Anda di halaman 1dari 6

Komunitas Ruang Karya Tempat Unjuk Eksistensi Peserta Didik

Oleh: Bahaudin Alfiansyah Syafi’i


(2217363107)
PBSI UAD PPG Prajabatan 2022

Perkembangan pendidikan di Indonesia mengalami proses yang panjang untuk


membentuk karakter bangsa yang berbudaya. Proses panjang tersebut membawa pada
munculnya prakarsa baru tentang pengelolaan pendidikan yang mengarah pada
pengembangan karakter peserta didik. Munculnya tindakan pendidikan yang memfokuskan
generasi penerus tentang pengembangan karakter sangat beralasan seiring perkembangan
zaman. Era sekarang setiap individu memiliki akses tidak terbatas dalam menggali informasi
di dunia maya. Hal itu akan berdampak pada penanaman pola pikir generasi apabila tidak
diikuti dengan penguatan karakter pribadi akan menimbulkan perspektif baru yang bisa
bertentangan dengan karakter bangsa Indonesia. Seperti yang dijabarkan oleh Rohendi (2016:
2), pendidikan karakter menjadi aspek penting karena pendidikan tidak hanya menjadikan
peserta didik cerdas, pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam
kehidupan. Ia juga memposisikan dirinya, bahwa dunia pendidikan diharapkan sebaga motor
penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sebab karakter merupakan hal penting
dalam penerapan di masyarakat, sehingga tidak ada perilaku menyimpang. Tantangan
tersebut menjadi tantangan baru yang harus dilalui dengan pendekatan-pendekatan yang
mengarah pada kemampuan mengendalikan diri oleh generasi penerus yang berposisi sebagai
peserta didik. Oleh karena itu, pemerintah sudah membaca kemungkinan dampak negatif dan
positif dari perkembangan zaman. Ide cemerlang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dengan melakukan tindakan penguatan pendidikan karakter melalui implementasi kurikulum
merdeka untuk pendidikan di Indonesia.

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang secara umum mengarah pada


peningkatan karakter peserta didik melalui pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran
tersebut dilakukan dengan memerhatikan karakter dari masing-masing peserta didik dengan
memfasilitasinya melalui konten pembelajaran beragam (Nurani, 2022: 2). Peluang baik yang
diperoleh dari situasi ini yaitu lingkungan pendidikan harus dapat memfasilitasi kreatifitas
peserta didik dengan maksimal. Peserta didik merupakan aset pendidikan yang menjadi agen
perubahan suatu bangsa, sehingga membentuk seseorang memiliki karakter unggul juga harus
diikuti dengan tindakan konkret untuk memberikan ruang bagi mereka menunjukkan
eksistensinya sebagai pelajar teladan. Kegiatan yang menunjang segala kreatifitas peserta
didik dapat terfasilitasi dengan baik apabila lingkungan pendidikan memberi dukungan yang
membentuk motivasi tinggi dalam meningkatkan kemampuan kognitif maupun non kognitif
peserta didik. Hal itu juga disampaikan oleh Samani dalam Ramdhani (2014: 30), bahwa
lingkungan pendidikan merupakan bagian yang memengaruhi kepribadian seseorang
berdasarkan interaksi yang dilakukan, sehingga menjadi aspek yang mengarah pada
pembentukan karakter seseorang.

Perencanaan ide kreatif dalam pengembangan karakter peserta didik juga harus
memiliki latar belakang yang mengarah pada efisiensi solusi untuk diterapkan pada peserta
didik. Melalui pengamatan dengan pemetaan keunggulan dan kelemahan sekolah dapat
menciptakan hasil maksimal dalam memberikan wadah peserta didik untuk menunjukkan
eksistensinya. Pemetaan tersebut menjadi penting sebagai dasar penciptaan tindakan yang
dilandaskan berdasarkan peluang yang ada untuk arah perubahan dengan mengetahui sumber
daya secara individual dan kelompok, seperti prestasi guru, prestasi siswa, dan prestasi
sekolah (Sukardi, 2019: 31). Pendidikan yang sukses dapat berjalan dengan baik apabila
proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kompetensi peserta didik. Selain itu juga
perlu suatu kerjasama yang kuat antara seluruh warga sekolah dalam menyelaraskan visi misi
yang dilaksanakan dengan solid. Sinergi antara pihak sekolah dapat dilakukan dengan
menggabungkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dalam satu wadah yang dapat
dimanfaatkan peserta didik untuk meningkatkan kompetensinya.

Pembelajaran yang diperoleh peserta didik dapat tersalurkan dengan baik melalui
pembentukan “Komunitas Ruang Karya”. Eksistensi peserta didik dalam menjadi pelajar
teladan akan tersalur dengan baik dalam ruang karya sebagai bentuk hasil tindakan kolaborasi
antara pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Ruang karya merupakan ruang bagi
peserta didik meningkatkan kemampuan yang dimiliki dirinya sesuai dengan karakter
masing-masing. Hal itu menjadi sesuatu yang penting sebab memberikan fasilitas peserta
didik berkarya akan memberikan kesan mendalam karena peserta didik memiliki output
pembelajaran yang dapat dinikmati dirinya dan orang lain. Selain itu juga memiliki dasar
bahwa pendidikan yang hanya terjadi di lingkungan kelas saja akan menimbulkan kesan
kurang memberikan motivasi bagi peserta didik dalam memfasilitasi karakter mereka. Oleh
karena itu adanya ruang karya ini bentuk aksi kolaborasi baru bagi pelaku pendidikan dengan
melihat arah pendidikan di Indonesia yang terus memperkuat pendidikan yang berkarakter
kuat sebagai perwujudan merdeka dalam belajar.

Ruang karya akan dapat berjalan dengan lingkup komunitas kecil maupun besar,
sehingga output yang akan dirasakan berupa gambaran gotong royong yang dilakukan oleh
berbagai pihak dalam lingkup sekolah. Hal itu akan memberikan gambaran tentang karakter
peserta didik yang beragam dapat tersalurkan dalam satu ruang yang sama. Dampak dari
kegiatan tersebut juga memberikan rasa sadar diri bagi peserta didik memahami bahwa
masing-masing individu teman sebaya memiliki karakter yang beragam. Melalui tindakan
maksimal pada situasi tersebut akan menyelaraskan pemikiran bersama tentang pentingnya
memahami tidak hanya pembelajaran di kelas dengan berdiferensiasi melainkan juga
memahami lingkungan yang berdiferensiasi.

Tindakan konkret dalam mengembangkan ruang karya tersebut berupa memberikan


ruang peserta didik untuk melakukan pentas karya dan pembuatan mading. Pentas karya
seperti halnya panggung hiburan yang diperuntukan untuk seluruh warga sekolah dalam
menikmati karya sebagai pendidikan, hiburan, dan refleksi diri dalam penguatan karakter
(Sukirman, 2021: 19). Pentas karya yang ada di ruang karya mengarah pada kegiatan yang
tidak hanya terfokus pada tindakan gerak tubuh melainkan juga memfasilitasi karakter
peserta didik yang memiliki kemampuan berkarya tanpa ingin dilihat orang banyak dengan
wujud karya tulis. Pentas karya secara spesifik menjadi pengisi ruang karya dengan contoh
membaca puisi, bernyanyi, video karya peserta didik, karya tulis, dan karya kreatifitas
lainnya dengan kolaborasi berbagai mata pelajaran. Berbagai kegiatan tersebut menjadi
semakin optimal dengan pelaksanaannya dilakukan melibatkan seluruh peserta didik yang
terbagi dalam kelompok kelas untuk menunjukkan eksistensi kelasnya sesuai dengan waktu
unjuk karya yang telah ditentukan. Selain itu, ide tuang karya juga tidak selalu dilakukan
dalam tempat nyata melainkan juga dapat disalurkan dalam wujud pemanfaatan media sosial.
Pemanfaatan tersebut dapat direalisasikan dengan memberikan kesempatan peserta didik
mengunggah karyanya sebagai konten dalam mengisi media sosial milik masing-masing
individu. Proses ini juga mengarah pada munculnya rasa alamiah tentang jiwa kompetisi yang
muncul dari masing-masing individu untuk dapat memberikan karya terbaiknya dalam
menunjukkan eksistensi peserta didik yang dimaksud.

Selain adanya pentas karya dalam ruang karya juga wadah peserta didik untuk
mengembangkan mading sebagai sarana menyampaikan ide kreatif yang dikemas secara
menarik. Pentingnya mading juga dijelaskan oleh Masruchin (2022: 92) sebagai fasilitas
peserta didik untuk melakukan aktivitas penyaluran bakat dan minat, sehingga peserta didik
mampu melakukan explorasi potensi yang dimiliki. Pengadaan mading dapat dilakukan
dengan fokus kepada pentingnya memiliki sikap nasionalis bagi peserta didik. Hal itu akan
memberikan stimulus peserta didik untuk menggali dirinya tentang menyampaikan informasi
dalam mading yang berisi tema nasionalis. Stimulus tersebut juga dapat memberikan dampak
penguatan karakter yang akan dimiliki peserta didik. Mading diorientasikan sebagai ruang
karya yang dapat diarahkan pula sebagai bentuk keaktifan sekolah dalam memfasilitasi
peserta didik. Hal itu sekaligus sebagai bentuk pembelajaran bersama melalui mading. Oleh
karena itu, kolaborasi ruang karya yang dibentuk melalui komunitas baru menjadi wadah
untuk kegiatan pentas karya dan mading. Output kolaborasi tersebut merupakan langkah
dalam menggali kemampuan kognitif dan non kognitif peserta didik. Secara konkret melalui
pentas karya peserta didik mampu menggali kompetensi diri secara lebih spesifik. Pada sisi
lain tuang karya melalui mading sebagai bentuk kreatifitas peserta didik mewujudkan sikap
gotong royong mewadahi kreatifitas kelas yang dituangkan dalam karya mading.

Penerapan ruang karya yang telah dimaksud di atas dengan berbagai pelaksanaannya
yang terstruktur dapat memberikan jalan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi
jiwa kepimpinan dalam dirinya. Kepemimpinan tersebut menuntun pada suatu keahlian
dalam memberikan pengaruh pada individu atau sekelompok orang untuk memperoleh visi
atau tujuan (Latifah, 2021: 235). Melalui keahlian pengelolaan kelompok tersebut peserta
didik dapat memiliki kesempatan mengelola organisasi dengan baik. Pengelolaan ruang karya
tentu harus disusun secara terstruktur, sehingga proses pembentukan dan pengembangannya
dilakukan dengan melalui sistem pengelolaan organisasi dengan membentuk komunitas. Pada
penerapanannya ruang karya perlu membentuk komunitas baru untuk mengelola kegiatan di
dalamnya. Pelaku utama dalam kegiatan ruang karya ini yaitu peserta didik itu sendiri.
Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengelola langsung kegiatan sekolah akan
memberikan pengalaman baru. Melalui kegiatan tersebut yang dilakukan secara maksimal
dapat membentuk peserta didik yang terlibat dalam komunitas tersebut memiliki sikap
percaya diri, pantang menyerah, berani memimpin, dan kepribadian unggul. Sikap-sikap yang
diperoleh peserta didik melalui komunitas ruang karya ini dapat menjadi sarana memotivasi
peserta didik yang lain dengan terlibat secara aktif sebagai pelaku kedua dalam
menyampaikan ide kreatifnya sebagai aktor dalam mengisi kegiatan di ruang karya.
Kegiatan yang dilakukan dalam ruang karya dapat disusun dengan
mempertimbangkan informasi aktual sebagai latar belakang karya yang akan disajikan.
Pentas karya dan mading merupakan dua hal yang berbeda tetapi memiliki persamaan dalam
menciptakan ruang bagi peserta didik menyampaikan hasil dari proses pembelajaran. Melalui
pentas karya peserta didik memiliki ruang yang luas dalam mengekspresikan dirinya. Disisi
lain mading merupakan ruang bagi peserta didik menyajikan karya yang memiliki nilai ide
kreatif gotong royong untuk membentuk karya yang memfasilitasi ide kelompok kelas yang
dilakukan sesuai program terstruktur komunitas ruang karya.

Pengalaman baru pada proses pembentukan komunitas ruang karya ini juga mengarah
pada keharusan peserta didik dapat mengelola suatu organisasi. Pengelolaan organisasi
memberikan pengalaman bagi peserta didik dalam menciptakan peluang hingga melakukan
pemecahan masalah untuk mewujudkan peluang. Komunitas yang dibangun oleh peserta
didik juga memiliki relevansi dengan pengembangan Kurikulum Merdeka dalam pendidikan.
Melalui komunitas penguatan karakter peserta didik dapat tersalurkan sesuai dengan
minatnya memosisikan diri dalam komunitas tersebut. Kemudian, secara menyeluruh
“Komunitas Ruang Karya” ini merupakan wadah yang dibentuk untuk mewadahi kreatifitas
peserta didik yang dituangkan dalam pentas karya dan mading. Lalu, ruang karya yang
memposisikan peserta didik juga sebagai pelaku dalam pengelolaan komunitas selain guru
sebagai pembina, maka dapat memberikan pembelajaran dalam mengelola diri untuk mandiri
dalam melakukan kegiatan.

Komunitas ruang karya ini juga sebagai jembatan peserta didik untuk memahami
manajemen kegiatan yang harus dicapai bersama. Manajemen tersebut juga tidak hanya
terjadi dalam interaksi antar peserta didik tetapi dampak luasnya berupa interaksi yang
terjalin antara peserta didik dengan pihak sekolah. Tindakan tersebut dapat dimaksimalkan
sehingga output selain peserta didik memiliki penguatan karakter sesuai kurikulum
pendidikan yang baru, peserta didik juga memiliki pengalaman mengelola dirinya untuk
dipergunakan dalam jenjang pendidikan lanjut atau dalam lingkup sosial masyarakat. Hal itu
sangat beralasan karena di era sekarang peserta didik memiliki berbagai akses komunikasi,
sehingga dengan pengalaman pembelajaran yang saling sinergi dengan perkembangan
pendidikan maka dapat menghasilkan peserta didik yang bisa memanfaatkan perkembangan
teknologi secara bijak. Selain itu peserta didik juga dapat memanfaatkan ruang belajar di
sekolahnya sebagai ruang unjuk karya atas karya peserta didik sebagai bentuk peningkatan
karakter.
Daftar Pustaka

Latifah, Zauhar. (2021). Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi. Seminar Nasional


Magister Manajemen Pendidikan UNISKA MAB, 1 (1).
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/PIUOK/article/view/4722
Masruchin, dkk. (2022). Pemberdayaan Mading sebagai Wadah Kreativitas Anak-Anak Usia
Dini di TK ABA V Kedung Peluk Candi. Informatika: Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 3 (2), 91-96.
https://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/abdimas_if/article/view/2915
Nurani, dkk. 2022. Serba-serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar. Direktorat
Sekolah Dasar.
Ramdhani, Ali Muhammad. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan
Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 8 (1), 28-37.
https://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/69
Rohendi, Edi. (2016). Pendidikan Karakter di Sekolah. Edu Humaniora: Jurnal Pendidikan
Dasar, 3 (1). https://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/view/2795
Sukardi, dkk. (2019). Pemetaan Kultur Sekolah untuk Mendiseminasikan Keunggulan: Model
Gugus dari Sekolah Inti ke Sekolah Imbas. Jurnal Foundasia, 10 (1), 22-34.
https://journal.uny.ac.id/index.php/foundasia/article/view/27555
Sukirman. (2021). Karya Sastra Media Pendidikan Karakter bagi Peserta Didik. Jurnal
Konsepsi, 10 (1). https://p3i.my.id/index.php/konsepsi/article/view/4

Anda mungkin juga menyukai