages in the skin of
the face and in the lining of the eyelids
• Congestion and oedema of the face
• Cyanosis (blue discoloration) of the skin
of the face
• Right heart congestion and abnormal
fluidity of the blood.
• Trias klasik 
 Bendungan sistemik (muka sembab)
 Pulmoner (tardie’s spot)
 dilatasi jantung
Asfiksia Mekanik ekstraluminer ->
Manual strangulation (pencekikan)
• Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran
napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas
sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat.
• paling sering ditemui ketika ukuran fisik dan kekuatan penyerang
melebihi korban
• Tanda-tanda eksternal strangulasi manual
• memar dan lecet di bagian depan dan samping leher, dan rahang
bawah
• Memar yang disebabkan oleh tekanan ujung jari (memar berbentuk
bulat atau oval hingga sekitar 2 cm)
• Goresan kuku (lecet linear atau crescentshaped, jejak atau
pelanggaran kulit) dapat terlihat.
• Ketika tekanan pada leher dipertahankan 'tanda-tanda asfiksia
klasik’,
• Pada korban yang hidup, evaluasi klinis dapat mengungkapkan nyeri
pada menelan, suara serak, stridor, leher, kepala atau punggung.
Gantung (hanging)
• Hanging is a form of ligature strangulation in which the force applied to
the neck is derived from the gravitational drag of the weight of the body
or part of the body.
• Methods of hanging:
• Most hangings are self-suspension
• typical method of self-suspension is to attach a thin rope to a high point such as a ceiling
beam or staircase. The lower end is formed into either a fixed loop or a slipknot, which is
placed around the neck while the intending suicide stands on a chair or other support.
• Successful hanging can occur from low suspension points, where the person is
merely slumped with part of his weight into the ligature.
• Hanging marks
• The hanging mark almost never completely encircles the
neck unless a slipknot was used, which may cause the noose
to tighten and squeeze the skin through the full
circumference of the neck.
Penjeratan (strangulation)
• Penekanan bedan asing berupa • Pola jejas dpt dilihat dgn
tali, ikat pinggang, rantai, stagen, transparant scotch tape pada
kawat, kabel, kaos kaki  daerah jejas leher  tempelkan di
melingkaru / mengikat leher yg kaca objek  mikroskop / sinar UV
makin lama makin kuat  sal • Kerat kasar  tali bergedakan
napas tertutup. pada saat korban melawan  luka
• Biasanya karena kasus lecet di sekitar jejas jerat yg
pembunuhan. tampak jelas : kulit mencekung
• Mekanisme kematian : warna coklat dgn perabaan kaku.
• Asfiksia / refleks vaso-vagal (pada • Cara kematian :
carotid body) • Bunuh diri
• Jejas jerat : mendatar, melingkari • Pembunihan
leher, tdpt lebih rendah pd kasus • kecelakaan
gantung, setinggi/di bawah rawan
Pembekapan
• Penutupan lubang hidung dan • Kekerasan yg mungkin terdapat :
mulut yg menghambat • Luka lecet tekan / geser
pmasukan udara ke paru. • Goresan kuku
• Cara kematian : • Luka memar pada ujung hidung,
• Bunuh diri (suicide) pipi, dagu  korban melawan.
• Kecelakaan
• pembunuhan/
• Terjadi dgn benda lunak  pem
luar jenazah : tidak ditemukan
tanda kekerasan
Asifiksia Intraluminal
Gagging dan chocking
• Terjadi sumbatan jalan napas oleh • Kematian dapat tjd akibat :
benda asing  hamabatan udara • Bunuh diri
untuk masuk ke paru. • Pembunuhan
• Gagging  sumbatan dari rongga • Kecelakaan
mulut sampai ke orofaring
• Chocking  sumbatan pada • Ditemukan pd janazah :
laringofaring kebawah.
• tanda asfiksia
• Mekanisme kemarian : asfiksia / • Sumbatan dalam rongga mulut
refleks vagal  rangsangan oleh benda asing
reseptor n.vagus di arkus faring 
inhibisi kerja jtg dan kematian.
• Asfiksia seksual (errotic asphyxia) • Efek lanjut penekana sal napas :
pada kasus deviasi seksual  • Korban hidup : perbendungan ->
menggunakan cara gantung / perdarahan petekie menetap bbrp
jerat un/ mendapatkan kepuasan. hari
• Terlambatnhya mengendurkan • Jejas jerat membengkak dan keras 
tali / sukar melepaskan diri  menghilang 1-2 mgg
keadaan penurunan kesadaran. • Luka laring : sulit menelan, nyeri,
suara serak  selama bbtp hari – mgg
• Korban : laki-laki, pasca adolesens
 penyimpangan seksual. • Hipoksia serebral  koma, menetap,
sembuh  gejala sisa, psikosis,
kelainan neurologik
Traumatic asphyxia
• Mechanical fixation of the chest, and is important both because of its
frequency in accidents and because it provides the most extreme
demonstration of the ‘classic signs’ of asphyxia
• Whereas other types of mechanical asphyxia may cause obstruction
of air entry into the lungs, ‘traumatic asphyxia’ acts by restricting
respiratory movements and thus prevents inspiration.
• It was termed ‘traumatic’ because gross mechanical forces are usually
the reason
Postural asphyxia
• When a person remains in a certain position for an
extended time, either due to being trapped, or being
in a drunken or drugged state, there may be a
mechanical impediment to adequate respiratory
movements.
• The normal venous return to the heart may be
impaired
• ‘jack-knife’ position, with the upper half of their
body bent acutely downwards from the waist, may
have such impairment of their respiratory
movements that they become hypoxic and suffer
marked disturbance of their circulatory system,
especially the venous return to the heart.
LI 2 : TOKSIKOLOGI
FORENSIK
Toksikologi
• Toksikologi adalah ilmu yg mempelajari mengenai sumber, sifat, serta
kelainan yg didapatkan ada korban yg meninggal.
• Racun adalah zat yg bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yg dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau
mengakibatkan kematian

Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Penggolongan
Berdasarkan Sumber - Racun dari tumbuh-tumbuhan: Opium (dari papaver somniferum), kokain,
kurare, aflatoksin (dari aspergilus niger)
- Racun dari hewan: Toksin ular / laba-laba / hewan laut
- Racun dari mineral: Arsen, timah hitam
- Racun dari sintetik: Heroin
Berdasarkan Organ - Hepatotoksik
Tubuh - Nefrotoksik
Berdasarkan - Contoh: Racun yg mengikat gugus -SH (Sufidril)  Pb, yg berpengaruh pd
Mekanisme Kerja ATP-ase, yg membentuk met-Hb (nitrat dan nitrit)
Berdasarkan Racun - Di alam bebas: Gas racun di alam
Berada - Di rumah tangga: Deterjen, desinfektan, insektisida, pembersih (cleners)
- Di pertanian: Insektisida, herbisida, pestisida
- Di industri dan laboratorium: Asam dan basa kuat, logam berat
- Di makanan: CN dalam singkong, toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif
- Di obat: Hipnotik, sedatif, dll

Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Penggolongan
Berdasarkan Cara Lokal:
Kerja - H2SO4, HNO3, NaOH, KOH, golongan halogen (fenol, lisol, dan senyawa
logam)
- menimbulkan reaksi perangsangan, peradangan atau korosif 
menimbulkan rasa nyeri hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat
syok neurogenik.
Sistemik:
- Barbiturat, alkohol, morfin thd SSP, digitalis, oksalat thd jantung, CO thd Hb
darah.
Lokal dan Sistemik:
- Asam karbol menyebabkan erosi lambung dan sebagian yg diabsorbsi akan
menimbulkan depresi SSP

Sumber:Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia. 1997
Toksikologi Zat
• Carbon Monoxide Poisoning
• Carbon monoxide (CO) poisoning is probably the most common toxic condition to be
met with in routine forensic pathology.
• Causes of carbon monoxide poisoning
• Motor vehicle exhaust gases
• Domestic appliances
• Structural fires
• Industrial processes
• Incomplete combustion
• The autopsy in carbon monoxide poisoning
• colour of the skin, especially in areas of post mortem hypostasis
• The classical ‘cherry pink’ colour of carboxyhaemoglobin is usually evident if the
saturation of the blood exceeds about 30 per cent
• Blood analysis
Knights Forensic Pathology 4th edition (2016)
• Organophosphorus Poisoning
• Paraquat poisoning
• The autopsy in paraquat poisoning
• There may be ulceration around the lips and mouth from escape of paraquat
concentrate
• The mucosa of the mouth may be reddened or desquamated, and the oesophagus
may show worse changes, including casts of shed epithelium.
• The stomach may show erosion and patchy haemorrhages, or may be unremarkable
• The liver may show pallor or mottled fatty change to the naked eye. It is unusual for
any gross charges to be visible.
• Other organs show no specific changes, apart from the lungs; the kidneys may
reveal cortical pallor if there is renal failure
• Toxicology interpretation
• A fatal outcome is usually associated with plasma paraquat concentrations greater
than 0.2 mg/l at 24 h after ingestion and 0.1 mg/l at 48 h after ingestion.
• Paraquat is excreted over a long period and can be detected in urine at autopsy
many days after ingestion.
• Concentrations in excess of 0.07 mg/l have been found 26 days later

Knights Forensic Pathology 4th edition (2016)


• Organophosphorus pesticides
• Parathion (nitrostigmine) is extremely toxic and can be absorbed through the skin,
conjunctivae, lungs and gut  because inhibitory effect on plasma and erythrocyte
cholinesterases, acetylcholine builds up atneuromuscular junctions and other
neurotransmitter sites, resulting in hyperexcitability of both voluntary and involuntary
muscle.
• Death can occur in less than an hour after ingestion, though usually several hours
elapse in those who are not going to survive
• Autopsy appearances are more helpful than with many other compounds, in that
parathion is dissolved in a kerosene base, which can often be detected by its smell.
• A greenish colouring agent is often added to the commercial products.
• The stomach therefore may be seen to contain an oily, greenish scum.
• The gastric mucosa may be haemorrhagic, though this is too nonspecific to be of much
use, as is the common finding of haemorrhagic pulmonary oedema.
• Toxicology interpretation
• Post-mortem toxicology is usually conclusive in acute poisoning. The substance
resists post-mortem autolysis well and can be recovered from putrefied bodies.
Knights Forensic Pathology 4th edition (2016)
Keracunan sianida (CN)
• Racun yg sangat toksik karena dosis kecil cukup menimbulkan kematian
• Sering terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan
• Ada hidrogen sianida, garam sianida, dan cyanogen
• HCN cairan jernih, sifatnya asam, larut dalam air, alkohol, dan eter, punya
aroma khas bitter almond
• Garam sianida biasa dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja serta
penyepuhan emas dan perak
• Cyanogen dipakai dalam sintesis kimiawi
• Korban biasanya meninggal karena hipoksia tetapi darahnya kaya akan
oksigen karena CN menghambat pelepasan O2 ke jaringan
• Takaran toksik peroral HCN adalah 60-90 mg dan untuk KCN atau
NACN adalah 200 mg
• Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi dengan
kecepatan timbulnya gejala keracunan

20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa


jam

100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam

200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit

2000 ppm Meninggal seketika


• Tanda dan gejala

• Keracunan akut :
• Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian
timbul dalam beberapa menit
• Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan gejala-
gejala dramatis, mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah,
sesak nafas, hipersalivasi, mual muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi,
tinitus, pusing, dan kelelahan
• Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi
cepat dan lemah, pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil dilatasi dan
refleks melambat,udara nafas berbau amandel, muntahan tercium bau
amandel, dan saat menjelang kematian timbul kedut otot dan kejang dg
inkotinensia urin dan alvi
• Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual,
muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan,
pusing dan kelemahan ekstremitas, dapat kejang dan koma hingga
meninggal
• Keracunan kronik :
• Korban pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa tidak enak dalam
perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada, dan sesak nafas
• Bisa menyebabkan goiter dan hipotiroid
Keracunan Arsen
• Sering digunakan untuk membunuh orang lain, kadang bisa
juga karena meminum/ memakan minuman dan makanan yg
terkontaminasi dg arsen
• Kematian dengan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan
karena gejala keracunan akutnya menyerupai gejala gangguan
GI tract yang hebat sehingga sering salah diagnosa sebagai
suatu penyakit
• AsH3 (arsin) adalah golongan arsen yg paling berbahaya. Dia
tidak berwarna dan baunya seperti bawang
• Biasanya yang digunakan untuk membunuh As2O3 (racun
tikus). Bentuknya bubuk berwarna putih/ kristal, jernih, tidak
ada rasa dan tidak berbau, serta dalam larutan dia tidak
berwarna. Bentuk kristal > mudah larut dibanding bubuk
• Sumber :
• Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida, pembunuh lalat, racun
tikus, cat)
• Tanah
• Air yg terkontaminasi
• Bir
• Kerang ( keong, kepiting, ikan)
• Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
• Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)

• Nilai ambang batas arsen dalam air minum 0.2 ppm


• Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0.5 mg/kg, dan kuku
0.5 mg/kg. Saat keracunan kadar dalam rambut 0.75 mg/kg dan pada kuku 1mg/kg
atau lebih
• Tanda dan gejala
• Keracunan akut
• Gejala GI tract yang hebat
• Dimulai dari rasa terbakar di tenggorok dengan rasa logam di mulut, diikuti mual
muntah (isi lambung dapat keluar), muntahan dapat mengandung bubuk putih
dan kadang sedikit berdarah
• Diikuti nyeri epigastrium menjalar ke seluruh perut dan nyeri saat perabaan
diare hebat dan kadang dapat terlihat bubuk putih di kotoran seperti air cucian
beras, muntah dan berak hebat dapat berhenti spontan kemudian timbul lagi
• Akhirnya dehidrasi dan syok serta juga memperlemah kerja otot jantung dan
dilatasi kapiler sehingga syok makin berat dan akhirnya kematian
• Keracunan kronik
• Tampak lemah, melanosis arsenik ( pigmentasi warna kuning cokelat lebih jelas di
daerah fleksor, puting susu, dan perut sebelah bawah, serta aksila), rambut
tumbuhnya jarang
• Pigmentasi bintik” halus warna coklat di daerah pelipis, kelopak mata, dan leher. Mirip
yg terjadi pada Addison bedanya mukosa mulut tidak kena. Gambaran dan
distribusinya mirip pitriasis rosea bedanya menetap.
• Keratosis dapat ditemukan di telapak tangan dan kaki
• Gejala lainnya yaitu malaise, bb turun, mata berair, fotofobi, pilek kronis, mulut
kering, lidah tampak bulu” halus warna putih perak
• Gejala neurologik meliputi neuritis perifer, rasa tebal dan kesemutan awalnya pada
tangan dan kaki kemudian diikuti kelemahan otot, tidak stabil, kejang otot terutama
malam hari
Kokain
• Kokain merupakan stimulator sistem saraf otonom.
• Kokain hancur dengan cepat jika diberikan secara oral, karena itu kokain
biasanya dimasukkan kedalam tubuh dengan injeksi atau dihirup.
• Contoh kematian akibat kokain :
• Penyelundup kokain mati setelah paket obat yang disembunyikan di saluran
pencernaan mereka rusak, menyebabkan overdosis besar-besaran.
• Di daerah-daerah di mana penggunaan kokain umum, sebagian besar
kematian janin dikaitkan dengan narkotika.
• Studi menunjukkan bahwa kematian janin, abruptio placentae, dan
aborsi disebabkan oleh penggunaan kokain oleh ibu.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Dengan dosis 20-30 mg, kokain dapat menyebabkan kematian apabila digunakan
pada mukosa hidung, tetapi 1000 mg kokain yang dikonsumsi secara oral tidak
menyebabkan kematian.
• Pada pengguna yang sudah kronis, susah untuk memperkirakan dosis yang bersifat
letal.
• Dosis intravena kokain adalah 100 mg, dosis yang dianggap letal umumnya 10 kali
lebih besar, meskipun pada pengguna yang sudah kronis, jumlahnya bisa jauh lebih
besar karena sudah terdapat toleransi.
• Penyerapan melalui mukosa hidung kurang efektif dan dosis yang lebih besar
diperlukan untuk efek yang sama ketika digunakan secara parenteral.
• Dapat terjadi ulserasi dan perforasi pada septum hidung pengguna kokain kronis,
walau sangat langka.
• Kematian dapat terjadi dengan cepat saat terjadi overdosis atau hipersensitif kokain.
• Pada pengguna kokain pertama kali, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba akibat
cardiac arrest. Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]
Kokain
• Pada saat otopsi tidak terdapat karakteristik yang spesifik.
• Edema paru, yang sering terdapat pada kematian akibat heroin, tidak terdapat pada
kematian akibat kokain, meskipun kematiannya disebabkan juga oleh disritmia.
• Bahan pengencer yang digunakan bersamaan dengan obat dapat ditemukan di tempat
suntikan, kelenjar getah bening regional, di paru-paru dan di organ lain.
• Partikel kokain itu sendiri juga dapat ditemukan sebagai mikroemboli.
• Peningkatan tiba-tiba tekanan darah dapat terjadi, kadang peningkatan dapat mencapai
300 mmHg dan menyebabkan terjadinya cerebral haemorrhage sebagai komplikasi dari
hipertensi akut tersebut.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Infeksi piogenik sangat umum terjadi, disertai dengan terjadinya flebitis
dan abses embolik distal.
• Pada tempat bekas tusukan dapat ditemukan ulserasi.
• Dapat terjadi limfadenitis regional.
• Kalau sudah fatal dapat terjadi endocarditis. Dapat memengaruhi katup
jantung yang mana saja, termasuk katup jantung sebelah kanan yang
biasanya tidak terpengaruh post-rheumatic endocarditis.
• Organisme penyebab Streptococcus faecalis, Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa, serta beberapa jamur.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


Kokain
• Pada kultur darah post mortem biasanya ditemukan berbagai macam organisme yang berasal
dari kontamnasi. Hal tersebut menyebabkan penemuan organisme penyebab menjadi sulit,
tetapi pertumbuhan dominan dari suatu organisme dapat menjadi pertanda signifikan.
• Obat yang digunakan secara intravena, apabila obat tersebut memiliki partikel bahan lain
yang tercampur seperti starch atau talc dapat menyebabkan adanya foreign bodies
granulomata pada paru, ketika komponen yang tidak dapat larut sudah tersaring pada
kapiler paru.
• Foreign bodies granulomata merupakan karakteristik dari penyalahgunaan obat intravena,
saat dilihat dengan menggunakan polarizing microscope.
• Karena kokain banyak digunakan dengan dihirup, maka swab harus selalu dilakukan pada
setiap lubang hidung dengan menggunakan cotton-wool swab.
• Pemeriksaan darah, urin, isi perut, hati, dan sampel vitreous harus dilakukan saat otopsi.
• Jumlah kokain dalam darah yang berakibat fatal itu bervariasi, tetapi biasanya berkisar
sekitar 1-21 mg/l dengan rata-rata 5,3 mg/l.
Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]
Kokain
• Adanya kokain dan metabolitnya pada pemeriksaan forensic tidak
selalu menunjukkan penyalahgunaan kokain karena kokain dapat
digunakan sebagai anastesi local dan vasokonstriksi yang biasanya
digunakan pada operasi telinga, hidung, dan mata.

Knight’s Forensic Pathology [4th Edition]


The following information should be supplied and where necessary, supplemented
by direct discussion either in person or by telephone:
• The personal details of the deceased, including age, sex and where thought
relevant, the occupation (especially if in agriculture or industry).
• Brief details of symptoms, if any, and length of illness.
• The post-mortem interval before samples were obtained, and the actual date and
time of sampling.
• The name, address and telephone number of the pathologist.
• A list of all samples provided, with an indication of the sampling site for each.
• The nature of any preservative in each of the samples.
• If there has been a delay in submitting or transporting the samples, a note of the
condition under which they have been stored (for example, refrigeration or deep-
freeze).
• Any special risk associated with the samples must be communicated to the
laboratory. (HIV, hep B )
container
• They should either be new or, if previously used for other samples, have been
rigorously cleaned and sterilized. Even when they are new, it is preferable for
containers to be washed and sterilized before use unless the manufacturer’s
specifications clearly make this unnecessary. All containers must be chemically
clean, not just apparently clean to the naked eye.
Preservatives in samples

• Once the blood or urine has been withdrawn from the body, however,
further changes can be arrested by preservatives. It would seem that
for general use, a concentration of 1–2 per cent of sodium or
potassium fluoride is satisfactory. Fluoride should also be added to
urine and vitreous humour if alcohol estimations are required.
Cocaine and its metabolites are also labile in vitro, and fluoride should
be added to samples submitted for analysis for this drug.
• In all analyses for pharmaceutical drugs, two samples of blood should
be submitted, one plain in large volume of at least 25 ml and another
smaller sample in fluoride.
blood
Using needle
• Femoral vein
• Jugular vein
• Except from cardiac
Keracunan Barbiturat
• Long acting: barbitone, phenobarbitone, phenytoin. Msih digunakan
untuk epilepsi
• Intermediate acting: amylobarbitone, sodium amytal, pentobarbitone,
allobarbitone, butobarbitone and pentobarbitone.
• Short-acting: hexobarbitone, cyclobarbitone, secobarbital and
thiopentone.
Tanda dan Gejala
• Terjadi bila yang masuk >10x takaran hipnotik, tp ada juga yang bilang 15-20x
• Gejala bahaya timbul jika diminum PO 5 gram barbital, atau 1 gram luminal
atau amytal, atau 0,5 gram nembutal atau seconal
• takaran mematikan bagi orang dewasa 50-70 grain (1 gr=4,8 grain), tetapi
dapat pula dengan takaran 125,200 atau 300 grain

• Gejala keracunan akut: ataksia, vertigo, pembicaraan kacau, nyeri kepala,


parestesi, halusinasi, disdiadokokinesis, gelisah dan delirium, stupor yang
progresif dan kemudian terjadi koma dalam, disertai hilangnya refleks
dangkal dan dalam, serta dapat timbul refleks patologik (babinsky)
Tanda dan Gejala
• Gejala keracunan kronik (adiksi): kelainan psikiatrik berupa depresi
melankolik, regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil
• Kelainan neurologik: ataksi, oembicaraan kacau, kelemahan
intelektual, diplopia, kelemahan otot rangka
• Kelainan dermatologik: urtikaria, makulopapula, eritem

• Adiksi barbiturat kronik sering berkaitan dengan alkoholisme kronik


Tanda dan Gejala
Gejala putus obat
• Jika mengonsumsi ≥0,5 gr/hari dan diberhentikan tiba-tiba maka akan
muncul gejala abstensi dalam waktu 12-16 jam
• 24-36 jam kemudian: timbul rasa takut dan lemah, diikuti dengan
kedutan, tremor, refleks hiperaktif, insomnia, mual, kejang perut dan
muntah-muntah, kenaikan TD dan frek napas
ALKOHOL
• Keracunan alkohol menyebabkan ↓daya reaksi /
kecepatan,kemampuan u/ menduga jarak, keterampilan mengemudi,
↓ u/ mengontrol diri dan hilangnya kapasitas u/ berfikir kritis.

Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Idries AM, Sidhi, Hertian S,


dkk. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
TANDA DAN GEJALA KERACUNAN ALKOHOL
Kadar alkohol ggg keapikan keterampilan tangan dan perubahan tulisan tangan
10-20 mg%

30-40 mg% penciutan lapang pandang, ↓ ketajaman penglihatan, dan pemanjangan waktu reaksi

30-50 mg% Keterampilan mengemudi mulai turun, lebih jelas pada 150mg%

80 mg% Ggg penglihatan 3dimensi, kedalaman pandangan, ggg pendengaran serta ↓ kemampuan
pemusatan perhatian, konsentrasi, asosiasi dan analisa.

200 mg% Ggg bnyak bicara, refleks menurun, inkoordinasi otot2 kecil, kadang2 nistagmus dan sering
terdapat pelebaran PD kecil

250-300 mg% Penglihatan kabur, tdk dpt mengenali warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopia, sukar
memusatkan pandangan, nistagmus.
Bila kadar tambah meningkat timbul : tremor tangan dan bibir, bicara kacau, keterampilan
menurun, inkoordinasi otot dan otot tonus muka menghilang

400-500 mg% Aktivitas tonus otot menghilang sama sekali, timbul stupor atau koma, pernafasan perlahan dan
dangkal, suhu tubuh menurun.
KELAINAN DAN KERACUNAN ALKOHOL KRONIK
Saluran cerna Kelainan selaput lendir mulut, kerongkongan dan lambung berupa gastritis kronik
dgn aklorhidia, gastritis erosif hemoragik akut, pangkreatitis hemoragik, tumor
ganas mulut dan kerongkongan dan dapat timbul malabsopsi

Hati Penimbunan lemak pada sel hati, kadar SGOT, trigliserid dan as.urat meningkat.
Dpt timbul hepatitis alkololik kemudian sirosis dan hepatoma

Jantung Kardiomiopati alkoholik dgn payah jantung kiri/kanan dgn distensi pembuluh balik
leher, nadi lemah dan edem perifer.

Muskuloskeleta Miopati alkoholik


l

Saraf Polineuritis/ neuropati perifer akibat degenerasi serabut saraf dan mielin

Nutrisi Mengalami ggg akibat kebiasaan makan tidak baik shg timbul kelainan dgn gejala
spt defisiensi B1, B6, asam riboflavin dan nikotinat.
Sebab dan mekanisme kematian
KERACUNAN ALKOHOL
• Akibat gagal hati dan ruptur varises esofagus akibat hipertensi portal.
• Bisa akibat secara sekunder oleh pneumonia dan TBC.
• Pada peminum alkohol yg jatuh dlm keadaan mabuk dpt
menyebabkan memar korteks serebri, hematom subdural akut atau
kronik.
• Depresi pusat pernafasan terjadi pada kadar alkohol otak >450mg%
PEMERIKSAAN KERACUNAN ALKOHOL

KORBAN HIDUP KORBAN MATI

• bau alkohol keluar dari udara • Kelainan pada korban mati tidak khas
pernafasan (mungkin ditemukan gejala asfiksia) :
• Kadar alkohol urin seluruh organ ada tanda pembendungan,
• Kadar alkohol darah darah lebih encer, berwarna hitam gelap.
Mukosa lambung ada tanda
pembendungan, kemerahan, dan tanda
inflamasi tapi kadang tidak ada kelainan.
• Organ2 termasuk otak dan darah berbau
alkohol
• Histopatologi : edem dan pelebaran PD
otak dan selaput otak, degenerasi bengkak
keruh pada parenkim organ dan inflamasi
organ sal cerna
PEMERIKSAAN LAB KERACUNAN
ALKOHOL
• Diagnosis pasti dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah
• Kadar alkohol dr udara ekspirasi dan urin merupakan pilihan kedua
• Pada korban meninggal dpt ditambah pemeriksaan kadar alkohol
otak,hati atau organ lain atau cairan tubuh seperti cairan
serebrospinal.
• Pemeriksaan kadar alkohol dlm darah dan urin yg cukup sederhana
adalah teknik modifikasi mikrodifusi (conway) dengan reagen antie :
warna kuning kenari menunjukkan hasil negatif, warna kuning
kehijauan kadar etanol sekitar 80mg%, warna hijau kekuningan sekitar
300mg%
Bitter
• Pengambilan dan pengiriman • Orang mati:
bahan (orang hidup): • Seperti orang hidup.
• Secepatnya (sebelum tindakan • Sebagian jaringan organ, contoh:
terapi), jenis dan jumlah bahan • Hati 100 gram (dugaan keracunan
tergantung cara masuknya racun insektisida)
dan dugaan jenis racun. • Seluruh empedu (dugaan
• Umumnya: urin, keracunan morfin)
muntahan/bilasan lambung, • Darah yang diencerkan 1:5 utk
periksa Met-Hb (dugaan
darah, rambut, tinja keracunan Na nitrit)
• Dikemas di botol tanpa pengawet • Disertakan hasil autopsi.
 masuk ke kotak tertutup 
segel  beri label. • Jika menggali mayat dalam
kuburan: hanya organ-organ
• Sertakan bahan pada TKP sbg tubuh ttt dan isi lambung , tanah
pembanding  kirim ke lab tepat dibawah lambung dan
secepatnya  jika lama beri tanah norma (utk pembanding).
pengawet
LI 3 : Visum et repertum
Visum et Repertum
 keterangan yg dibuat dokter atas permintaan penyidik yg berwenang
mengenai hasil pemeriksaan medis thdp manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/ diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Peran & fungsi Visum et repertum
• Salah satu keterangan tertulis pengganti barang bukti dan saksi ahli
yang sah berdasarkan pasal 133 KUHP
• Berperan dlm proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia
• Pemberitahuan atau hasil pemeriksaan dokter merupakan alat bukti
 merupakan pengganti benda bukti
• Memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik yg tertuang di dalam bgian kesimpulan
Tujuan Visum et Repertum
• Sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang
buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan
alat bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHAP pasal 187 butir C.

• Ada 5 alat bukti yang sah menurut KUHP pasal 184 (petunjuk untuk hakim), yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa

• Ada 2 tujuan pembuatan VeR, yaitu:


1. Menyampaikan fakta berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap barang bukti
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat berdasarkan keilmuan
Format
• Projustitia
• Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dibuat utk tujuan peradilan.
• Bagian Pendahuluan
• Identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu
pemeriksaan, instansi peminta visum, nomer dan tanggal surat permintaan
• Identitas korban
• Dibagian ini dicantumkan ada/tidaknya label identifikasi dari pihak penyidik,
bentuk dan bahan label serta isi label identifikasi yang dilekatkan pada
“benda bukti”, biasanya pada ibu jari kaki kanan mayat.
• Penjabaran pasal 133 KUHAP ayat 1 dan ayat 2
3. Bagian Pemberitaan
• Hasil pemeriksaan terhadap “barang bukti” ditulis secara sistematik,
jelas, dapat dimengerti oleh orang yg tdk berlatar belakang
kedokteran
• Data disajikan dgn baik dan runut
• Harus bersifat fakta dan objektif
• Pada pemerikaan jenazah, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Pemeriksaan Luar
2. Pemeriksaan Dalam (bedah jenazah)
3. Pemeriksaan Lab. dan pemeriksaan pendukung lainnya
4. Kesimpulan
• Kesimpulan pemeriksa atas hasil pemeriksaan berdasar keilmuan
• Memuat resume ringkas kasus disertai interpretasi luka
• Mengenai jenis perlukaan/cedera, jenis kekerasan atau zat penyebab, derajat
luka, dapat diberikan gambaran mengenai benda penyebab luka (jika gambaran
luka khas) atau sebab kematiannya.
• Apabila memungkinkan tulis juga saat kematian
• Diterjemahkan dalam bahasa hukum. Sifatnya subjektif
• Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan
kapan perkiraan kejadiannya

5. Penutup
• Uraian kalimat penutup yg menyatakan penulisan ini dibuat dgn sebenarnya,
berdasar keilmuan, mengingat sumpah dan sesuai KUHAP
antiseptik
Jenis & bentuk VeR
• VeR perlukaan (termsk keracunan)
• VeR kejahatan susila Korban Tindak Pidana
• VeR jenasah
• VeR repertum psikiatrik  mengenai mental manusia (untuk pelaku
kejahatan/tersangka)

•  VeR sebaiknya diketik dg kepala surat institusi kesehatan yg melakukan


pemeriksaan, dlm bhs Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat
mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi
penjelasan.
JENIS VISUM
• Visum et Repertum korban hidup  visum yg diberikan u/ korban luka-luka
k/ kekerasan, keracunan, perkosaan.

-Visum et Repertum langsung  Langsung diberikan stlh pemeriksaan Korban, contoh


VeR Jenasah

-Visum et Repertum sementara


VeR yg diberikan pd korban yg msh dirawat
VeR yg diterbitkan belum ada kesimpulan
krn menunggu observasi lebih lanjut
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri
• Ada 3 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu
• Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
• Mengarahkan penyidikan
• Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara
terhadap tersangka
• Visum et Repertum lanjutan (dokter tidak tau kondisi awal, menangani proses
dari tengah)
• Setelah selesai perawatan korban sembuh
• Setelah mendapat perawatan, korban meninggal
VeR PADA KORBAN KEJAHATAN
SUSILA
• Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan VeR nya pada
dokter adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam
hukuman oleh KUHP, perbuatan cabul, dan perzinahan.

68
• Dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya persetubuhan atau perbuatan
cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia korban
• Periksa adakah penyakit hub. Seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatrik sbg akibat
dr tindakan pidana tsb
• Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan
adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang
• Dalam kesimpulan: tercantum perkiraan usia korban, ada atau tidaknya tanda
persetubuhan, dan bila mungkin menyebutkan waktu perkiraan kejadian, dan ada
tidaknya tanda kekerasan
• Bila ditemukan adanya tanda2 ejakulasi atau adanya tanda2 perlawanan (cth: darah
pd kuku korban), dokter berkewajiban mencari identitas tersangka mll pem. Gol.
Darah serta DNA
69
VeR pada kasus perlukaan
• Dokter hrs membuat catatan medis walaupun belum ada permintaan
surat VeR dari polisi.
• Di dlm pemberitaan disebutkan keadaan umum korban sewkt dtg,
luka2 atau cedera atau pnykt yg ditemukan pd PF berikut uraian ttg
letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pp, tindakan yg dilakukan,
riwayat perjlnan pnykt selama perjalanan, dan keadaan akhir saat
perawatan selesai.
Visum et Repertum Jenazah
• Jenazah yang akan dimintakan VeR harus diberi label yang memuat : identitas
mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada bagian tubuh
jenazah.
• Pada surat permintaan VeR harus jelas pemeriksaan apa yang diminta untuk
jenazah.
• Autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan atau bila dalam 2
hari tidak ada tanggapan dari keluarga, diatur dalam pasal 134 KUHP.
• Jenazah yang diperiksa dapat berupa jenazah yang didapat dari penggalian
kuburan (pasal 135 KUHP).
• Bila tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah maka penyebab kematian
dinyatakan tidak ditentukan pada kesimpulan.
VeR PSIKIATRIK
• Pasal 44 (1) KUHP: ‘Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat
dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana
• Diperuntukkan bagi tersangka/terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban.
• Pembuat visum sebaiknya seorang dokter psikiatri yang bekerja di RSJ
atau RSU
• Keadaan tertentu dmn kesaksian seseorang yang amat diperlukan
sedangkan ia terganggu kejiwaannya, jika ia bersaksi di pengadilan
maka kadang hakim juga meminta VeR psikiatrik
72
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidiki untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, Ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
(2) Permintaan keterangan ahli sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat
Prosedur pengadaan
• Prosedur permintaan VeR mayat (korban mati) telah diatur dalam
pasal 133 dan 134 KUHAP (untuk otopsi), yaitu dimintakan secara
tertulis
• Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang
memuat identitas mayat, di lak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat ( pasal 133
KUHAP (3)
Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal yang sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktan bedah mayat yang tidak mungkin dihindari lagi, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang perlu diberitahu penyidik akan
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133
(3)
Pasal 322 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib
disimpannya karena jabatan atau pencahariannya baik yang
sekarang maupun yang dulu, diancam dengan pidana paling lama
sembilan bulan atau denda paling banyak Rp. 600
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap orang tertentu maka perbuatan
itu hanya dapat dituntut atas pengadilan orang itu
Pasal 170 KUHAP
(1)Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari
kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi yaitu tentang hal
yang dipercayakan kepada mereka
LI 4 : SURAT KETERANGAN
KEMATIAN
Surat keterangan kematian
Surat keterangan u/ keperluan penguburan  identitas jenazah,
tempat, dan waktu meninggal
• Surat keterangan (laporan) kematian
• Harus diisi sebab kematian kematian secara klinik (hanya untuk pelaporan
ke dinas kesehatan)
• Lama menderita sakit hingga meninggal dunia
• Jenazah dibw keluar negeri  adanya penyakit menular harus dicantumkan
Prosedur pembuatan akta kematian
• Bedasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun
2008,  bahwa pencatatan kematian di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dilakukan pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tempat terjadinya kematian. 
• Jika warga yang meninggal di Rumah sakit, syaratnya harus
melampirkan surat keterangan kematian dari dokter, surat pengantar
pelaporan kematian dari RT/RW kemudian dibawa ke kelurahan. Di
kelurahan, pemohon akan mengisi formulir F-2.29, kemudian akan
mendapatkan surat pelaporan kematian. Kemudian pemohon ke
kecamatan untuk melakukan pemrosesan pencoretan Kartu Keluarga.
• Jika warga yang meninggal di rumah, pengurusan akta kematian
dilengkapi dengan surat keterangan kematian dari Puskesmas setempat
sebagai pengganti surat kematian dari RS. Pengurusan ini juga
menyertakan fotokopi Kartu Keluarga baru (baik dipisah ataupun tidak
tergantung yang meninggal kepala keluarga atau anggota keluarga),
fotokopi identitas pelapor, fotokopi identitas dua orang saksi dimana
saksi tersebut hadir di Disdukcapil setempat.
LI 5 : Analisis Kasus dan VeR
Pasien 1
• Dibawa ke IGD RS tidak sadarkan diri  Triase Hitam (sudah meninggal)
• Tanda kematian: lebam mayat berwarna merah keunguan gelap pada seluruh tubuh bagian
belakang, hilang pada penekanan (mulai 20 – 30 menit sampai 8 – 12 jam kematian) dan kaku
mayat pada seluruh tubuh, masih mudah dilawan (2 sampai 12 jam kematian)
• Perkiraan waktu kematian 2 – 8 jam sebelum dimulai pemeriksaan
• Berpesta sambil minum + membawa beberapa botol minuman keras  curiga intoksikasi alkohol
• Alkohol  bersifat iritatif terhadap mukosa lambung  gastrititis  terjadi muntah (ditemukan
bekas muntahan, pinggir mulut terlihat bekas cairan mengering)
• Penyebab kematian belum dapat ditentukan
• Secara teori, etanol ≥ 450 mg% di otak  depresi pusat pernafasan  henti nafas  kematian
• Posisi korban telentang  gaya gravitasi sehingga darah mengumpul ke bagian kepala, darah
yang terkumpul < o2, hipoksia jaringan  ilusi optik menyebabkan kepala terlihat lebih gelap
(dugaan sementara)
Pasien 2
• Tergantung  bunuh diri / dibunuh? • Luka lecet tekan daerah leher depan 
Mekanisme kematian: kerusakan pada jejas jerat  simpul letaknya dibelakang
batang otak / medulla spinalis akibat (180drjt dari luka lecet tekan)
dislokadi atau fraktur vertebra cercival,
asfiksia, iskemi otak, reflex vagal • Wajah tampak sembab  jerat lebar dan
lunak, menghambat sal. nafas dan vena
• Bubuk Kristal putih : metamfetamin dari kepala ke leher (arteri tidak) 
(stimulan), kokain (stimulan), heroin tampak bedungan pada sebelah atas
karena ditemukan bersamaan jarum ikatan
suntik (depresan)
• Bintik perdarahan pada konjungtiva, paru
• Pil : ekstaksi (stimulan), LSD (halusinogen),  tanda-tanda asfiksia (peningkatan
barbiturat (depresan)
tekanan vena akut saat asfiksia fase 2
• Jika zat yang ditemukan berupa stimulan, yang menyebabkan overdistensi dan
diduga korban dibunuh. pecahnya venula perifer berdinding tipis,
• Jika zat yang ditemukan depresan - > hipoksia juga merusak endotel kapiler)
menimbulkan tendensi untuk bunuh diri [Tardieu's spots]
-> kemungkinan korban gantung diri • Memar dan resapan darah pada jaringan
bawah kulit dan otot leher bagian depan
 tanda memar akibat kekerasan tumpul
Pasien 1
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur
Jalan Rs. Polri No.18 1 5, RT.1/RW.5, Kec. Kramat jati,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13510

Nomor : 1234-SK.III/5678/2-95
Lamp : Satu sampul tersegel
-----------------------------------------------------------------
Perihal : Hasil pemeriksaan pembedahan
--------------------------------------------------
atas jenazah Tn.T-------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTITIA No. 666/AB/RSX/2019 Jakarta, 27 November 2019

Yang bertanda tangan dibawah ini dr. X , dokter IGD RS XXX atas permintaan Kepolisian Sektor Jakarta
dengan nomor surat 1234/BC/KKX/2019 tertanggal dua puluh tujuh November tahun dua ribu
sembilan belas telah dilakukan pemerikaan autopsi pada tanggal dua puluh tujuh Desember tahun
dua ribu sembilan belas pukul sepuluh Waktu Indonesia Barat, bertempat di ruang bedah jenazah
Bagian Forensik RS XXX telah melakukan pemeriksaan atas jenazah menurut surat permintaan
tersebut adalah :
Nama :…………………
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : .................
Pekerjaan : ……………….
Alamat :………………..
-------------------------HASIL PEMERIKSAAN LUAR MAYAT ------------------------
1. Label mayat tidak ada.-------------------------------------------------------------------------------------- ---------------------------------
2. Tutup mayat tidak ada.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Perhiasan mayat tidak ada.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Pakaian mayat : Satu buah kaos dan satu buah celana jeans ----------------------------------------------------------------------
5. Benda di samping mayat : Botol-botol minuman keras. ----------------------------------------------------------------------------
6. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh mudah dilawan. Lebam mayat terdapat pada bagian belakang tubuh berwarna
merah keunguan gelap, hilang pada penekanan-------------------------------------------------------------------------
7. Mayat adalah seorang laki-laki, ras mongoloid, berumur dua puluh sampai dua puluh lima tahun, kulit berwarna sawo
matang, gizi baik, tinggi badan seratus tujuh puluh sentimeter, zakar disunat. -----------------------------------------
8. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang lima sentimeter. Wajah tampak berwarna lebih gelap dari bagian
tubuh lainnya. Alis mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang nol koma lima sentimeter. Bulu mata berwarna hitam,
tumbuh lurus, panjang nol koma lima sentimeter, kumis dan jenggot berwarna hitam tumbuh jarang dengan panjang nol
koma lima sentimeter.------------------------------------------------------------------------------
9. Mata kanan dan mata kiri tertutup. Pada mata kanan dan mata kiri, selaput bening mata agak keruh, teleng mata bulat
dengan garis tengah lima millimeter, tirai mata berwarna kecoklatan, selaput bola mata dan selaput kelopak mata berwarna
pucat.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk oval. Mulut terbuka nol koma lima sentimeter dan lidah tidak
terjulur. Di pinggir mulut tambpak beks cairan yang mengering ---------------------------------------------------------
11. Gigi geligi lain lengkap, berjumlah dua puluh delapan buah. -------------------------------------------------------------------
12. Dari lubang mulut dan lubang hidung kiri keluar cairan kemerahan. Dari lubang hidung kanan, telinga kanan, telinga kiri,
lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa.----------------------------------------------------
13. Luka-luka tidak ada. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan mayat laki-laki berusia dua puluh lima tahun ini tidak ditemukan luka
akibat kekerasan.--------------------------------------------------------------------------------
Perkiraan waktu kematian 2 – 8 jam sebelum pemeriksaan dimulai. Sebab matinya mayat ini
tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah
mayat.----------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.----------------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa

dr.X
Pasien 2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur
Jalan Rs. Polri No.18 1 5, RT.1/RW.5, Kec. Kramat jati, Kota
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13510

Nomor : 1234-SK.III/5678/2-95 Jakarta, 27 November 2019

Lamp : Satu sampul tersegel


-----------------------------------------------------------------
Perihal : Hasil pemeriksaan pembedahan
----------------------------------------------- atas jenazah
Tn.T-------------------------------------------------------------
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan dibawah ini Danisa Alfiyanti Praja, dokter pada bagian forensik RS Polri Kramat Jati
Jakarta Timur, atas permintaan dari Kepolisian Sektor XY Jakarta dengan nomor surat 01/AB/RSX/2019
tertanggal 27 November 2019, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh tujuh bulan
November tahun dua ribu sembilan belas, pukul sembilan pagi waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di
RS Polri Kramat Jati Jakarta Timur, telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 123-45-67
yang menurut surat tersebut adalah : -----
Nama : T ----------------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki – laki -------------------------------------------------------------------------------
Umur : 30 tahun ---------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia -------------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam -------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Karyawan -------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Kramat jati -------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah, terikat
pada ibu jarikaki kanan. -----------------------------------------------------------------------------------------
Hasil Pemeriksaan : 1. Ditemukan bubuk kristal putih berupa
metamfetamin , pil barbiturat dan satu
I. Pemeriksan Luar. jarum suntik berisi heroin
1. Luka lecet tekan di daerah leher bagian 2. Lebam mayat pada kaki, tangan dan
depan kelamin (kalo udh lama)
2. Wajah sembab dengan warna merah 3. Kaku
kebiruan 4. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa
3. Bintik bintik perdarahan di konjungtiva indonesia, umur kurang lebih tiga puluh
4. Mayat tidak terbungkus tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi
5. Mayat berpakaian sebagai berikut : - sedang, panjang badan seratus enam
kemeja lengan panjang warna biru puluh lima sentimeter dan berat badan
bergaris vertikal memanjang warna putih, enam puluh tiga kilogram dan zakar
merek Globe ukuran L dengan satu buah disunat.
saku pada bagian dada kiri, yang kosong. 5. Kedua mata tertutu, kedua teleng mata
Pada ujung lengan baju kanan dan kiri bundar dengan garis tengah empat
terdapat serbukan metamfetamin(?). - milimeter. Tirai mata berwarna coklat.
celana panjang tetrex tidak bermerek Tampak bintik-bintik perdarahan pada
berwarna hitam dengan dua buah saku selaput kedua bola mata
pada bagian belakang dan dua buah saku 6. Wajah tampak sembab dengan warna
pada bagian depan, yang kosong. merah kebiruan
6. Terdapat cincin dari logam berwarna 7. Pada leher bagian depan terdapat luka
kuning pada jari manis tangan kiri lecet tekan, jejas jerat membentuk sudut
yang membuka kearah bawah, diatas
krikoid. kulit mencekung ke dalam,
II. Pemeriksaan Dalam (bedah jenazah)
1. Jaringan dibawah kulit dan otot-otot leher bagian depan pada jejas jerat
terdapat memar dan resapan darah
2. Pada kedua permukaan paru tampak bintik-bintik perdarahan, berwarna
merah
Kesimpulan
Telah diperiksa mayat laki-laki berusia sekitar 30 tahun, pada pemeriksaan luar ditemukan
luka lecet tekan di daerah leher bagian depan akibat kekerasan tumpul, wajah sembab dengan
warna merah kebiruan, bintik bintik perdarahan di konjungtiva, dan pada pemeriksaan dalam
ditemukan memar dan resapan darah pada jaringan di bawah kulit dan otot-otot leher bagian
depan, permukaan paru terdapat bintik-bintik perdarahan.--------

Sebab matinya mayat adalah kekerasan tumpul dengan karatekteristik luka lecet tekan yang
melingkari leher dan menekan jalan nafas sehingga menimbulkan mati lemas.
Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sebenarnya berdasarkan keilmuan yang
sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa

dr. Danisa Alfiyanti Praja


NIP 13012345678
Kesimpulan & Saran
Kami telah mempelajari tentang jenis-jenis asfiksia, toksikologi forensik,
cara pembuatan VeR dan surat keterangan kematian.

Anda mungkin juga menyukai