Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negri Sumatera Utara
Abstrak :Sebagai sumber daya yang aktif, tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
membuat proses produksi suatu perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan lancar.
Eksistensi pegawai dalam melaksanakan kegiatan harus didukung dengan sarana dan prasarana
serta bentuk pengelolaan yang baik dan manusiawi, sehingga pegawai tersebut dapat bekerja
sesuai dengan harapan perusahaan tanpa merasa kecewa, tidak puas dan cemas.
Sebagai sumber daya yang aktif, tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
membuat proses produksi suatu perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan lancar.
Eksistensi karyawan dalam melaksanakan kegiatan harus didukung dengan sarana dan
prasarana manajemen yang baik dan manusiawi, sehingga karyawan tersebut dapat
bekerja sesuai dengan harapan perusahaan tanpa merasa kecewa, tidak puas dan cemas.
Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja memiliki arti yang sangat penting.
Karena semua sumber daya alam tidak ada gunanya jika tidak dikembangkan
untuk manusia dan diolah oleh pekerja. Alam telah memberikan kekayaan yang tak
terhitung jumlahnya, tetapi jika tidak ada usaha manusia, semuanya akan diselamatkan.
Banyak negara di Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan kaya akan
sumber daya alam, tetapi karena tidak dapat dikembangkan, mereka masih miskin dan
terbelakang. , bekerja keras, dan bekerja dengan bijaksana, untuk memperoleh sumber
daya alam untuk kepentingan mereka sendiri. Islam mendorong umatnya untuk bekerja
dan berproduksi, bahkan menjadikannya sebagai kewajiban bagi mereka yang mampu.
Lebih penting lagi, Allah akan membayar sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an,
berdasarkan amal atau pekerjaan.
Tenaga Kerja adalah segala usaha dan usaha yang dilakukan oleh anggota tubuh
atau pikiran untuk memperoleh imbalan yang sesuai. Termasuk semua jenis pekerjaan
termasuk kerja fisik dan kerja mental. Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja
memiliki arti yang sangat penting. Karena semua sumber daya alam tidak ada gunanya
jika tidak dikembangkan untuk manusia dan diolah oleh pekerja. Alam telah memberikan
kekayaan yang tak terhitung jumlahnya, tetapi jika tidak ada usaha manusia, semuanya
akan terpelihara. Banyak negara di Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika
Selatan memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun masih miskin dan terbelakang
karena tidak mampu melakukan eksplorasi.1
Seseorang pernah berbicara tentang India dan Pakistan, "Ini adalah negara yang
kaya di mana orang miskin tinggal. Oleh karena itu, selain sumber daya alam, harus ada
orang yang mau bekerja keras, keras, dan bijaksana untuk mengembangkan sumber daya
alam bagi umat manusia. Kepentingan mereka. Islam mendorong umatnya untuk bekerja
dan berproduksi, bahkan mewajibkan kepada mereka yang mampu, sebaliknya Allah akan
memberikan imbalan sesuai dengan amal/pekerjaan berdasarkan firman Allah dalam QS.
An-Nahl (16) Bagian 97:
صالِحً ا مِّنْ َذ َك ٍر اَ ْو ا ُ ْن َثى َوه َُو مُْؤ ِمنٌ َف َل ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َي َو ًة َط ِّي َب ًة َو َل َنجْ ِز َي َّن ُه ْم اَجْ َر ُه ْم َ َمنْ َع ِم َل
ِباَاحْ َس ِن َما َكا ُن ْوا َيعْ َملُ ْو َن
Artinya
Barang siapa mengerjakan kebaikan, baik itu klaki-laki ataupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan kami beri kepadanya kehidupan yang baik dan akan
kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
1
Nurul Hasanah. 2009. Fiqh muamalah. Jakarta: Kencana.
ِ َما اَ َك َل اَ َحدَ َط َعامًا َق ُّط َخيْرً ا ِمنْ اَنْ َياْ ُك َل ِمنْ َع َم ِل َي ِد ِه َواِنَّ َن ِبيَّئ
هللا دَاوُ َد َع َل ْي ِه ال ّساَل ُم
ان َياْ ُك ُل ِمنْ َع َم ِل َي ِد ِه
َ َك
“ Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan apapun yang lebih baik dari makanan
hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Dauda as, memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari).
Kedudukan antara majikan dan pekerja juga haruslah ditempatkan kepada kedudukan
yang setara , keduanya juga saling membutuhkan satu sama yang lainnya, hubungn
keduanya adalah kesepakatan dalam bekerja sama, majikan adalah orang yang memiliki
dana dan membutuhkan tenaga manusia, sementara pekerja adalah pemilik tenaga yang
memerlukan dana. Keduanya saling membutuhkan, karenanya harus diatur agar masing-
masing dari keduanya menjalankan tugasnya dengan baik dan mendapatkan bagiannya
secara benar.
Semua hak ini diberikan kepada pekerja oleh Islam lebih dari empat belas abad yang
lalu. Sebelum ada konsep hak buruh seperti itu, tidak ada serikat pekerja, tidak ada
piagam penghargaan, tidak ada gerakan buruh dan konsep perundingan bersama. kita
perhatikan hal-hal berikut. Pertama, dalam Islam, semua pria, pria dan wanita, adalah
sama. Islam membutuhkan persaudaraan dan kesetaraan antara umat Islam dan
menghilangkan semua jarak antara orang-orang karena ras, warna kulit, bahasa,
kebangsaan, dan kekayaan. Dalam Islam, kaya atau miskin, putih atau hitam, majikan
atau pekerja, Arab atau non-Arab, kaya atau miskin, semua orang adalah sama, karena
semua orang diciptakan dari bahan yang sama dan berasal dari nenek moyang yang sama
(yaitu Nabi Adam.)
Nabi Muhammad memperlakukan pembantunya seperti keluarganya sendiri. Anas
Bin Malik mengatakan bahwa dia telah lama melayani keluarga Nabi SAW, Nabi
memperlakukannya dengan sangat baik dan tidak pernah mengatakan "Ah" (ekspresi
kemarahan atau kemarahan) kepadanya. Kedua, sebelum Nabi Muhammad, tenaga kerja
sebagian besar berasal dari budak. Budak bekerja di sektor perdagangan dan pertanian
atau dalam keluarga, dan hasil usaha mereka dinikmati sepenuhnya oleh tuannya.
Perlakuan terhadap budak sangat kejam dan tidak manusiawi. Mereka tidak menerima
pakaian yang layak, makanan yang layak, dan perawatan yang layak. Nabi Muhammad
tidak hanya mengembalikan kehormatan mereka sebagai manusia, tetapi juga
mengangkat status mereka ke tingkat saudara bahkan sahabat.
Sebagai pemberi pekerjaan kita juga haruslah memberikan upah yang sesuai
dengan tenaga kerja yang kita miliki. Adapun rukun dan syarat penerapan sistem
pengupahan yang Islami adalah:
Ajir dan mustajir, yaitu orang atau kedua belah pihak yang menggunakan akad
pengupahan untuk melakukan transaksi. Upah yang diberikan kepada dilakukan
oleh dua pihak yaitu pemilik sebagai pemberi upah dan pekerja sebagai penerima
upah. Saat memberikan upah, pemilik dan pekerja melaksanakan kontrak upah Al
Ijarah.
Shighat, yaitu Ijab dan Qabul (perjanjian) antara ajir dan musta'jir. Dalam proses
pembagian upah kepada pegawai, pastikan adanya ijab dan qabul yang jelas antara
pemberi upah dan penerima upah, termasuk upah yang jelas dan bagian kerja yang
jelas, sehingga terjalin kerelaan di antara keduanya.
Ujrah (sewa atau gaji). Objek yang digunakan untuk membayar hasil kerja
karyawan adalah uang. Untuk memastikan bahwa objek moneter tersedia selama
proses pembayaran upah
Ma'qud, Alaih, yaitu barang-barang yang menjadi objek akad yang bermanfaat dan
jelas. Uang yang diberikan kepada pekerja Nd Food merupakan benda yang
berguna dan jelas, karena dengan memberikan kompensasi berupa uang, pekerja
Nd Food dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.
Prinsip Tenaga Kerja Dalam Agama Islam
1. Kemerdekaan manusia.
Nabi muhammad saw dengan tegas mendeklarasikan sikap anti perbudakan, dengan
adanya sikap anti perbudakan kehidupan dimasyarakat akan lebih toleran dan berkeadilan.
Dalam agama islam tidak ada toleransitas perbudakan dengan alasan apapun itu, terlebih
lagi dengan adanya hal hal semacam jual beli para pekerja serta adanya hak pekerja yang
diabaikan sikap seperti ini sangatlah tidak memiliki nilai kemanusiaan. 2
هللا َو ْاذ ُكر ُْوا ِ ْص َل َوةُ َفا ْن َتشِ ر ُْوا فِى ْاالَر
ِ ض َوا ْب َت ُغ ْوا ِمنْ َفضْ ِل ِ َفا َِذا قُضِ َي
َّ ت ال
هللا َك ِثيْرً ا َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح ُْو َن
َ
Artinya :
“Apabila telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu dibumi, carilah karunia allah dan
ingtalah allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”
3. Prinsip keadilan.
Dalam kehidupan manusia, sikap adil itu sangatlah penting karna dengan adanya sikapp
adil akan terpenuhinya hak – hak yang layak serta sesuai dengan pekerjaan yang ia
lakukan. Keadilan yang dimaksud ialah keadilan yang terlaksana dengan dasr
keseimbangan, yaitu seperti yang kuat menolong yang lemah, yang kaya membantu yang
miskin, begitu pula sebaliknya harus saling mendukung bukan malah saling menjatuhkan,
2
Mardani . 1995. Ayat ayat dan hadis ekonomi syariah. Yogjakarta: Dana Bhakti Wakaf.
selain itu keadilan dalam ketenaga kerjaan juga mencakupi aspek cara cara produksi,
pendistribusian serta pemanfaatannya (Q.S Al-hadid :25).3
َ َولَقَ ْد اَرْ َس ْلنَا نُوْ حًا َواِ ْب َرا ِه ْي َم َو َج َعلَنَا فِ ْي ُذرِّ يَّتِ ِه َما َو ْال ِكت
ََب فَ ِم ْنهُ ْم ُم ْهتَ ٍد َو َكثِ ْي ٌر ِّم ْنهُ ْم فَ ِسقُوْ ن
Artinya:
Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan kami jadiakn kepada
keturunan keduanya kenabian dan alkitab, maka diantara mereka ada yang menerima
petunjuk dan banyak juga yang fasik.
Upah atau gaji adalah hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang menjadi kewajiban dan
tidak boleh diabaikan oleh para majikan atau pihak yang mempekerjakan. Sebegitu
pentingnya masalah upah pekerja ini, Islam memberi pedoman kepada para pihak yang
mempekerjakan orang lain bahwa prinsip pemberian upah harus mencakup dua hal, yaitu
adil dan mencukupi.
Prinsip tersebut terangkum dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Al-
Baihaqi, “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan
ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan.
Penutup
3
Baidlawi. 2001. Hukum ekonomi dalam perspektif hadis ahkam. Bandung: Pustaka Setia.
Tenaga kerja adalah segala sesuatu usaha yang dilakukan dengan
fisik maupun pikiran untuk mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa
yang dikerjakan.
Upah dalam agama islam diartikan sebagai imbalan atas pekerjaan yang
telah ia lakukan selama pekerjaannya. Upah dibedakan menjadi dua
bagian :
Ajrul musamma
Ajrul mistli
Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh
satu orang pun)
Menggali kandungan bumi Berburu
Peseroan antara harta dengan tenaga (mudharabah)
Mengairi lahan pertanian (musaqat)
Kontrak tenaga kerja (ijarah)
Referensi :
Mardani . 1995. Ayat ayat dan hadis ekonomi syariah. Yogjakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Baidlawi. 2001. Hukum ekonomi dalam perspektif hadis ahkam. Bandung: Pustaka Setia.