PENDAHULUAN
1.3 Sasaran
Sasaran pelayanan KIA adalah Ibu dan Anak usia 0-5 tahun, calon pengantin, ibu
hamil, ibu nifas
1
dari pasien ke tenanga kesehatan begitupun sebaliknya. Adapun ruang lingkup pelayanan
KIA :
1. Pelayanan KIA dalam gedung
2. Pelayanan KIA di luar gedung
2
l. Persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien secara
hukum atas dsar penjelasan Nakes kepada pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
Tenaga gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti
pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), pelatihan Konselor ASI,
Pelatihan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA). Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan , dan lain-lain. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar
belakang pendidikan gizi.
d. Tenaga kesehatan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan KIA di Puskesmas
seperti, tenaga Farmasi, Gigi, Analisis Laboratorium dan lain-lain.
JENIS
NO UNIT LAYANAN PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN
TENAGA
4
apoteker Puskesmas termasuk gudang obat
SPK 1 orang
Staff
Penanggung jawab VK
5
SMA 1 orang
BAB III
STANDAR FASILITAS
MEJA LEMARI
KOMPUTER DOKTER
TEMPAT
PERIKSA
KURSI
WASTAFEL
6
UKUR TINGGI BADAN
DAN BERAT BADAN
TEMPAT
SAMPAH
MEDIS
TIMBANGAN MEJA
PINTU MEJA MTBS KULKAS
BAYI PERIKSA IMUNISASI
VAKSIN
Keterangan :
B T
3.2 Standar Fasilitas
S
Ruangan Kesehatan Ibu dan Anak
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN PUSKESMAS
NO JENIS PERALATAN RAWAT INAP
STANDART ALKES SESUAI
PERMENKES 75 TAHUN 2014
I. Set Kesehatan Ibu dan Anak
Luas kamar periksa KIA Imunisasi 20 m2
6 buah
4 Kursi
1 buah
5 Kulkas vaksin
6 Timbangan bayi 1 buah
7 Timbangan injak + tinggi badan 1 buah
II. Perlengkapan
7
1 Korentang, penjepit sponge (foerster) 1 buah
2 Lemari buku 1 buah
3 Tempat alkohol (dappen glas) 1 buah
4 Tempat betadine 1 buah
5 Tensi meter 1 buah
6 Stetoscope 1 buah
7 Funduskupe 1 buah
8 Doppler
Toples kapas logam dengan pegas dan tutup ( 50 x 70
1 buah
9 mm )
10 Reflek hammer 1 buah
11 Metlin 1 buah
12 Tong spatel 1 buah
13 Pengukur LILA 1 buah
14 Termometer 1 buah
15 Waskom bengkok ( Neirbeken ) 1 buah
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Anamnesis
Keluhan
1. Haid yang terhenti
2. Mual dan muntah pada pagi hari
3. Ngidam.
4. Sering buang air kecil
5. Pengerasan dan pembesaran payudara
6. Puting susu lebih hitam
9
Faktor Resiko
Pada kehamilan perlu diwaspadai hal-hal di bawah ini:
1. Bila pada kehamilan sebelumnya terdapat riwayat obstetrik sebagai berikut:
a. Lahir mati atau bayi mati umur < 28 hari
b. > 3 abortus spontan
c. Berat badan bayi < 2500 gram
d. Berat badan bayi > 4500 gram
e. Dirawat di rumah sakit karena hipertensi, preeklampsia atau eclampsia
f. Operasi pada saluran reproduksi khususnya operasi seksiosesaria
2. Bila pada kehamilan saat ini:
a. Usia ibu di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun
b. Ibu memiliki rhesus (-)
c. Ada keluhan perdarahan vagina
3. Bila ibu memiliki salah satu masalah kesehatan di bawah ini:
a. Diabetes Mellitus/ kencing manis
b. Penyakit jantung
c. Penyakit ginjal
d. Penyalahgunaan obat
e. Konsumsi rokok, alkohol dan bahan adiktif lainnya
f. Penyakit menular TB, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
g. Penyakit kanker
10
a. Observasi varises, kondilomata, edema, haemorhoid atau abnormalitas lainnya.
b. Pemeriksaan vaginal toucher: memperhatikan tanda-tanda tumor.
c. Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa serviks, tanda-tanda infeksi,
ada/tidaknya cairan keluar dari osteum uteri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
2. Pemeriksaan darah: Golongan darah ABO trimester 1, Hb dilakukan pada trimester 1
dan 3, kecuali bila tampak adanya tanda-tanda anemia berat.
3. Pemeriksaan lain: kadar glukosa darah dan protein urin sesuai indikasi.
4. Pada ibu hamil beresiko dilakukan pemeriksaan: BTA, HIV, HbsAg
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosisi ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik/obstetrik, dan pemeriksaan
penunjang.
Tanda tak pasti kehamilan: Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
Tanda pasti Kehamilan:
1. Bunyi jantung janin/BJJ (bila umur kehamilan/UK> 8 minggu) dengan BJJ
normal 120-160 kali per menit,
2. Gerakan janin (bila UK> 12 minggu)
3. Bila ditemukan adanya janin pada pemeriksaan obstetrik.
11
Pemeriksaan dan Tindakan Trimester
I II III
Anamnesis
Riwayat medis lengkap √
Catatan pada kunjungan sebelumnya √ √
Keluhan yang mungkin dialami selama hamil √ √
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik umum lengkap √ √ √
Keadaan umum √ √ √
Tekanan darah √ √ √
Suhu tubuh √ √ √
Tinggi badan √
Berat badan √ √ √
LILA √
Gejala anemia (pucat, nadi cepat √ √ √
Edema √ √ √
Tanda bahaya lainnya (sesak, perdarahan, dll) √ √ √
Pemeriksaan terkait masalah yang ditemukan pada √ √
kunjungan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Obstetri
Vulva/perineum √ √ √
Tinggi fundus √ √
√ √
Pemeriksaan Leopold
√ √
Denyut jantung janin
Pemeriksaan penunjang
Golongan darah ABO dan rhesus √
Gula darah * * *
Kadar Hb √ * √
Kadar protein urin *
Tes HIV
*
√
Tes HbsAg √
Imunisasi, Suplementasi, dan KIE
Skrining status TT dan imunisasi sesuai status √
Zat besi dan asam folat √ √ √
KIE (sesuai materi) √ √ √
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
1. Memberikan jadwal pemeriksaan berkala kepada calon ibu selamamasa kehamilan
Jumlah kunjungan Waktu kunjungan yang
Trimester
minimal dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24 – 28
Antara minggu ke 30 -32
III 2x
Antara minggu ke 36 – 38
12
2. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas dan laktasi.
3. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai: sakit kepala lebih dari biasa, perdarahan
per vaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri
abdomen (epigastrium),mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak bergerak
sebanyak biasanya.
4. Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini
(IMD).
5. Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi,
TBC, HIV, serta infeksi menular seksuallainnya.
6. Minum cukup cairan
7. Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh:
nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut,
bayam, 1 sendok teh minyak goreng, dan 400 ml air.
8. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
9. Ajarkan metoda mudah untuk menghitung gerakan janin dalam 12 jam
Medikamentosa
1. Memberikan zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari dan folat 250mikogram 1-2
kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl dosis ditingkatkan menjadi dua kali. Apabila dalam
follow up selama 1 bulan tidak ada perbaikan, dapat dipikirkan kemungkinan penyakit
lain (talasemia, infeksi cacing tambang, penyakit kronis TBC)
2. Memberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) apabila pasien memiliki risiko terjadinya
tetanus pada proses melahirkan dan buku catatan kehamilan.
Komplikasi: -
13
4. Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara psikologis maupun finansial, bila
memungkinkan siapkan suami siaga
5. Dukung intake nutrisi yang seimbang bagi ibu hamil.
6. Dukung ibu hamil untuk menghentikan pemberian ASI bila masih menyusui.
7. Dukung memberikan ASI eksklusif untuk bayi yang nanti dilahirkan.
8. Siapkan keluarga untuk dapat menentukan kemana ibu hamil harus dibawa bila ada
perdarahan, perut dan/atau kepala terasa sangat nyeri, dan tanda-tanda bahaya lainnya,
tulis dalam buku pemeriksaan alamat rujukan yang dapat dituju bila diperlukan.
Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Kriteria Rujukan
1. Trimester 1
Hyperemesis
Perdarahan per vaginam atau spotting
Trauma
2. Trimester 2
Perdarahan pervaginam atau spotting
Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
Gejala preeklampsia, hipertensi, proteinuria
Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin)
Ibu tidak merasakan gerakan bayi
3. Trimester 3
Sama dengan keadaan tanda bahaya pada semester 2 ditambah
-Tekanan darah di atas 130 mmHg
Diduga kembar atau lebih
Masalah Kesehatan
Anemia dalam kehamilan adalah kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin
< 11 g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. Penyebab tersering anemia
pada kehamilan adalah defisiensi besi, perdarahan akut, dan defisiensi asam folat.
Anamnesis
Keluhan
1. Badan lemah, lesu
14
2. Mudah Lelah
3. Mata berkunang-kunang
4. Tampak pucat
5. Telinga mendenging
Factor Resiko : -
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau< 10,5 g/dl (padatrimester II). Apabila
diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat
morfologi sel darah merah.
Diagnosis Banding
1. Anemia akibat penyakit kronik,
2. Trait Thalassemia,
3. Anemia sideroblastic
Penatalaksanaan
1. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
pertambahan ukuran janin
2. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet tambah darah yang
berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia,
tablet besi diberikan 3 kali sehari
Komplikasi : -
15
Prognosis
Prognosis umumnya adalah bonam, sembuh tanpa komplikasi
Kriteria Rujukan
1. Pemeriksaan penunjang menentukan jenis anemia yang ibu derita
2. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi selama 3 bulan
3. Anemia yang disertasi perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan dan
ditangani.
PREEKLAMPSIA
Masalah Kesehatan
Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi.
Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi.
Besarnya masalah ini bukan hanya karena pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca-persalinan.
Anamnesis
Keluhan
1. Pusing dan nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati
3. Pandangan kurang jelas
4. Mual hingga muntah
Faktor Resiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular (antara lain :
diabetes melitus, hipertensi kronik,gangguan pembuluh darah)
2. Nefropati
3. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri,dan faktor spesifik
dariibu atau janin.
a. Umur > 40 tahun
b. Nullipara dan Kehamilan multiple
16
4. Obesitas sebelum hamil
5. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eclampsia
6. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes celup urin
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Pemeriksaan fungsi ginjal
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Diagnosis Banding
1. Hipertensi Gestasional
2. Hipertensi Kronik
3. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia
Penatalaksanaan
1. Non Medika Mentosa
a. Pre Eklampsia Ringan
Dapat di rawat jalan dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang
lebih sering.
Dianjurkan untuk banyak istirahat dengan baring atau tidur miring.
Namun tidak mutlak selalu tirah baring
Diet dengan cukup protein dengan rendah karbohidrat, lemak dan garam
secukupnya.
Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala
b. Pre Eklampsia Berat
Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera ke Rumah Sakit dan
menghindari terjadi kejang dengan pemberian MgSO4
2. Medika Mentosa
17
a. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
Komplikasi
1. Sindrome HELLP
2. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat,
3. Edema paru,
4. Kematian janin,
5. Koma
6. Kematian ibu
Prognosis
Prognosis pada umumnya dubia ad bonam baik bagi ibu maupun janin.
Kriteria Rujukan
1. Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder.
2. Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum dan selama
proses rujukan hingga ke Pelayanan Kesehatan sekunder.
18
BAB V
LOGISTIK
1 Bed periksa
2 Meja periksa
4 Timbang bayi
6 Tensi meter
7 Stetoscope
8 Metlin
9 Pengukur LILA
10 Reflek hammer
11 Termometer
19
12 Funduskup
13 Doppler
14 Tong spatel
15 Komputer
16 Lemari buku
17 Kulkas vaksin
18 Handscoons
19 Masker
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
Keselamatan sasaran program KIA adalah tidak terjadi hal yang membahayakan
keselamatan pasien yang meliputi tidak adanya kejadian salah identifikasi pasien, tidak
adanya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan dan
pencegahan terjadinya resiko infeksi.
Berikut ini adalah fasilitas pencegahan infeksi yang perlu disediakan :
1. Di RS, Puskesmas dan Praktek Swasta
a) Pre-cleaning : perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymaƟ k/ detergen selama
5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan.
b) Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air).
c) Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.
d) Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:
1. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai 20 menit,
misalnya alat dari logam, kaca.
2. Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC
3. Dengan panas kering pada suhu 180ºC selama 1 jam atau 160ºC selama 2 jam
4. Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan klorin 0,5%) untuk bahan yang cepat
rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan karet (utility gloves)
e) Disimpan di bak instrumen tertutup
20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
21
• Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai;
• Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
• Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
• Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Puskesmas :
• Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM
Puskesmas;
• Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko
ergonomi.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
• Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial;
• Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
secara rutin dan berkala;
• Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana·dan prasarana sanitair,
yang memenuhi syarat, meliputi:
• Penyehatan makanan dan minuman;
• Penyehatan air;
• Penyehatan tempat pencucian;
• Penanganan sampah dan lim bah;
• Pengendalian serangga dan tikus;
• Sterilisasi/desinfeksi;
• Perlindungan radiasi;
• Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :
• Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda keselamatan;
• Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD);
• Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD;
22
• Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Puskesmas :
• Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Puskesmas;
• Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sa kit kepada petugas K3 Rumah
Sakit.
23
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,cuci dengan sabun dan air
mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali.
4. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau garam fi
siologis.
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
24
(3) Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui)
(a) HbsAG positif.
(b) HCV positiff.
(c) HIV positiff.
(d) Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko yang tinggi atas keluarga
sumber infeksi di atas.
(e) Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) pada jarum bekas.
(4) Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan.S
(a) Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B.
(b) Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkan vaksin.
(c) Anti HCV dan ALT.
(d) Anti bodi HIV.
c) Langkah 3
Berikan Profi laksis Pasca Pajanan (PPP) kepada terpajan yang berisiko tinggi mendapat
infeksi.
(1) HBV.
(a) Berikan PPP sesegera mungkin, terutama dalam 24 jam pertama.
(b) PEP boleh diberikan juga kepada ibu hamil.
(2) HCV
PPP tidak dianjurkan.
(3) HIV
(a) Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan berupa pemberian ARV jangka
pendek untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan.
(b) PPP merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalian infeksi yang meminimalkan
risiko pajanan terhadap bahan infeksius di tempat kerja.
Perlu diingat bahwa pengendalian infeksi merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi risiko penularan HIV pada tenaga pelayanan kesehatan gigi. Prioritas utama
adalah
meningkatkan pemahaman tenaga pelayanan kesehatan gigi tentang pengendalian infeksi dan
menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai.
25
respon antibody
dari
HbsAg positif HbsAg Sumber yang tidak atau Kesehatan tidak
Petugas negatif diketahui tersedia
Belum ivaksinasi 1 dosis HBIG dan mulai seri Beri seri vaksinasi Beri seri vaksinasi
vaksinasi hepatitis B hepatitis B
hepatitis B
Pernah ivaksinasi
Diketahui sbg Tidak perlu pengobatan Tidak perlu Tidak perlu pengobatan
pengobatan
responder
Diketahui sbg 1 dosis HBIG dan ulangan Tidak perlu Bila diketahui bahwa
non responder seri vaksinasi hepatitis B pengobatan sumber pajanan
berisiko tinggi, obati
Tidak diketahui Periksa Anti HBs Tidak perlu Periksa Anti HBs
terpajan
status respon terpajan pengobatan
1. bila cukup tidak
antibodinya 1. bila cukup tidak perlu perlu pengobatan
pengobatan 2. bila tidak cukup,
2. bila tidak cukup, beri 1 beri 1 dosis HBIG
dan vaksin booster
dosis HBIG dan vaksin
booster
26
3) Perlu dibuat laporan pajanan seperti yang telah disebutkan pada langkah 1 diatas.
Pemberian profi laksis pasca pajanan dengan ARV (Anti Retro Virus)
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu 2-4 jam. Pengobatan
dua atau tiga jenis obat sangat dianjurkan dan lebih efektif dibanding pengobatan tunggal.
Kombinasi dan dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap Zidovudinen
(AZT) atau Lamivudine (3TC) pada tenaga pelayanan kesehatan yang terpajan adalah :
(1) ZDV 250 – 300 mg 2x per hari
(2) Lamividine 150 mg 2x per hari
Obat ketiga yang ditambahkan :
(3) Indinavir 800 mg 3x perhari atau Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari (tidak dianjurkan
untuk wanita hamil).
Sebaiknya pemberian ARV tersebut didasarkan pada protokol yang ada, dapat juga
disediakan satu “kit” yang berisi ARV atau berdasar konsultasi dengan dokter ahli.
Konsultasi dengan dokter ahli sangat penting bila diduga ada resistensi terhadap ARV.
Penting sekali tersedia jumlah ARV yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh sejak
awal pemberian PPP. Pengobatan dianjurkan diberikan dalam jangka minimal 2 minggu dan
paling lama sampai 4 minggu.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi dengan pemberian ARV adalah mual dan perasaan tidak
enak. Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakit kepala, lelah, mual dan diare.
Alur Tatalaksana Pajanan dari Pasien Terinfeksi-HIV
Langkah I : Menentukan Kode Pajanan (KP)
27
Keterangan :
1. OPIM = Other Potentially Infectious Material = semen; sekret vagina; cairan serebrospinal,
sinovial, pleural, perikardial dan amnion; jaringan.
2. PPP = Profi laksis Pasca Pajanan, PEP = Post Exposure Prophylaxis
28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
29
Indikator kegiatan mutu yang ada di puskesmas menurut buku pedoman penilaian
kinerja puskesmas tahun 2016 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur meliputi :
1. SKM (SurveiKepuasan Masyarakat)
2. Survei Kepuasan Pasien
3. Penanganan Pengaduan Pelanggan
4. Tidak terjadi hal yang membahayakan keselamatan pasien (sasaran keselamatan
pasien)
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Cuci tangan
Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
Tindakan asepsis dan aspirasi sebelum menyuntik
KIE
Pembuangan jarum suntik memenuhi standar
30
a. Kebersihan tangan.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Manajemen limbah dan benda tajam.
d. Manajemen lingkungan.
e. Penanganan linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit).
f. Peralatan perawatan pasien.
g. Perlindungan kesehatan karyawan.
h. Penyunti kan yang aman.
i. Etika batuk.
2) Kewaspadaan Berdasarkan transmisi
a. Transmisi airborne/udara.
b. Transmisi droplet/percikan.
c. Transmisi kontak.
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Pasien
Tata Laksana Penanganan Pasien :
1. Lakukan kebersihan tangan.
2. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker).
3. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa.
4. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif.
5. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.
6. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai).
7. Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal ½ jumlah ratarata jumlah kunjungan
pasien per hari.
8. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan dari bahan
dan alat yang belum dibersihkan.
9. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaan instrumen
terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan penyimpanan.
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai suatu
perawatan.
11. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja operator dan
mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
12. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah terjadinya percikan
dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa
pasien.
31
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayanan Kesehatan Gigi
Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah infeksi silang
baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting untuk beranggapan bahwa
setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi berpenyakit infeksi dan dapat menular, maka
penting untuk dilakukan Kewaspadaan Standar.
a. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar untuk
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus
melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir jika tangan
terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan),
terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak
dengan permukaan dalam ruang prakti k termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips.
Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan
tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30
detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada
beberapa tipe dan prosedur,tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya
anti mikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter
gigi dan prosedur non bedah, mencuci
tangan dan anti septik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent anti mikroba
yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang mengandung
chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternative pengganti bagi yang
sensiti f terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor (Depkes,
2005).Tempatkan
produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposable atau yang diisi ulang,
dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan anti
septik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:
1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan
tangan harus dilepas.
2) Kuku harus tetap pendek dan bersih
3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat
bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku.
32
4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah
satu pilihan sebagai berikut:
• Ember berkeran yang tertutup.
• Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya
mencuci tangan.
5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan
kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan (Yee, 2006).
33
Gambar 4. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir
34
Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan menggunakan handrub/cairan berbasis alkohol
Indikasi kebersihan tangan termasuk :
1. Bila tangan terlihat kotor.
2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi dan
sekresi.
3. Sebelum memakai sarung tangan.
4. Segera setelah melepas sarung tangan.
5. Sebelum menyentuh pasien.
6. Sebelum melakukan prosedur aseptik.
7. setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu,
cetakan gips.
35
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya. Sarung tangan harus diganti ti ap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar
setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika
sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan.
Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang
telah digunakan. Prosedur pemakaian sarung tangan :
1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.
2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian
lubang jarijari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.
3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai
sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang ti dak bersentuhan dengan kulit tangan).
4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum
memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga
terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis
sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja
kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari lateks atau vinil
yang tebal.
(2) Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikansaliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat
dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker
diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama ti ndakan ke pasien.
Masker akan
kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.
(3) Kacamata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi
darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harusdicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat
dari
36
bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (disposable). Lepaskan gaun/baju pelindung
jika tindakan telah selesai.
(4) Gaun/baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikansaliva dan darah.
Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didisinfeksi setiap kali
bergantipasien. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, lalu
masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan. Setelah tangan
dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara seperti tertera di atas. Setelah selesai
perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah
terkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam
ke luar. Setelah
salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi
bagian dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat pelindung
diri telah dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi. Selalu lakukan kebersihan
tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali sarung tangan.
37
b. Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani limbah medis di training
tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangan dan bahaya kesehatan.
c. Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah infeksius dan warna
hitam untuk limbah non infeksius.
d. Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel,orthodontic bands, pecahan instrumen
metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna
kuning.
e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuangke dalam drain yang terhubung dengan
sistem sanitary.
f. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan kepada keluarga.
4) Manajemen Lingkungan
a. Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan untuk pembersihan
permukaan lingkungan.
b. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi permukaan lingkungan.
c. Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi pemukaan
lingkungan.
d. Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak klinik terkontaminasi,
khususnya yang sulit dibersihkan seperti switches on dental chair dan ganti pelindung
permukaan setiap pasien.
e. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi dengan
pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi
dengan darah.
f. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai,dinding, meja, troley) dengan detergen
dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe dan tingkat kontaminas.
g. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum dipakai ulang, atau
gunakan yang sekali pakai, disposible kain.
h. Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari.
i. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela diarea perawatan pasien jika
terlihat kotor, berdebu dan ternoda.
j. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya menggunakan cairan
disinfektan.
k. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap di daerah
kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan instrumen.
38
5) Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit)
a. Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau bahan infeksius
lainnya.
b. Ganti linen diantara pasien.
39
measles, batuk rejan, mumps (Yee, 2006). Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan
untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang
telah dilakukan.
Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkanmelaksanakan program
pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk
pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.
Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif,
cleaning service, dll) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada risiko
mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak
bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani surat
pernyataan ti dak bersedia yang dibuat oleh insti tusi dan diketahui oleh pimpinan.
b. Manajemen pasca pajanan.
c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya.
• Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air dan anti bocor.
• Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah digunakan.
• Jangan membengkokan, mematahkan atau melepas jarum setelah digunakan.
• Gunakan teknik satu tangan atau peralatan lain jika harus menutup kembali jarum setelah
digunakan.
• Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari orang lain.
d. Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Instrumen tajam yang digunakan dalam memberikan perawatan kedokteran gigi
(misalnya, sonde, jarum dan ampul anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi
mengakibatkan luka dan menyebarkan penyakit menular. Luka tersebut dapat dicegah
dengan:
(1) Penanganan minimal jarum, syringe dan instrument tajam lainnya setelah penggunaan.
(2) Tangani instrumen tajam dengan hati -hati .
(3) Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek segera setelah
digunakan. Apabila wadah tersebut penuh, keluarkan isinya dan bakar atau diisi
dengan semen selanjutnya dikubur.
40
Gambar 7. Wadah pembuangan instrumen tajam disposable
(4) Selalu gunakan uti lity gloves keti ka mencuci instrument yang tajam.
(5) Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke operator selama perawatan
maka instrument tersebut ti dak boleh dipegang secara bersamaan oleh keduanya.
Asisten meletakkan instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi,
beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap untuk digunakan.
(6) Gunakan ‘teknik satu-tangan’ apabila perlu menutup kembali jarum sunti k. Letakkan
tutup jarum sunti k di atas permukaan datar. Dengan satu tangan memegang syringe
dan jarum dimasukkan ke tutupnya. Apabila tutup jarum sunti k telah menutup jarum,
tekan tutup jarum sunti k pada permukaan datar jangan menggunakan tangan yang
lainnya untuk mengencangkan tutup.
41
9) Etika Batuk
Terapkan eti ka kebersihan pernapasan/ batuk (lihat gambar).
- Tutup mulut & hidung saat batuk/ bersin dengan ti su.
- Buang ti ssu ke tempat limbah.
- Lakukan kebersihan tangan.
- Jika ti ssu ti dak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam.
42
BAB IX
PENUTUP
43
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
DINAS KESEHATAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS
S U M E NPAMOLOKAN
EP
URAIAN TUGAS
Mengetahui
Kepala Puskesmas Pamolokan Pelaksana Tugas
44
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes Hj. RAHMIYATI AMINI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19681026 200604 2 003
PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN
SUMENEP
URAIAN TUGAS
45
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes NANIK TRIKUNTOWATI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19681105 198803 1 002
PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN
URAIAN TUGAS
46
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes BEKTI TRISNOWATI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19690609 199001 2 003
PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN
URAIAN TUGAS
Mengetahui
Kepala Puskesmas Pamolokan Pelaksana Tugas
47
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes FITROH KARTINI AMARIYANI,
NIP. 19760826 200501 2 008 S.Tr.Keb
48