Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau
bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang
kekebalan tubuh seseorang.
Rantai vaksin adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada
suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensni yang baik mulai dari
pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya (disuntikkan atau diteteskan) kepada
sasaran. Pelayanan imunisasi adalah suatu proses memasukkan vaksin dalam tubuh
seseorang melalui metode oral atau injeksi oleh petugas medis.
Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak balita, meningkatkan status gizi masyarakat serta
pencegahan dan penanggulangn penyakit menular masih menjadi prioritas utama melalui imunisasi.

1.2 Tujuan Pedoman


1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan Ibu Anak di Puskesmas Pamolokan yang
aman, bermanfaat bermutu, berkesinambungan dan dapat dipertanggung  jawabkan.
2. Tersedianya standar penyelenggaraan pelayanan KIA di Puskesmas Pamolokan

1.3 Sasaran
Sasaran pelayanan KIA adalah Ibu dan Anak usia 0-5 tahun, calon pengantin, ibu
hamil, ibu nifas

1.4 Ruang Lingkup Pedoman


Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan Ibu dan Anank di fasilitas kesehatan termasuk pengendalian mutu
yaitu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada pelayanan terhadap penularan penyakit

1
dari pasien ke tenanga kesehatan begitupun sebaliknya. Adapun ruang lingkup pelayanan
KIA :
1. Pelayanan KIA dalam gedung
2. Pelayanan KIA di luar gedung

1.5 Batasan Operasional


a. Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanna kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama hamil dilakssanakan sesuai standart antenatal yang ditetapkan
dalam Standart Pelayanan Kebidanan (SPK)
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan yang
aman dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
c. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standart pad
aibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca salin oleh tenaga kesehatan
d. Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanna kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus 0-28 hari
e. Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah pemeriksaan pada kehamilan
yang beresiko
f. Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanna pada ibu dengan komplikasi
sesuai standart pelayanan tingkat dasar

g. Pelayanan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan neonatus yang


bermasalah sesuai standart di pelayanan tingkat dasar
h. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanna kesehatan bayi normal paling sedikit
4 kali selama 1-11 bulan
i. Pelayanna anak balita adalah pelayanan kesehatan anak balita (12-59 bulan)
sesuai standar pemantauan DDTK minimal 8 kali setahun, pemantauan
kembangan 2x setahun dan pemberian vit A 2x setahun
j. Kegiatan kelas ibu hamil adalah sarana belajar kelompok kesehatan ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan ibu hamil dalam masa kehamilan, persalinan, rawat bayi dengan
menggunakan buku KIA.
k. Rekam Medik adalah adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanankepada pasien.

2
l. Persetujuan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien secara
hukum atas dsar penjelasan Nakes kepada pasien.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Ketenagaan di Puskesmas yang berpartisipasi dalam kegiatan pelaksanaan
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di antaranya adalah:
a. Dokter
Dokter berperan sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sekaligus
sebagai Koordinator Tim KIA Puskesmas.
b. Perawat/Bidan
Perawat/bidan berperan sebagai penanggung jawab asuhan
keperawatan/kebidanan.
c. Tenaga Gizi

3
Tenaga gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti
pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), pelatihan Konselor ASI,
Pelatihan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA). Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan , dan lain-lain. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas dilakukan oleh TPG dengan latar
belakang pendidikan gizi.
d. Tenaga kesehatan lainnya yang berkaitan dengan pelayanan KIA di Puskesmas
seperti, tenaga Farmasi, Gigi, Analisis Laboratorium dan lain-lain.

2.2 Distribusi Ketenagaan


Kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas dikoordinir oleh Bidan Puskesmas
Pamolokan dan bekerjasama dengan pengelola program dan tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kesepakatan.

JENIS
NO UNIT LAYANAN PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN
TENAGA

1 Loket / Pendaftaran Staff SMA 1 orang

2 Poli Gigi Dokter Gigi S1 2 orang *1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai pengelola p.care

*1 orang mempunyai tugas tambahan


2 orang sebagai kepala puskesmas

3 BP Umum Dokter Kedokteran 1 orang Ketua tim mutu Puskesmas

Perawat DIII 1 orang


Keperawatan
2 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan
S1 sebagai bendahara pengeluaran
Keperawatan pembantu

4 Kamar obat Asisten SMF 1 orang penanggung jawab kefarmasian

4
apoteker Puskesmas termasuk gudang obat

SPK 1 orang

Perawat SMA 1 orang

Staff

5 Poli Menular Perawat SPK 1 orang

6 KIA KB dan VK Bidan D4 Kebidanan 5 orang Mempunyai tugas tambahan sebagai


bersalin bidan koordinator
dan
Mempunyai tugas tambahan sebagai
D3 Kebidanan 28 orang penanggung jawab KB dan IVA test

Penanggung jawab VK

7 Poli gizi Nutrisionis D3 Gizi 2 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai pengelola JKN dan BOK

8 UGD / Ranap Dokter Kedokteran 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai


penanggung jawab UKP

1 orang mempunyai tugas tambahan


Perawat D3 6 orang sebagai penanggung jawab program
Keperawatan Batra dan Matra

1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai penanggung jawab program
Diare

1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai penanggung jawab program
Kusta

1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai penanggung jawab program
Jiwa

1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai penanggung jawab sterilisasi
alat

9 Pusling Staff SMA 2 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan


sebagai petugas loket

10 Promkes Tenaga S1 Kesehatan 1 orang


Promkes Masyarakat

5
SMA 1 orang

11 Imunisasi Staff SMA 1 orang sebagai penanggung jawab logistik

12 Kesehatan Sanitarian S1 Kesehatan 1 orang


Lingkungan Masyarakat

13 Laboratorium Analis DIII Analis 1 orang


kesehatan kesehatan

2.3 Jadwal Kegiatan


Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan KIA di Puskesmas di susun bersama
dengan pengelola program kesehatan lainnya dan sektor yang terkait dalam kegiatan
pelayanan gizi berdasarkan Plant of Action (POA).

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruang

MEJA LEMARI
KOMPUTER DOKTER
TEMPAT
PERIKSA

KURSI
WASTAFEL

6
UKUR TINGGI BADAN
DAN BERAT BADAN

TEMPAT
SAMPAH
MEDIS

KURSI KURSI KURSI

TIMBANGAN MEJA
PINTU MEJA MTBS KULKAS
BAYI PERIKSA IMUNISASI
VAKSIN

Keterangan :

B T
3.2 Standar Fasilitas
S
Ruangan Kesehatan Ibu dan Anak
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN PUSKESMAS
NO JENIS PERALATAN RAWAT INAP
STANDART ALKES SESUAI
PERMENKES 75 TAHUN 2014
I. Set Kesehatan Ibu dan Anak
Luas kamar periksa KIA Imunisasi 20 m2

1 Bed Periksa 1 buah


2 Dressing card 1 buah
3 Meja periksa 4 buah

6 buah
4 Kursi
1 buah
5 Kulkas vaksin
6 Timbangan bayi 1 buah
7 Timbangan injak + tinggi badan 1 buah

II. Perlengkapan

7
1 Korentang, penjepit sponge (foerster) 1 buah
2 Lemari buku 1 buah
3 Tempat alkohol (dappen glas) 1 buah
4 Tempat betadine 1 buah
5 Tensi meter 1 buah
6 Stetoscope 1 buah
7 Funduskupe 1 buah
8 Doppler
Toples kapas logam dengan pegas dan tutup ( 50 x 70
1 buah
9 mm )
10 Reflek hammer 1 buah
11 Metlin 1 buah
12 Tong spatel 1 buah
13 Pengukur LILA 1 buah
14 Termometer 1 buah
15 Waskom bengkok ( Neirbeken ) 1 buah

III. Bahan Habis Pakai


1 Betadine solution atau disinfektan lainnya sesuai kebutuhan
2 sabun tangan atau antiseptic sesuai kebutuhan
3 Kasa sesuai kebutuhan
4 Alkohol sesuai kebutuhan
5 Kapas sesuai kebutuhan
6 Masker sesuai kebutuhan
7 Sarung tangan sesuai kebutuhan

IV. Pencatatan dan Pelaporan


1 Buku register pelayanan sesuai kebutuhan
2 Kartu rekam medis sesuai kebutuhan
3 Formulir Informed Consent sesuai kebutuhan
4 Formulir rujukan sesuai kebutuhan
5 Surat Keterangan Sakit sesuai kebutuhan
Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
6 pelayanan yang diberikan

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Lingkup Kegiatan


KEHAMILAN NORMAL
Kode ICD 10: O80.9 Single spontaneous delivery, unspecified
Masalah Kesehatan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir. Lama kehamilan normal 40
minggu dihitung dari hari pertama haid terahir (HPHT). Untuk menghindari terjadinya
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, maka setiap ibu hamil dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara rutin minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan.

Anamnesis
Keluhan
1. Haid yang terhenti
2. Mual dan muntah pada pagi hari
3. Ngidam.
4. Sering buang air kecil
5. Pengerasan dan pembesaran payudara
6. Puting susu lebih hitam

9
Faktor Resiko
Pada kehamilan perlu diwaspadai hal-hal di bawah ini:
1. Bila pada kehamilan sebelumnya terdapat riwayat obstetrik sebagai berikut:
a. Lahir mati atau bayi mati umur < 28 hari
b. > 3 abortus spontan
c. Berat badan bayi < 2500 gram
d. Berat badan bayi > 4500 gram
e. Dirawat di rumah sakit karena hipertensi, preeklampsia atau eclampsia
f. Operasi pada saluran reproduksi khususnya operasi seksiosesaria
2. Bila pada kehamilan saat ini:
a. Usia ibu di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun
b. Ibu memiliki rhesus (-)
c. Ada keluhan perdarahan vagina
3. Bila ibu memiliki salah satu masalah kesehatan di bawah ini:
a. Diabetes Mellitus/ kencing manis
b. Penyakit jantung
c. Penyakit ginjal
d. Penyalahgunaan obat
e. Konsumsi rokok, alkohol dan bahan adiktif lainnya
f. Penyakit menular TB, malaria, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
g. Penyakit kanker

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan Fisik
Periksa tanda vital ibu (tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi nafas),ukur berat badan, tinggi
badan, serta lingkar lengan atas (LLA) pada setiap kedatangan.
1. LLA> 33 cm, maka diduga obesitas, memiliki risiko preeclampsia dan diabetes
maternal, memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lebih
2. LLA< 23 cm, maka diduga undernutrisi atau memiliki penyakit kronis, biasanya
memiliki bayi yang lebih kecil dari ukuran normal
3. Keadaan muka diperhatikan adanya edema palpebra atau pucat mata dan konjungtiva
dapat pucat ,kebersihan mulut dan gigi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya
karies dan gingivitis, serta kemungkinan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan payudara: puting susu dan areola menjadi lebih menghitam.
5. Pemeriksaan dada :perhatikan suara paru dan bunyi jantung ibu
6. Pemeriksaan ekstremitas: perhatikan edema dan varises
Pemeriksaan Obstetri
1. Abdomen
a. Observasi adanya bekas operasi.
b. Mengukur tinggi fundus uteri.
c. Melakukan palpasi dengan manuever Leopold I-IV.
d. Mendengarkan bunyi jantung janin (120-160x/menit).
2. Vulva/vagina

10
a. Observasi varises, kondilomata, edema, haemorhoid atau abnormalitas lainnya.
b. Pemeriksaan vaginal toucher: memperhatikan tanda-tanda tumor.
c. Pemeriksaan inspekulo untuk memeriksa serviks, tanda-tanda infeksi,
ada/tidaknya cairan keluar dari osteum uteri.

Tinggi Fundus Sesuai usia kehamilan


Usia gestasi Tinggi fundus
Dengan palpasi Dengan cm
12 minggu Teraba di atas simfisis pubis -
16 minggu Diantara simfisis pubis dan umbilikus -
20 minggu Setinggi umbilikus (20 ± 2) cm
22-27 minggu - (minggu gestasi ± 2) cm
28 minggu Antara umbilikus dan processus xiphoideus (28 ± 2) cm
29-35 minggu - (minggu gestasi ± 2) cm
36 minggu Pada processus xiphoideus (36 ± 2) cm

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
2. Pemeriksaan darah: Golongan darah ABO trimester 1, Hb dilakukan pada trimester 1
dan 3, kecuali bila tampak adanya tanda-tanda anemia berat.
3. Pemeriksaan lain: kadar glukosa darah dan protein urin sesuai indikasi.
4. Pada ibu hamil beresiko dilakukan pemeriksaan: BTA, HIV, HbsAg
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosisi ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik/obstetrik, dan pemeriksaan
penunjang.
 Tanda tak pasti kehamilan: Tes kehamilan menunjukkan HCG (+)
 Tanda pasti Kehamilan:
1. Bunyi jantung janin/BJJ (bila umur kehamilan/UK> 8 minggu) dengan BJJ
normal 120-160 kali per menit,
2. Gerakan janin (bila UK> 12 minggu)
3. Bila ditemukan adanya janin pada pemeriksaan obstetrik.

Kehamilan normal apabila memenuhi kriteria dibawah ini:


1. Keadaan umum baik Tekanan darah <140/90 mmHg
2. Pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan (1 kg perbulan) atau
sesuai Indeks Masa Tubuh (IMT) ibu
3. Edema hanya pada ekstremitas
4. BJJ =120-160 x/menit
5. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18 -20 minggu hingga melahirkan
6. Ukuran uterus sesuai umur kehamilan
7. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal
8. Tidak ada riwayat kelainan obstetrik.

Tatalaksana pemeriksaan dan tindakan pada kehamilan pertrimester

11
Pemeriksaan dan Tindakan Trimester
I II III
Anamnesis
 Riwayat medis lengkap √
 Catatan pada kunjungan sebelumnya √ √
 Keluhan yang mungkin dialami selama hamil √ √
Pemeriksaan fisik umum
 Pemeriksaan fisik umum lengkap √ √ √
 Keadaan umum √ √ √
 Tekanan darah √ √ √
 Suhu tubuh √ √ √
 Tinggi badan √
 Berat badan √ √ √
LILA √
 Gejala anemia (pucat, nadi cepat √ √ √
 Edema √ √ √
 Tanda bahaya lainnya (sesak, perdarahan, dll) √ √ √
 Pemeriksaan terkait masalah yang ditemukan pada √ √
kunjungan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Obstetri
 Vulva/perineum √ √ √
 Tinggi fundus √ √
√ √
 Pemeriksaan Leopold
√ √
 Denyut jantung janin
Pemeriksaan penunjang
 Golongan darah ABO dan rhesus √
 Gula darah * * *
 Kadar Hb √ * √
 Kadar protein urin *
 Tes HIV
*

 Tes HbsAg √
Imunisasi, Suplementasi, dan KIE
 Skrining status TT dan imunisasi sesuai status √
 Zat besi dan asam folat √ √ √
 KIE (sesuai materi) √ √ √

Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
1. Memberikan jadwal pemeriksaan berkala kepada calon ibu selamamasa kehamilan
Jumlah kunjungan Waktu kunjungan yang
Trimester
minimal dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24 – 28
Antara minggu ke 30 -32
III 2x
Antara minggu ke 36 – 38

12
2. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas dan laktasi.
3. Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai: sakit kepala lebih dari biasa, perdarahan
per vaginam, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri
abdomen (epigastrium),mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak bergerak
sebanyak biasanya.
4. Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini
(IMD).
5. Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi,
TBC, HIV, serta infeksi menular seksuallainnya.
6. Minum cukup cairan
7. Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh:
nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut,
bayam, 1 sendok teh minyak goreng, dan 400 ml air.
8. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
9. Ajarkan metoda mudah untuk menghitung gerakan janin dalam 12 jam

Medikamentosa
1. Memberikan zat besi dan asam folat (besi 60 mg/hari dan folat 250mikogram 1-2
kali/hari), bila Hb<7,0 gr/dl dosis ditingkatkan menjadi dua kali. Apabila dalam
follow up selama 1 bulan tidak ada perbaikan, dapat dipikirkan kemungkinan penyakit
lain (talasemia, infeksi cacing tambang, penyakit kronis TBC)
2. Memberikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid) apabila pasien memiliki risiko terjadinya
tetanus pada proses melahirkan dan buku catatan kehamilan.

Komplikasi: -

Konseling dan Edukasi


1. Persiapan persalinan, meliputi: siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan,
kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode transportasi
bila diperlukan rujukan, dukungan biaya.
2. Pentingnya peran suami dan keluarga selama kehamilan dan persalinan
3. Jika ibu merasakan tanda – tanda bahaya kehamilan, harus diwaspadai dan segera
mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.Tanda bahaya yang wajib diwaspadai :
a. Sakit kepala yang tidak biasanya
b. Keluarnya darah dari jalan lahir
c. Terjadi gangguan penglihatan
d. Pembengkakan pada wajah / tangan
e. Mual dan muntah yang berlebihan
f. Demam
g. Gerakan janin yang tidak biasanya atau cenderung tidak bergerak

13
4. Keluarga diajak untuk mendukung ibu hamil secara psikologis maupun finansial, bila
memungkinkan siapkan suami siaga
5. Dukung intake nutrisi yang seimbang bagi ibu hamil.
6. Dukung ibu hamil untuk menghentikan pemberian ASI bila masih menyusui.
7. Dukung memberikan ASI eksklusif untuk bayi yang nanti dilahirkan.
8. Siapkan keluarga untuk dapat menentukan kemana ibu hamil harus dibawa bila ada
perdarahan, perut dan/atau kepala terasa sangat nyeri, dan tanda-tanda bahaya lainnya,
tulis dalam buku pemeriksaan alamat rujukan yang dapat dituju bila diperlukan.

Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

Kriteria Rujukan
1. Trimester 1
 Hyperemesis
 Perdarahan per vaginam atau spotting
 Trauma
2. Trimester 2
 Perdarahan pervaginam atau spotting
 Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
 Gejala preeklampsia, hipertensi, proteinuria
 Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin)
 Ibu tidak merasakan gerakan bayi
3. Trimester 3
 Sama dengan keadaan tanda bahaya pada semester 2 ditambah
-Tekanan darah di atas 130 mmHg
 Diduga kembar atau lebih

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Kode ICD 10: D50 Iron deficiency anaemia

Masalah Kesehatan
Anemia dalam kehamilan adalah kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin
< 11 g/dl pada trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. Penyebab tersering anemia
pada kehamilan adalah defisiensi besi, perdarahan akut, dan defisiensi asam folat.

Anamnesis
Keluhan
1. Badan lemah, lesu

14
2. Mudah Lelah
3. Mata berkunang-kunang
4. Tampak pucat
5. Telinga mendenging

Factor Resiko : -

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva anemis
2. Atrofi papil lidah
3. Koilonichia: kuku sendok (spoon nail)
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Hb

Diagnosis
Diagnosis Klinis
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau< 10,5 g/dl (padatrimester II). Apabila
diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat
morfologi sel darah merah.

Diagnosis Banding
1. Anemia akibat penyakit kronik,
2. Trait Thalassemia,
3. Anemia sideroblastic

Penatalaksanaan
1. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
pertambahan ukuran janin
2. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan tablet tambah darah yang
berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia,
tablet besi diberikan 3 kali sehari

Komplikasi : -

Konseling dan Edukasi


1. Prinsip konseling pada anemia defisiensi besi adalah memberikan pengertian kepada
pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas
hidup pasien untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
2. Diet bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
(daging,ikan,susu, telur,sayuran hijau)
3. Pemakaian alas kaki untuk mencegah infeksi cacing tambang

15
Prognosis
Prognosis umumnya adalah bonam, sembuh tanpa komplikasi

Kriteria Rujukan
1. Pemeriksaan penunjang menentukan jenis anemia yang ibu derita
2. Anemia yang tidak membaik dengan pemberian suplementasi besi selama 3 bulan
3. Anemia yang disertasi perdarahan kronis, agar dicari sumber perdarahan dan
ditangani.

PREEKLAMPSIA

Kode ICD 10: O14.9 Pre-eclampsia, unspecified

Masalah Kesehatan
Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi.
Tanda utama penyakit ini adanya hipertensi dan proteinuria. Preeklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi.
Besarnya masalah ini bukan hanya karena pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca-persalinan.

Anamnesis
Keluhan
1. Pusing dan nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati
3. Pandangan kurang jelas
4. Mual hingga muntah

Faktor Resiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular (antara lain :
diabetes melitus, hipertensi kronik,gangguan pembuluh darah)
2. Nefropati
3. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri,dan faktor spesifik
dariibu atau janin.
a. Umur > 40 tahun
b. Nullipara dan Kehamilan multiple

16
4. Obesitas sebelum hamil
5. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eclampsia
6. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan Fisik
1. Pre Eklampsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
b. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +1
2. Pre Eklampsia Berat
a. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
b. Tes celup urin menunjukkan proteinuria +2

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes celup urin
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Pemeriksaan fungsi ginjal

Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

Diagnosis Banding
1. Hipertensi Gestasional
2. Hipertensi Kronik
3. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia

Penatalaksanaan
1. Non Medika Mentosa
a. Pre Eklampsia Ringan
 Dapat di rawat jalan dengan pengawasan dan kunjungan antenatal yang
lebih sering.
 Dianjurkan untuk banyak istirahat dengan baring atau tidur miring.
 Namun tidak mutlak selalu tirah baring
 Diet dengan cukup protein dengan rendah karbohidrat, lemak dan garam
secukupnya.
 Pemantuan fungsi ginjal, fungsi hati, dan protenuria berkala
b. Pre Eklampsia Berat
Segera melakukan perencanaan untuk rujukan segera ke Rumah Sakit dan
menghindari terjadi kejang dengan pemberian MgSO4
2. Medika Mentosa

17
a. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.

Obat penurun tekanan darah yang aman untuk ibu hamil


Nama Obat Dosis Keterangan
Dapat meyebabkan
hipotensi pada ibu
4 x 10-30 mg peroral dan janin, bila
Nifedipine
(short acting) diperlukan
diberikan
sublingual

Komplikasi

1. Sindrome HELLP
2. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat,
3. Edema paru,
4. Kematian janin,
5. Koma
6. Kematian ibu

Konseling dan Edukasi


1. Memberikan informasi mengenai keadaan kesehatan ibu hamil dengan tekanan darah
yang tinggi.
2. Melakukan edukasi terhadap pasien, suami dan keluarga jika menemukan gejala atau
keluhan dari ibu hamil segera memberitahu petugas kesehatan atau langsung ke
pelayanan kesehatan
3. Suami dan keluarga pasien tetap diberi motivasi untuk melakukan pendampingan
terhadap ibu hamil selama proses rujukan

Prognosis
Prognosis pada umumnya dubia ad bonam baik bagi ibu maupun janin.

Kriteria Rujukan
1. Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder.
2. Penanganan kegawatdaruratan harus di lakukan menjadi utama sebelum dan selama
proses rujukan hingga ke Pelayanan Kesehatan sekunder.

18
BAB V
LOGISTIK

5.1 Alat- alat di Poli KIA


Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini dan RUK program yang selanjutnya diusulkan
melalui RUK Puskesmas.
No Nama Alat

1 Bed periksa

2 Meja periksa

Dresing card (termasuk bahan habis


3
pakai)

4 Timbang bayi

5 Timbangan Injak + Tinggi Badan

6 Tensi meter

7 Stetoscope

8 Metlin

9 Pengukur LILA

10 Reflek hammer

11 Termometer

19
12 Funduskup

13 Doppler

14 Tong spatel

15 Komputer

16 Lemari buku

17 Kulkas vaksin

18 Handscoons

19 Masker

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran program KIA adalah tidak terjadi hal yang membahayakan
keselamatan pasien yang meliputi tidak adanya kejadian salah identifikasi pasien, tidak
adanya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan dan
pencegahan terjadinya resiko infeksi.
Berikut ini adalah fasilitas pencegahan infeksi yang perlu disediakan :
1. Di RS, Puskesmas dan Praktek Swasta
a) Pre-cleaning : perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymaƟ k/ detergen selama
5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan.
b) Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air).
c) Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.
d) Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:
1. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai 20 menit,
misalnya alat dari logam, kaca.
2. Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC
3. Dengan panas kering pada suhu 180ºC selama 1 jam atau 160ºC selama 2 jam
4. Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan klorin 0,5%) untuk bahan yang cepat
rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan karet (utility gloves)
e) Disimpan di bak instrumen tertutup

20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Standar Keselamatan Kerja di puskesmas pada prinsipnya adalah keselamatan kerja


berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan
kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan :
• Lokasi puskesmas harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit;
• Teknis bangunan puskesmas, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anakanak, dan orang usia lanjut;
• Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggaraan puskesmas
• Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Puskesmas harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil
petugasjoperator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Puskesmas);
• Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan;

21
• Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai;
• Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
• Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
• Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Puskesmas :
• Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM
Puskesmas;
• Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko
ergonomi.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :
• Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial;
• Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
secara rutin dan berkala;
• Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana·dan prasarana sanitair,
yang memenuhi syarat, meliputi:
• Penyehatan makanan dan minuman;
• Penyehatan air;
• Penyehatan tempat pencucian;
• Penanganan sampah dan lim bah;
• Pengendalian serangga dan tikus;
• Sterilisasi/desinfeksi;
• Perlindungan radiasi;
• Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :
• Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda keselamatan;
• Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD);
• Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD;

22
• Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Puskesmas :
• Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Puskesmas;
• Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sa kit kepada petugas K3 Rumah
Sakit.

7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat


kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan :
• Melibatkan petugas K3 Puskesmas di dalam perencanaan, desain/lay out pembuatan
tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan peralatan keselamatan
kerja;
• Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
standar keamanan dan keselamatan.
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
• Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka.
• Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near
miss) dan celaka.
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran (MSPK).
• Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran; • Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
• Membuat SOP;
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
• Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penggulangan kebakaran.

PENATALAKSANAAN KECELAKAAN KERJA


Apabila pada saat melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja
seperti dibawah ini :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah yang banyak
dan sabun atau anti septik sambil tekan bagian yang tertusuk jarum sampai mengeluarkan
darah.Jari yang tertusuk idak boleh dihisap dengan mulut.

23
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,cuci dengan sabun dan air
mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali.
4. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau garam fi
siologis.
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.

1. Tatalaksana Pajanan Darah Di Tempat Kerja


Penatalaksanaan pajanan darah di tempat kerja dan pemberian Pofilaksis Pasca
Pajanan (PPP) disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan kebijakan institusi setempat.
Apabila memungkinkan maka dapat dilaksanakan seperti panduan dibawah ini.
a) Langkah 1: Cuci
(1) Lakukan pencucian daerah yang terpajan seperti tindakan diatas.
(2) Setiap kejadianpajanan dicatat dan dilaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam kepada
yang berwenang yaitu atasan langsung dan Komite/Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi atau panitia K3. Laporan tersebut sangat penting dan menentukan langkah
berikutnya. Memulai PPP setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak efektif.
b) Langkah 2: Telaah pajanan
(1) Jenis pajanan
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi, seperti:
(a) Luka pada kulit.
(b) Pajanan pada selaput mukosa.
(c) Pajanan melalui kulit yang luka.
(d) Gigitan yang berdarah.
(2) Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
(a) Darah.
(b) Cairan bercampur darah yang kasat mata.
(c) Cairan yang berpotensi terkontaminasi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal,
cairan sinovia, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan perikardial, cairan amnion.
(d) Virus yang terkonsentrasi.

24
(3) Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui)
(a) HbsAG positif.
(b) HCV positiff.
(c) HIV positiff.
(d) Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko yang tinggi atas keluarga
sumber infeksi di atas.
(e) Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) pada jarum bekas.
(4) Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan.S
(a) Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B.
(b) Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkan vaksin.
(c) Anti HCV dan ALT.
(d) Anti bodi HIV.
c) Langkah 3
Berikan Profi laksis Pasca Pajanan (PPP) kepada terpajan yang berisiko tinggi mendapat
infeksi.
(1) HBV.
(a) Berikan PPP sesegera mungkin, terutama dalam 24 jam pertama.
(b) PEP boleh diberikan juga kepada ibu hamil.
(2) HCV
PPP tidak dianjurkan.
(3) HIV
(a) Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan berupa pemberian ARV jangka
pendek untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan.
(b) PPP merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalian infeksi yang meminimalkan
risiko pajanan terhadap bahan infeksius di tempat kerja.
Perlu diingat bahwa pengendalian infeksi merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi risiko penularan HIV pada tenaga pelayanan kesehatan gigi. Prioritas utama
adalah
meningkatkan pemahaman tenaga pelayanan kesehatan gigi tentang pengendalian infeksi dan
menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai.

Vaksinasi dan Pengobatan untuk sumber pajanan yang menunjukan

25
respon antibody
dari
HbsAg positif HbsAg Sumber yang tidak atau Kesehatan tidak
Petugas negatif diketahui tersedia

Belum ivaksinasi 1 dosis HBIG dan mulai seri Beri seri vaksinasi Beri seri vaksinasi
vaksinasi hepatitis B hepatitis B
hepatitis B

Pernah ivaksinasi

Diketahui sbg Tidak perlu pengobatan Tidak perlu Tidak perlu pengobatan
pengobatan
responder

Diketahui sbg 1 dosis HBIG dan ulangan Tidak perlu Bila diketahui bahwa
non responder seri vaksinasi hepatitis B pengobatan sumber pajanan
berisiko tinggi, obati

seperti pada HbsAg


postif

Tidak diketahui Periksa Anti HBs Tidak perlu Periksa Anti HBs
terpajan
status respon terpajan pengobatan
1. bila cukup tidak
antibodinya 1. bila cukup tidak perlu perlu pengobatan
pengobatan 2. bila tidak cukup,
2. bila tidak cukup, beri 1 beri 1 dosis HBIG
dan vaksin booster
dosis HBIG dan vaksin
booster

2. Penanganan Pajanan HIV di Tempat Kerja


Laksanakan langkah 1dan langkah 2 seperti di atas, kemudian :
1) Sumber pajanan perlu dievaluasi untuk kemungkinan adanya infeksi HIV. Tes HIV pada
tenaga pelayan kesehatan yang terpajan hanya dapat dilaksanakan setelah di berikan
konseling pra-tes dan memperoleh persetujuan (informed consent) serta tersedia rujukan
untuk konseling dan dukungan selanjutnya. Kerahasiaan harus dijaga.
2) Memberikan konseling dengan penuh perhatian dan tidak menghakimitentang cara
mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV serta menilai urutan pajanan yang
mendahuluinya.

26
3) Perlu dibuat laporan pajanan seperti yang telah disebutkan pada langkah 1 diatas.
Pemberian profi laksis pasca pajanan dengan ARV (Anti Retro Virus)
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu 2-4 jam. Pengobatan
dua atau tiga jenis obat sangat dianjurkan dan lebih efektif dibanding pengobatan tunggal.
Kombinasi dan dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap Zidovudinen
(AZT) atau Lamivudine (3TC) pada tenaga pelayanan kesehatan yang terpajan adalah :
(1) ZDV 250 – 300 mg 2x per hari
(2) Lamividine 150 mg 2x per hari
Obat ketiga yang ditambahkan :
(3) Indinavir 800 mg 3x perhari atau Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari (tidak dianjurkan
untuk wanita hamil).
Sebaiknya pemberian ARV tersebut didasarkan pada protokol yang ada, dapat juga
disediakan satu “kit” yang berisi ARV atau berdasar konsultasi dengan dokter ahli.
Konsultasi dengan dokter ahli sangat penting bila diduga ada resistensi terhadap ARV.
Penting sekali tersedia jumlah ARV yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh sejak
awal pemberian PPP. Pengobatan dianjurkan diberikan dalam jangka minimal 2 minggu dan
paling lama sampai 4 minggu.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi dengan pemberian ARV adalah mual dan perasaan tidak
enak. Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakit kepala, lelah, mual dan diare.
Alur Tatalaksana Pajanan dari Pasien Terinfeksi-HIV
Langkah I : Menentukan Kode Pajanan (KP)

27
Keterangan :
1. OPIM = Other Potentially Infectious Material = semen; sekret vagina; cairan serebrospinal,
sinovial, pleural, perikardial dan amnion; jaringan.
2. PPP = Profi laksis Pasca Pajanan, PEP = Post Exposure Prophylaxis

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

29
Indikator kegiatan mutu yang ada di puskesmas menurut buku pedoman penilaian
kinerja puskesmas tahun 2016 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur meliputi :
1. SKM (SurveiKepuasan Masyarakat)
2. Survei Kepuasan Pasien
3. Penanganan Pengaduan Pelanggan
4. Tidak terjadi hal yang membahayakan keselamatan pasien (sasaran keselamatan
pasien)
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Cuci tangan
 Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
 Tindakan asepsis dan aspirasi sebelum menyuntik
 KIE
 Pembuangan jarum suntik memenuhi standar

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Dalam menjalankan profesinya tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut ti dak
lepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan
mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil
pemajanan yang berulangkali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut,
insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Mengabaikan
prosedur Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi yang efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga
tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena
penyakit infeksi.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang wajib dilaksanakan oleh tenaga
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia meliputi :
1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi.
a. Kewaspadaan Standar.
b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.
2. Surveilans.
3. Pendidikan dan Pelatihan.
Penerapan Kewaspadaan Isolasi :
1) Kewaspadaan Standar

30
a. Kebersihan tangan.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Manajemen limbah dan benda tajam.
d. Manajemen lingkungan.
e. Penanganan linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit).
f. Peralatan perawatan pasien.
g. Perlindungan kesehatan karyawan.
h. Penyunti kan yang aman.
i. Etika batuk.
2) Kewaspadaan Berdasarkan transmisi
a. Transmisi airborne/udara.
b. Transmisi droplet/percikan.
c. Transmisi kontak.
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Pasien
Tata Laksana Penanganan Pasien :
1. Lakukan kebersihan tangan.
2. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker).
3. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa.
4. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif.
5. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.
6. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai).
7. Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal ½ jumlah ratarata jumlah kunjungan
pasien per hari.
8. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan dari bahan
dan alat yang belum dibersihkan.
9. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaan instrumen
terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan penyimpanan.
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai suatu
perawatan.
11. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja operator dan
mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
12. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah terjadinya percikan
dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa
pasien.

31
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayanan Kesehatan Gigi
Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah infeksi silang
baik pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting untuk beranggapan bahwa
setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi berpenyakit infeksi dan dapat menular, maka
penting untuk dilakukan Kewaspadaan Standar.
a. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan merupakan pilar untuk
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus
melakukan kebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir jika tangan
terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan),
terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak
dengan permukaan dalam ruang prakti k termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips.
Lamanya mencuci tangan 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan
tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30
detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam “hand hygiene” tergantung pada
beberapa tipe dan prosedur,tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya
anti mikroba yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter
gigi dan prosedur non bedah, mencuci
tangan dan anti septik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent anti mikroba
yang standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang mengandung
chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternative pengganti bagi yang
sensiti f terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor (Depkes,
2005).Tempatkan
produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposable atau yang diisi ulang,
dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan anti
septik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:
1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan
tangan harus dilepas.
2) Kuku harus tetap pendek dan bersih
3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat
bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya kotoran di dalam kuku.

32
4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah
satu pilihan sebagai berikut:
• Ember berkeran yang tertutup.
• Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang lainnya
mencuci tangan.
5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan
kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan (Yee, 2006).

33
Gambar 4. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir

34
Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan menggunakan handrub/cairan berbasis alkohol
Indikasi kebersihan tangan termasuk :
1. Bila tangan terlihat kotor.
2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi dan
sekresi.
3. Sebelum memakai sarung tangan.
4. Segera setelah melepas sarung tangan.
5. Sebelum menyentuh pasien.
6. Sebelum melakukan prosedur aseptik.
7. setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu,
cetakan gips.

2) Penggunaan Alat Pelindung Diri


Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) dibawah ini. Penyediaan peralatan dan bahan perlindungan diri bagi tenaga di
puskesmas wajib dipenuhi dan untuk pengadaan dikoordinasikan dengan dinas kesehatan
kota/kabupaten.
(1) Sarung tangan

35
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya. Sarung tangan harus diganti ti ap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar
setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer
mikroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika
sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan.
Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang
telah digunakan. Prosedur pemakaian sarung tangan :
1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.
2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian
lubang jarijari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.
3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai
sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang ti dak bersentuhan dengan kulit tangan).
4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum
memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga
terasa pas di tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis
sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja
kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari lateks atau vinil
yang tebal.
(2) Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan masker pada saat
melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta
percikansaliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus sesuai dan melekat
dengan baik dengan wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker
diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama ti ndakan ke pasien.
Masker akan
kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.
(3) Kacamata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi
darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini harusdicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat
dari

36
bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (disposable). Lepaskan gaun/baju pelindung
jika tindakan telah selesai.
(4) Gaun/baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan kacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikansaliva dan darah.
Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dan sabun kemudian didisinfeksi setiap kali
bergantipasien. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, lalu
masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung sebelum mencuci tangan. Setelah tangan
dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara seperti tertera di atas. Setelah selesai
perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah
terkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam
ke luar. Setelah
salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi
bagian dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat pelindung
diri telah dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi. Selalu lakukan kebersihan
tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali sarung tangan.

Gambar 6. Alat Pelindung Diri (APD)

3) Manajemen Limbah dan Benda Tajam


a. Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.

37
b. Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani limbah medis di training
tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangan dan bahaya kesehatan.
c. Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah infeksius dan warna
hitam untuk limbah non infeksius.
d. Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel,orthodontic bands, pecahan instrumen
metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna
kuning.
e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuangke dalam drain yang terhubung dengan
sistem sanitary.
f. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan kepada keluarga.

4) Manajemen Lingkungan
a. Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan untuk pembersihan
permukaan lingkungan.
b. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi permukaan lingkungan.
c. Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi pemukaan
lingkungan.
d. Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak klinik terkontaminasi,
khususnya yang sulit dibersihkan seperti switches on dental chair dan ganti pelindung
permukaan setiap pasien.
e. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi dengan
pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi
dengan darah.
f. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai,dinding, meja, troley) dengan detergen
dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe dan tingkat kontaminas.
g. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum dipakai ulang, atau
gunakan yang sekali pakai, disposible kain.
h. Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari.
i. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela diarea perawatan pasien jika
terlihat kotor, berdebu dan ternoda.
j. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya menggunakan cairan
disinfektan.
k. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap di daerah
kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan instrumen.

38
5) Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit)
a. Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau bahan infeksius
lainnya.
b. Ganti linen diantara pasien.

6) Peralatan Perawatan Pasien


a. Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan.
b. Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan.
c. Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum ditangani untuk
menghindari kontaminasi.
d. Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan, pembersihan dan disinfeksi,
persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan penyimpanan.
e. Gunakan alat pembersih otomati s (Ultrasonic cleaner atau washer –disinfector).
f. Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrumen dan prosedur
disinfeksi.
g. Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pembersihan peralatan.
h. Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok dengan tipe proses sterilisasi
yang digunakan.
i. Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi, periksa kebersihan instrumen,
kemudian bungkus atau tempatkan instrumen dalam kontainer yang tepat untuk
mempertahankan kesterilan selama penyimpanan.
j. Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.
k. Jangan simpan instrumen krits tanpa dibungkus.

7) Perlindungan Kesehatan Karyawan


a. Immunisasi
Berdasarkan pada beberapa peneliti an bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi
mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps,
rubella dan varicella. Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari
penyakit-penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi
atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi: tetanus, difteri,
poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B, rubella, tuberkulosis,

39
measles, batuk rejan, mumps (Yee, 2006). Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan
untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang
telah dilakukan.
Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia diwajibkanmelaksanakan program
pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk
pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.
Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif,
cleaning service, dll) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada risiko
mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak
bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkan menandatangani surat
pernyataan ti dak bersedia yang dibuat oleh insti tusi dan diketahui oleh pimpinan.
b. Manajemen pasca pajanan.
c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya.
• Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air dan anti bocor.
• Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah digunakan.
• Jangan membengkokan, mematahkan atau melepas jarum setelah digunakan.
• Gunakan teknik satu tangan atau peralatan lain jika harus menutup kembali jarum setelah
digunakan.
• Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari orang lain.
d. Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Instrumen tajam yang digunakan dalam memberikan perawatan kedokteran gigi
(misalnya, sonde, jarum dan ampul anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi
mengakibatkan luka dan menyebarkan penyakit menular. Luka tersebut dapat dicegah
dengan:
(1) Penanganan minimal jarum, syringe dan instrument tajam lainnya setelah penggunaan.
(2) Tangani instrumen tajam dengan hati -hati .
(3) Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek segera setelah
digunakan. Apabila wadah tersebut penuh, keluarkan isinya dan bakar atau diisi
dengan semen selanjutnya dikubur.

40
Gambar 7. Wadah pembuangan instrumen tajam disposable

(4) Selalu gunakan uti lity gloves keti ka mencuci instrument yang tajam.
(5) Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke operator selama perawatan
maka instrument tersebut ti dak boleh dipegang secara bersamaan oleh keduanya.
Asisten meletakkan instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi,
beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap untuk digunakan.
(6) Gunakan ‘teknik satu-tangan’ apabila perlu menutup kembali jarum sunti k. Letakkan
tutup jarum sunti k di atas permukaan datar. Dengan satu tangan memegang syringe
dan jarum dimasukkan ke tutupnya. Apabila tutup jarum sunti k telah menutup jarum,
tekan tutup jarum sunti k pada permukaan datar jangan menggunakan tangan yang
lainnya untuk mengencangkan tutup.

Gambar 8. Menutup jarum sunti k dengan teknik satutangan

8) Penyunti kan yang Aman


a. Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum sunti k ke beberapa pasien walaupun
jarumnya diganti .
b. Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jika memungkinkan.

41
9) Etika Batuk
Terapkan eti ka kebersihan pernapasan/ batuk (lihat gambar).
- Tutup mulut & hidung saat batuk/ bersin dengan ti su.
- Buang ti ssu ke tempat limbah.
- Lakukan kebersihan tangan.
- Jika ti ssu ti dak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam.

Gambar 9. Etika Batuk

b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


1. Berdasarkan transmisi airborne
a. Gunakan masker N95/respiratorik
b. Segera lepas selesai ti ndakan
2. Berdasarkan transmisi droplet
a. Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah
b. Segera lepaskan selesai ti ndakan
3. Berdasarkan transmisi kontak
a. Gunakan sarung tangan dan gaun
b. Segera lepaskan selesai ti ndakan

42
BAB IX
PENUTUP

9.1 Monitoring dan Evaluasi


Monitoring berfungsi untuk mengurangi resiko kesalahan pengambilan kesimpulan
dari hasil akhir evaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan dari tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan tujuan tersebut, pencapaian dapat dievaluasi
sejalan dengan keberhasilan yang diperoleh, berupa:
a. Penurunan AKI dan AKB
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif
c. Kepuasan konsumen akan perawatan yang diperoleh.
d. Kepuasaan kerja dari penyedia layanan kesehatan.
e. Sumber daya yang terbentuk.

B. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Pencatatan
Kegiatan-kegiatan yang perlu dicatat oleh tenaga bidan:
a. Penyuluhan
b. Pemeriksaan dan Pengobatan sederhana
c. Rujukan
d. Register rawat jalan
b. Pelaporan
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaporkan oleh bidan
- Catatan kegiatan sesuai format
- Laporan kegiatan bulanan disesuaikan format

43
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
DINAS KESEHATAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS
S U M E NPAMOLOKAN
EP

NAMA : Hj. RAHMIYATI AMINI, A.Md Keb


N I P : 19681026 200604 2 003
PANGKAT / GOLONGAN : PENGATUR Tk I / II D
PENDIDIKAN : D-III KEBIDANAN
NAMA JABATAN : BIDAN

URAIAN TUGAS

1. Memberikan Pelayanan di Poli KIA;


2. Memberikan Pelayanan Persalinan;
3. Melaksanakan tugas sebagai Koordinator Bidan;
4. Memberikan Pelayanan di Poli IVA;
5. Melakukan Tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas dan
Fungsinya.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Pamolokan Pelaksana Tugas

44
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes Hj. RAHMIYATI AMINI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19681026 200604 2 003

PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN
SUMENEP

NAMA : NANIK TRIKUNTOWATI, A.Md Keb


N I P : 19721225 199203 2 005
PANGKAT / GOLONGAN : PENATA Tk I / III D
PENDIDIKAN : D-III KEBIDANAN
NAMA JABATAN : BIDAN

URAIAN TUGAS

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan KIA;


2. Memberikan Pelayanan Persalinan;
3. Membuat laporan bulanan hasil pelaksanaan kegiatan;
4. Melaksanakan kegiatan posyandu;
5. Melakukan Tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Mengetahui Pelaksana Tugas


Kepala Puskesmas Pamolokan

45
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes NANIK TRIKUNTOWATI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19681105 198803 1 002

PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN

NAMA : BEKTI TRISNOWATI, A.Md Keb


N I P : 19690609 199001 2 003
PANGKAT / GOLONGAN : PENATA Tk I / III D
PENDIDIKAN : D-III KEBIDANAN
NAMA JABATAN : BIDAN

URAIAN TUGAS

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan KIA;


2. Memberikan Pelayanan Persalinan;
3. Membuat laporan bulanan hasil pelaksanaan kegiatan;
4. Melaksanakan kegiatan posyandu;
5. Melakukan Tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Mengetahui Pelaksana Tugas


Kepala Puskesmas Pamolokan

46
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes BEKTI TRISNOWATI, A.Md Keb
NIP. 19760826 200501 2 008 NIP. 19690609 199001 2 003

PEMERINTAH KABUPATEN
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
SUMENEP
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PAMOLOKAN
Jl. KH. Agus Salim No. 25 Telp. 0328-665988
UPT PUSKESMAS PAMOLOKAN

NAMA : FITROH KARTINI AMARIYANI, S.Tr.Keb


PENDIDIKAN : D-1V KEBIDANAN
NAMA JABATAN : BIDAN

URAIAN TUGAS

1. Membantu memberikan Pelayanan Kesehatan di KIA;


2. Membantu memberikan Pelayanan Persalinan;
3. Membantu melaksanakan Kegiatan Posyandu;
4. Membantu Pelaksanaan Program & Pelaporan Imunisasi;
5. Melaksanakan progam Primary Care BPJS;
6. Melakukan Tugas lain yang diberikan oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas dan
Fungsinya.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Pamolokan Pelaksana Tugas

47
dr. RIFMI UTAMI, M. Kes FITROH KARTINI AMARIYANI,
NIP. 19760826 200501 2 008 S.Tr.Keb

48

Anda mungkin juga menyukai