Perencanaan ide kreatif dalam pengembangan karakter peserta didik juga harus
memiliki latar belakang yang mengarah pada efisiensi solusi untuk diterapkan pada peserta
didik. Melalui pengamatan dengan pemetaan keunggulan dan kelemahan sekolah dapat
menciptakan hasil maksimal dalam memberikan wadah peserta didik untuk menunjukkan
eksistensinya. Pemetaan tersebut menjadi penting sebagai dasar penciptaan tindakan yang
dilandaskan berdasarkan peluang yang ada untuk arah perubahan dengan mengetahui sumber
daya secara individual dan kelompok, seperti prestasi guru, prestasi siswa, dan prestasi
sekolah (Sukardi, 2019: 31). Pendidikan yang sukses dapat berjalan dengan baik apabila
proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kompetensi peserta didik. Selain itu juga
perlu suatu kerjasama yang kuat antara seluruh warga sekolah dalam menyelaraskan visi misi
yang dilaksanakan dengan solid. Sinergi antara pihak sekolah dapat dilakukan dengan
menggabungkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dalam satu wadah yang dapat
dimanfaatkan peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.
Pembelajaran yang diperoleh peserta didik dapat tersalurkan dengan baik melalui
pembentukan “Komunitas Ruang Karya”. Eksistensi peserta didik dalam menjadi pelajar
teladan akan tersalur dengan baik dalam ruang karya sebagai bentuk hasil tindakan kolaborasi
antara pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Ruang karya merupakan ruang bagi
peserta didik meningkatkan kemampuan yang dimiliki dirinya sesuai dengan karakter
masing-masing. Hal itu menjadi sesuatu yang penting sebab memberikan fasilitas peserta
didik berkarya akan memberikan kesan mendalam karena peserta didik memiliki output
pembelajaran yang dapat dinikmati dirinya dan orang lain. Selain itu juga memiliki dasar
bahwa pendidikan yang hanya terjadi di lingkungan kelas saja akan menimbulkan kesan
kurang memberikan motivasi bagi peserta didik dalam memfasilitasi karakter mereka. Oleh
karena itu adanya ruang karya ini bentuk aksi kolaborasi baru bagi pelaku pendidikan dengan
melihat arah pendidikan di Indonesia yang terus memperkuat pendidikan yang berkarakter
kuat sebagai perwujudan merdeka dalam belajar.
Ruang karya akan dapat berjalan dengan lingkup komunitas kecil maupun besar,
sehingga output yang akan dirasakan berupa gambaran gotong royong yang dilakukan oleh
berbagai pihak dalam lingkup sekolah. Hal itu akan memberikan gambaran tentang karakter
peserta didik yang beragam dapat tersalurkan dalam satu ruang yang sama. Dampak dari
kegiatan tersebut juga memberikan rasa sadar diri bagi peserta didik memahami bahwa
masing-masing individu teman sebaya memiliki karakter yang beragam. Melalui tindakan
maksimal pada situasi tersebut akan menyelaraskan pemikiran bersama tentang pentingnya
memahami tidak hanya pembelajaran di kelas dengan berdiferensiasi melainkan juga
memahami lingkungan yang berdiferensiasi.
Selain adanya pentas karya dalam ruang karya juga wadah peserta didik untuk
mengembangkan mading sebagai sarana menyampaikan ide kreatif yang dikemas secara
menarik. Pentingnya mading juga dijelaskan oleh Masruchin (2022: 92) sebagai fasilitas
peserta didik untuk melakukan aktivitas penyaluran bakat dan minat, sehingga peserta didik
mampu melakukan explorasi potensi yang dimiliki. Pengadaan mading dapat dilakukan
dengan fokus kepada pentingnya memiliki sikap nasionalis bagi peserta didik. Hal itu akan
memberikan stimulus peserta didik untuk menggali dirinya tentang menyampaikan informasi
dalam mading yang berisi tema nasionalis. Stimulus tersebut juga dapat memberikan dampak
penguatan karakter yang akan dimiliki peserta didik. Mading diorientasikan sebagai ruang
karya yang dapat diarahkan pula sebagai bentuk keaktifan sekolah dalam memfasilitasi
peserta didik. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pembelajaran bersama melalui mading. Oleh
karena itu, kolaborasi ruang karya yang dibentuk melalui komunitas baru menjadi wadah
untuk kegiatan pentas karya dan mading. Output kolaborasi tersebut merupakan langkah
dalam menggali kemampuan kognitif dan non kognitif peserta didik. Secara konkret melalui
pentas karya peserta didik mampu menggali kompetensi diri secara lebih spesifik. Pada sisi
lain tuang karya melalui mading sebagai bentuk kreatifitas peserta didik mewujudkan sikap
gotong royong mewadahi kreatifitas kelas yang dituangkan dalam karya mading.
Penerapan ruang karya yang telah dimaksud di atas dengan berbagai pelaksanaannya
yang terstruktur dapat memberikan jalan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi
jiwa kepimpinan dalam dirinya. Kepemimpinan tersebut menuntun pada suatu keahlian
dalam memberikan pengaruh pada individu atau sekelompok orang untuk memperoleh visi
atau tujuan (Latifah, 2021: 235). Melalui keahlian pengelolaan kelompok tersebut peserta
didik dapat memiliki kesempatan mengelola organisasi dengan baik. Pengelolaan ruang karya
tentu harus disusun secara terstruktur, sehingga proses pembentukan dan pengembangannya
dilakukan dengan melalui sistem pengelolaan organisasi dengan membentuk komunitas. Pada
penerapanannya ruang karya perlu membentuk komunitas baru untuk mengelola kegiatan di
dalamnya. Pelaku utama dalam kegiatan ruang karya ini yaitu peserta didik itu sendiri.
Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengelola langsung kegiatan sekolah akan
memberikan pengalaman baru. Melalui kegiatan tersebut yang dilakukan secara maksimal
dapat membentuk peserta didik yang terlibat dalam komunitas tersebut memiliki sikap
percaya diri, pantang menyerah, berani memimpin, dan kepribadian unggul. Sikap-sikap yang
diperoleh peserta didik melalui komunitas ruang karya ini dapat menjadi sarana memotivasi
peserta didik yang lain dengan terlibat secara aktif sebagai pelaku kedua dalam
menyampaikan ide kreatifnya sebagai aktor dalam mengisi kegiatan di ruang karya.
Kegiatan yang dilakukan dalam ruang karya dapat disusun dengan
mempertimbangkan informasi aktual sebagai latar belakang karya yang akan disajikan.
Pentas karya dan mading merupakan dua hal yang berbeda tetapi memiliki persamaan dalam
menciptakan ruang bagi peserta didik menyampaikan hasil dari proses pembelajaran. Melalui
pentas karya peserta didik memiliki ruang yang luas dalam mengekspresikan dirinya. Disisi
lain mading merupakan ruang bagi peserta didik menyajikan karya yang memiliki nilai ide
kreatif gotong royong untuk membentuk karya yang memfasilitasi ide kelompok kelas yang
dilakukan sesuai program terstruktur komunitas ruang karya.
Pengalaman baru pada proses pembentukan komunitas ruang karya ini juga mengarah
pada keharusan peserta didik dapat mengelola suatu organisasi. Pengelolaan organisasi
memberikan pengalaman bagi peserta didik dalam menciptakan peluang hingga melakukan
pemecahan masalah untuk mewujudkan peluang. Komunitas yang dibangun oleh peserta
didik juga memiliki relevansi dengan pengembangan Kurikulum Merdeka dalam pendidikan.
Melalui komunitas penguatan karakter peserta didik dapat tersalurkan sesuai dengan
minatnya memosisikan diri dalam komunitas tersebut. Kemudian, secara menyeluruh
“Komunitas Ruang Karya” ini merupakan wadah yang dibentuk untuk mewadahi kreatifitas
peserta didik yang dituangkan dalam pentas karya dan mading. Lalu, ruang karya yang
memposisikan peserta didik juga sebagai pelaku dalam pengelolaan komunitas selain guru
sebagai pembina, maka dapat memberikan pembelajaran dalam mengelola diri untuk mandiri
dalam melakukan kegiatan.
Komunitas ruang karya ini juga sebagai jembatan peserta didik untuk memahami
manajemen kegiatan yang harus dicapai bersama. Manajemen tersebut juga tidak hanya
terjadi dalam interaksi antar peserta didik tetapi dampak luasnya berupa interaksi yang
terjalin antara peserta didik dengan pihak sekolah. Tindakan tersebut dapat dimaksimalkan
sehingga output selain peserta didik memiliki penguatan karakter sesuai kurikulum
pendidikan yang baru, peserta didik juga memiliki pengalaman mengelola dirinya untuk
dipergunakan dalam jenjang pendidikan lanjut atau dalam lingkup sosial masyarakat. Hal itu
sangat beralasan karena di era sekarang peserta didik memiliki berbagai akses komunikasi,
sehingga dengan pengalaman pembelajaran yang saling sinergi dengan perkembangan
pendidikan maka dapat menghasilkan peserta didik yang bisa memanfaatkan perkembangan
teknologi secara bijak. Selain itu peserta didik juga dapat memanfaatkan ruang belajar di
sekolahnya sebagai ruang unjuk karya atas karya peserta didik sebagai bentuk peningkatan
karakter.
Daftar Pustaka