Anda di halaman 1dari 83

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Perancangan struktur merupakan faktor yang sangat menentukan dalam

menjamin kekuatan dan keamanan struktur suatu bangunan, karena inti dari suatu

bangunan adalah kekuatan dari bangunan itu sendiri, terutama bangunan

bertingkat, yang sangat dipengaruhi oleh perancangan yang cermat. Selain itu,

desain struktur juga harus memperhatikan nilai ekonomisnya. Proses desain yang

sangat penting melibatkan penentuan dimensi penampang balok, kolom, dan

elemen struktural lainnya.

2.1.1 Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu industri atau usaha jasa yang dikelola secara komersial

(Hermawan dkk., 2018). Sedangkan pengertian Hotel menurut SK Menparpostel

No. KM/37/PW/304/MPPT-86 adalah suatu jenis akomodasi yang menyediakan

sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan

dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hotel adalah :

1. Merupakan jenis akomodasi.

2. Menyediakan pelayanan akomodasi, makanan dan minuman.

3. Disediakan bagi setiap orang.

4. Dikelola secara komersial (bertujuan untuk mencari keuntungan).

2.1.2 Klasifikasi Hotel

Hotel dapat di klasifikasikan menjadi 8 katagori (Bagyono,2012) yaitu:

Berdasarkan Penentuan Komponen Harga Kamar:

5
1. European Plan (E.P) adalah hotel dimana harga yang telah ditetapkan terdiri

dari harga kamar saja.

2. Continental Plan (C.P) adalah hotel dimana harga yang telah ditetapkan

terdiri dari harga kamar termasuk breakfast.

3. Modified American Plan (M.A.P) adalah hotel dimana harga yang telah

ditetapkan terdiri dari harga kamar termasuk satu kali lunch atau satu kali

dinner.

4. Full American Plan (F.A.P) adalah hotel dimana harga yang telah ditetapkan

terdiri dari harga kamar termasuk tiga kali makan (breakfast, lunch, dinner).

Berdasarkan Lokasi

1. Mountain Hotel adalah hotel yang terletak di daerah pegunungan.

2. Beach Hotel Adalah hotel yang terletak ditepi pantai.

3. Highway hotel adalah hotel yang terletak di tepi jalan bebas hambatan dan

biasanya diantara dua kota.

4. Airport Hotel adalah hotel yang terletak tidak jauh dari airport.

5. Resort Hotel adalah hotel yang berlokasi di kawasan wisata.

6. City Hotel adalah hotel yang berlokasi di perkotaan.

Berdasarkan lama buka dalam setahun

1. Seasonal Hotel adalah hotel yang hanya buka pada waktu- waktu tertentu

dalam setahun ( 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan )

2. Year Round Hotel adalah hotel yang buka sepanjang tahun.

6
Berdasarkan luas dan jumlah kamar :

1. Hotel kecil (small hotel) adalah hotel yang mempunyai 25 kamar atau

kurang.

2. Hotel sedang (average hotel) adalah hotel yang mempunyai lebih dari 25

kamar dan kurang dari 100 kamar.

3. Hotel menengah (above average hotel) adalah hotel yang mempunyai lebih

dari 100 kamar dan kurang dari 300 kamar.

4. Hotel besar (large hotel) adalah hotel yang mempunyai lebih dari 300

kamar.

Berdasarkan Tarif Kamar

1. Economy Class Hotel adalah hotel yang memiliki tarif kamar kelas ekonomi

( harga kamar lebih murah)

2. First Class Hotel adalah hotel dengan tarif kamar mahal

3. Deluxe / luxury Hotel adalah hotel yang memiliki harga kamar sangat

mahal.

Berdasarkan Lama Tamu Menginap

1. Transient Hotel adalah ho tel dimana para tamunya menginap hanya untuk

satu atau dua malam.

2. Semi Residential Hotel adalah hotel dimana para tamunya menginap lebih

dari dua malam sampai satu minggu.

1. Hotel keluarga (family hotel) adalah hotel yang dirancang untuk keluarga.

2. Hotel bisnis (business hotel) adalah hotel yang dirancang untuk para

usahawan.

7
3. Hotel wisatawan (Tourist Hotel) adalah hotel yang dirancang untuk

wisatawan.

4. Hotel transit (Transit Hotel) adalah hotel yang dirancang untuk orang -

orang yang melakukan persinggahan sementara dalam suatu perjalanan.

5. Hotel perawatan kesehatan (Cure Hotel) adalah hotel yang dirancang untuk

orang - orang yang menginginkan penyembuhan penyakit atau

meningkatkan kesehatannya.

6. Hotel konvensi (convention hotel) adalah hotel yang dirancang untuk

penyelenggaraan konvensi atau perjamuan.

2.2 Jenis Struktur


2.2.1 Struktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan

yang berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton biasa.

Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting

sebelum mendesain struktur beton bertulang. Sifat-sifat beton dapat diketahui

dengan cara pengujian tekan beton. Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan

melakukan uji silinder beton dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

Pada umur 28 hari dengan tingkat pembebanan tertentu. Selama 28 hari silinder

beton ini biasanya diletakkan dalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap.

Kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa.

Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25

Mpa. Untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa

aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan

8
tinggi, beton dengan kekuatan 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh

perusahaan pembuat beton siap pakai (ready mix concrete).

A. Beton

Beton (concrete) adalah campuran semen Portland atau semen hidrolis

lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan campuran

tambahan (admixture). (SNI 2847-2019).

Terkadang satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan

beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability),

durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan

lainnya beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah.

a) Modulus elastisitas

suatu regangan (sebagai kemampuan terjadi retak) kecil. Tolak ukur yang

Modulus elastisitas didefinisikan sebagai kemiringan dari diagram tegangan

regangan yang masih dalam keadaan elastisitas. Modulus elastisitas yang besar

menunjukkan kemampuan menahan tegangan yang cukup besar dalam kondisi

regangan yang masih kecil, artinya bahwa beton tersebut mampu menahan

tegangan (desak utama) yang cukup besar akibat beban-beban yang terjadi pada

umum dari sifat elastis suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan

perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan persatuan panjang,

sebagai akibat dari tekanan yang diberikan itu (Murdock,1986).

Modulus elastis beton mempunyai hubungan dengan sifat beton lainnya terutama

kuat tekan beton itu sendiri. Modulus ini merupakan perbandingan antara

tegangan dan regangan, dan dengan pengujian ini dapat diketahui besarnya beban

9
yang dapat dipikul tanpa merusak beton itu sendiri (masih dalam keadaan plastis).

Modulus elastisitas adalah rasio dari tegangan normal tarik atau tekan terhadap

regangan.

Menurut ASTM 496-94(2) dari hasil pengujian di laboratorium menetapkan

modulus elastisitas sebagai rasio tegangan saat mencapai 40% dari tengan runtuh

terhadap reganggan yang bersesuaian dengan tegangan pada kondisi tersebut.

(σ 2−σ 1) ........................................................................................ (2.1)


Ec= ¿¿

Dengan:

Ec = Modulus elastisitas (Mpa)

σ₂ = Tegangan pada 40% tegangan runtuh (Mpa)

σ₁ = Tegangan pada saat nilai kurva regangan ε₁ (Mpa)

ε1 = Regangan sebesar 0,000050 (kg/cm²)

ε₂ = Nilai kurva regangan yang terjadi pada saat σ₂

Modulus elastisitas beton juga dapat dihitung dengan rumus empiris

menurut SNI 2847-2013 yaitu 𝐸𝑐 = 4700√𝑓𝑐 untuk beton normal atau 𝐸𝑐

=𝑤𝑐.1,50.043√𝑓𝑐 untuk nilai wc antara 1440 dan 2560 kg/m3 f'c dalam MPa.

Modulus elastisitas dan kuat tekan dari beton dipengaruhi oleh fas dan

umur: berkurang dengan meningkatnya fas dan meningkat dengan bertambahnya

umur beton. Peningkatan fas akan meningkatkan jumlah pori dalam beton

sehingga praktis akan mengurangi kepadatan yang akhirnya berimplikasi pada

berkurangnya modulus elastisitas dan kekuatan beton. Sebaliknya dengan

bertambahnya umur, reaksi pada semen semakin sempurna dan jumlah produk

hidrasi yang dihasilkan dari reaksi tersebut semakin bertambah sehingga

10
kepadatan beton semakin meningkat. Dengan demikian modulus elastisitas dan

kekuatan beton juga meningkat.

Gambar 2.1 Kurva Tegangan-Regangan Beton

B. Baja tulangan

Menurut SNI 2052:2017 Baja tulangan beton adalah baja karbon atau baja

paduan yang berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos

atau sirip/ulir dan digunakan untuk penulangan beton. Baja ini diproduksi dari

bahan baku billet dengan cara canai pas (hot rolling).

Baja tulangan merupakan suatu bahan yang sangat penting untuk

pembuatan beton bertulang. Beton lemah terhadap tarik, karena baja tulangan

mempunyai fungsi untuk menahan kekuatan tarik pada beton maka pada beton

diberi baja tulangan. Baja beton merupakan bahan yang paling penting karena

digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur baik besar

maupun kecil seperti bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dinding

penahan tanah, terowongan drainase, fasilitas irigasi dan konstruksi bangunan

lainnya(Nawy, 1998).

11
Menurut SNI 2052:2017 ada 2 jenis baja tulangan, yaitu :

Baja Tulangan Polos (BjTP)

1. Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar

dengan permukaan rata tidak bersirip disingkat BJTP.

Baja Tulangan Sirip/Ulir (BjTS)

2. Merupakan baja tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip/ulir

melintang dan memanjang yang dimaksud untuk meningkatkan daya lekat

dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relative terhadap

beton. Dapat dilihat pada Gambar 2.2

a. Jenis Bamboo (Bamboo type)

b, Jenis Sirip Curam (Tor Type)

12
c. Jenis Tulangan Ikan (Fish Bon)
Gambar 2.2 Jenis Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir
Sumber : SNI 2052:2017

Mutu besi beton yang baik adalah yang memiliki kekuatan tarik (standard

yield strength / Ys) minimal 24 kg/mm2. Kadar karbon berpengaruh besar kepada

sifat mekanik dari besi beton. Kadar karbon yang terlalu besar akan membuat besi

beton menjadi lebih getas dan akan meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik

tetapi keuletannya cenderung menurun. Kadar unsur mangan berpengaruh besar

pada keuletan besi beton.Unsur mangan yang terlalu banyak dapat meningkatkan

keuletan tetapi mengurangi kekerasan.

Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf

timbul (emboss) yang menunjukkan merek pabrik pembuat dan ukuran diameter

nominal.

Setiap batang baja tulangan beton sesuai dengan standar harus diberi tanda

pada ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai

dengan kelas baja seperti pada Tabel 2.1.

13
Tabel 2.1 Tabel untuk tanda kelas baja tulangan beton

Kelas Baja Warna


BjTP 280 BjTS 280 Hitam
BjTS 420A Kuning
BjTS 420B Merah
- BjTS 520 Hijau
BjTS 550 Putih
BjTS 700 Biru

Sumber : SNI 2052:2017

Tabel 2.2 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos


Luas penampang
Diameter nominal Berat nominal
nominal
(d) (A) per meter*
No Penamaan
mm mm2 kg/m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P 10 10 79 0,617
4 P 12 12 113 0,888
5 P 14 14 154 1,208
6 P 16 16 201 1,578
7 P 19 19 284 2,226
8 P 22 22 380 2,984
9 P 25 25 491 3,853
10 P 28 28 616 4,834
11 P 32 32 804 6,313
12 P 36 36 1018 7,990
13 P 40 40 1257 9,865
14 P 50 50 1964 15,413

Sumber : SNI 2052:2017

14
Tabel 2.3 Ukuran Baja Tulangan Beton Sirip

Luas Tinggi Sirip (H) Lebar Sirip Berat Nominal


Penampang Jarak Sirip Membujur
Diameter
Nominal Melintang (P) (T) Per Meter
Penamaan Nominal Min Maks Maks
No (D) (A) Maks
mm mm2 mm mm mm m kg/m
1 S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2 S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
4 S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
5 S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578
6 S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
7 S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
8 S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853
9 S 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185
10 S 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313
11 S 36 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990
12 S 40 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865
13 S 50 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413
14 S 54 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978
15 S 57 57 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031

Sumber : SNI 2052:2017

15
a) Kuat tarik baja tulangan

Meskipun baja tulangan juga mempunyai sifat tahan terhadap beban

tekan,tetapi karena harganya cukup mahal, maka baja tulangan ini diutamakan

untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang. Sedangkan beban tekan

yang berkerja cukup ditahan oleh betonya. Hubungan antara tegangan dan

regangan tarik baja tulangan dilukiskan pada gambar berikut:

Menurut SNI 2847-2013, untuk desain tulangan longitudinal struktur nilai fy

harus ≤ 550 Mpa (Pasal 9.4). untuk desain tulangan geser nilai f yt ≤ 420 Mpa

(Pasal 11.4.2), dan untuk desain tulangan torsi f yt ≤ 420 Mpa (Pasal 11.5.3.4)

Gambar 2.3 Hubungan Antara Tegangan Dan Regangan Tarik Baja


Tulangan

(Sumber: ir.H.Ali Asroni,M.T)

16
2.3 Komponen Struktur

2.3.1 Kolom

Kolom adalah komponen struktur vertikal yang menerima dan menyalurkan

gaya tekan axial bersamaan atau tidak dengan gaya momen. Dikarenakan resiko

keruntuhan kolom lebih berbahaya dibanding struktur lantai, baik pelat atau balok,

karena kolom lebih banyak memikul bagian struktur dibanding balok sehingga

bila kolom runtuh akan lebih banyak bagian dari bangunan yang hancur dibanding

bila balok yang runtuh. Oleh karena itu dalam mendesain kolom harus

mengandung dasar filosofi perencanaan kolom yaitu “strong column weak beam”.

A. Jenis Kolom

Kolom dari karakteristik/sifat-sifat property, pembebanan dan lainnya dapat

dikatagorikan sebagai berikut:

1. Kolom tekan pendek, seperti pedestal, umumnya beban aksial yang besar

dan momen yang kecil atau diabaikan, kolom tipe ini bisa didesain tanpa

tulangan walaupun penulangan hanya tulangan minimum.

2. Kolom pendek, struktur yang kokoh dengan flesibilitas yang kecil

3. Kolom langsing/panjang, dengan bertambahnya rasio kelangsingan,

deformasi lentur bertambah. Apabila kolom langsing menerima momen,

sumbu kolom akan berdefleksi secara lateral, akibatnya akan ada beban

tambahan yaitu beban kolom dikalikan defleksi lateral, hal ini disebut

momen sekunder, atau momen P∆.

4. Kolom sengkang persegi, kolom dimana tulangan longitudalnya diikat oleh

tulangan sengkang berbentuk persegi, tulangan sengkang mencegah

17
tulangan longitudinal bergerak saat konstruksi dan mencegah tul

longitudinal menekuk kearah luar pada saat menerima beban.

5. Kolom sengkang spiral, kolom dengan tulangan sengkang melingkar.

6. Kolom komposit, kolom yang diberi tulangan longitudinal dengan profil


baja struktur.

Gamba 2.4 Jenis Kolom

18
2.3.2 Balok

Balok beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis

bahan/material yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton Polos merupakan

bahan yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan

tarik yang rendah, sedangkan tulangan baja akan memberikan kekuatan tarik yang

diperlukan. Kelebihan masing-masing elemen tersebut, maka konfigurasi antara

beton dan tulangan baja diharapkan dapat saling bekerja sama dalam menahan

gaya-gaya yang bekerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan oleh

beton sedangkan gaya tarik oleh tulangan baja.

a)Jenis-Jenis Balok Beton Bertulang

Balok adalah elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari pelat ke

kolom penyangga yang vertikal. Dalam kontruksi gedung biasanya balok

dibagi menjadi tiga penampang yaitu balok L, T dan persegi.

1. Balok persegi

Gambar 2.5 Balok Persegi

19
Keterangan :
h = tinggi balok,

b = lebar balok,

d = tinggi balok dari tepi serat yang tertekan ke pusat tulangan tarik,

As = luas tulangan tarik dan

s = luas tulangan tekan

2. Balok L/T

Gambar 2.6 balok T/L

keterangan :

hf = Tebal sayap,

b = lebar balok,

w = jarak bersih antar balok dan

be = lebar sayap

Sedangkan untuk ketentuan lebar balok T dan L, ( SNI-2847-2013) sebagaiberikut

ini.

a. Pada konstruksi balok T, sayap dan balok harus dibangun menyatu

atau bila tidak harus dilekatkan bersama secara efektif.

20
b. Lebar slab efektif sebagai sayap balok T tidak boleh melebihi seper

empat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang

menggantung pada masing-masing sisi badan balok tidak boleh

melebihi :

1) Delapan kali tebal slab, dan

2) setengah jarak bersih ke badan di sebelahnya.

c. Untuk balok dengan slab pada suatu sisi saja, lebar efektif yang

menggantung tidak boleh melebihi :

1) 1/12 panjang bentang balok,enam kali tebal slab, dan setengah

jarak bersih ke badan disebelahnya.

b) Balok Persegi Tulangan Rangkap

Gambar 2.7 Diagram Regangan Dan Tegangan Balok Tulangan Rangkap


(Adam, 2016)

c) Balok T Tulangan Rangkap

Analisis balok penampang T pada dasarnya adalah proses menentukan

dimensi tebal lebar flens dan tebal, lebar dan tinggi efektif pada balok juga

luas tulangan pada baja tarik. Penentuan tebal flens biasanya tidak lepas dari

perencanaan struktur pelat, sedangkan dimensi balok terkait dengan

kebutuhan menahan gaya geser dan momen lentur yang timbul.

21
Balok T adalah balok pada bagian interior sedangkan balok L terletak pada

bagian eksterior. Prinsip-prisip dasar yang digunakan dalam perhitungan balok

persegi juga berlaku untuk balok T maupun balok L. Perbedaan pokok terletak

pada perhitungan gaya tekan blok beton yang tergantung dari tinggi garis netral ,

sebagai berikut:

1. Balok T palsu

Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netral berada didalam

flens ( c < hf ), seperti ditunjukan pada gambar dibawah . kasus ini juga berlaku

jika c hf dan a < hf sehingga parameter desain yang diuraikan juga masih dapat

digunakan.

Gambar 2.8 Balok T dengan c < hf

, (Adam, 2016)

2. Balok T (murni)

Kasus ini dijumpai pada balok T atau L dimana garis netralberada di dalam

flens (c > f) dan tinggi blok tegangan segi empat ekuivalen juga lebih besar dari

tinggi flens (a > f).

22
Gambar 2.9 Analogi balok T (Adam, 2016)

Gambar 2.10 Distribusi tegangan dan regangan Balok (Adam, 2016)

C. Plat Lantai

Plat adalah elemen struktur datar yang memiliki ketebalan yang lebih kecil

dari dimensi lainnya (Fahri, Suyadi, & Purwanto, 2016). Plat beton bertulang

yaitu struktur tipis yang terbuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya

horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Plat

berfungsi sebagai diafragma pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk

mendukung kekakuan balok portal (Irawan, Ilhami, & Noor, 2016). Berdasarkan

posisi peletakan tumpuan, plat lantai dapat diklasifikasikan sebagai plat dengan 1

arah tumpuan dan plat dengan 2 arah tumpuan (Ching, 2014). Pada posisi 1 arah,

plat ditumpukan pada dua ujung plat dengan posisi sejajar, sedangkan untuk 2

arah, plat ditumpukan pada keempat sisinya.

23
2.4 Landasan Teori

2.4.1 Jenis pembebanan

Menurut SNI 1726-2019 beban adalah gaya-gaya atau aksi-aksi lainnya

yang dihasilkan dari berat seluruh material bangunan, hunian dan

pemanfaatannya, pengaruh-pengaruh lingkungan, pergerakan relatif, beda

penurunan, dan perubahan perubahan dimensi yang tertahan. Beban yang dipikul

oleh bangunan tinggi dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu beban gravitasi,

beban lateral dan beban khusus.

Tabel 2.4 Kombinasi Beban

Beban
Kombinasi Beban
Utama
U = 1,4D D
U = 1,2D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R) L
U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0 L atau0,5 W) Lr atau R
U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5 (Lr atau R) W
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L E
U = 0,9D + 1,0W W
U = 0,9D + 1,0E E
Sumber : SNI 2847-2019 Tabel 5.3.1 Hal. 84

dimana :

U : Kuat perlu atau kombinasi beban terfaktor, kN, kN/m1atau kNm.

D : Beban Mati (dead load), kN, kN/m1atau kNm

L : Beban Hidup (live load), kN, kN/m1atau kNm

R : Beban Air Hujan (rain load), kN, kN/m1atau kNm

W : Beban Angin (wind load), kN/m1, kN

E : Beban Gempa (earthquake load), kNm atau kNLr : Beban Hidup Pada

Atap (roof live load), kN, kN/m

24
A. Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi gedung yang

terpasang,termasuk dinding, lantai atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,

finishing, dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layan

terpasang lain termasuk berat keran. (SNI 1727-2013 Pasal 3.1.1)

Tabel 2.5 Masa jenis minimum material untuk evaluasi beban mati dan beban
hidup
Masa Masa
Masa jenis Masa jenis
Material jenis Material jenis
y, lb/ft3 µ, kg/m3 y, lb/ft3 µ, kg/m3
Aluminum 170 2700 Besi
Produk Aspal Cetak 450 7200
Aspal dan tar 81 1300 Tempa 480 7700
Bensin 42 700 Timbal 710 11,4
Grafit 135 2160 Kapur
Parafin 56 900 Terhidrasi, 32 500
Minyak bumi 53 850 lepas
Terhidrasi, 45 800
padat
Pasangan bata,
Kuningan 526 8430 batu bata 115 1850
(padat)
Pasangan bata,
Perunggu 552 8850 125 2150
beton (padat)

Semen tipe Pasangan bata,


90 1440 140 2250
portland, lepas graut

Pasangan bata,
Ubin keramik 150 2400 162 2600
batu
Semen mortar
Arang 12 200 130 2100
atau kapur
Papan partikel
Cinder fill 57 920 45 750
(particleboard)
Batubara,
50 800 Kayu lapis 36 600
tumpukan
Beton, normal 144 2300 Pasir
Beton, Bersih dan
150 2400 90 1440
bertulang kering
Tembaga 556 9000 Sungai, kering 106 1700

25
Masa Masa
Masa jenis Masa jenis
Material jenis Material jenis
µ, kg/m3 µ, kg/m3
y, lb/ft3 y, lb/ft3
Tanah Batu
Tanah
Basalt, granit,
lempung, 63 1100 169 2700
gneiss
kering
Tanah Batu kapur,
lempung, 110 1750 marmer, 179 2850
lembab kuarsa

Tanahlempung
dan kerikil, 100 1600 Batu pasir 169 2700
kering

Lumpur,
96 1550 Serpih 163 2600
moist, padat
Lumpur,
78 1250 Terra cotta
moist, lepas
Pasir dan
Berongga,
kerikil, kering, 100 1600 120 1950
terisi
lepas
Pasir dan
Berongga,
kerikil, kering, 110 1750 72 1150
tidak terisi
padat
Pasir dan
120 1900 Timah 459 7360
kerikil, basah
Kaca 160 2600 Air
62 1000
Kerikil, kering 104 1660 Tawar
Gipsum, lepas 70 1150 Laut 64 1030
Kayu, kering
Gipsum, papan
50 800 udara 28 to 47 450 to 750
dinding
(seasoned)
Seng,
Es 57 920 gulungan 449 7200
lembaran
Sumber : SNI 8900:2020 hal 29

Tabel 2.6 Elemen nonstruktural datar, beban mati minimum: langit-langit


Beban (lb/ft2) per ft2 Beban (kN/m2) per
Komponen
luas lantai m2 luas lantai
Langit-langit
Papan dinding akustik 1 0.05
0.55 0.0080
Papan gypsum
(per 1/8 in. tebal) (per mm tebal)

26
Beban (lb/ft2) per ft2 Beban (kN/m2) per
Komponen
luas lantai m2 luas lantai
Saluran mekanikal 4 0.20
Sistem sprinkler 6 0.30
Bagian penting dan sistem
1 0.05
elektrikal
Plester pada ubin atau beton 5 0.25
Plester pada reng kayu 8 0.40
Sistem saluran baja yang digantung 2 0.10
Reng logam dan plester semen yang
15 0.70
digantung
Reng logam dan plester gipsum
10 0.50
yang digantung
Sistem penggantung dari kayu 2.5 0.15
Sumber : SNI 8900:2020 hal 31

Tabel 2.7 Elemen nonstruktural datar, beban mati minimum: langit-langit


Beban
Beban
(lb/ft2) per
Komponen (kN/m2) per
ft2 luas
m2 luas lantai
lantai
Lantai dan Finishing Lantai
Blok aspal (2 in. [50 mm]), 1/2 in. (12 mm) mortar 30 1.50
Finishing semen (1 in. [25 mm]) pada isian batu
32 1.50
beton
Ubin keramik atau kuari (3/4 in. [20 mm]) pada 1/2
16 0.80
in. (12 mm) mortar
Ubin keramik atau kuari (3/4 in. [20 mm]) pada 1
23 1.10
in. (25 mm) mortar
12 0.020
Finishing beton
(per in. tebal) (per mm tebal)
Lantai kayu keras, 7/7 in. (25 mm) 4 0.20
Linoleum atau ubin aspal, 1/4 in. (6 mm) 1 0.05
Marmer dan mortar pada isian batu 33 1.60
15 0.030
Batu pipih
(per in. tebal) (per mm tebal)
Genteng pipih rata pada 1 in. (25 mm) mortar 23 1.10
Lantai kerja, 3/4 in. (20 mm) 3 0.15
Terazo 1-1/2 in. (40 mm) langsung diatas slab 19 0.90
Terazo 1 in. (25 mm) pada isian batu-beton 32 1.50
Terazo 1 in., (25 mm), 2 in. (50 mm) batu beton 32 1.50
Blok kayu 3 in. (75 mm) pada damar wangi, tanpa
10 0.50
isian

Blok kayu 3 in. (75 mm) pada 1/2 in. (12 mm)
16 0.80
mortar dasar
Sumber : SNI 8900:2020 hal 31

27
Tabel 2.8 Elemen nonstruktural vertikal, beban mati minimum: dinding
Beban (ib/ft2) per ft2 Beban (kN/m2) per m2
permukaan vertikal (dikali permukaan vertikal
dengan tinggi elemen dalam (dikali dengan tinggi elemen
Komponen
ft untuk dalam m untuk
mendapatkan beban garis mendapatkan beban garis dalam
dalam lb/ft) kN/m)
Dinding
Dinding stud luar
(Stud baja atau
kayu):
2 x 4 in. (50 x 100
mm) pada 16 in.
(400 mm), 5/8 in.
11 1.00
(15 mm) gipsum,
diinsulasi, 3/8 in.
(10 mm) bersisian
2 x 6 in. (50 x 150
mm) pada 16 in.
(400 mm), 5/8 in.
12
(15 mm) gipsum,
diinsulasi, 3/8 in.
(10 mm) bersisian
Dinding eksterior
48 2.30
dengan lapisan
Unit dinding batu
Tebal dinding, in. Tebal dinding, mm
bata padat:
4 8 12 16 100 150 200 250 300
11 3.8
Tidak diplester 39 79 155 1.90 2.90 4.70 5.50
5 0
Unit dinding ubin
Tebal dinding, in. Tebal dinding, mm
batu bata:
4 6 8 10 12 100 150 200 250 300
Diplester di dua 3.1
37 52 64 79 91 1.80 2.50 3.80 4.40
sisi 0
2.6
Tidak diplester 27 41 54 68 81 1.30 2.00 3.30 3.90
0
Unit dinding bata
Tebal dinding, in. Tebal dinding, mm
beton berongga:
Tidak di grout 4 6 8 10 12 100 150 200 250 300
48 in. (1.2 m) 1.9
29 30 39 47 54 1.40 1.45 2.25 2.60
pada jarak grout 0
40 in. (1.0 m) 2.2
36 47 57 66 1.70 2.70 3.15
pada jarak grout 5
32 in. (0.8 m) 2.3
37 48 59 69 1.80 2.80 3.30
pada jarak grout 0
Sumber : SNI 8900:2020 hal 35

28
B. Beban Hidup

Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni

bangunan gedung atau struktur lain termasuk beban kontruksi dan beban

lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau

beban mati (SNI 1727:2020)

Beban hidup yang diperlukan dalam perancangan bangunan gedung dan

struktur lain harus merupakan beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat

penghunian dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang

dari beban merata minimum yang ditetapkan dalam Tabel 2.9

Tabel 2.9 Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lc dan beban hidup
terpusat minimum
Reduksi
Reduksi beban
beban Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup berlantai
hidup at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
diizinkan? (Kn) pasal
(No. Pasal)
(No. Pasal)
Apartemen (lihat
rumah tinggal)
Sistem lantai
akses

Ruang kantor 2.000


50 (2,4) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(8,9)
Ruang computer 2.000
100 (4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(8,9)
Gudang
Tidak
persenjataan dan 150(7,18) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)
ruang latihan

Tidak
Ruang pertemuan 60 (2,87) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)

Kursitetap (terikat 100 (4,79) Tidak Tidak (4.7.5)

29
Reduksi
Reduksi beban
beban Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup berlantai
hidup at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
diizinkan? (Kn) pasal
(No. Pasal)
di lantai) (4.7.5)

Lobi Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)
Kursi dapat Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5)
dipindahkan (4.7.5)
Panggung Tidak
150 (7,18) Tidak (4.7.5)
pertemuan (4.7.5)
Lantai podium Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5) 4.14
(4.7.5)
Tidak
60 (2,87) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)
Tribun penonton
stadion dan arena
4.14
dengan kursi tetap
(terikat di lantai)
Ruang pertemuan Tidak
100(4,79) Tidak (4.7.5)
lainnya (4.7.5)

Balkon dan dek 1,5kali beban Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)


hidup untuk
daerah yang
dilayani. Tidak
perlu melebihi
100 psf
(4,79 kN/m²)
Jalur untuk akses 300
40 (1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
pemeliharaan (1,33)
Koridor
Lantai pertama 100 (4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
Lantai lain Sama seperti
pelayanan
hunian kecuali
disebutkan lain
Ruang makan dan Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5)
restoran (4.7.5)

Hunian (lihat
rumah tinggal)
Duduk mesin - - 300
elevator (1,33)
(pada area 2 in.x 2
in. [50mm x
50mm])

30
Reduksi
beban
Reduksi beban
hidup Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup berlantai
diizinkan? at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
Kontruksi pelat (Kn) pasal
(No. Pasal) 200
lantai finishing - -
(0,89)
ringan
(pada area 1 in. x 1
in. [25mm x
25mm])
Jalur
penyelamatan 100(4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
saat kebakaran
Hunian satu
40 (1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
keluarga saja
Tangga permanen Lihat
- -
pasal
4.5.4
Garasi/parker
(lihat pasal 4.10)
Mobil penumpang Tidak Lihat
40 (1,92) Ya (4.7.4)
saja (4.7.4) pasal
4.10.1
Truk dan bus
Lihat
Lihat pasal - -
pasal
4.10.2 4.10.2
Pegangan tangga
Lihat
dan pagar Lihat 4.5.1 - -
4.5.1
pengaman
Batang pegangan Lihat
4.5.2

(No. Pasal)
Helipad (lihat
pasal 4.11)
Helikopter dengan Lihat
Tidak
berat lepas landas 40 (1,92) - pasal
(4.11.1)
lebih dari 3.000 lb 4.11.2
(13,35 kN) atau
kurang
Helikopter dengan
Lihat
berat lepas landas Tidak(4.11.
60 (2,87) - pasal
lebih dari 3.000 lb 1)
4.11.2
(13,35 kN )
Rumah sakit
Ruang operasi, 60 (2,87) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2) 1.000 4,13

31
Reduksi
Reduksi beban
beban Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup berlantai
hidup at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
diizinkan? (Kn) pasal
(No. Pasal)
laboratorium (4,45)
Ruang pasien 1.000
40 (1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(4,45)
Koridor diatas 1.000
80 (3,83) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
lantai pertama (4,45)
Hotel (dilihat
rumah tinggal)
Perpustakaan
Ruang kaca 1.000
60 (2,87) Ya(4.7.2) Ya(4.7.2)
(4,45)
Ruang pasien Tidak(4.7.3 1.000
150(7,18) Ya(4.7.3)
) (4,45)
Koridor diatas 1.000
80 (3,83) Ya(4.7.2) Ya(4.7.2)
lantai pertama (4,45)
Pabrik
Ringan Tidak 2.000
125(6,00) Ya (4.7.3)
(4.7.3) (8,90)
Berat Tidak 3.000
250(11,97) Ya (4.7.3)
(4.7.3) (13,35)
Gedung
perkantoran
Lobi dan koridor 2.000(8,
100(4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
lantai pertama 90)
Kantor 2.000(8,
50(2,40) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
90)
Koridor di atas 2.000(8,
80(3,83) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
lantai pertama 90)

Lembaga hukum
Blok sel 40(1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
Koridor 100(4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
Tempat rekreasi
Tempat bowling, 75(3,59) Tidak Tidak (4.7.5)
billiard, dan
(4.7.5)
penggunaan sejenis
Ruang dansa dan Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5)
ballroom (4.7.5)
Gimnasium Tidak
100 (4,79) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)
Rumah tinggal
Hunian satu dan
dua keluarga tanpa 10 (0,48) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2) 4.12.1
gedung
loteng yang tidak
dapat dihuni 20(0,96) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2) 4.12.2
dengan gudang
loteng yang tidak 30(1,44) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)

32
Reduksi
beban Reduksi beban
Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup hidup berlantai
at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) diizinkan? banyak diizinkan
(Kn) pasal
dapat dihuni dan (No. Pasal)
ruang tidur
semua ruang
40(1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
kecuali tangga
semua hunian
rumah tinggal
lainnya
ruang pribadi dan
40(1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
koridornya
Tidak
ruang publik 100(4,79) Tidak (4.7.5)
(4.7.5)
koridor ruang
100(4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
public

Atap

Atap datar,
berhubung, dan 20 (0,96) Ya (4.8.2) - 4.81
lengkung
Atap yang Sama dengan
digunakan penggunaanya Ya (4.8.3) -
penghuni yang dilayani
Atap untuk tempat
100 (4,70) Ya (4.8.3) -
berkumpul

Atap vegetatif dan


atap lansekap

Atap bukan untuk 20 (0,96) Ya (4.8.3) -


hunian

Atap untuk tempat


100 (4,79) Ya (4.8.3) -
berkumpul
Atap untuk Sama dengan
penggunaan penggunaan Ya (4.8.3) -
lainnya yang dilayani
Awning dan
kanopi
Atap kontruksi
fabric yang
Tidak
didukung oleh 5 (0,24) -
(4.8.2)
struktur rangka
kaku ringan
Rangka penumpu Tidak 200
5 (0,24) -
layar penutup (4.8.2) (0,89)
Berdasar kan

33
Reduksi
beban
hidup
Reduksi beban
diizinkan? Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup berlantai
area tributary at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
dari atap yang (Kn) pasal
(No. Pasal)
didukung oleh
komponen
struktur rangka

Semua kontruksi
20 (0,96) Ya (4.8.2) 4.8.1
lainnya

Titik panel tunggal


dari kord bawah
rangka batang atau
suatu titik
sepanjang
komponen struktur
300
utama pendukung - -
(1,33)
atap diatas pabrik,
Gudang

penyimpanan dan
pekerjanya, dan
garasi bengkel.

Semua komponen
300
struktur atap utama - -
(1,33)
lainnya.
Semua permukaan
atap dengan beban
pekerja
pemeliharaan
Sekolah

Ruang kelas 1.000


40 (1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(4,45)
Koridor di atas 1.000
80 (3,83) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
lantai pertama (4,45)
1.000
Koridor lantai 100 (4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(4,45)
pertama
Scuttles, rusuk
untuk atap kaca
200
dan langit-langit
(0,89)
yang dapat
diakses.

34
Reduksi
beban
hidup
diizinkan?
Reduksi beban
Terpus Juga
Jalan
Hunian
di pinggir
atau Merata, Lo hidup berlantai
at Ib lihat
untuk
penggunaan
pejalan psf (Kn/m²) banyak diizinkan
(Kn) pasal
kaki, jalan lintas Tidak (No. Pasal) 8.000
250 (11,97) Ya (4.7.3) 4.15
kendaraan, dan (4.7.3) (35.60)
lahan/jalan untuk
truk-truk.

Tangga dan jalan


300
keluar 100 (4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2) 4.16
(1,33)
Rumah tinggal
300
untuk satu dan dua 40 (1,92) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2) 4.16
(1,33)
keluarga saja
Gudang diatas
20 (0,96) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
langit-langit
Gudang
penyimpanan dan
pekerja

(harus dirancang
untuk beban lebih
berat jika
diperlukan)
Ringan Tidak
125 (6,00) Ya (4.7.3)
(4.7.3)

Berat Tidak
250 (11,97) Ya (4.7.3)
(4.7.3)
Toko

Eceran
Lantai pertama 1.000
100 (4,79) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(4,45)
Lantai diatasnya 1.000
75 (3,59) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
(4,45)
Grosir, di semua Tidak 1.000
125 (6,00) Ya (4.7.3)
lantai (4.7.3) (4,45)
Penghalang Lihat
kendaraan pasal
4.5.3
Susuran jalan dan
panggung yang
60 (2,87) Ya (4.7.2) Ya (4.7.2)
ditinggikan
(selain jalan keluar)
Pekarangan dan 100 (4,79) Tidak Tidak (4.7.5)

35
Reduksi
beban Reduksi beban
Terpus Juga
Hunian atau Merata, Lo hidup hidup berlantai
at Ib lihat
penggunaan psf (Kn/m²) diizinkan? banyak diizinkan
(Kn) pasal
teras, jalur (No. Pasal)
(4.7.5)
pejalan kaki
Sumber: SNI 1727-2020

36
A. Beban Angin

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian

gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

1. Penentu beban angin

Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan

tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang

ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam

kg/m2, ditentukan dalam Point b dengan koefisien-koefisien angin yang

ditentukan dalam Point c.

a. Tekanan tiup

 Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.

 Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai

harus diambil minimum 40 kg/m2.

 Untuk daerah-daerah didekat laut dan daerah-daerah lain tertentu,

dimana terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin

menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari pada yang ditentukan

dalam Point 1) dan 2), tekanan tiup (p) harus dihitung dengan rumus :

V2
𝑝 = (kg/m²) ............................................................................. (2.2)
16

dimana :

V: Kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan oleh

instansi yang berwenang.

37
 Pada cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan rumus

(42,5 + 0,6 h), dimana h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter,

diukur dari lapangan yang terbatas.

B. Beban Gempa

Beban gempa merupakan beban yang diakibatkan oleh adanya pergerakan

tanah dibawah struktur suatu gedung atau bangunan. Goyangan tersebut

dimodelkan sebagai beban horizontal terhadap struktur atas gedung atau bangunan,

dan kemudian diformulasikan sebagai beban gempa rencana.

1. Gempa Rencana

Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam

perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan nongedung serta

berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan

sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui besarannya selama umur

struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.

2. Faktor keutamaan gempa dan kategori risiko struktur bangunan Untuk

berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai

Tabel 2.10 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan

suatu faktor keutamaan gempa Ie menurut Tabel 2.11 khusus untuk struktur

bangunan dengan kategori risiko IV.

Berikut tabel kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban

gempa sesuai pada SNI 1726-2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa

untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.

38
Tabel 2.10 Kategori Risiko Untuk Beban Gempa

Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain:
 Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
 Fasilitas sementara I
 Gudang penyimpanan
 Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk
dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
 Perumahan
 Rumah toko dan rumah kantor Pasar
 Gedung perkantoran
 Gedung apartemen/rumah susun II
 Pusatperbelanjaan/mall
 Bangunan industry
 Fasilitas manufaktur
 Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
 Bioskop
 Gedung pertemuan
 Stadion
 Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan
unit gawat darurat
 Fasilitas penitipan anak
 Penjara
 Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung,tidak termasuk kedalam kategori risiko


IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi III
yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari - hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
 Pusat pembangkit listrik biasa
 Fasilitas penanganan air
 Fasilitas penanganan limbah
 Pusat telekomunikasi

39
Kategori
Jenis Pemanfaatan risiko

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan
bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah
berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung III
bahan beracun atau peledak dimana jumlah kandungan bahannya
melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi
kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
Bangunan - bangunan monumental
Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
Rumah ibadah
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasikendaraan darurat
Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
Pusat pembangki tenergi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki IV
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran)
yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori risiko
IV

Sumber : SNI 1726 - 2019 Tabel 3 Hal 24 – 25

Tabel 2.11 Faktor Keutamaan Gempa


Kategori Faktor Keutamaan Gempa,
Risiko Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Sumber : SNI 1726 - 2019 Tabel 4 Hal 25

40
Sistem struktural yang terkena beban gempa harus berdasarkan target

keandalan sesuai Tabel 2.12 dan Tabel 2.13. Prosedur analisis yang digunakan

harus mempertimbangkan ketidakpastian dalam pembebanan dan tahanan.

Tabel 2.12 Target Keandalan (Peluang Kegagalan Bersyarat/Conditional


Probability Of Failure) Untuk Stabilitas Struktur Akibat Beban Gempa
Peluang Kegagalan bersyarat
Kategori Resiko /Conditional Probability Of Failure
akibat MCER (%)
I & II 10
III 5
IV 2,5
Sumber : SNI 1726 – 2019 Tabel 1 Hal.1

Tabel 2.13 Target Keandalan (Peluang Kegagalan


Bersyarat/Conditional Probability Of Failure) Untuk Komponen
Struktur Biasa Nonkritis Akibat Beban Gempa
Peluang Kegagalan bersyarat
Kategori Resiko /Conditional Probability Of Failure
akibat MCER (%)
I & II 25
III 15
IV 9
Sumber : SNI 1726 – 2019 Tabel 2 Hal.2

Dimana :

MCER :Percepatan respons gerak tanah gempa maksimum yang

dipertimbangkan dengan risiko tertarget.

Tabel 2.14 Klasifikasi Situs


Kelas Situs Vs (m/detik) S (kPa)
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
750 sampai
SB (batuan) N/A N/A
1500

Kelas Situs Vs (m/detik) S (kPa)

41
SC (tanah keras, sangat pada
dan batuan lunak) 350 sampai 750 > 50 > 100
50 sampai
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50
100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m
tanah dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20
2. Kadar air, w > 40 %
1. Kuat geser niralir Su < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
atau
lebih dari karakteristik berikut :

SF (tanah khusus, yang 1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
membutuhkan investigasi beban
geoteknik spesifikasi
dan analisis respons spesifik gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
– situs sangat sensitif,

tanah tersementasi lemah


2. Lempung sangat organik dan/gambut
(ketebalan H > 3 m)
3. Lempung berkapasitas sangat tinggi
yang mengikuti 0) (ketebalan H> 7,5 m
dengan indeks plastisitas PI > 75)
lapisan lempung lunak/ setengah teguh dengan
ketebalan
H > 35 m dengan Su < 50 kPa

Sumber : SNI 1726 - 2019 Tabel 5 Hal. 29 - 30

Catatan :
N/A Tidak Dapat Dipakai

42
Tabel 2.15 Koefisien Situs, Fa

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa Maksimum


Kelas yang Dipertimbangkan Risiko - Tertarget (MCER) terpetakan
Situs
pada Periode Pendek, T = 0,2 detik, Ss

Ss >
Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss = 1,25 1,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
SC 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2 1,2
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1 1
SE 2,4 1,7 1,3 1,1 0,9 0,8
SF SS (ᵃ)
Sumber : SNI 1726 - 2019 Tabel 6 Hal. 34

Catatan :
Ss = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons

situs-spesifik.

Tabel 2.16 Koefisien Situs, Fv


Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa Maksimum
Kelas
yang Dipertimbangkan Risiko - Tertarget (MCER) Terpetakan
Situs
pada
Periode 1 detik, S1
S1<0,1 S1<0,2 S1<0,3 S1<0,4 S1<0,5 S1<0,6
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SC 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,4
SD 2,4 2,2 2,0 1,9 1,8 1,7
SE 4,2 3,3 2,8 2,4 2,2 2,0
SF SS (ᵃ)
Sumber : SNI 1726 - 2019 Tabel 6 Hal. 34 – 35

dimana :

Fa = Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan

pada getaran periode pendek

Fv = Faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran periode

43
1 detik

44
Tabel 2.17 Koefisien Untuk Batas Atas Pada Perioda Yang Dihitung

Parameter Percepatan Respons Spektral


Desain Pada 1 Detik, SD1 Koefisien Cu
> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7
Sumber : SNI 1726 – 2019 Tabel 17 Hal. 72

Parameter respons spektral percepatan pada periode pendek (SMS) dan

periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus

ditentukan dengan perumusan berikut ini :

SMS = Fa x SS.......................................................................... (2.3)

SM1 = Fv x S1.......................................................................... (2.4)

Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDSdan

pada periode 1 detik, SDS ditentukan dengan persamaan berikut :

SDS = 2/3. SMS........................................................................... (2.5)

SD1 = 2/3. SM1.......................................................................... (2.6)

Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur

gerak tanah dari spesifikasi-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons

desain dan persamaan dibawah ini :

1.
Untuk periode yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan

desain, Sa harus diambil dari persamaan :

Sa ¿ S DS ¿ ............................................................................... (2.7)

2.
Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil

45
dari atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa sama

dengan SDS.

3.
Untuk periode lebih besar dari Ts tetapi lebih kecil dari atau sama

dengan TL, respons spektral percepatan desain, Sa diambil berdasarkan

persamaan :

SD 1
Sa ¿ ......................................................................... (2.8)
T

4.
Untuk periode lebih besar d ari TL, respons spektral percepatan desain,

Sa diambil berdasarkan persamaan :

SD 1.TL
Sa = .................................................................. (2.9)
TL

SD1
T0 = 0,2 . .................................................................... (2.10)
SDS

SD
Ts = ....................................................................... (2.11)
SDS

TL = Peta transisi periode panjang yang nilainya

Gambar 2.11 Kurva Spektrum Respons Desain

46
(Sumber : SNI 1726:2019)

47
Gambar 2.12 Parameter Gerak Tanah Ss
(Sumber : SNI 1726:2019)

48
Gambar 2.13 Parameter Gerak Tanah S1
(Sumber : SNI 1726:2019)

49
Gambar 2.14 Wilayah Gempa Indonesia Dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar Dengan Perioda Ulang 500
Tahun
(Sumber : SNI 1726:2019)

50
Gambar 2.15 Transisi Periode Panjang TL Wilayah Indonesia
(Sumber : SNI 1726-2019)

51
Tabel 2.18 Katagori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan
Pada Periode Pendek
Katagori Risiko
Nilai SDS I atau II atau III IV
SDS< 0,167 A A
0,167 <SDS< 0,33 B C
0,33 < SDS<0,50 C D
0,50 < SDS D D
Sumber : SNI 1726 – 2019 tabel 8 hal 37

Tabel 2.19 Katagori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan


Pada Periode 1 Detik
Katagori Risiko
Nilai SD1 I atau II atau III IV
SD1< 0,067 A A
0,067 <SD1< 0,133 B C
0,133 < SD1<0,20 C D
0,20 < SD1 D D
Sumber : SNI 1726 – 2019 tabel 9 hal 37

dimana :
SMS = Parameter respons spektral percepatan pada periode pendek

SM1 = Parameter respons spektral percepatan pada periode 1 detik

SS = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan

untuk periode pendek

S1 = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER

terpetakan untuk periode 1,0 detik

52
Tabel 2.20 – Faktor R, Cd Untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik

Koefisien Faktor Faktor Batasan sistem struktur


modifikasi kuat pembesaran dan batasan tinggi struktur,
respons, Ra lebih defleksi, hn
Sistem pemikul gaya seismic sistem,
b Cd c (m)d
Ω0
Kategori desain seismic
B C De Ee Ff
A. Sistem dinding penumpu
1. Dinding geser beton bertulang khususg,h 5 2½ 5 TB TB 48 48 30
2. Dinding geser beton bertulang biasag 4 2½ 4 TB TB TI TI TI
3. Dinding geser beton polos didetailg 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
4. Dinding geser beton polos biasag 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI
5. Dinding geser pracetak menengahg 4 2½ 4 TB TB 12i 12i 12i
6. Dinding geser pracetak biasag 3 2½ 3 TB TI TI TI TI
7. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5 2½ 3½ TB TB 48 48 30
8. Dinding geser batu bata bertulang 3½ 2½ 2¼ TB TB TI TI TI
menengah
9. Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 1¾ TB 48 TI TI TI
10. Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 1¾ TB TI TI TI TI
11. Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI
12. Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1¾ TB TI TI TI TI
13. Dinding geser batu bata ringan (AAC) 2 2½ 2 TB 10 TI TI TI
bertulang biasa

51
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem, c
b Cd
Ω0
14. Dinding geser batu bata ringan (AAC) 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI
polos biasa
15. Dindingrangkaringan(kayu)dilapisidenga 6½ 3 4 TB TB 20 20 20
npanel struktur kayu yang ditujukan
untuk tahanan geser, atau dengan
lembaranbaja
16. Dinding rangka ringan (baja canai 6½ 3 4 TB TB 20 20 20
dingin) yang dilapisi dengan panel
struktur kayu yang ditujukan untuk
tahanan geser, atau dengan lembaran
baja
17. Dinding rangka ringan dengan panel 2 2½ 2 TB TB 10 TI TI
geser dari semua material lainnya
18. Sistem dinding rangka ringan (baja canai 4 2 3½ TB TB 20 20 20
dingin) menggunakan bresing strip datar
B. Sistem rangka bangunan
1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2 4 TB TB 48 48 30
2. Rangka baja dengan bresing konsentris 6 2 5 TB TB 48 48 30
khusus
3. Rangka baja dengan bresing konsentris 3¼ 2 3¼ TB TB 10j 10j TIj
biasa
4. Dinding geser beton bertulang khususg,h 6 2½ 5 TB TB 48 48 30

52
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem, c
b Cd
Ω0
5. Dinding geser beton bertulang biasag 5 2½ 4½ TB TB TI TI TI
6. Dinding geser beton polos detailg 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
7. Dinding geser beton polos biasag 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI
8. Dinding geser pracetak menengahg 5 2½ 4½ TB TB 12i 12i 12i
9. Dinding geser pracetak biasag 4 2½ 4 TB TI TI TI TI
10. Rangka baja dan beton komposit dengan 8 2 4 TB TB 48 48 30
bresing eksentris
11. Rangka baja dan beton komposit dengan 5 2 4½ TB TB 48 48 30
bresing konsentris khusus
12. Rangka baja dan beton komposit dengan 3 2 3 TB TB TI TI TI
bresing biasa
13. Dinding geser pelat baja dan beton 6½ 2½ 5½ TB TB 48 48 30
komposit
14. Dinding geser baja dan beton 6 2½ 5 TB TB 48 48 30
komposit khusus
15. Dinding geser baja dan beton 5 2½ 4½ TB TB TI TI TI
komposit biasa
16. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 2½ 4 TB TB 48 48 30
17. Dinding geser batu bata bertulang 4 2½ 4 TB TB TI TI TI
menengah
18. Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 2 TB 48 TI TI TI

53
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem, c
b Cd
Ω0
19. Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
20. Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI
21. Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1¾ TB TI TI TI TI
22. Dinding rangka ringan (kayu) yang 7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
dilapisidengan panel struktur kayu yang
dimaksudkan untuk tahanangeser
23. Dinding rangka ringan (baja canai 7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
dingin) yang dilapisi dengan panel
struktur kayu yang dimaksudkan untuk
tahanan geser, atau dengan lembaran
baja
24. Dinding rangka ringan dengan panel 2½ 2½ 2½ TB TB 10 TB TB
geser dari semua material lainnya
25. Rangka baja dengan bresing terkekang 8 2½ 5 TB TB 48 48 30
terhadap tekuk
26. Dinding geser pelat baja khusus 7 2 6 TB TB 48 48 30
C. Sistem rangka pemikul momen
1. Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB
2. Rangka batang baja pemikul momen 7 3 5½ TB TB 48 30 TI
khusus
3. Rangka baja pemikul momen menengah 4½ 3 4 TB TB 10k TIk TIk
4. Rangka baja pemikul momen biasa 3½ 3 3 TB TB TIl TIl TIl

54
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem,
b Cd c
Ω0
8 3 5½ TB TB TB TB TB
5. Rangka beton bertulang pemikul momen
khususm
6. Rangka beton bertulang pemikul 5 3 4½ TB TB TI TI TI
momen menengah
7. Rangka beton bertulang pemikul momen 3 3 2½ TB TI TI TI TI
biasa
8. Rangka baja dan beton komposit pemikul 8 3 5½ TB TB TB TB TB
momen khusus
9. Rangka baja dan beton komposit pemikul 5 3 4½ TB TB TI TI TI
momen menengah
10. Rangkabajadanbetonkompositterkekangp 6 3 5½ 48 48 30 TI TI
arsial pemikulmomen
11. Rangka baja dan beton komposit pemikul 3 3 2½ TB TI TI TI TI
momen biasa
3½ 3º 3½ 10 10 10 10 10
12. Rangka baja canai dingin pemikul
momen khusus dengan pembautann

55
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem,
b Cd c
Ω0
D. Sistem ganda dengan rangka pemikul
momen khusus yang mampu
menahan paling sedikit 25 % gaya
seismik yang
ditetapkan
1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2½ 4 TB TB TB TB TB
2. Rangka baja dengan bresing konsentris 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
khusus
3. Dinding geser beton bertulang khususg,h 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
4. Dinding geser beton bertulang biasag 6 2½ 5 TB TB TI TI TI
5. Rangka baja dan beton komposit dengan 8 2½ 4 TB TB TB TB TB
bresing eksentris
6. Rangka baja dan beton komposit dengan 6 2½ 5 TB TB TB TB TB
bresing konsentris khusus
7. Dinding geser pelat baja dan beton 7½ 2½ 6 TB TB TB TB TB
komposit
8. Dinding geser baja dan beton komposit 7 2½ 6 TB TB TB TB TB
khusus
9. Dinding geser baja dan beton komposit 6 2½ 5 TB TB TI TI TI
biasa
10. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 3 5 TB TB TB TB TB
11. Dinding geser batu bata bertulang 4 3 3½ TB TB TI TI TI
menengah

56
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem,
b Cd c
Ω0
12. Rangka baja dengan bresing 8 2½ 5 TB TB TB TB TB
terkekang terhadap tekuk
13. Dinding geser pelat baja khusus 8 2½ 6½ TB TB TB TB TB
E. Sistem ganda dengan rangka
pemikul momen menengah mampu
menahan paling sedikit 25 % gaya
seismik
yangditetapkan
1. Rangka baja dengan bresing konsentris 6 2½ 5 TB TB 10 TI TI
khususp
2. Dinding geser beton bertulang khususg,h 6½ 2½ 5 TB TB 48 30 30
3. Dinding geser batu bata bertulang biasa 3 3 2½ TB 48 TI TI TI
4. Dinding geser batu bata bertulang 3½ 3 3 TB TB TI TI TI
menengah
5. Rangka baja dan beton komposit 5½ 2½ 4½ TB TB 48 30 TI
dengan bresing konsentris
khusus
6. Rangka baja dan beton komposit 3½ 2½ 3 TB TB TI TI TI
dengan bresing biasa
7. Dinding geser baja dan beton komposit 5 3 4½ TB TB TI TI TI
biasa
5½ 2½ 4½ TB TB TI TI TI
8. Dinding geser beton bertulang biasag

57
Koefisien Faktor Faktor
modifikasi kuat pembesaran
Sistem pemikul gaya seismic respons, Ra lebih B C
defleksi, De Ee Ff
sistem,
b Cd c
Ω0
F. Sistem interaktif dinding geser- 4½ 2½ 4 TB TI TI TI TI
rangka dengan rangka pemikul
momen beton bertulang biasa dan
dinding geser beton bertulang biasag
G. Sistem kolom kantilever didetail
untuk memenuhi persyaratan
untuk :
1. Sistem kolom baja dengan kantilever 2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
khusus
2. Sistem kolom baja dengan kantilever 1¼ 1¼ 1¼ 10 10 TIl TIl TIl
biasa
3. Rangka beton bertulang pemikul 2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
momen khususm
4. Rangka beton bertulang pemikul 1½ 1¼ 1½ 10 10 TI TI TI
momen menengah
5. Rangka beton bertulang pemikul momen 1 1¼ 1 10 TI TI TI TI
biasa
6. Rangka kayu 1½ 1½ 1½ 10 10 10 TI TI
H. Sistem baja tidak didetail secara 3 3 3 TB TB TI TI TI
khusus untuk ketahanan seismik, tidak
termasuk sistem kolom kantilever
Sumber : SNI Gempa 1726 – 2019 hal. 49

58
Gaya geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus

ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:

V = Cs .W............................................................................ (2.12)

dimana :

Cs = Koefisien respons seismik

W = Berat seismik efektif

Koefisien respons seismik, Cs harus ditentukan dengan Persamaan 2.12

Cs = SDS/(R/Ie).................................................................... (2.13)

dimana :

SDS = Parameter percepatan respons spektral desain dalam rentang

periode pendek

R = Koefisien modifikasi respons

Ie = Faktor keutamaan gempa

Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Persamaan 2.13 tidak perlu melebihi berikut

ini : Untuk T ≤ TL

SD 1
Cs=
R .............................................................................. (2.14)
T x( )
Ie

Untuk T > TL

SD1 x TL
Cs=
R ........................................................................... (2.15)
T x( )
Ie

Cs harus tidak kurang dari Persamaan 2.15

Cs = 0,044 SDS Ie > 0,01............................................... (2.16)

59
dimana :

SD1 =Parameter percepatan respons spectral desain pada periode

sebesar 1,0 detik

S1 =Parameter percepatan respons spektral maksimum yang

dipetakan

T =Periode fundamental struktur (detik), seperti yang ditentukan

dalam 0

Periode fundamental struktur, T dalam arah yang ditinjau harus diperoleh

menggunakan sifat struktur dan karakteristik deformasi elemen pemikul dalam

analisis yang teruji. Periode fundamental struktur, T tidak boleh melebihi hasil

perkalian koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung (Cu) dari

Tabel 2.21 dan periode fundamental pendekatan, Ta yang ditentukan. Sebagai

alternatif dalam melakukan analisis untuk menentukan periode fundamental

struktur, T diizinkan secara langsung menggunakan periode bangunan

pendekatan Ta.

Tabel 2.21 Koefisien Untuk Batas Atas Pada Periode Yang Dihitung

Parameter percepatan respons spektral Koefisien Cu


desain pada 1 detik, SD1
> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
< 0,1 1,7
Sumber : SNI Gempa 1726 – 2019 Tabel 17 hal. 72

Ta = Ct.hnx ........................................................................... (2.17)

60
Tabel 2.22 Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct Dan X

Tipe Struktur Ct X
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber : SNI 1726-2019 Tabel 18 hal 72

Sebagai alternatif, diizinkan untuk menentukan periode fundamental

pendekatan (Ta) dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan

ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem pemikul gaya seismik terdiri

dari rangka pemikul momen yang seluruhnya beton dan rata-rata tinggi tingkat

sekurang-kurangnya 3 m.

Ta = 0,1.N

dimana :

N = Jumlah tingkat

Ct = Koefisien

Hn = Ketinggian struktur

2.4.2 Analisa Struktur

Analisis struktur merupakan ilmu untuk menentukan efek dari beban pada

struktur fisik dan komponennya. Sistem struktur dapat dianalisis dengan berbagai

metode mekanika, seperti Metode matrik, Cross, Kani/Takabeya, dan lain

sebagainya. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, perhitungan

analisis struktur berbentuk portal yang sebelumnya dilakukan berhari-hari bahkan

dengan cara literasi, hanya membutuhkan waktu.

61
waktu beberapa menit jika diselesaikan dengan formulasi matriks dengan

bantuan program komputer.

Salah satu program untuk menghitung analisis struktur adalah program

SAP2000. Program SAP2000 ini berfungsi untuk mendesain struktur baja dan

beton bertulang. Pengguna diberi kemudahan untuk membuat, menganalisis, dan

memodifikasi model struktur yang direncakan.

SAP2000 merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-

seri program analisis struktur SAP, baik SAP80 maupun SAP90. Keunggulan

program SAP2000 antara lain ditunjukkan dengan adanya fasilitas untuk desain

elemen, baik untuk material baja maupun beton. Disamping itu juga adanya

fasilitas desain baja dengan mengoptimalkan penampang profil, sehingga

pengguna tidak pertu menentukan profil untuk masing-masing elemen, tetapi cukup

memberikan data profil secukupnya, dan program akan memilih sendiri profil

yang paling optimal atau ekonomis.

A. Perencanaan Plat

Berdasarkan SNI 2847-2019 tebal pelat ditentukan berdasarkan ketentuan

sebagai berikut :

1. Untuk pelat non prategang tanpa balok interior yang membentang di

antara tumpuan pada semua sisinya yang memiliki rasio bentang

panjang terhadap bentang pendek maksimum 2, ketebalan pelat

keseluruhan tidak boleh kurang dari batasan.

2. Untuk pelat non prategang dengan balok membentang di antara tumpuan

di semua sisi.

62
Tabel 2.23 Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah Nonprategang Tanpa Balok
Interior
Tanpa Drop Panel Dengan Drop Panel
Panel Panel
Panel Eksterior Interior Panel Eksterior Interior
Fy
Mpa Tanpa Tanpa Dengan
Dengan balok
balok balok balok
Tepi
Tepi Tepi Tepi
280 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/36 ℓn/40 ℓn/40
420 ℓn/30 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/33 ℓn/36 ℓn/36
520 ℓn/28 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/31 ℓn/34 ℓn/34
Sumber : SNI 2847–2019 Tabel 8.3.1.1 Hal. 134

Dimana :

a. ℓn adalah jarak bersih ke arah memanjang, diukur dari muka ke muka

tumpuan (mm).

b. Untuk fy dengan nilai diantara yang diberikan dalam tabel, ketebalan

minimum harus dihitung dengan interpolasi linear.

c. Drop panel didefinisikan dalam 100 mm.

d. Pelat dengan balok di antara kolom sepanjang tepi eksterior. Panel

eksterior harus dianggap tanpa balok pinggir jika αf kurang dari 0,8.

Untuk pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada semua

sisinya, tebal minimumnya, hf harus memenuhi ketentuan sebagai berikut (SNI

2847-2019, hal 135) :

hf =ln ¿ ¿ Jika αm < 2 ,maka:hf ≥ 125 mm.......................................... (2.18)

hf =ln ¿ ¿ Jika αm < 2 ,maka:hf ≥ 90 mm............................................... (2.19)

63
Keterangan :
𝛼𝑚 : Nilai rata–rata (rasio kekakuan lentur penampang balok

terhadap kekakuan lentur pelat).

Ln : Panjang bentang bersih untuk sisi pelat dan balok

(mm).

fy : Tegangan leleh baja (MPa).

β : Perbandingan antara bentang bersih dari sisi terpanjang dengan

bentang bersih terpendek.

Pada pelat tepi tidak menerus harus disediakan balok tepi dengan αf ≥

0,80, atau ketebalan minimum harus memenuhi sesuai Persamaan 2.18 dan 2.19

dan harus diperbesar paling sedikit 10 persen pada panel tepi yang tidak menerus.

dimana :

𝛼 : Nilai rata-rata (rasio kekakuan lentur penampang balok

terhadap kekakuan lentur pelat)

ℓn : Panjang bentang bersih

fy :Tegangan leleh baja

β :Rasio bentang bersih

B. Perencanaan Balok

Balok beton adalah bagian dari struktur yang berfungsi sebagai penyalur

momen menuju struktur kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu

elemen struktur yang dominan mememikul gaya dalam berupa momen lentur dan

gaya geser. Beton memiliki sifat rangka yang terjadi pada beton yang dibebani

secara tetap dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pada balok beton

64
dikenal istilah short-term (immediate) deflection dan long-term deflection yang

membuat lendutan.

1. Dimensi balok

Preliminary design atau perencanaan awal untuk menentukan dimensi

balok di sesuaikan dengan ketentuan yang ada, diamana tinggi (h) minimum

balok ditentukan berpedoman kepada SNI 2847-2019 sebagai berikut:

Tabel 2.24 Tinggi Minimum Balok Non Prategang

Kondisi perlekatan Minimum h[1]


Perlekatan sederhana ℓ/16
Menerus satu sisi ℓ/18,5
Menerus dua sisi ℓ/21
Kantilever ℓ/8
Sumber : SNI 2847- 2019 Tabel 9.3.1.1 Hal. 180

Catatan :

a. Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur

dengan beton normal dan tulangan dengan mutu 420 Mpa. Untuk kondisi

lain, nilai diatas harus dimodifikasikan sebagai berikut:

 Untuk balok non prategang yang terbuat dari beton ringan dengan wc

berkisar antara 1440 hingga 1840 kg/m³, persamaan pada Tabel 2.24

harus dikalikan dengan nilai terbesar dari a) dan b) :

 1,65 – 0,0003 wc 1,09

 Untuk fy lebih dari 420 MPa, persamaan pada Tabel 2.24 harus

dikalikan dengan (0,4 + fy / 700).

65
 Sedangkan untuk menentukan lebar balok diambil b = 1/2 h –

2/3 h

2. Kekuatan rencana

Fungsi faktor reduksi kekuatan ϕ adalah :

a. Untuk memperkirakan kemungkinan kekuatan penampang tidak

mencukupi (under-strength) karena perbedaan dimensi dan kekuatan

material.

b. Untuk memperkirakan ketidaktepatan pada tahap perancangan.

c. Untuk merefleksikan ketersediaan daktilitas dan tingkat keandalan

yang diperlukan komponen struktur relatif terhadap beban.

d. Untuk menyatakan seberapa penting komponen struktur terhadap

keseluruhan struktur.

3. Keruntuhan pada balok

Adapun jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton

bertulang adalah sebagai berikut:

1. Keruntuhan tarik (tensile failure)

εc= 0,003

Garis
Netral

εs> εy

Gambar 2.16 Keruntuhan Tarik (Tensile)

66
Pada keruntuhan tarik terjadi deformasi plastik yang cukup besar

sehingga pada daerah tarik balok timbul retak-retak. Kondisi ini

dikarenakan presentase tulangan baja pada balok relatif lebih kecil sehingga

tulangan mencapai tegangan lelehnya sebelum tegangan tekan beton

mencapai maksimum. Kondisi balok seperti ini disebut juga berkekuatan

kurang (underreinforced beam).

Pada kondisi keruntuhan tarik dipenuhi fs = fy

Sehingga persamaan keseimbangan menjadi :


'
A sfy=0,8 fc a .b

As . fy
a= ' .........................................................................................(2.20)
0,85 fc .b

Mu= Asfy (d−0,5 a).............................................................................(2.21)

Bila nilai a disubsitusikan didapat momen ultimit :

As . fy
Mu= Asfy (d−0,5 )...............................................................(2.22)
0,85 fc ' . b

2. Keruntuhan Imbang (Balanced Failure)

εc= 0,003

Garis Netral

εs = εy
Gambar 2.17 Keruntuhan Imbang (Balanced
Failure) (Sumber : SNI 2847-
2019)

67
Jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan yang

seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja

tulangan dan beton hancur secara bersamaan (tulangan sudah mencapai

regangan lelehnya dan beton sudah mencapai regangan maksimum =

0.003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat getas. Pada

kondisi ini beton dan baja tulangan mencapai regangan dan tegangan

maksimum secara bersamaan.

Εs = εy

εc = εcu

berdasarkan gambar distribusi regangan saat runtuh didapat :

Cb ε cu 600
= = ......................................................................(2.23)
d ε cu+ε y 600+fy

+
3. Keruntuhan Tekan (Compression Failure)

εc= 0,003

Garis Netral

εs< εy

Gambar 2.18 Keruntuhan Tekan (Compression


Failure)
(Sumber : SNI 2847-2019)

Jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio tulangan besar

(jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang bekerja

maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan

68
beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimumnya =

0.003). Balok dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat getas.

Keruntuhan seperti ini terjadi secara tiba-tiba tanpa ditandai defleksi yang

besar, terkadang disertai suara ledakan beton hancur.

4. Balok Beton Tulangan Tunggal

εc'= 0,003
0,85 fc
β.x
a = Cc
x
h

d
As
εs T

(a) (b) (c)

Gambar 2.19 Beton Bertulang dengan Tulangan Tunggal


(Sumber : SNI 2847-2019)

Momen nominal dapat diperoleh dengan membagi momen yang bekerja

dengan faktor reduksi yaitu ϕ = 0,8.


'
0,85 x β x fc 600
ρ b= x ...........................................................(2.24)
fy 600+ fy

Mu
Mn= ........................................................................................(2.25)
ϕ

ρmax =0,75 x ρb............................................................................(2.26)

Mn
Rn= 2 .................................................................................(2.27)
ϕ xb x d

fy
m= ..................................................................................(2.28)
0,85 x fc '

69
ρ=
1
m [ √
1− 1−
fy ]
2 x Rn x m .............................................................(2.29)

1,4
ρ min ¿ ......................................................................................(2.30)
fy

Berdasarkan Kesetimbangan Gaya

Didapat :

Cc=0,85 fc ' b . a

As
T = As . fy → ρ=
b.d

T =ρ . b . d . fy

C=T
'
0,85. fc . b . a=ρ . b . d . fy

As x fy
a= ' .............................................................................(2.31)
0,85 x fc x b

a
Mn=T ( d− )
2

a
Mn=As x fy (d− )........................................................................(2.32)
2

As= ρ. b . d .....................................................................................(2.33)

Kontrol kapasitas penampang :

a
C=X = .....................................................................................(2.34)
β1

x 0,003 d−x
= → ε s= x 0,003.................................................(2.35)
d−x εs x

fy
ε s= ...........................................................................................(2.36)
εs

ε s> ε s .........Tulangan tarik leleh

5. Balok Beton Bertulang Rangkap

Pada penampang bertulangan rangkap terdapat tulangan tekan (fs') yang


70
berfungsi sebagai pengikat sengkang karena pada dasarnya kondisi tulangan

tunggal tidak pernah ada dalam praktek dilapangan. Pada balok dengan

71
penampang bertulangan rangkap untuk menjamin penampang yang berkekuatan

kurang (undereinforced).

Pada diagram tegangan-regangan beton bertulang rangkap penampang

mempunyai tulangan tekan yang ditempatkan pada jarak d' dari serat tekan terluar

dan tulangan tarik dalam jarak tinggi efektif d, seperti yang terlihat pada Gambar :

εc'= 0,003 0,85 fc


d' εs' a Cs
As' c Cc

h
d d-d'
As
εs T

(a) (b) (c)


Gambar 2.20 Beton Bertulang dengan Tulangan Rangkap
(Sumber : SNI 2847-2019)

Diagram tegangan internal dapat dianggap menjadi 3 bagian sebagai berikut :

1. Pada daerah tekan

CC = 0,85 fc’.a.b..........................................................................(2.37)

2. Pada daerah tekan baja tulangan

Cs = As’.fy...................................................................................(2.38)

3. Pada daerah tarik baja tulangan

T = As.fy....................................................................................(2.39)

Persamaan kesetimbangan horizontal untuk diagram tegangan adalah :

CC + Cs = T

0,85 fc’.a.b + As’.fy = As . fy.............................................................(2.40)

72
Langkah-Langkah Perhitungan Balok :

1. Pembebanan

Pembebanan yang dilakukan yaitu berupa beban mati dan beban hidup.

2. Perhitungan struktur dilakukan dengan apilkasi SAP2000 Ver.14

3. Perhitungan tulangan lentur

Mn
Mu= ........................................................................................(2.41)

fy
m= ' ..................................................................................(2.42)
0,85 x fc

ρ=
1
m
(1− 1−

2 m x Rn ................................................................(2.43)
fy
)

'
0,85. fc . β 1 600
ρb= x ............................................................(2.44)
fy 600+ fy

ρmaks=0,75 x ρb...........................................................................(2.45)

1,4
ρmin= ......................................................................................(2.46)
fy

Jika, ρ min ≤ ρ ≤ ρmaks, Maka digunakan ρ

Jika, ρ ≤ ρmin ≤ ρmaks, Maka digunakan ρmin

dimana :

ρmaks = Rasio tulangan maksimum

ρb = Rasio tulangan seimbang

6. Geser Pada Balok

Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat

berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser

umumnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Perilaku keruntuhan geser bersifat

73
getas (brittle), oleh karena itu perlu dirancang penampang yang cukup kuat untuk

memikul gaya geser.

Tulangan geser diperlukan karena pada dasarnya ada tiga jenis retak

pada struktur, yaitu:

1. Retak lentur murni (flexural crack), retak yang terjadi didaerah yang

mempunyai momen lentur besar. Arah retak hampir tegak lurus sumbu

balok.

2. Retak geser lentur (flexural shear crack), retak yang terjadi pada bagian

balok yang sebelumnya telah terjadi keretakan lentur. Jadi retak geser

lentur merupakan perambatan retak miring dari retak yang sudah terjadi

sebelumnya.

a. Retak Lentur b. Retak Geser Lentur

c. Retak Geser Web

3. Retak geser murni (shearcrack), retak yang terjadi pada daerah dimana gaya

geser maksimum bekerja dan tegangan normal sangat kecil.

Gambar 2.21 Jenis-Jenis Retak Pada Balok


(Sumber : SNI 2847-2019)

4. Perhitungan tulangan geser

Vc = 0,17 x √fc′. b. d..................................................................


(2.47)

74
∅Vc =0,75 𝑥 𝑉𝑐..............................................................................
(2.48)

Vn = 0,83 x √fc′. b. D (batas atas kapasitas geser)...................


(2.49)

75
Vn = 𝑉𝑛 (gaya geser normal yang bekerja)..................................
(2.50)

Jika, Vn > Vc maka diperlukan sengkang Spasi maksimum tulangan geser

menurut SNI 2847-2019 tabel 9.7.6.2.2 balok non prategang :

Vs < 0,33√fc′. bw. d d/2................................................................

(2.51)

Vs > 0,33√fc′. bw. d d/4................................................................

(2.52)

5. Torsi Pada Balok

Torsi dapat didefinisikan sebagai peristiwa bekerjanya momen puntir di

sepanjang batang yang mengakibatkan terpilinnya elemen struktur dalam

arah longitudinal. Pada prinsipnya torsi dapat terjadi karena bekerjanya

beban transversal yang tidak segaris dengan posisi garis berat penampang.

Dalam perhitungan beton bertulang, torsi dibedakan menjadi dua macam,

yaitu:

1 Torsi keseimbangan

2 Torsi keselarasan yang dibedakan atas dasar pemicu terjadinya

puntiran pada elemen struktur yang dianalisis.

A.Perencanaan Kekuatan Puntir

Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor T u

besarnya kurang daripada:

Untuk komponen struktur non-pratekan


76
( )
2
φ √ fc ' A cp
..........................................................................................(2.53)
12 pcp

Untuk komponen struktur pratekan

( )√
2
φ √ fc ' A cp 3 f pc
1+ ...........................................................................(2.54)
12 pcp √ fc '

Gambar 2.22 Balok Persegi

Acp :x0-y0

Pcp :2 (x0+y0)

Aoh : x1-y1

Ph : 2 (x1-y1)

Untuk komponen struktur yang dicor secara monolit dengan pelat, lebar

bagian sayap penampang yang digunakan dalam menghitung Acp dan pcp

harus sesuai dengan ketentuan berikut:

 Untuk balok T maka b=bw+2.(3.hf)

 Untuk balok L maka b=bw+(3.hf)

Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari:

φ Tn ≥ Tu..............................................................................................(2.55)

Dimana:

Tu :Momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau

77
Tn :Kuat momen puntir nominal penampan

C. Perencanaan Kolom

Untuk penampang kolom dengan beban eksentris, dibedakan menjadi 5

macam:

1. Penampang kolom pada kondisi beban sentris (P0)

Berarti beban tersebut tepat bekerja pada sumbu (as) longitudinal kolom,

sehingga beton maupun baja tulangan (semuanya) menahan beban tekan. Kekuatan

penampang kolom dengan beban sentris ditentukan dengan mengangganp bahwa

semua baja tulangan (A1 dan A2) sudah mencapai leleh, jadi tegangan baja tulangan

fs

= fs’ = fy. Di samping itu, regangan tekanan beton sudah mencapai batas maksimal,

yaitu ɛc’ = ɛcu’= 0,003

Gambar 2.23 Kolom dengan beban sentries


(Sumber : SNI 2847-2019)

78
Dapat dianalisis sebagai berikut:

Ag = b.h = Luas bruto penampang kolom, mm2

Ast = A1 + A2 = Luas bruto penampang kolom, mm2

An = luas bersih (netto) = Ag – Ast, mm2

Gaya tekan beton : Cc = 0,85.f’c.An

Gaya tekan tulangan : C1 = A1.fy

: C2 = A2.fy

Dengan mempertimbangkan keseimbangan gaya vertical harus nol, maka

diperoleh:

Po = Cc + C1 + C2

= 0,85.fc’An + A1.fy + A2.fy

= 0,85.fc’.(Ag – Ast) + (A1 + A2).fy

Maka diperoleh persamaan, sesuai batasan kuat tekan nominal maksimum

yang diberikan oleh SNI 2847-2019 Pasal 10.3.6 sebesar 80% dari beban sentris untuk

kolom dengan tulangan spiral. Untuk perhitungan kuat desain maka dihitung dengan

memasukkan factor reduksi kekuatan φ pada kuat nominalnya. Ø.Pn tidak boleh lebih

besar dari persamaan dibawah ini:

- Untuk komponen struktur non-pratekan dengan tulangan spiral:

φ.Pn maks = 0,85 . φ [0,85 . f’c (Ag – Ast) + fy . Ast]............................ (2.56)

- Untuk komponen struktur non pratekan dengan sengkang pengikat :

φ.Pn maks = 0,80 . φ [0,85 . f’c (Ag – Ast) + fy . Ast]............................ (2.57)

dimana:

Ag : Luas bruto penampang kolom

Ast : Luas tulangan memanjang kolom

79
φ : faktor reduksi 0,65 (untuk tulangan kolom dengan tulang sengkang) dan

0,70 (untuk tulangan spiral).

Cek As tulangan kolom

AsMin = 1% b.h

AsMaks = 8% b.h

2. Penampang kolom pada kondisi seimbang (balance)

Pada penampang kolom dengan kondisi seimbang, maka tulangan tarik mencapi

leleh (ɛs = ɛy) bersamaan dengan regangan beton tekan mencapai batas retak atau

batas ultimit (ɛc’ = ɛcu’ = 0,003). Pada kondisi ini diperoleh jarak antara garis

netral dan tepi beton tekan = Cb, dan distribusi regangan pada penampang kolom.

Gambar 2.24 Distribusi Regangan Pada Kondisi Penampang Seimbang


(Sumber : SNI 2847-2019)

0,003 600
Cb= =xd atau Cb= ...................................... (2.58)
Es+0,003 600+fy

a=β 1 x Cb .................................................................................. (2.59)

Cc=ab . b .0,85 , fc ' ..................................................................... (2.60)

Ts= As . fy ................................................................................... (2.61)


'
Ts= A s ¿..................................................................................... (2.62)

Apabila :

ε’s > s’y, maka digunakan f’s = ε’s .

Esε’s < s’y, maka digunakan f’s =fy


80
Kuat tekan nominal:

Pnb = Cc + Cs – Ts

Pnbrancang = φ. Pnb Kuat momen nominal:

Mnb= ( h2 − ab2 )+cs ( h2 + d )+Ts ( h2 )−d s............................................


' '
(2.63)

3. Penampang kolom pada kondisi tulangan tekan menentukan

Saat serat terluar beton desak mencapai regangan 0,003 dan baja tulangan tarik

mencapai regangan leleh sehingga seluruh penampang kolom mengalami desak,

maka keadaan tersebut disebut kolom dalam keadaan desak menentukan. Garis

netral terletak di sebelah kiri regangan seimbang, karena c > cb, maka εs < εy atau

fs <fy. Untuk mencari nilai Pn rancang dan Mn rancang dilakukan langkah seperti

yang diterapkan pada kolom keadaan renggang seimbang.

4. Penampang kolom pada kondisi tulangan tarik menentukan

Bila regangan terjadi pada tulangan baja tarik yang telah mencapai reganganleleh

Sy (εs = Sy), sedangkan pada balok desak regangan maksimum Scu (0,003),

makadikatakan kolom dalam keadaan tulangan tarik menentukan (dimana sebagian

besar penampang kolom mengalami tarik dan garis netral terletak lebih kanan dari

regangan berimbang c < cb) untuk mencari nilai Pn rancang dan Mn rancang

dilakukan tahap seperti yang diterapkan pada kolom daam keadaan regang

seimbang.

5. Penampang kolom pada kondisi beban Pn = 0

Untuk penampang kolom dengan beban aksial Pn = 0, berarti kolom hanya

menahan momen lentur saja, karena hanya menahan momen lentur, maka kolom

tersebut dianalisis/dihitung seperti balok, dengan faktor reduksi φ = 0,9.

81
6. Jenis keruntuhan pada kolom

Dalam perencanaan kolom ada beberapa tipe keruntuhan terjadi sebagai berikut :

a. Keruntuhan imbang

Tulangan tarik leleh (fs = fy), tulangan tekan leleh (fs’ = fy)

Tinggi balok tegangan (ab) :

ab=β .Cb

a
Cb=
β1

Gaya aksial pada kolom (Pu)

Pu = 0,85.fc.a.b

As' = n x luas tulangan diperoleh d'' :


'
0,85. fc . b .h ( d −0,5 h ) + As . fy(d ) Diperoleh
d'' (centroid plastis) = 0,85. fc . b . h+ As . fy

bahan eksentris :

Pu. e = 0,85.fc.a.b(d-d''-0,5a) + As.fy(d-d'-d'')+ As.fs.d''

Periksa tegangan pada tulangan tekan :

εs ' = 0,003 x 𝐶𝑏−𝑑′


𝑐𝑏

𝑓𝑦
εy' =
𝐸𝑠

apabila εs' > εy' maka baja tulangan tekan leleh

b. Keruntuhan Imbang

Tulangan tarik leleh (fs = fy), tulangan tekan leleh (fs’ = fy)

82
tinggi blok tegangan (ab) :

0,003 Es
ab=β 1. Cb= x β 1. d
0,003+ fy

a
Cb=
β1
Gaya aksial pada kolom (Pu)

Pu = 0,85.fc.a.b

As' = n x luas

tulangan diperoleh d'' :


'
0,85. fc . b .h ( d −0,5 h ) + As . f y (d−d )
d'' (centroid plastis) = 0,85. fc .b .h+ As . fy

Diperoleh bahan eksentris :

Pu. e = 0,85.fc.a.b(d-d''-0,5a) + As.fy(d-d'-d'')

As.fs.d'' Periksa tegangan pada tulangan tekan :


'
' cb−d
εs =0,003 x
cb

' fy
ε=
Es

apabila εs' > εy' maka baja tulangan tekan leleh

c. Keruntuhan Tekan

Keruntuhan tekan berlaku bila :

εs' > εy' atau fs’ > fy ambil a = 1,15.ab

cb−d '
Tegangan baja tarik (fs) = 0,003.Es x fs'
cb

= fy (keruntuhan tekan)

didapat :

Pu = 0,85.fc.a.b + As.fy – As.fs

83
Sehingga :

Pu.e = 0,85.fc.a.b(d-d''-0,5a) + As.fy(d-d'-d'')+ As.fs.d''

d. Keruntuhan Tarik

Pu < Pb atau a < ab

Ambil a = 0,85.ab

εs' = 0,003 x 0,85.𝑑−𝑎


𝑎

εs' > εy' ……maka telah mencapai tegangan leleh

εs' = 0,003 x 𝑎−0,85.𝑑′


𝑎

εs' >εy' ……maka telah mencapai tegangan

leleh Pu = 0,85.fc.a.b

Pu.e = 0,85.fc.a.b(d-d''-0,5a) + As.fy(d-d'-d'')+ As.fs.d''

e. Tekan Murni

e=0

Mu = Pu.e = 0

Pu = 0,85.fc.a.b + As.fy + As.fs

f. Lentur Murni

fs < fy

As . fy
a=
0,85 x fc x b

a−( β 1. d ' )
Fs=0,003. Es x
a

Pu.e = 0,85.fc.a.b(d-d''-0,5a) + As.fy(d-d'-d'')+ As.fy.d''

g. Pembebanan

Tarik e = 0

84
d−a
Pu= As x fy
2

Setelah itu buatkan diagram interaksi Pn dan Mn seperti dibawah ini :

Gambar 2.25 Diagram Interaksi Kolom Pn dan Mn.


(Sumber : SNI 2847-2019)

85

Anda mungkin juga menyukai